PERILAKU GORILA (Gorilla gorilla gorilla, S.) JANTAN DEWASA (SILVERBACK) DALAM KANDANG ENCLOSURE DAN HOLDING DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. alam, dewasa ini lebih banyak dituangkan dalam program kerja kegiatan

PERILAKU MAKAN GORILA (Gorilla gorilla gorilla ) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SAHRONI

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 18 hari (waktu efektif) pada bulan Maret 2015

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

Aktivitas Harian Bekantan (Nasalis larvatus) di Cagar Alam Muara Kaman Sedulang, Kalimantan Timur

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

Aktivitas Harian Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

Strategi Adaptasi Macaca nigra (Desmarest, 1822) Melalui Perilaku Makan di Pusat Primata Schmutzer, Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Satwa liar merupakan salah satu sumber daya alam hayati yang mendukung

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

IV. METODE PENELITIAN

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Umum Gorila 1.1. Taksonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 28 Januari 27 Februari 2015 bekerja sama

PENGELOLAAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii) SECARA EX-SITU, DI KEBUN BINATANG MEDAN DAN TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. melakukan grooming. Pola perilaku autogrooming tidak terbentuk. dikarenakan infant tidak terlihat melakukan autogrooming.

III. BAHAN DAN METODE. antara bulan Januari Maret 2014 dengan pengambilan data antara pukul

GROOMING BEHAVIOUR PATTERN OF LONG-TAILED MACAQUE (Macaca fascicularis, Raffles 1821) IN PALIYAN WILDLIFE SANCTUARY, GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

PERILAKU MAKAN DAN JENIS PAKAN ORANGUTAN(Pongo pygmaeus) DI YAYASAN INTERNATIONAL ANIMAL RESCUE INDONESIA (YIARI) KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch) di Fasilitas Penangkaran Pusat Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

BAB III METODE PENELITIAN

AKTIVITAS POLA MAKAN DAN PEMILIHAN PAKAN PADA LUTUNG KELABU BETINA

I. PENDAHULUAN. udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang

PERILAKU HARIAN ORANGUTAN (Pongo pygmaeus Linnaeus) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG KASANG KULIM KECAMATAN SIAK HULU KABUPATEN KAMPAR RIAU

I. PENDAHULUAN. Rusa merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Negara Indonesia.

Gambar 2. Induk Babi Bunting yang Segera Akan Beranak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

PEMANFAATAN RUANG DAN PERILAKU HARIAN KUKANG SUMATERA (Nycticebus Coucang Boddaert, 1785) DI TAMAN HEWAN PEMATANG SIANTAR (THPS) SUMATERA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

TINGKAH LAKU HARIAN KUSKUS BERUANG (Ailurops ursinus) DI CAGAR ALAM TANGKOKO BATU ANGUS

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan, kukang Jawa mulai terlihat aktif pada

065 PERILAKU SEKSUAL MONYET EKOR PANJANG (Mncncn fascic~lnris) Di BUM1 PERUMAHAN PRAMUKA CIBUBUR, JAKARTA LILA MULYATI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

Perilaku Harian Owa Jawa (Hylobtes Moloch Audebert, 1798) Di Pusat Penyelamatan Dan Rehabilitasi Owa Jawa (Javan Gibbon Center), Bodogol, Sukabumi

POLA AKTIVITAS ORANGUTAN (Pongo abelii) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER KETAMBE ACEH TENGGARA

MATERI DAN METODE. Materi

KAJIAN KEBERADAAN TAPIR (Tapirus indicus) DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS BERDASARKAN JEBAKAN KAMERA. Surel :

PERILAKU HARIAN SINGA (Panthera leo) DALAM KONSERVASI KEBUN BINATANG SURABAYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 di Suaka Rhino Sumatera, Taman

KADAR PROTEIN TELUR PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica) SETELAH PEMBERIAN CAHAYA MONOKROMATIK

PERILAKU ANAK ORANGUTAN (Pongo pygmaeus pygmaeus) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN DAN TAMAN SAFARI INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Resort Pemerihan, TNBBS pada bulan. WWF Indonesia (World Wide Fund for Nature Indonesia).

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

BAB I PENDAHULUAN. ( 17/8/ % Spesies Primata Terancam Punah)

HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang yang ditemukan di Sumatera, Indonesia adalah H. syndactylus, di

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR LAMPIRAN... ix

KEBUTUHAN NUTRISI ANOA (Bubalus spp.) [The Nutritional Requirement of Anoa (Bubalus spp.)]

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

Tingkah Laku Harian Gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) di Bali Safari and Marine Park, Gianyar

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: Hidayati Mukarromah B Nursani Afifah B Yenny Rakhmawati B

TINGKAH LAKU MAKAN ELANG LAUT PERUT PUTIH (Haliaeetus leucogaster) DI PUSAT PENYELAMATAN SATWA TASIK OKI SULAWESI UTARA

PERILAKU HARIAN ANAK GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumateranus) DI PUSAT KONSERVASI GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS LAMPUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kukang adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang

PEMILIHAN PAKAN DAN AKTIVITAS MAKAN OWA JAWA (Hylobates moloch) PADA SIANG HARI DI PENANGKARAN PUSAT PENYELAMATAN SATWA, GADOG - CIAWI

MATERI DAN METODE. Materi

POLA AKTIVITAS HARIAN SEPASANG SIMPANSE (Pan troglodytes Blumenbach, 1799) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, TAMAN MARGASATWA RAGUNAN, JAKARTA SKRIPSI

Deskripsi Tingkah Laku Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert) di Taman Margasatwa Ragunan

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Analisis Penggunaan Ruang dan Waktu Rusa Sambar Rusa unicolor di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Disiapkan Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

1-10 Juni 2015 Taman Nasional Gunung Palung Kalimantan Barat, Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Orangutan yang sedang beraktivitas di hutan

Faktor Faktor Penentu Keberhasilan Pelepasliaran Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di Taman Nasional Bukit Tigapuluh

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Gajah Sumatera (Elephas maxius sumateranus) Menurut Lekagung dan McNeely (1977) klasifikasi gajah sumatera

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

Evaluasi Tatalaksana Pemeliharaan dan Tingkah Laku Sosial Macaca di Taman Marga Satwa Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Sulawesi Utara

POPULASI BEKANTAN Nasalis larvatus, WURM DI KAWASAN HUTAN SUNGAI KEPULUK DESA PEMATANG GADUNG KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

Transkripsi:

Stephanie R., Koen P., Kasiyati -18 PERILAKU GORILA (Gorilla gorilla gorilla, S.) JANTAN DEWASA (SILVERBACK) DALAM KANDANG ENCLOSURE DAN HOLDING DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER JAKARTA Stephanie Reaganty*, Koen Praseno*, Kasiyati* *Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT This study aims to giving information about the daily behaviour adult male (silverback) gorilla at Schmutzer Primate Center, and also the time efficiency when gorillas were in enclosure and holding cage. The animal objects of this study were three male gorillas in silverback group, they were Kumbo (17 years old), Kihi (17 years old),and Komu (15 years old). The research s method by observating each gorilla s behaviour with focal animal sampling method, interview the related data to the gorilla s keeper and the veterinarian at Schmutzer Primate Center, as well as literature study. Observed daily behaviour were feeding,movement, social, resting and individual behaviour. The behavioural differences of each gorilla were analyzed using ANOVA and when there was significance difference in the result, the test would be continued using Duncan s multiple range test at a significance level of 95%, while the daily behavioural differences of adult male gorillas in enclosure and holding cages were analyzed with T-test. Activity in enclosure cage was more variance than in the holding cage. More naturally enrichment in enclosure cage was very supporting gorilla to increase its own natural behaviour is strongly affected by the environment s condition. Keywords: adult male gorillas (silverback), daily behaviour, enclosure, holding,jakarta Schmutzer primate center ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian masing-masing individu gorila jantan dewasa (silverback) di Pusat Primata Schmutzer, serta pemanfaatan waktu pada saat gorila berada di enclosure dan holding. Individu yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tiga ekor gorila jantan yang termasuk ke dalam kelompok silverback. Nama masing-masing gorila tersebut adalah Kumbo (17 tahun), Kihi (17 tahun), dan Komu (15 tahun). Cara kerja penelitian ini adalah pengamatan perilaku masing-masing individu dengan menggunakan metode focal animal sampling, wawancara yang dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gorila kepada keeper dan dokter hewan yang ada di Pusat Primata Schmutzer, serta studi pustaka. Perilaku harian yang diamati adalah perilaku makan, perilaku pergerakan, perilaku sosial, perilaku istirahat, dan perilaku individu. Analisis data perbedaan perilaku masing-masing individu gorila diolah menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan digunakan uji lanjut berupa uji jarak berganda Duncan pada taraf signifikansi 95%, sedangkan analisis data perbedaan perilaku harian gorila jantan dewasa di kandang enclosure dan holding dilakukan dengan uji T (T-Test). Aktifitas di enclosure lebih bervariasi daripada aktifitas di holding. Enrichment yang lebih alami pada kandang enclosure sangat mendukung gorila untuk meningkatkan perilaku alaminya. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah perilaku gorila sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Kata kunci: Gorila jantan dewasa (silverback), perilaku harian, enclosure, holding, Pusat Primata Schmutzer Jakarta

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 PENDAHULUAN Gorila adalah primata yang termasuk ke dalam kelompok kera besar. Primata ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Gorilla gorilla (gorila dataran rendah barat) dan Gorilla beringei (gorila dataran rendah timur). Tubuh gorila ditutupi oleh rambut kecuali pada bagian wajah, telinga, tangan, dan kaki. Ciri khas gorila adalah memiliki bentuk tubuh yang kekar dan padat dengan bentuk lubang hidung yang lebar, mata serta telinga berukuran kecil Sebagian besar gorila dapat ditemukan di hutan hujan tropis dan termasuk satwa teresterial (Nowak, 1999). Hilangnya habitat, perburuan liar, perdagangan ilegal, serta serangan penyakit merupakan ancaman terbesar bagi populasi gorila. Selain itu, tubuh gorila juga dijadikan sebagai obat tradisional dan untuk tujuan magis di beberapa pedalaman di Afrika. Hal tersebut menyebabkan status konservasi gorila terancam punah menurut IUCN (Nelleman et al., 20). Berbagai upaya konservasi harus dilakukan untuk menjaga kelestarian gorila. Salah satu upaya tersebut adalah pemeliharaan gorila di habitat eksitu. Pusat Primata Schmutzer (PPS) adalah satu-satunya pusat primata yang ada di Indonesia, yang terletak di sekitar kompleks Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Pusat Primata Schmutzer memiliki sekitar 16 jenis primata yang berasal dari dalam dan luar negeri. Salah satu primata yang dipelihara di Pusat Primata Schmutzer adalah gorila. Satwa ini tidak termasuk endemik Indonesia, oleh karena itu pemeliharaan secara eksitu terhadap gorila di PPS harus diperhatikan agar gorila tersebut merasa seperti di habitat aslinya dan dapat berkembang dengan baik. Terdapat dua kandang gorila di PPS, yaitu enclosure dan holding. Kandang tersebut digunakan secara bergantian oleh gorila di PPS. Penelitian mengenai perilaku harian gorila dilakukan untuk mengetahui perbedaan perilaku masing-masing individu gorila jantan dewasa (silverback) di Pusat Primata Schmutzer dan pemanfaatan waktu pada saat gorila berada di enclosure dan holding. Informasi yang diperoleh diharapkan berguna bagi pemeliharaan gorila secara eksitu, terutama di Pusat Primata Schmutzer. METODOLOGI Individu yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah tiga ekor gorila jantan yang termasuk ke dalam kelompok silverback. Nama masing-masing gorila tersebut adalah Kumbo (17 tahun), Kihi (17 tahun), dan Komu (15 tahun). Prapenelitian dilakukan selama 3 hari sebelum pengamatan penelitian dilakukan. Kegiatan yang dilakukan selama prapenelitian adalah mengenali ciri khas 11

Stephanie R., Koen P., Kasiyati -18 individu gorila yang diamati, mengetahui jadwal keluar-masuk kandang tidur dan jadwal makan, serta berlatih mengamati perilaku gorila untuk menentukan variabelvariabel yang akan diteliti pada penelitian ini. Prapenelitian juga bertujuan untuk penyesuaian peneliti dengan manajemen pemeliharaan gorila di Pusat Primata Schmutzer. Pengamatan perilaku harian gorila jantan dewasa (silverback) dilakukan dengan metode focal animal sampling. Interval waktu yang digunakan dalam pengamatan ini adalah 30 menit untuk masing-masing individu. Aktifitas yang terjadi pada satu individu dalam durasi 30 menit, dicatat seluruhnya. Pengamatan dimulai pada pagi hari pukul 09.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB. Waktu pengamatan terbagi atas tiga, yaitu pagi hari (09.00 WIB -.30 WIB), siang hari (11.00 WIB - 12.30 WIB), dan sore hari (13.00 WIB - 14.30 WIB). Pengamatan perilaku harian gorila jantan dewasa (silverback) dilakukan pada saat gorila berada di kandang terbuka (enclosure) dan kandang peraga (holding). Perilaku harian yang diamati adalah a. Perilaku makan adalah perilaku harian yang mencakup rangkaian kegiatan primata untuk menggapai, mendapatkan, mengunyah, dan menelan makanan pada suatu sumber pakan (Galdikas, 1986). b. Perilaku pergerakan, yaitu perpindahan individu dari satu lokasi ke lokasi lain dengan menggunakan alat gerak untuk mendorong tubuh (Ogden dan Schildkraut, 1991). c. Perilaku sosial adalah aktifitas yang melibatkan interaksi antara 2 individu atau lebih (Wiens, 2002). d. Perilaku istirahat berlaku pada saat gorila tidak sedang melakukan pergerakan perpindahan tempat, misalnya duduk (sit), berbaring (lay), dan tidur (rest) (Ogden dan Schildkraut, 1991). e. Perilaku individu, yaitu aktifitas gorila tanpa adanya interaksi dengan individu lainnya (Ogden dan Schildkraut, 1991). Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan gorila kepada keeper dan dokter hewan yang ada di Pusat Primata Schmutzer. Studi pustaka dilakukan dengan cara menelusuri literatur yang mendukung mengenai perilaku harian gorila dan membandingkan dengan hasil pengamatan perilaku gorila jantan dewasa (silverback) di Pusat Primata Schmutzer. Data kuantitatif dari hasil pengamatan dihitung berupa total waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing perilaku, selanjutnya dihitung persentase untuk masing-masing perilaku yang telah diamati. Analisis data perbedaan perilaku masing-masing individu gorila diolah 12

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan yang signifikan digunakan uji lanjut berupa uji jarak berganda Duncan pada taraf signifikansi 95%, sedangkan analisis data perbedaan perilaku harian gorila jantan dewasa di kandang enclosure dan holding dilakukan dengan uji T (T-Test). Data penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik dengan penjelasan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku harian gorila jantan dewasa (silverback) yang diamati di Pusat Primata Schmutzer (PPS) dikelompokkan menjadi lima perilaku, yaitu perilaku makan, pergerakan, istirahat, sosial, dan sendiri. Gambar 1.Histogram persentase total jumlah waktu perilaku harian gorila di PPS Pengamatan perilaku hanya terbatas pada saat gorila berada di enclosure dan holding. Pengamatan dilakukan selama 17 hari dengan total waktu pengamatan adalah 57 jam 37 menit 42 detik. Pengamatan perilaku harian gorila di PPS menunjukkan bahwa perilaku dengan persentase total jumlah waktu tertinggi adalah perilaku istirahat dengan persentase sebesar 40,9%, sedangkan perilaku dengan persentase terendah adalah perilaku sosial, yaitu sebesar 0,3%, seperti yang disajikan pada Gambar 1. Intensitas perilaku istirahat gorila di PPS ini akan lebih meningkat pada saat cuaca panas. Gorila yang berada di enclosure biasanya akan beristirahat di dalam goa atau di bawah pohon, sedangkan gorila yang berada di holding akan beristirahat di lantai holding. Tingginya persentase perilaku istirahat gorila ini hampir sama dengan penelitian Mallavarapu (2001) yang menyatakan bahwa gorila menghabiskan sebagian besar waktunya untuk istirahat. Perilaku sosial merupakan perilaku yang jarang dilakukan gorila selama penelitian. Hal ini terjadi karena ketiga gorila di PPS merupakan gorila jantan. Naluri alami gorila PPS untuk jarang berinteraksi dengan sesama gorila jantan, mendukung pernyataan Meder (1992) dan Lang (2005) yang menyatakan bahwa gorila jantan ketika menjadi gorila dewasa (silverback) pada usia sekitar 12-13 tahun akan meninggalkan kelompoknya dengan hidup soliter dan tidak akan mentolerir jantan lain jika bukan anaknya. 13

Stephanie R., Koen P., Kasiyati -18 A. Perilaku Istirahat Hasil analisis data perilaku masingmasing gorila menunjukkan bahwa perilaku istirahat di antara ketiga gorila di PPS adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05) (Tabel 1). Hal ini mungkin terjadi karena ketiga gorila ini sama-sama memiliki kebutuhan untuk istirahat, terutama pada saat cuaca panas. Demikian juga dengan hasil analisis pemanfaatan waktu istirahat gorila di enclosure dan holding juga menunjukkan bahwa pemanfaatan waktu gorila di enclosure dan holding adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05) (Tabel 4.2) karena perilaku istirahat tidak dipengaruhi dengan keadaan struktur kandang, di mana enclosure terkesan lebih alami daripada holding yang cenderung kurang alami. Perilaku beristirahat biasanya dilakukan pada saat temperatur udara meningkat, yaitu sekitar pukul 11.00-12.00 WIB karena pada saat cuaca panas memicu peningkatan aktifitas metabolisme, sehingga aktifitas yang tepat dilakukan adalah istirahat. Gorila di PPS jarang terlihat membangun sarang untuk beristirahat selama pengamatan, padahal membangun sarang adalah sifat alami mereka di alam liar dan kebiasaan tersebut terpaksa berubah karena berada di penangkaran. Selain itu, kandang gorila di PPS telah diberikan fasilitas sebagai tempat beristirahat, seperti goa di enclosure. Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Perilaku Harian Individu Gorila PPS (dalam satuan menit) Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada baris yang sama berarti berbeda tidak nyata (p > 0,05) dan superskrip dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (p < 0,05). 14

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Perilaku Harian Gorila PPS di kandang enclosure dan holding (dalam satuan menit) Keterangan : Huruf superskrip yang sama pada baris yang sama berarti berbeda tidak nyata (p > 0,05) dan superskrip dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama berarti berbeda nyata (p < 0,05). sarang. Hal tersebut menyebabkan tidak munculnya sifat alami gorila untuk membangun Perilaku Makan Hasil analisis data pada perilaku makan menunjukkan bahwa perilaku makan gorila di PPS adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05) (Tabel 1). Hal ini terjadi karena ketiga gorila tersebut memperoleh sumber pakan yang sama dan diperlakukan dengan sama oleh keeper. Demikian halnya dengan pemanfaatan waktu makan gorila di enclosure dan holding menunjukkan bahwa pemanfaatan waktu makan gorila di enclosure dan holding adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05), seperti yang tersaji pada Tabel 2 karena pada saat gorila berada di enclosure ataupun di holding tetap memperoleh pakan yang sama dari PPS. Aktifitas makan gorila di PPS dimulai pada pagi hari pukul 07.00-09.00 WIB dan dilanjutkan pada pukul 12.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Sumber pakan gorila di PPS dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu pakan dari PPS, pakan alam, dan pakan dari pengunjung. Pemberian pakan kepada gorila di PPS dilakukan sebanyak 5 kali dalam sehari. Terkadang beberapa makanan seperti kismis, kurma, kacang ataupun kuaci akan dimasukkan ke dalam feeding tube yang berada di holding dan enclosure sebagai variasi pakan. Rasa khas pada pakan yang dimasukkan ke dalam feeding tube tersebut sangat disukai oleh gorila. Hal ini mendukung pendapat McDonald et al. (1995) yang menyatakan bahwa palatabilitas timbul akibat bekerjanya indera penciuman, peraba, dan perasa. Adapun posisi makan gorila di PPS adalah 15

Stephanie R., Koen P., Kasiyati -18 duduk, berdiri quadrupedal, berjalan, dan berbaring. Perilaku Pergerakan Hasil uji signifikansi perilaku pergerakan menunjukkan bahwa terdapatperbedaan perilaku pergerakan yang signifikan (p < 0,05) di antara ketiga individu (Tabel 1). Sedangkan hasil uji signifikansi pemanfaatan waktu pergerakan gorila di enclosure dan holding juga menunjukkan bahwa pemanfaatan waktu pergerakan gorila di enclosure dan holding memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,05) (Tabel 2). Faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang signifikan tersebut adalah faktor usia, bobot tubuh, serta luas daerah jelajah. Bergerak secara quadrupedal adalah bergerak dengan menggunakan keempat anggota geraknya, sedangkan bipedal adalah bergerak menggunakan dua anggota gerak. Perilaku pergerakan bipedal dilakukan pada saat memukul dada dan ketika tangannya memegang makanan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Maple dan Hoff (1982), serta Ogden dan Schildkraut (1991) bahwa gorila melakukan pergerakan bipedal pada saat memukul-mukul dada dan terkadang dilakukan sambil memegang benda lainnya. Selama pengamatan, perilaku pergerakan memanjat biasanya Perilaku sendiri Hasil analisis data perilaku sendiri menunjukkan tidak terdapat perbedaan perilaku sendiri di antara ketiga individu (p > 0,05) (Tabel 1). Sedangkan hasil uji signifikansi pemanfaatan waktu sendiri gorila di enclosure dan holding juga mengindikasikan bahwa pemanfaatan waktu sendiri gorila di enclosure dan holding adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05) (Tabel 2). Adapun perilaku sendiri yang dilakukan gorila di PPS adalah bermain dengan enrichment yang ada di holding ataupun dengan ranting pohon yang ada di enclosure. Selain itu, gorila di PPS juga sering mengeluarkan suara dan menelisik. Suara yang dikeluarkan biasanya berupa lolongan pendek yang menandakan bosan ataupun sedih yang terlihat dari ekspresi wajah gorila. Deskripsi ekspresi wajah sedih gorila di PPS adalah mata agak terpejam dengan posisi alis berkerut dan bibir bagian atas dan bawah ditekuk ke bawah. Perilaku bersuara juga dilakukan ketika suasana hati sedang senang pada saat makan. Hal ini serupa dengan pernyataan Ogden dan Schildkraut (1991) bahwa gorila terkadang mengeluarkan suara berturutturut untuk menunjukkan emosi tidak suka, lolongan untuk menunjukkan kesedihan, mengeluarkan suara dengkuran dalam yang menunjukkan rasa senang. Kountz and 16

Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXI, Nomor 1, Maret 2013 Roush (1996) mengemukakan bahwa perilaku bersuara (vokalisasi) merupakan komunikasi dalam bentuk sinyal akustik. Komunikasi dalam bentuk sinyal akustik memiliki keuntungan, yaitu cepat ditransmisikan melalui media udara dan dapat ditransmisikan hingga jarak jauh. Perilaku Sosial Perilaku sosial gorila di PPS menunjukkan berbeda tidak nyata (p > 0,05) (Tabel 1). Demikian juga dengan pemanfaatan waktu perilaku sosial gorila di enclosure dan holding menunjukkan bahwa pemanfaatan waktu perilaku sosial gorila di enclosure dan holding adalah berbeda tidak nyata (p > 0,05) (Tabel 2). Hal ini terjadi karena ketiga gorila tersebut merupakan sesama individu jantan, yang pada dasarnya memang tidak banyak melakukan interaksi sosial. Perilaku sosial ini adalah perilaku dengan persentase terendah di antara perilaku lainnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena gorila yang berada di PPS berjenis kelamin jantan. Hubungan gorila jantan sangat minim karena mereka akan lebih menunjukkan dominansi dan persaingan yang kuat. Beberapa hal tersebut cukup menjadi alasan mengapa perilaku sosial gorila di PPS memiliki persentase terendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Meder (1992) dan Lang (2003) yang menyatakan bahwa gorila di alam liar saat memasuki usia dewasa (silverback) cenderung menjauhkan diri dari sesama gorila jantan dan perilaku sosial biasanya tampak lebih nyata antara gorila jantan dan betina karena hal ini berhubungan dengan reproduksi dan proteksi gorila jantan terhadap gorila betina. KESIMPULAN Perilaku yang memiliki perbedaan yang signifikan antara ketiga individu gorila jantan dewasa adalah perilaku pergerakan. Selain itu, perilaku pergerakan juga memiliki perbedaan yang signifikan dalam pemanfaatan waktu di enclosure dan holding. Perilaku makan, istirahat, sendiri, dan sosial memiliki perbedaan yang tidak signifikan antara ketiga individu gorila jantan dewasa di PPS. Aktifitas di enclosure lebih bervariasi daripada aktifitas di holding. Enrichment yang lebih alami pada kandang enclosure sangat mendukung gorila untuk meningkatkan perilaku alaminya. Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah perilaku gorila sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Galdikas, B. M. F. 1986. Adaptasi Orangutan di Suaka Tanjung Puting Kalimantan. UI Press. Jakarta. 17

Stephanie R., Koen P., Kasiyati -18 Kountz, F. W and Roush, R. S. 1996. Communication and social behaviour. The university of Chicago Press. London. Lang, K. C. 2005. Primate Factsheets: 17 Gorilla. University of Winconsin. Madison. Mallavarapu, S. 2001. Play Behaviour in Infant Western Lowland Gorillas at the Lincoln Park Zoo. Thesis. University at Carbondale. Maple, T.L and Hoff, M.P. 1982. Gorilla behaviour. Van Nostrand Reinhold company. New York. McDonald, P et al. 1995. Animal Nutrition. John Wiley & Sons Inc. New York. Meder, A. 1992. Effects of the environtment on the Behaviour of the lowland gorilla in zoos. Primate Report. USA. Nelleman, C., Redmon, J., Refisch. 20. The last stand of Gorilla- Enviromental Crime and Conflict in the Congo Basin. United Nations Environment Programme. Norway. Nowak, R. M. 1999. Walker's Mammals of the World, 6th edition. Johns Hopkins University Press. Canada. Ogden, J., Schildkraut, D. 1991. Gorilla Ethograms. The gorilla behaviour advisory Group. Los angeles. Wiens, F. 2002. Behaviour and Ecology of Wild Slow Lorises (Nycticebus coucang): Social Organization, Infant Care System, and Diet. Dissertation. University of Bayreuth. 18