BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Minat dan bakat merupakan dua faktor internal yang sangat erat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. terlihat proses perubahan ke arah yang lebih baik. Prestasi belajar merupakan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil berupaya untuk menciptakan lulusan

BAB I PENDAHULUAN Sejak itu, ilmu psikologi berkembang dan banyak diselenggarakan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Urbina, 2006). Mulai dari bidang pendidikan, industri dan organisasi sampai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. psikologi dituntut harus mampu mengungkap aspek-aspek psikologis dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tes-tes yang sudah ada (Anastasi & Urbina, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian dibutuhkan sebuah metode. Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari hari manusia selalu dipenuhi dengan tes. Ketika akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 207

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan potensi siswa secara optimal. Pada jenjang SMA, upaya

VALIDITAS INSTRUMEN. Dalam teori tes klasik X = T + E

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ASESMEN DALAM BK PPT 3 1

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Contohnya di bidang pendidikan, tes psikologi digunakan untuk

METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 60) dalam bukunya menyimpulkan bahwa variabel penelitian

Berdasarkan pemikiran ini Amthauer menyusun sebuah tes yang dinamakan IST dengan hipotesis kerja sebagai berikut:

Ringkasan Laporan Penelitian 2007

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. program studi para siswa (Ruslan,1986:13). Tujuan dari penjurusan (Ruslan, 1986:14), yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

Psikometri Validitas 2

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Modul ke: Psikometri. Validitas 1. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, maka metode yang digunakan yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

PREDIKSI SOAL UJI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING 2015

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI I NATAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan, dan klinis (Anastasi dan Urbina, 1997; Aslam, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Sistem Rekomendasi Psikotes untuk Penjurusan Siswa SMA menggunakan Metode Modified K-Nearest Neighbor

ASSESMEN PSIKOLOGIS. Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Psi. Oleh : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Konstruksi Alat Ukur Psikologi

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

BAB 3 Metode Penelitian

Psikometri Validitas 1

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali penelitian yang menunjukkan tentang rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

LAPORAN HASIL TES INTELEGENSI IST (INTELLIGENCE STRUCTURE TEST)

Tes bagian yg integral dari pengukuran.pengukuran hanya bagian dari evaluasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

Modul ke: Psikometri. Validitas 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut,

4. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat, karena melalui pendidikan pengembangan berbagai potensi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUANTIFIKASI & OBJEKTIVITAS DALAM PEMERIKSAAN PSIKOLOGI

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN TERHADAP PERENCANAAN PEMILIHAN JURUSAN SISWA KELAS X A TAHUN AJARAN 2014/2015

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah

Penilaian Penilaian adalah suatu proses sistematik dan variatif yang meliputi pengumpulan data dan interpretasi data yang berperan sebagai umpan balik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Isjoni (2006:57) mengemukakan bahwa Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Kualitas pendidikan formal dapat diketahui dalam bentuk nilai prestasi belajar yang diperoleh di bangku sekolah. Namun sayang, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingan beberapa negara. Sebagaimana terlihat pada laporan International Education Achievement (Isjoni, 2006:107) Kemampuan membaca siswa Indonesia berada dalam urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara kemampuan Matematika siswa Indonesia berada dalam urutan ke 39 dari 42 negara. Adapun kemampuan IPA, Indonesia berada pada urutan 40 dari 42 negara. Mungkin tidak bangsa yang merasa puas dengan kualitas pendidikan di negaranya. Hal ini, karena standar mutu pendidikan itu dinamis, dan tidak statis. Prestasi belajar yang diperoleh siswa tentunya tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Surya (1979:123) mengungkapkan: Adila Tsania, 2012 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1

2 Salah satu faktor penyebab kesulitan belajar yang terletak dalam diri siswa (internal) adalah kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa yakni inteligensi dan bakat. Kemampuan dasar inteligensi dan bakat merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar, jika kemampuan ini rendah maka hasil yang dicapai akan rendah pula, dan siswa akan mengalami kesulitan belajar jika tidak memiliki bakat dalam suatu kegiatan belajar. Pada hakikatnya setiap individu memiliki kecakapan potensial dalam dirinya. Makmun (2003:54) mengungkapkan Kecakapan potensial adalah kecakapan yang masih terkandung dalam diri yang diperolehnya secara herediter, kecakapan tersebut dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu kecakapan dasar umum (inteligensi) dan kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitudes). Dapat disimpulkan bahwa inteligensi dan bakat merupakan modal utama yang dimiliki siswa, dalam pengembangan inteligensi dan bakat tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan di sekolah. Inteligensi dan bakat berkaitan erat dengan prestasi belajar. Makmun (2003:54) mengungkapkan bahwa Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji sekarang juga karena merupakan hasil belajar, sedangkan inteligensi dan bakat merupakan kecakapan yang masih terkandung atau bersifat potensial. Kecakapan potensial akan menjadi nyata melalui proses belajar, dan kecakapan nyata ditentukan oleh kecakapan potensial. Hal tersebut mengandung konsekuensi bahwa inteligensi dan bakat siswa itu harus dikenali agar dapat diikuti perkembangannya dengan sebaik-baiknya. Istilah mengenali disini diartikan sebagai mengetahui berapa taraf inteligensi dan bakat seseorang, untuk dapat mengukur taraf inteligensi dan bakat dapat digunakan alat psikometri yang biasa disebut tes psikologis.

3 Di Indonesia bermacam-macam tes psikologis telah diadaptasi dari luar negeri dan telah luas digunakan oleh tenaga ahli di bidang ini seperti psikolog dan konselor. Tes psikologi merupakan intrumen penting dalam proses assesmen, tes psikologi digunakan untuk pemecahan permasalahan praktis yang berskala luas, baik di bidang pendidikan, klinis, maupun organisasi. Dalam bidang yang lebih luas seperti klinis atau organisasi, tes psikologi digunakan oleh psikolog. Sedangkan dalam bidang pendidikan khususnya sekolah, tes psikologis digunakan oleh guru bimbingan dan konseling (konselor). Upaya pemanfaatan hasil tes psikologi dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkungan sekolah dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling. Pemanfaatan hasil tes psikologi salah satunya adalah dengan cara mengolah dan menganalisis hasil tes psikologi secara bersama-sama dengan data atau informasi lain, misalnya dengan data prestasi belajar siswa. Sukardi dan Kusmawati (2009:8) mengungkapkan tujuan tes psikologis dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut: Agar siswa mampu mengenal aspek-aspek dalam dirinya (kemampuan, potensi, bakat, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya), dengan mengenal aspek-aspek dirinya diharapkan siswa dapat menerima keadaan dirinya secara lebih obyektif, membantu siswa untuk mampu mengemukakan berbagai aspek dalam dirinya, membantu siswa agar dapat menggunakan informasi dirinya sebagai dasar perencanaan dan pembuatan keputusan masa depan. Saat ini sudah banyak sekolah yang mempergunakan tes psikologis untuk siswanya, salah satu diantara tes psikologis tersebut adalah APM (Advances Progressive Matrices) dan IST (Intelligenz Strukture Test). APM merupakan salah satu tes inteligensi yang efektif mengukur taraf inteligensi, dan IST

4 merupakan salah satu tes psikologis yang mengukur bakat. Di sekolah, penggunaan tes APM dan IST dimaksudkan untuk kepentingan bimbingan dan konseling. Hasil tes APM digunakan untuk menolong siswa memahami dirinya dengan lebih baik, terutama dalam kegiatan belajar di sekolah karena inteligensi merupakan petunjuk tentang potensi belajar siswa, dengan rekomendasi yang dihasilkan IST siswa akan disalurkan pada kelas yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya secara obyektif. SMA Laboratorium Percontohan UPI adalah salah satu sekolah yang menyelenggarakan psikotes bekerja sama dengan Laboratorium Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (LPPB FIP UPI). Salah satu tes psikologis yang sering digunakan dalam penyelenggaraan psikotes tersebut adalah APM (Advances Progressive Matrices) sebagai tes inteligensi dan IST (Intelligenz Strukture Test) sebagai pengungkap bakat yang dimiliki siswa. Hasil dari tes psikologis tersebut digunakan untuk bimbingan dan konseling, khususnya dalam kegiatan penjurusan di sekolah. Rekomendasi yang dihasilkan IST dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam penyaluran dan penempatan siswa pada jurusan yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya secara obyektif. Kondisi tersebut merupakan salah satu alasan yang mendorong lahirnya konsep bahwa sekolah sebaiknya menempatkan peserta didik ke dalam kelas-kelas yang sesuai dengan bakatnya. Misalnya, untuk siswa yang berkemampuan tinggi di bidang IPA ditempatkan pada kelas IPA, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi di bidang IPS ditempatkan di kelas

5 IPS begitu pun Bahasa. Penjurusan siswa pada jurusan tertentu diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan dan pengajaran yang sesuai sehingga prestasi belajar mereka dapat optimal. Sayangnya, harapan dilakukannya penjurusan (IPA, IPS dan Bahasa) tidak selamanya menjadi solusi bagi peningkatan prestasi belajar. Masih ditemukannya permasalahan rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa karena tidak sesuai dengan kemampuan potensial (inteligensi dan bakat) dan minta siswa. Penempatan siswa pada jurusan tertentu terkadang lebih mengutamakan pada prestasi belajar siswa di kelas sebelumnya dibanding minat dan bakatnya. Penempatan siswa pada jurusan tertentu hendaknya dapat mempertimbangkan hasil pengukuran psikologis, salah satunya tes APM dan IST. Hasil tes APM dan IST dapat dijadikan salah satu prediktor prestasi belajar. Sebagaimana yang diungkapkan Fishman (Soolistyo, 1993: 82) bahwa:...prediktor terhadap prestasi belajar dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu intelektif dan non intelektif. Prediktor yang intelektif ialah skor dari tes bakat dan tes inteligensi, angka rata-rata atau ranking di sekolah menengah. Sedangkan prediktor non intelektif ialah inventori dan tes kepribadian dan motivasi, inventori minat, interview dan rating, informasi biografis, dan inventori kebiasaan-kebiasaan dalam studi... APM dan IST sebagai tes psikologis yang sering digunakan di sekolah tentunya harus memiliki validitas yang baik. Suatu tes dikatakan valid bila tes tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Allen & Yen (1979: 95) validitas tes dapat dibagi kedalam tiga kelompok utama yaitu : (1) validitas isi (content validity), (2) validitas konstruk (construct validity) dan (3) validitas kriteria (criterion related validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas

6 prediktif, apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan kinerja pada masa yang akan datang. Tes APM dan IST merupakan salah satu tes psikologi yang sering digunakan untuk memprediksi keberhasilan belajar siswa di sekolah. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Ausubel dan Robinson (1972:243) bahwa Sering digunakannya tes inteligensi di sekolah disebabkan karena daya ramalnya tinggi terhadap keberhasilan belajar di sekolah. SMA Laboratorium Percontohan UPI merupakan salah satu sekolah yang memanfaatkan hasil tes psikologi APM dan IST dalam pelaksanaan penjurusan siswa di sekolah. Penjurusan siswa yang didasarkan atas rekomendasi hasil IST dipercaya dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dengan asumsi, seorang siswa akan lebih memiliki prestasi belajar jika bidang yang dipelajarinya di sekolah selain sesuai dengan minat, juga sesuai dengan bakatnya. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah pemanfaatan hasil tes psikologi APM dan IST dalam bimbingan dan konseling khususnya pada proses penjurusan di SMA Laboratorium Percontohan UPI sudah mampu menempatkan siswa pada bidang yang sesuai dengan kemampuan potensialnya dan dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa. Hal tersebut mengandung konsekuensi bahwa perlunya pengujian validitas prediktif tes APM dan IST terhadap prestasi belajar siswa. Validitas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan berfungsi sebagai prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Sekolah perlu memiliki keyakinan yang berdasar secara empirik terhadap ketepatan APM sebagai tes inteligensi dan IST sebagai tes bakat dalam

7 memprediksi prestasi belajar siswa. Hal ini penting terutama untuk menjawab pertanyaan apakah tes APM dan IST benar-benar dapat diandalkan atau tidak dalam menentukan prestasi belajar siswa di sekolah. Maka dari itu, penulis tertarik mengkaji secara ilmiah dengan melakukan penelitian tentang validitas prediktif skor APM dan IST terhadap prestasi belajar yang bertujuan untuk melihat seberapa besar skor inteligensi dan bakat memiliki hubungan terhadap prestasi belajar siswa sehingga membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Dalam suatu penelitian, perlu diketahui rumusan masalahnya. Hal ini dianggap penting, karena masalah merupakan hal pokok yang hendak dicari jawaban pemecahannya melalui suatu penelitian. Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah skor APM dan IST dapat memprediksi prestasi belajar siswa. 2. Batasan Masalah Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk membatasi ruang lingkup agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus dan terarah. maka untuk lebih memperjelas, mempermudah dan memfokuskan penelitian, maka penulis hanya akan membahas tentang pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti berikut ini. a. Validitas prediktif diperoleh dari korelasi antara skor tes APM dengan prestasi belajar, dan korelasi skor IST dengan prestasi belajar

8 b. APM yang digunakan terdiri atas dua perangakat tes, perangkat pertama terdiri atas 12 butir soal dan perangkat kedua terdiri atas 36 butir soal, pelaksanaan tes dengan batas waktu, digunakan untuk mengukur ketepatgunaan kerja intelektual. c. IST mengungkap sembilan aspek bakat, yaitu SE (Satzerganzung) mengukur masalah pembentukan keputusan, WA (Wortauswah) mengukur daya berpikir verbal yang integratif, AN (Analogien) mengukur kemampuan fleksibilitas berpikir, GE (Gemeinsamkeiten) mengukur kemampuan abstraksi, ME (Merk Aufgaben) mengukur kemampuan daya ingat, RA (Rachen Aufgaben) mengukur kemampuan hitung praktis, ZR (Zahlen Reihan) mengukur kemampuan hitung teoritis, FA (Form Auswahl) mengukur kemampuan analisis dan sintesis, WU (Wurfel Aufgaben) mengukur kemampuan tilikan ruang atau tiga dimensi. Dalam penelitian ini IST deberikan secara klasikal. Setiap sub tes IST memiliki waktu dan cara pengerjaan yang berbeda. d. Data tes APM dan IST yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skor tes APM dan IST SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2008/2009, yakni ketika siswa kelas X. e. Prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah data prestasi belajar siswa kelas XII tahun ajaran 2010/2011 dalam pra ujian nasional. f. Nilai pra ujian nasional pada jurusan IPA terdiri dari nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedangkan pada jurusan IPS terdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi.

9 C. Pertanyaan Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah pada pokok permasalahan yang hendak diteliti, penulis membuat rincian masalah sebagai pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum inteligensi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimana gambaran umum bakat siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 3. Bagaimana gambaran umum prestasi belajar siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 4. Apakah skor tes APM siswa ketika kelas X berkorelasi dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? 5. Apakah skor tes setiap sub IST siswa ketika kelas X berkorelasi dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011? D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi mengenai validitas prediktif atau daya ramal dari skor tes Advance Progressive Matrices (APM) dan skor pada setiap sub Intelligenz Strukture Test (IST)

10 terhadap prestasi belajar siswa. Dari tujuan umum tersebut, penulis lebih menjabarkan lagi tujuan tersebut ke dalam beberapa tujuan khusus. Adapun tujuan penelitian secara khusus sebagai berikut: 1. Mengetahui gambaran umum inteligensi siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011. 2. Mengetahui gambaran umum bakat siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011. 3. Mengetahui gambaran umum prestasi belajar siswa kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011. 4. Mengetahui korelasi skor tes APM siswa ketika kelas X dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011. 5. Mengetahui korelasi skor tes setiap sub IST siswa ketika kelas X dengan prestasi belajar siswa di kelas XII jurusan IPA dan IPS SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011. E. Asumsi Asumsi atau anggapan dasar dalam suatu penelitian merupakan pegangan sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian. Penulis mengadakan penelitian ini dengan asumsi bahwa : 1. Sering digunakannya tes inteligensi di sekolah disebabkan karena daya ramalnya tinggi terhadap keberhasilan belajar di sekolah, (Ausubel and Robinson, 1972:243)

11 2. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. (Binet dalam buku Winkel, 1997:529) 3. Keragaman bakat setiap siswa menyebabkan siswa yang bersangkutan akan lebih berhasil dengan baik dalam program studi tertentu yang cocok dengan bakatnya dan kurang berhasil jika ditempatkan dalam program studi lain yang kurang sesuai dengan bakatnya. 4. APM merupakan salah satu tes yang dapat digunakan untuk mengungkap inteligensi siswa. 5. IST merupakan salah satu tes yang dapat digunakan untuk mengungkap bakat siswa. F. Hipotesis Dari asumsi di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut: Skor inteligensi dan bakat yang dihasilkan dari tes Advance Progressive Matrices (APM) dan setiap sub Intelligenz Strukture Test (IST) memiliki validitas prediktif yang positif signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011.

12 G. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk dapat menggambarkan validitas prediktif skor APM dan IST terhadap prestasi belajar siswa. H. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Sampel penelitiannya adalah seluruh siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010/2011 dan telah melalui penyeleksian data. Dengan kata lain, penelitian ini menggunakan sampel total.