TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

dokumen-dokumen yang mirip
ALAT PENGERING SINGKONG TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP MIRING MENGGUNAKAN KACA DAN PLASTIK TRANSPARAN

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA DAN PLASTIK TRANSPARAN

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

PENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

PENENTUAN EFISIENSI KOLEKTOR PELAT DATAR DENGAN PENUTUP KACA PADA SISTEM PEMANAS AIR SURYA

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

KONVERSI ENERGI CAHAYA MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK MENGGUNAKAN DIODA SILIKON 6A10 MIC. Retno Wulandari*, Maksi Ginting, Antonius Surbakti

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK PENUTUP DAN SUDUT KEMIRINGAN KOLEKTOR

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

BAB IV HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

Karakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN KOLEKTOR SURYA SATU LALUAN TERHADAP WAKTU PROSES PENGERINGAN

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

DESTILATOR TIPE ATAP SETENGAH BOLA (HEMISPHERE) SEBAGAI SUMBER POTENSIAL BAGI PENGADAAN AIR MINUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

PENGOLAHAN PRODUK PASCA PANEN HASIL PERIKANAN DI ACEH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Proses perpindahan panas secara konduksi Sumber : (maslatip.com)

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGERING KERUPUK TENAGA SURYA TIPE BOX MENGGUNAKAN KOSENTRATOR CERMIN DATAR

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah yang banyak dihadapi oleh negara-negara di dunia

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

PENENTUAN LAJU PENURUNAN KADAR AIR OPAK SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN RUANG PENGERING BERENERGI BIOMASSA LIMBAH PELEPAH KELAPA SAWIT

WAKTU PENGERINGAN ANTARA 2 ALAT PENGERING GABAH DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN KOLEKTOR SEKUNDER

KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA)

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

ANALISA PENGARUH PEMASANGAN PLAFON DENGAN PENANGKAL RADIASI TERHADAP SUHU RUANGAN

Analisa Pengaruh Konfigurasi Pipa Pemanas Air Surya Terhadap Efisiensi

Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT UNTUK MENENTUKAN KONDUKTIVITAS PLAT SENG, MULTIROOF DAN ASBES

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

Rancang Bangun Kolekor Surya Tipe Parabolic Trough untuk Menguapkan Air Laut berbahan Stainless dan Tembaga dengan Luas Tangkapan Cahaya 1 M 2

Kaji Eksperimental Pemisah Garam dan Air Bersih Dari Air LAut Mengunakan Kolektor Plat Alumunium Dengan Mengunakan Energi Surya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

SKRIPSI ANALISA PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT BERGELOMBANG UNTUK PENGERING BUNGA KAMBOJA DENGAN EMPAT SISI KOLEKTOR. Oleh :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

LAJU PENGERINGAN KAPULAGA MENGGUNAKAN ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA DENGAN BANTUAN TUNGKU BIOMASSA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

Analisa Performansi Kolektor Surya Plat Datar Dengan Penambahan Sirip Berlubang Berdiameter Berbeda Yang Disusun Secara Staggered

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan bahasa pemograman Delphi 3 yang dijalankan dibawah System

Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

Transkripsi:

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING Maksi Ginting, Salomo, Egi Yuliora Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia. ABSTRACT Sistem pengering tenaga surya ini digunakan untuk mengerigkan singkong yang telah diiris membujur setebal 2mm. pada penelitian ini sebagai pengumpul utama panas adalah kolektor berpenutup miring yang dihubungkan keruang pengering. Udara panas dikolektor bergerak keruang pengering dan dipercepat oleh ventilator. Penelitian ini dilakukan pada saat ruang pengering dalam keadaan kosong suhu terendah 42.5 0 C terjadi pada dulang 3 saat jam 09.00 WIB dan tertinggi 50.5 0 C di dulang 2 pada jam 12.00 WIB. Bahan yang dikeringkan adalah 500 gr singkong dengan kandungan air 56.1 %. Massa bahan didalam ruang pengering setelah tiga hari pengamatan adalah 219.5 gr dengan kandungan air 2.73 % dan diluar ruang pengering bermassa 241.8 gr dengan kandungan air 5.9 %. Kata Kunci: Kolektor, Energi Surya, Ventilator PENDAHULUAN Singkong adalah salah satu hasil pertanian yang paling gampang perawatannya sampai menghasilkan. Singkong banyak dipasarkan setelah dikeringkan terlebih dahulu sehingga dapat disimpan agak lama. Singkong yang dikeringkan biasanya dipotong dengan bentuk memanjang atau melingkar kemudian dibuat menjadi keripik, gaplek, dan tepung terigu. Petani pada umumnya mengeringkan singkong dilapangan terbuka, pengeringan dengan system konvensional ini mempenyai banyak kelemahan antara lain pengeringan membutuhkan waktu yang lama, tidak aman dari gangguan orang dan binatang, hasil pengeringan kurang baik karena debu dan polusi udara (Sukhatme, S.P, 1989). Pengeringan system konvensional ini perlu diatasi yaitu dengan membuat suatu alat pengering surya. Pembuat dan perawatan alat pengering surya ini cukup sederhana serta bahannya dapat diperoleh dengan mudah sehingga petani dapat membuat atau merakitnya kembali jika diperlukan.matahari merupakan sumber energi yang sangat besar dan tidak akan pernah habis. 476

Matahari mempunyai diameter sekitar 1,39 x 10 6 Km dan berjarak sekitar 1,5 x 10 8 Km dari bumi. Temperatur efektif pada permukan matahari besarnya sekitar 5800 K, sedangkan pada bagian dalam matahari temperaturnya lebih besar lagi yaitu sekitar 8 10 6 K sampai dengan 40 10 6 K dan kerapatan matahari sekitar 80-100 kali kerapatan air.besarnya daya yang keluar dari permukaan matahari sekitar 3,7 x 10 23 KW (John A. Duffie et al, 1980),daya matahari inilah yang dipakai untuk kebutuhan pengeringan dan kebutuhan lainnya oleh masyarakat baik secara konvensional maupun setelah mengubahnya terlebih dahulu kebentuk lain sesuai kebutuhan. Daya yang diterima permukaan bumi semakin kecil disebabkan karena adanya tumbukan serta penyerapan berkas radiasi oleh debu-debu dan gasgas O 2, O 3, CO 2 dan H 2 O di atmosfer bumi. Daya rata-rata yang diterimadari matahari persatuan luas dalam arah tegak lurus radiasi datang diluar atmosfer bumi pada jarak rata-rata matahari ke bumi adalah 1353 W/m 2. Besarnya daya radiasi matahari dapat bertambah sampai dipermukaan bumi salah satunya dengan cara menggunakan kolektor surya. Radiasi surya yang sampai di permukaan bumi besarnya dapat dilihat dengan banyak faktor, antara lain sudut lintang, sudut deklinasi, sudut sinar datang, sudut jam dan sudut kemiringan bidang penerima terhadap horizontal. Sudut deklinasi mempunyai harga maksimum +23,45 o pada tanggal 21 Juni dan minimum -23,45 o pada tanggal 21 Desember serta menjadi nol pada tanggal 21 Maret dan 22 September. Besarnya sudut deklinasi dinyatakan dengan, (1) Besarnya radiasi surya dapat dihitung dengan persamaan :( Ted J.Jansen, 1995 ) (2) Untuk menghitung kadar air bahan dapat dihitung dengan persamaan : M = 100 ( Mb Mk ) / Mb( 3 ) M = Kadar kandungan air bahan ( % ) Mb = Massa basah bahan ( g ) Mk = Massa kering bahan ( g ) 477

METODOLOGI PENELITIAN Metodepenelitian yang dilakukan adalah metode eksprimen yaitu dengan cara merakit terlebih dahulu peralatan yang digunakan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki, seperti terlihat pada gambar 1. Penelitian ini dilakukan di lapangan terbuka, sehingga energi surya dapat langsung mengenai alat pengering. Pengamatan dilakukan untuk ruang pengering dalam keadaan kosong dan berisi bahan. Pengamatan ruang pengering dalam keadaan kosong dilakukan selama 6 hari pengamatan mulai dari jam 09.00 15.00 WIBdengan selang waktu pengukuran satu jam. Pengamatan untuk ruang pengering kosong dilakukan untuk melihat keaddan alat apakah sudah baik atau belum. Pengamatan untuk ruang pengering berisi bahan dilakukan selama 3 kali pergantian bahan, dengan pengeringan setiap bahan dilakukan selama 3 hari pengamatan mulai dari pukul 09.00 15.00 WIB. Langkahlangkah yang dilakukan untuk ruang pengering dalam keadaan kosong dan berisi bahan adalah sebagai berikut. Gambar 1. Bagan ruang pengering surya A. Ruang pengering dalam keadaan kosong. 1. Pada pukul 09.00 WIB diukur suhu pada setiap dulang, suhu udara masuk dan keluar dari kolektor serta suhu udara keluar dari ruang pengering dan kelembaban di dalam ruang pengering. 2. Dilakukan seperti No.1. untuk selang waktu satu jam sampai pukul 15.00 WIB 3. Dilakukan seperti No. 1 s/d no.2 selama 6 hari pengamatan 478

B. Ruang pengering dalam keadaan berisi bahan. 1. Timbang massa bahan untuk semua dulang dengan massa yang sama yaitu 500 gr, lalu masukkan kedalam ruang pengering dan salah satu di luar ruang pengering. 2. Tepat jam 09.00 dilakukan seperti no.1 pada. a. 3. Pengukuran dilakukan setiap selang 1 jam sampai pukul 15.00 WIB, lalu tepat pukul 15.00 WIB bahan dikeluarkan dari ruang pengering ditimbang massanya. 4. Pada hari kedua masukkan lagi bahan kedalam ruang pengering dan lakukan lagipengukuran seperti no.1 s/d no.3 seperti diatas 5. Lakukan seperti diatas sampai 3 hari pengeringan 6. Ganti bahan dan lakukan seperti no.1 s/d 6., sampai 2 kali pergantian bahan lagi. kerikilyang dicat hitam untuk bahan penyimpan panas bila terjadi mendung, dan diatasnya disusun dulang tempat mengeringkan bahan sebanyak 3 buah dengan jarak 25cm satu terhadap yang lainnya. Untuk menambah panas di dalam ruang pengering maka ruang pengering dihubungkan dengan sebuah kolektor berpenutup miring beratap plastik. Suhu rata-rata dari hasil pengukuran ditunjukkan pada Tabel.1, grafik suhu terhadap jam pangamatan ditunjukkan pada Gambar.2, perubahan massa bahan singkong setelah empat hari pengamatanditunjukkan pada Tabel.2 dan perubahan massa bahan singkong terhadap waktu pengeringanditunjukkan pada Gambar.3. Tabel.1. Suhu rata-rata didalam dan diluar alat pengering HASIL DAN PEMBAHASAN Pada peneliatian ini dibuat ruang pengering berkerangka kayu berdinding plastik dilengkapi dengan ventilator diatas cerobongnya. Pada bagian alas ruang pengering disusun batu 479

dimana: T s = suhu sekitar T 1 = suhu masuk diujung kolektor T 2 = suhu dipertengahan kolektor T 3 = suhu dari kolektor keruang pengering T 4 = Suhu batu hitam T 5 = suhu dulang no.3 T 6 = suhu dulang no.2 T 7 = suhu dulang no.1. Gambar 3. Grafik perubahan massa bahan singkong terhadap waktu pengeringan. Gambar 2. Grafik Suhu terhadap waktu pengamatan Tabel 2. Perubahan massa bahan singkong setelah empat hari pengamatan Pada Gambar 3.dapat dilihat bahwasuhu di dalam ruang pengering lebih besar dari pada diluar ruang pengering, hal ini disebabkan karena udara panas yang ada pada kolektor dialirkan ke dalam ruang pengering. Suhu didalam ruang pengering tertinggi tercapai pada pukul 12.00 WIB dan menurun ke pukul 13.00 WIB disebabkan suhu di luar ruang pengering menurun dan naik lagi pada pukul 13.00 WIB, jadi diperkirakan suhu di dalam rung pengering mencapai 480

maksimum antara pukul 12.00 s/d jam13.00 WIB jika suhu disekitar tetap konstan. Suhu pada setiap dulang didalam ruang pengering hampir homogen karena udara panas yang ada di dalam ruang pengering ditarik oleh ventilator keluar melewati cerobong yang ada diatas ruang pengering.berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 4 untuk dulang berisi singkong, terlihat bahwa massa bahan kering terkecil terjadi pada dulang No. 1 sebesar 219,5 g dengan suhu dulang No. 1 pada waktu tersebut bernilai maksimum yaitu 47 C dan massa tertinggi dari semua dulang yang berada di dalam alat pengering adalah 223,83 g, hal ini terjadi pada dulang No. 3, karena dulang tersebut memiliki suhu terendah di antara dulang No.1 dan No. 2 pada pukul 09.00 WIB sebesar 36 C. Sedangkan dulang No. 4 memiliki massa terkering yang lebih besar dari pada massa terkering bahan yang menggunakan alat pengering, yaitu 241,83 gr. KESIMPULAN 1. Telah berhasil dibuat alat pengering surya menggunakan kolektor berpenutup miring. 2. Suhu Kolektor tertinggi adalah 79 o C yang terjadi pada pukul 12.00 WIB dengan intensitas surya maksimum sebesar 3,06 MJ/m 2. 3. Suhu pada dulang di dalam ruang pengering lebih tinggi, yaitu sebesar 49,5 o C dibandingkan suhu dulang di luar ruang pengering ( konvensional ) yang memiliki suhu maksimum sebesar 38,5 o C. 4. Massa bahan kering singkong paling kecil sebesar 219,5 g, sedangkan pengeringan secara konvensional memiliki massa bahan kering sebesar 241,83 g. Kadar air bahan setelah tiga hari pengamatan menggunakan alat pengering surya lebih kecil dibandingkan secara konvensional, yaitu sebesar 2,72 % sedangkan secara konvensional sebesar 5,9 %. Perubahan suhu, kelembaban, massa bahan dan kandungan air bahan tergantung dari besarnya radiasi surya, semakin tinggi radiasi surya, maka semakin tinggi suhu yang ada pada alat pengering yang kemudian mengakibatkan 481

terjadinya penguapan kadar air bahan sehingga kelembaban semakin kecil dan bahan menjadi kering. DAFTAR PUSTAKA Ginting, Maksi. 1996. Pembuatan dan Pengujian Alat Pengering Surya Untuk Hasil-hasil Pertanian, Thesis Jurusan Ilmu Fisika FMIPA, Universitas Indonesia, Jakarta. Ginting, Maksi.2010. Modul 1 Energi Surya. Jurusan Fisika FMIPA UR. Pekanbaru. Holman, J.P. 1993. Perpindahan Kalor. Terjemahan Ir. E. Jasjfi M.Sc. Erlangga: Jakarta. Howell, R John. 1982. Solar Thermal Energy System. United States of America. J. Jansen, Ted. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. Terjemahan Prof. Wiranto Arismunandar. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. John, A. Duffie., William, A. Beckman. 1980. Solar Engineering of Thermal Processes. John Willey & Son Inc. 1-198. Kreith, Frank. 1997. Prinsip-prinsip Perpindahan Panas edisi ketiga. Terjemahan Arko Prijono M.Sc. Erlangga, Jakarta. Matilda,dkk. 2006. Desain Kolektor Pelat Datar. Makalah Rekayasa Energi Surya. UGM; Yogyakarta 482