Universitas Mercu Buana 49

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

BAB III DATA GEDUNG DAN LINGKUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN KALOR PADA RUANGAN SERVER SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Pengantar Sistem Tata Udara

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN PADA LANTAI 2 GEDUNG SENTRA BISNIS & DISTRIBUSI PT. CITRA NUSA INSAN CEMERLANG (CNI)

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Udara luar = 20 x 30 cmh = 600 cmh Area yang di kondisikan = 154 m². Luas Kaca (m²)

BAB III METODOLOGI DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang

BAB III PERANCANGAN.

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA)

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta

Jurnal Kajian Teknik Mesin Vol. 2 No. 1 April

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

BAB II PERPINDAHAN PANAS DALAM PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

RANCANG BANGUN INSTALASI TATA UDARA RUANG AUDITORIUM DIREKTORAT JENDRAL AHU KEMENKUMHAM

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum

BAB I PENDAHULUAN. Annis & McConville (1996) dan Manuaba (1999) dalam Tarwaka (2004)

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAB III METODOLOGI PENGAMBILAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

BAB IV. ducting pada gedung yang menjadi obyek penelitian. psikometri untuk menentukan kapasitas aliran udara yang diperlukan untuk

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)

ANALISIS BEBAN PENDINGIN PADA RUANG KULIAH PRODI NAUTIKA JURUSAN KEMARITIMAN

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERENCANAAN INSTALASI AIR CONDITIONING DI RUANG PENGAJARAN UMUM PSD III TEKNIK MESIN

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa

SOFTWARE PERHITUNGAN KAPASITAS SISTEM PENYEJUK UDARA DALAM RANGKA KONSERVASI ENERGI TATA UDARA PADA BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persyaratan ruangan yang baik adalah ruangan yang memiliki

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PENGHITUNGAN DATA

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Hotel Sapadia Siantar. Hotel Danau Toba International Medan. Rumah Sakit Columbia Asia Medan

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB IV PENGOLAHAN DATA

UNIVERSITAS INDONESIA PERHITUNGAN COOLING LOAD DAN DISTRIBUSI UDARA PADA RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN SOFTWARE ELITE CHVAC SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

TUGAS AKHIR. PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN RUANG UTAMA Lt. 3 KANTOR MANAJEMEN PT SUPERMAL KARAWACI DENGAN METODE CLTD

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambahnya ketinggian jelajah (altitude) pesawat maka tekanan dan

OPTIMASI RANCANGAN TERMAL SISTEM PENGKONDISIAN UDARA RUANGAN PASCA SARJANA UNISMA BEKASI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB III DASAR TEORI PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN UNTUK FLOATING PRODUCTION UNIT (FPU)

BAB II LANDASAN TEORI

Derajat dari reaksi biokimia pada suatu organisme dipengaruhi oleh:

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

9/17/ KALOR 1

UNIVERSITAS DIPONEGORO PERENCANAAN BEBAN PENDINGINAN DAN PEMASANGAN INSTALASI AIR CONDITIONIG DI RUANG PENGAJARAN UMUM PSD III TEKNIK MESIN

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

TUGAS AKHIR ANALISIS KEMAMPUAN MESIN PENYEGAR UDARA TERPASANG TERHADAP BEBAN PANAS RUANG AIR TRAFIC CONTROL DI BANDAR UDARA BUDIARTO

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

ANALISA BEBAN KALOR SEBAGAI PARAMETER PENENTUAN PEMILIHAN MESIN PENYEGAR UDARA UNTUK DI APLIKASI PADA GEDUNG REKTORAT UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Perancangan Ulang Sistem Pengondisian Udara Untuk Ruangan Pelapisan Krispi Di PT. XYZ

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE

Bab 14 Kenyamanan Termal. Kenyaman termal

ANALISA PEMBEBANAN PADA COLD STORAGE ROOM 33 DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERANT R 12 DI PT

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya.

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Ada dua faktor yang menjadi beba dalam sebuah mesin pendingin yaitu beban internal dan beban ekternal. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya beban internal terjadi karena pengeluaran kalor berasal dari komponen-komponen yang berasal dari dalam ruangan tersebut baik kalor yang berasal dari penghuni ataupun dari variable-variabel peralatan lainnya. Sedangkan beban ekternal terjadi karena adanya proses perpindahan panas dari lingkungan luar ata dari ruangan yang tidak dikondisikan baik secara konduksi, konveksi maupun radiasi. Gambar 3.1 Pengkondisian Udara Ruangan Sumber: www.wikipedia/air_cionditioner 49

Perhitungan baban kalor sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti dibawah ini: 1. Letak posisi gedung 2. Jenis bahan yang dipakai 3. Temperature lingkungan Dalam menentukan perolehan kalor dasar perhitungan yang dipakai pada beban terpanas rata-rata dalam satu tahun. Data-data lain diperoleh dari referensi-referensi yang diperoleh dari pustakan ataupun dari media internet. Langkah-langkah perhitungan beban: 1. Penentuan dan letak posisi gedung 2. Penentuan dimensi ruang 3. Menentukan kondisi rancangan terdiri dari a. Temperature basah b. Temperature kering c. Kelembaban 4. Menentukan kelembaban maksimal di luar sebagai acuan dari perhitungan beban. 5. Mengambil data dari beban yang diperlukan baik untuk beban internal maupun ekternal. 6. Menghitung beban kalor pendingin. 50

3.1. Diagram Air Perhitungan Beban Pendingin Gambar 3.2 Diagram Air Perhitungan 51

3. Persamaan Perhitungan Beban Pendingin 3.2.1 Kondisi dasar Gambar 3.3 Kondisi Dasar Gedung Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Luas lantai m 2 Volume ruangan m 3 Nama bulan Kondisi perancangan 3.2.2 Kondisi Perancangan Tabel 3.1 Kondisi Perancangan T Bola Delta T T Bola Kelembaban Delta Kelembaban Kering Harian Basah relatif Dalam ruangan Luar ruangan 26 C - - 55% 0.0116 Kg/kģ 32 C 8 C 27 82 0.020 Kg/kģ Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara 52

3.2.3 Temperatur Udara Luar dan Jumlah Radiasi Matahari Sepanjang Hari Tabel 3.2 Contoh Tabel Perhitungan Jumlah Radiasi Pukul 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Temperatur luar ( C) Radiasi matahari - (kcal/m 2 h) Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Dalam perhitungan berikut ini hanya dipergunakan harga pada waktu dalam ruangan terjadi beban maximum. Dalam hal tersebut, biasanya dipakai harga pada tersebut di bawah ini. Bagian Timur Pukul 9 sampai 11 Bagian Selatan Pukul 12 sampai 14 Bagian Barat Pukul 16 sampai 18 Tetapi untuk 2 sampai dengan 3 jam lebih lambat ruangan dengan atap Temperatur udara pada suatu saat tertentu dapat diperkirakan dengan formula tersebut di bawah ini....(persamaan 3.1) dimana, = temperatur udara luar sesaat, ( C) = temperatur udara luar untuk perancangan, ( C) 53

Δθ = perubahan temperatur harian, ( C) 15 = perubahan sudut waktu (kecepatan sudut) = = Waktu penyinaran matahari. (Dalam persamaan ini, pukul 12.00 siang adalah 0, pagi hari (A.M.) adalah negatif, dan siang hari (P.M.) adalah positif; sedangkan besarnya dinyatakan sampai satu angka desimal, misalnya pukul setengah sepuluh pagi dinyatakan sebagai 2.5). γ = Saat terjadinya temperatur maximum ( ~ +2). Sesuai dengan kedudukan permukaan bidang terhadap arah datangnya radiasi, maka radiasi matahari langsung adalah: Jn = 1164 P cosech (kcal/m 2 jam)... (Persamaan 3.2) Jh = 1164 P cosech sin h (kcal/m 2 jam)..(persamaan 3.3) Jv = 1164 P cosech cos h (kcal/m 2 jam).(persamaan 3.4) Jβ = 1164 P cosech cos h cos β (kcal/m 2 jam) (Persamaan 3.5) dimana, Jn Jh Jv Jβ = radiasi matahari langsung pada bidang tegak lurus arah datangnya radiasi = radiasi matahari langsung pada bidang horisontal = radiasi matahari langsung pada bidang vertikal = radiasi matahari langsung pada bidang vertikal, tetapi pada posisi membuat sudut samping β dari arah datangnya radiasi. 1164 = konstanta panas matahari (radiasi matahari rata-rata tahunan di antariksa), (kcal/m 2 jam) 54

P = permeabilitas atmosferik ( = 0,6-0,75 pada hariyang cerah). Lihat Gbr. 3.6. h = Ketinggian matahari (Lihat Gbr. 3.4; dinyatakan dalam derajat dengan sistem desimal) Radiasi Matahari Perhitungan ini diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus, namun sebelumnya harus dicari dulu ketinggian matahari (h) dan Azimut (A). Perhitungan radiasi matahari pada posisi jam 09.00 pada: ψ = - 6 δ = 16 λ = -3 sin h = sin ψ sin δ + cos ψ cos δ cos 15 λ (Persamaan 3.6) cos A = ( sin h sin ψ sin δ) / (cos h cos ψ) (Persamaan 3.7) Sehingga dengan perhitungan yang sama akan didapat nilai h dan A pada tabel berikut Tabel 3.3 Contoh Tabel Perhitungan h dan A Waktu 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 h A Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara 55

Radiasi Total: = Jn + Jh + Jv + Jb...(Persamaan 3.8) Radiasi total: = Radiasi matahari langsung + ½ radiasi matahari tak langsung...(persamaan 3.9) 3.2.4 Kalor sensibel daerah perimeter (tepi) Tambahan kalor oleh transmisi radiasi matahari melalui jendela/ kaca Berikut data yang dipeoleh dari tabel (terlampir) mengenai kondisi cuaca di Indonesia. Sebagai berikut: Kondisi Luar Ruangan: Temperatur bola kering Temperatur bola basah = 32 o C = 27 o C Kelembaba relatif rata-rata = 70% Perbandingan kelembaban rata-rata = 0,0189 kg/kg Kondisi Ruangan yang diinginkan: Temperatur bola kering = 24 ± 1 o C Kelembaba relatif rata-rata = 55 ± 10% Perbandingan kelembaban rata-rata = 0,0105 kg/kg 56

Tentukan jumlah penghuni dalam ruangan: Jumlah penghuni rata-rata dalam ruangan Kebutuhan udara segar setiap penghuni = 10 m 2 /orang = 18 CMH/orang Beban transmisi kalor melalui kaca pada sisi bagian utara, timur, selatan. Tabel 3.4 Faktor Transmisi Jendela Dengan Penutup Dalam Kaca Tanpa Penutup Ruangan Kaca Biasa Kaca Ganda 0.95 0,50 - Kaca biasa 0,70 0,50 - Meyerap dari luat 0,6 0,40 Kaca Setengah Cermin 0,4 - Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Q kaca = A x Koefisien kaca x t... (Persamaan 3.10) Sehingga Qkaca /dinding untuk gedung adalah: Qtot = Qutara + Qtimur + Q selatan 3.2.5 Infiltrasi beban kalor sensibel Untuk nilai jumlah pertukaran udara alami yang paling mendekati dengan kondisi gedung adalah 1.5 kali (lihat tabel). 57

Tabel 3.5 Jumlah Pertukaran Udara Rumah Standar Rumah Dengan Banyak Jendela Rumah, pintu dan jendela sering dibuka 1 kali 1,5-2 kali 1,5-2 kali Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Tinggi ruangan adalah: = Tinggi dinding kaca tinggi rongga udara Jumlah udara luar = 18 m 3 /jam x Banyak Orang Volume ruangan = P x L x T Maka: Q = (( V x 1) Jumlah udara luar) x T)) (Persamaan 3.11) Q = Kalor (kcal/jam ) atau (Joule) V = Volume (m 3 ) T = Perbedaan Temperatur ( o C) 58

3.2.6 Beban transmisi kalor melalui dinding dan atap Tabel 3.6 Koefisien Transmisi Kalor dan Kapasitas Kalor Atap Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Kebalikan dari harga tahanan perpindahana kalor (RT) tersebut sama dengan koefisien perpindahan kalor (K). (Persamaan 3.12) Cara perhitungan tersebut hanya dapat digunakan dalam keadaan di mana umlah udara ventilasi (yang masuk) lebih besar daripada jumlah udara yang diganti seperti diterangkan dalam (32). RT = Rsi + R1 + + Rn + Ra + + Rso (m 2 jam C). (Persamaan 3.13) 59

dimana Rsi = tahanan perpindahan kalor dari lapisan permukaan dalam din_ding Tabel 3.7 Hambatan Kalor Permukaan Bagian Luar Rso 0,05 m 2 jam o C/kcal Bagian Dalam Rsi biasa 0,125 * Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara *kebalikan rs dinamian koefisein permukaan a Rso = tahanan perpindahan kalor dari lapisan permukaan luar dinding Tabel 3.8 Tahanan Perpindahan Kalor dari Lapisan Udara Ra Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara R1,...Rn = tahanan perpindahan kalor dari setiap lapisan dinding 60

Apabila tahanan perpindahan kalor R dari lapisan tidak dapat diperoleh dari Tabel 3.8 tersebut, maka R dapat diperoleh dengan memperbanyak tebal dinding dengan r, seperti disebutkan dalam kolom r pada Tabel 3.9. Tabel 3.8 Tahanan Perpindahan Kalor Dari Lapisan Atap Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara R = r x (tebal lantai atap).(persamaan 3.14) R = (R + R + R) l so _ si K = 1 : Rl Nilai ETD berkisar pukul 10.00 dan 14.00 adalah 18.9, maka beban kalor atap adalah: Qatap = Luas Atap x K x ETD......(Persamaan 3.15) ETD= Perbedaan Temperatur 3.2.7 Beban Kalor Laten Daerah Peramiter Ventilasi 61

Untuk jumlah ventilasi alami yaitu dua kali dan untuk nilai selisih perbandingan kelembaban didalama dan di luar ruangan seperti yang telah kita dapat pada awal bab perhitungan adalah 0.0105 kg/kg dan 0.0189 kg/kg. Dan kalor laten penguapan 597.3 kcal/kg untuk daerah tersebut (harga ketetapan). Maka beban kalaor paramiter tepi untuk lantai 1 adalah: Q = V x Jumlah Ventilasi x Qlaten x Delta Kelembaban...(Persamaan 3.16) 3.2.8 Beban Kalor Sensibel Daerah Interior Beban kalor sensibel manusia bisa dilihat pada tabel berikut yaitu 49 kcal/jam dan faktor koreksi kelompok 0.947. Sehingga beban kalor sensibel karena adanya sumber kalor interior adalah: Q = _ N_orang x Qsensibel x Faktor Koreksi.. (Persamaan 3.17) lantai 1 _ Tabel 3.9 Jumlah Kalor Sensible, Laten Dari Orang 62

a. Komputer Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Q = N Alat x Daya x 0.860 kcal/kw x (Persamaan 3.18) b. Lampu Q lampu : = N lampu x Daya x Q Sensibel Lampu (Persamaan 3.19) Tabel 3.10 Kalor Sensibel Dari Peralatan Listrik 63

Sumber: Wiranto Arismunandar, Penyegaran Udara Jadi jumlah kalor total peralatan pada gedung tersebut adalah: = Kalor komputer + Kalor lampu 3.2.9 Beban Kalor Laten daerah Interior Perhitungan kalor laten oleh sumber penguapan interior hanya dilakukan pada jumlah orang yang berada di dalam ruangan, sehingga: Q = N orang x Q laten orang x Faktor kelompok.. (Persamaan 3.20) Dari perhitungan-perhitungan diatas diperoleh jumlah beban ruangan sebagai berikut: 1. Beban kalor sensible perimeter tepi 2. Beban kalor laten daerah parimiter 3. Beban kalor sensible daerah interior - Beban kalor manusai - Beban kalor Peralatan 64

4. Beban kalor laten daerah interior Total beban gedung tersebut adalah : = (1 + 2 + 3 + 4 ) kcal/jam.. (Persamaan 3.21) 3.3 Analisa Sistem Ducting 3.3.1 Velocity Duct Velocity dipilih sesuai dengan fungdi gedung pada tabel dibawah ini sehingga perhitungan didapat: Velocity = (Kapsitas Mesin Supply) : 2..(Perssamaan 3.22) Tabel 3.11 Velocity Ducting Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design 65

3.3.2 CFM Capacity dan Duct Size Friction Rate dipeoroleh senilai 1 in wg per 100 dari of equivalen length (lihat Tabel). Air quantity diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Air Quantity = (Air Quantity A-B : Air Quantity To A) x 100%...(Persamaan 3.23) Tabel 3.12 Contoh Tabel Pengsisian Duct Quantity Duct Section Air Quantity CFM Capacity To A A-B B-C C-D D-E E-F F-G G-H H-I Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design 3.3.3 Section Area Dan Duct Size Tabel 3.13 Contoh Tabel Precent Section Area Duct Sectio Duct Area Area + Sq Ft Duct Size To A 100 A-B B-C C-D D-E E-F F-G G-H H-I Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design 66

Nilai Area + Sq Ft diperoleh dengan rumus: A-B = (Duct Area A-B x Area Sq Ft To A) x 100 %. (Persamaan 3.24) Tabel 3.14 Precent Section Area Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design Dengan rumus yang sama titik-titik lainya dapat diperoleh. Sedangkan duct size diperoleh dengan berpedoman pada tabel diatas sesuai harga Area + Sq Ft yang diperoleh hasil dari tabel duct size dibawah ini. 67

Tabel 3.15 Duct Size Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design 68

3.3.4 Duct Item Tabel 3.16 Contoh Tabel Pengisian Duct Item Duct Section Item Length (m) Add Equiv Length + Ft To A Duct Elbow A-B Duct B-C Duct C-D Duct D-E Duct E-F Duct F-G Duct G-H Duct H-I Duct Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design Duct item diperoleh dengan berpodoman pada tabel diatas yaitu tabel Duct Item. Tabel 3.17 Tabel Duct Item Sumber: Yuriadi Kusuma, Ducting Design 69

3.2.5 Total Equive length Total length adalah diperoleh dengan melihat panjangnya tiap titik duct dari satu titik ke titik lain. Merupakan total dari pangjang duct. Dan diperoleh total friction loss dalam rangkaia tersebut sebesar: = Total equive length x Friction Rrate...(Persamaan 3.25) Tekanan pada terminal dan kebocoran sebesar: = Total Friction Loss x Tekananan Operasi....(Persamaan 3.26) 70