UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 2000 (25/2000) TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 2000 (25/2000) TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

BAB II PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III PEMBANGUNAN HUKUM

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

5. Distribusi Distribusi adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai dalam masyarakat.

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

NOMOR 15 TAHUN 2002 LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON - 2 -

dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1 ( atau

BAB III Visi dan Misi

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH. hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan selama periode tertentu.

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB III VISI MISI PEMBANGUNAN DAERAH

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

PROGRAM PEMBANGUNGAN NASIONAL ( Bagian I)

Transkripsi:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 2000 (25/2000) TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN 2000-2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 2000-2004 mengamatkan dalam pelaksanaannya dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS); b. bahwa Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) yang memuat kebijakan secara rinci dan terukur dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu menetapkan Undang-undang tentang Program Pembangunan Nasional lima tahun (PROPENAS) Tahun 2000-2004; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945; 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004; Dengan persetujuan bersama antara DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN 2000-2004. Pasal 1 Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 merupakan landasan dan pedoman bagi Pemerintah dan penyelenggara negara lainnya dalam melaksanakan pembangunan lima tahun. Pasal 2 Sistematika Program Pembangunan nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 disusun sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN BAB II : PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL BAB III : PEMBANGUNAN HUKUM BAB IV : PEMBANGUNAN EKONOMI BAB V : PEMBANGUNAN POLITIK BAB VI : PEMBANGUNAN AGAMA BAB VII : PEMBANGUNAN PENDIDIKAN BAB VIII : PEMBANGANAN SOSIAL DAN BUDAYA BAB IX : PEMBANGUNAN DAERAH BAB X : PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB XI : PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN BAB XII : PENUTUP Pasal 3

Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004 sebagaimana tercantum dalam lampiran Undang-undang ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-undang ini. Pasal 4 Pelaksanaan lebih lanjut Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004, dituangkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan (REPETA) yang memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN). Pasal 5 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 November 2000 SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. DJOHAN EFFENDI Disahkan di Jakarta pada tanggal 20 November 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ABDURRAHMAN WAHID LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 206 LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL (PROPENAS) TAHUN 2000-2004 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada Rapat Paripurna ke-12, Sidang Umum MPR pada tanggal 19 Oktober 1999, menetapkan TAP/IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004. GBHN 1999-2004 tersebut memuat arah kebijakan penyelenggaraan negara untuk menjadi pedoman bagi penyelenggara negara, termasuk lembaga tinggi negara, dan seluruh rakyat Indonesia, dalam melaksanakan penyelenggaraan negara dan melakukan langkah-langkah penyelamatan, pemulihan, pemantapan dan pengembangan pembangunan, dalam kurun waktu tersebut, Sesuai dengan amanat GBHN 1999-2004, arah kebijakan penyelenggaraan negara tersebut dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional lima tahun (propenas) yang ditetapkan oleh Presiden bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Selanjutnya Propenas diperinci dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditetapkan oleh Presiden bersama DPR. Propenas, sebagai penjabaran dari GBHN 1999-2004, merupakan rencana pembangunan lima tahunan. Dengan demikian, kerangka waktu Propenas adalah tahun 2000-2004. Walaupun Propenas baru akan diundangkan pada akhir tahun 2000, pada kenyataannya semangat yang dicantumkan dalam GBHN 1999-2004 telah digunakan dalam penyusunan APBN 2000. Hal ini dimungkinkan karena pada tahun pertama pelaksanaan GBHN 1999-2004, kepada Presiden diberi kesempatan untuk melakukan langkah-langkah persiapan, penyesuaian guna menyusun Propenas dan repeta dengan tetap memelihara kelancaran penyelenggaraan pemerintahan negara. Selama belum ditetapkan rencana pembangunan tahunan berdasarkan GBHN 1999-2004, pemerintah dapat menggunakan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara yang telah dipersiapkan sebelumnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, untuk tahun 2000 digunakan APBN yang telah disusun sebelumnya karena acuan yang baru tengah dipersiapkan. Propenas adalah rencana pembangunan yang berskala nasional serta merupakan konsensus dan komitmen bersama masyarakat Indonesia mengenai pencapaian visi dan misi bangsa. Dengan demikian, fungsi Propenas adalah untuk menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh lapisan masyarakat dalam melaksanakan prioritas pembangunan selama lima tahun ke depan. Perumusan Propenas dilakukan secara transparan dengan mengikutsertakan berbagai pihak baik itu kalangan pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), maupun para pakar, baik di pusat maupun di daerah. Berbagai upaya mencari masukan ikut memiliki dan berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, Propenas bukanlah rencana pembangunan pemerintah pusat saja, melainkan merupakan rencana pembangunan seluruh komponen bangsa. Propenas merupakan payung bagi seluruh lembaga tinggi negara dalam melaksanakan tugas pembangunan. Lebih jauh lagi, proses penyusunan Propenas yang dilakukan secara transparan akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan mendorong pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Tiap-tiap lembaga tinggi negara, departemen dan lembaga pemerintah non-departemen menyusun Rencana Strategis (Renstra), sedangkan pemerintah daerah menyusun Program Pembangunan Daerah (Propeda). Renstra dam Propeda harus mengacu pada Propenas. Untuk Propeda, dimungkinkan adanya penekanan prioritas yang berbeda-beda dalam menyusun program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Propenas mempunyai karakteristik yang berbeda dengan Rencana Pembangunan Lima Tahunan yang lalu. Propenas berupaya untuk memberikan ruang gerak yang lebih besar bagi penyelenggara pembangunan di pusat (departemen/lpnd) dan di daerah (Pemerintah Daerah) untuk membuat rencana pembangunannya masing-masing. Hal ini sejalan dengan semangat desentralisasi segala aspek kehidupan bernegara, termasuk dalam hal pembangunan nasional. B. TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Tujuan dan sasaran pembangunan nasional didasarkan pada visi dan misi yang diamanatkan oleh GBHN 1999-2004. Visi GBHN 1999-2004 merupakan tujuan pembangunan nasional, sedangkan misi GBHN 1999-2004 merupakan sasaran pembangunan nasional. GBHN 1999-2004 memberikan visi yang merupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin. Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, GBHN 1999-2004 menetapkan misi yang menjadi sasaran sebagai berikut : 1. Terwujudnya pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Terwujudnya penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Terwujudnya pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun, dan damai. 4. Terwujudnya kondisi aman, damai, tertib, dan ketentraman masyarakat. 5. Terwujudnya sistem hukum nasional yang mejamin tegaknya supremasi hukum dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran. 6. Terwujudnya kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi 7. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah, dan koperasi dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju berdaya saing, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan. 8. Terwujudnya otonomi daerah dalam rangka pembangunan daerah atau pemerataan pertumbuhan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 9. Terwujudnya kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar, yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. 10. Terwujudnya aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. 11. Terwujudnya sistem dan iklim nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif,inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggung jawab, berketerampilan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia. 12. Terwujudnya politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan proaktif bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global. Pelaksanaan misi tersebut akan bermuara pada terbangunnya sistem politik yang demokratis dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia, terwujudnya supremasi hukum dan pemerintahan yang bersih, pulihnya ekonomi yang bertumpu pada sistem ekonomi kerakyatan, meningkatkan kesejahteraan rakyat, kualitas kehidupan beraragama dan ketahanan budaya, serta meningkatnya pembangunan daerah. C. LANDASAN PROPENAS Propenas disusun berdasarkan landasan idiil Pancasila, landasan konstitutional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, serta landasan operasional GBHN 1999-2004. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara negara, yaitu lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara bersama-sama segenap rakyat Indonesia di seluruh wilayah negara Republik Indonesia. Pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan, GBHN 1999-2004 memberikan gambaran kondisi umum kehidupan bernegara pada saat ini, serta visi, misi, dan arah kebjakan pembangunan sebagai acuan penyelenggaraan pembangunan selama lima tahun ke depan. Kondisi umum, visi, misi, serta arah kebijakan yang diuraikan dalam GBHN 1999-2004 merupakan landasan operasional penyusunan Propenas. D. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk dapat secara sistematik menguraikan arah kebijakan dalam 9 bidang pembangunan dalam GBHN 1999-2004 tersebut, sistematika penulisan Propenas disusun ke dalam bab sebagai berikut: BAB I Pendahuluan BAB II Prioritas Pembangunan Nasional BAB III Pembangunan Hukum BAB IV Pembangunan Ekonomi BAB V Pembangunan Politik BAB VI Pembangunan Agama BAB VII Pembangunan Pendidikan BAB VIII Pembangunan Sosial dan Budaya BAB IX Pembangunan Daerah BAB X Pembangunan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup BAB XI Pembangunan Pertahanan dan Keamanan BAB XII Penutup Pada setiap bab bidang pembangunan selain berisi narasi, juga dilengkapi matriks kebijakan yang berisi arah kebijakan GBHN 1999-2004, program nasional, dan indikator kinerjanya untuk memperjelas pelaksanaan Propenas. Khusus pada Bab Pembangunan Ekonomi dilengkapi dengan kerangka ekonomi makro. Kerangka ekonomi makro memberikan gambaran mengenai besar-besaran ekonomi makro yang akan dicapai bila seluruh prioritas pembangunan berhasil dilaksanakan. A. UMUM BAB II PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Kondisi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini sangat kompleks serta bersifat multidimensional sehingga membutuhkan penanganan yang serius dan bersungguh-sungguh. Berdasarkan kondisi umum dan arah kebijakan dalam GBHN 1999-2004, dapat diidentifikasikan lima permasalahan pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Permasalahan-permasalahan pokok tersebut adalah sebagai berikut. 1. Merebaknya Konflik Sosial dan Munculnya Gejala Disintegrasi Bangsa Sekalipun seluruh rakyat dan penyelenggara negara serta segenap potensi bangsa telah berusaha menegakkan dan melestarikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih terdapat ancaman, hambatan, dan gangguan terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada masa silam, kekuasaan eksekutif yang terpusat dan tertutup di bawah kendali lembaga kepresidenan telah menyebabkan tidak berkembangnya fungsi berbagai kelembagaan, terutama kelembagaan dalam masyarakat, dan mendorong terjadinya praktik-praktik penyalahgunaan kewenangan. Mekanisme hubungan

pusat dan daerah pun cenderung menganut sentralisasi kekuasaan yang menghambat penciptaan keadilan dan pemerataan hasil pembangunan. Disamping itu, terdapat permasalahan mengenai kemajemukan yang rentan konflik, otonomi daerah yang belum terwujud, kebijakan yang terkesan masih terpusat, otoriter, serta tindakan ketidakadilan yang dipicu oleh hasutan serta pengaruh gejolak politik internasional yang dapat mendorong terjadinya disintegrasi bangsa. Munculnya gejala disintegrasi bangsa dan merebaknya berbagai konflik sosial di berbagai daerah seperti yang terjadi di Maluku, dapat menjadi gangguan bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apabila tidak segera ditanggulangi, gejala ini dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sementara itu, di Daerah Istimewa Aceh dan Irian Jaya gejolak yang timbul lebih merupakan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah pusat yang perlu segera dikoreksi dengan cepat dan tepat. Gerakan reformasi, yang menumbangkan rezim orde baru, mendorong terjadinya kemajuan-kemajuan di bidang politik, usaha penegakan kedaulatan rakyat, dan peningkatan peran masyarakat disertai dengan pengurangan dominasi peran pemerintah dalam kehidupan politik. Hal ini tercermin, antara lain, dari terselenggaranya Sidang Istimewa MPR 1998, Pemilu 1999 yang diikuti banyak partai politik, netralitas pegawai negeri sipil (PNS), serta TNI dan Polri, peningkatan partisipasi politik, pers yang bebas, serta Sidang Umum MPR 1999, Namun, perkembangan demokrasi belum terarah secara baik dan aspirasi masyarakat belum terpenuhi secara maksimal. 2. Lemahnya Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia Lemahnya penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM), antara lain disebabkan oleh belum dilaksanakannya pembangunan hukum yang komprehensif. Intensitas peningkatan produk peraturan perundang-undangan, dan peningkatan kapasitas aparatur penegak hukum serta sarana dan prasarana hukum pada kenyataannya tidak diimbangi dengan peningkatan integritas moral dan profesionalitas aparat penegak hukum, kesadaran, dan mutu pelayanan publik di bidang hukum kepada masyarakat. Akibatnya kepastian keadilan dan jaminan hukum tidak tercipta dan akhirnya melemahkan penegakan supremasi hukum. Tekad untuk memberantas praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di berbagai bidang pemerintahan umum dan pembangunan pada kenyataannya belum diikuti oleh langkah-langkah nyata dan kesungguhan pemerintah, termasuk aparat penegak hukum untuk menerapkan dan menegakkan hukum. Adanya intervensi dan/atau pengaruh pihak lain dalam penyelesaian proses peradilan, semakin melemahkan upaya mewujudkan pemerintahan yang baik. Kondisi demikian mengakibatkan penegakan dan perlindungan hukum serta penghormatan HAM masih memprihatinkan yang tercermin dari terjadinya berbagai pelanggaran HAM, antara lain, dalam bentuk kekerasan, diskriminasi, dan penyalahgunaan kewenangan. 3. Lambatnya Pemulihan Ekonomi Meskipun dilakukan upaya untuk mengatasi krisis ekonomi melalui program reformasi di bidang ekonomi, hasilnya belum memadai. Lambatnya proses pemulihan ekonomi ini terutama disebabkan oleh dua faktor. Pertama, penyelenggaraan negara di bidang ekonomi yang selama ini dilakukan atas dasar kekuasaan yang terpusat dengan campur tangan pemerintahan yang terlalu besar telah mengakibatkan kedaulatan ekonomi tidak berada di tangan rakyat dan mekanisme pasar tidak berfungsi secara efektif. Kedua, kesenjangan ekonomi yang meliputi kesenjangan antara pusat dan daerah, antardaerah, antarpelaku, dan antargolongan pendapatan, telah meluas ke seluruh aspek kehidupan sehingga struktur ekonomi tidak mampu menopangnya. Ini ditandai dengan masih berkembangnya monopoli serta pemusatan kekuatan ekonomi di tangan sekolompok kecil masyarakat dan daerah tertentu. Selain faktor-faktor di atas, lambatnya pemulihan juga disebabkan oleh berbagai faktor di luar ekonomi seperti, antara lain, belum stabilnya kondisi keamanan danketertiban masyarakat, penegak hukum yang masih lemah, dan banyaknya kasus KKN yang belum dapat diselesaikan. Lambatnya pemulihan ekonomi mengakibatkan pengangguran meningkat, hak dan perlindungan tenaga kerja tidak terjamin, jumlah penduduk miskin membengkak, dan derajat kesehatan masyarakat menurun. Bahkan, terdapat indikasi meningkatnya kasus kurang gizi di kalangan kelompok penduduk usia bawah lima tahun yang pada gilirannya dapat menurunkan kualitas fisik dan intelektual generasi mendatang.

Pemulihan ekonomi bertujuan mengembalikan tingkat pertumbuhan dan pemerataan yangmemadai serta tercapainya pembangunan berkelanjutan. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan pengelolaan sumber daya alam yang menjamin daya dukung lingkungan dan pelestarian alam. Sejauh ini sumber daya alam dikelola dengan tidak terkendali yang mengakibatkan kerusakan lingkungan serta mengganggu kelestarian alam yang akhirnya mengurangi daya dukung dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan. 4. Rendahnya Kesejahteraan Rakyat, Meningkatnya Penyakit Sosial, dan lemahnya Ketahanan Budaya Nasional Tingkat kesejahteraan belum memadai baik secara material maupun spritual. Krisis ekonomi menyebabkan tingkat pendapatan masyarakat menurun dan meningkatnya jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Selain itu, kualitas pendidikan dan kesehatan yang menurun selama krisis memerlukan berbagai penanganan yang sunggug-sungguh. Berbagai permasalahan sosial yang selama ini tidak terlihat muncul ke permukaan. Berbagai ketidakpuasan pada sebagian masyarakat kadangkala mengakibatkan perusuhan serta tindakan main hakim sendiri. Di bidang pendidikan, masalah yang dihadapi adalah kurang efektifnya pendidikan dalam mengembangkan pribadi dan watak peserta didik yang berakibat pada hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Sikap dan perilaku pendidik, lingkungan pendidikan, dan peranan keluarga merupakan unsur penting dalam menanamkan nilai-nilai moral dan agama. Selain itu, mata pelajaran yang berorientasi pada moral serta pendidikan agama kurang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pengamalan sehingga tidak tercermin dalamperilaku kehidupan sehari-hari. Akibatnya, masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun toleransi, kebersamaan, dan khususnya menyadari keberadaan masyarakat yang majemuk. Kehidupan beragama belum memberikan jaminan akan peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat. Merebaknya penyakit sosial, antara lain, berupa korulsi dan sejenisnya, kriminalitas, pemakaian obat terlarang, perilaku menyimpang yang melanggar moralitas, serta etika dan kepatuhan, memberikan gambaran adanya kesenjangan yang lebar antara perilaku formal kehidupan keagamaan dan perilaku realitas nyata kehidupan sehari-hari. Status dan peranan perempuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan belum sebagai mitra sejajar dengan laki-laki yang tercermin pada sedikitnya jumlah perempuan yang menempati posisi penting di pemerintahan, lembaga legislatif dan yudikatif, serta kemasyarakatan. 5. Kurang Berkembangnya Kapasitas Pembangunan Daerah dan Masyarakat Salah satu faktor utama yang mengakibatkan daerah tidak berkembang adalah tidak diberikannya kesempatan yang memadai bagi daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini didorong oleh kuatnya sentralisasi kekuasaan terutama di bidang politik dan ekonomi. Akibat dari sentralisasi yang berlebihan tersebut tidak saja mengakibatkan kesenjangan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang lebar, tetapi juga mengusik rasa keadilan masyarakat di daerah karena pemerintah pusat dianggap terlalu banyak mencampuri urusan daerah dan juga menutup kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan kreativitas serta mendapatkan hak-hak ekonomi, sosial dan politiknya. Dalam rangka mendorong pembangunan daerah telah mulai dikembangkan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung-jawab serta peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat. Masalah pokok dalam pengembangan otonomi daerah adalah luasnya ruang lingkup pembanguan daerah terutama dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang belum didukung oleh kesiapan dan kemampuan aparatur pemerintahan daerah secara memadai serta perangkat peraturan bagi pengelolaan sumber daya pembangunan di daerah. Krisis ekonomi memberikan dampak yang berbeda terhadap daerah meskipun pada dasarnya menurunkan perekonomian di semua daerah. Pengembangan perekonomian daerah dan pengembangan wilayah sebagai upaya peningkatan pembangunan daerah dan pemerataan pertumbuhan antardaerah mengalami hambatan keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya alam, ketersediaan modal, kemitraan pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Masalah lain yang menghambat adalah ketidaktertiban pemanfaatan ruang yang didasarkan pada penataan ruang, dan pemilikan dan pemanfaatan tanah yang mengakibatkan degradasi lingkungan. Pengembangan wilayah juga dibatasi oleh kondisi dan ketersediaan prasarana dan sarana yang ada

yang ditentukan oleh luasnya wilayah yang harus dijangkau dan keterbatasan dana. Hal ini mengakibatkan perlunya perhatian khusus untuk membangun daerah perbatasan dan wilayah tertinggal lainnya termasuk kawasan timur Indonesia. Sedangkan dalam pemberdayaan masyarakat masalah pokok yang dihadapi adalah rendahnya akses masyarakat atas sumber daya pelayanan pemerintah dan belum tumbuhnya kesadaran birokrasi pemerintah untuk memberikan cara pelayanan yang memihak kepada masyarakat khususnya kepada kelompok masyarakat bawah. Keseluruhan gambaran dari kelima permasalahan pokok tersebut menunjukkan kecenderungan menurunnya kualitas kehidupan, memudarnya jati diri bangsa, serta kurangnya prakarsa daerah dalam pembangunan. Kondisi itu menuntut bangsa Indonesia, terutama penyelenggara negara, para elite politik, dan pemuka masyarakat, agar bersatu dan bekerja keras melaksanakan reformasi dalam segala bidang kehidupan untuk meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan bangsa Indonesia. B. PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL Prioritas pembangunan nasional disusun untuk melaksanakan berbagai misi yang telah digariskan GBHN 1999-2004 guna mewujudkan visi pembangunan nasional. Prioritas tersebut disusun dengan mempertimbangkan pengalaman membangun pada masa lalu dan berbagai kemungkinan perkembangan keadaan masa depan. Keadaan menunjukkan bahwa berbagai kelemahan dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan selama ini muncul ke permukaan secara serentak dan meliputi segala sendi kehidupan masyarakat yang menuntut penanganan dengan segera. Penanganan berbagai permasalahan yang saling terkait tadi menjadi semakin sulit dengan adanya krisis ekonomi. Sebaliknya, permasalahan ekonomi tidak dapat terselesaikan bila permasalahan di bidang lainnya belum tertangani, terutama tanpa pulihnya keamanan dan ketertiban. Langkah memulihkan keamanan dan ketertiban hanya dapat dicapai kalau masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, baik itu dalam menetapkan keputusan-keputusan politik, ekonomi, maupun berbagai keputusan-keputusan bangsa lainnya. Upaya mengikutsertakan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan ini dapat diwujudkan bila kehidupan berdemokrasi dapat berjalan dengan baik. Proses demokratisasi dapat dilaksanakan kalau tercipta supremsi hukum yang didukung oleh pemerintahan yang baik. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa tidak adanya kepastian hukum menyebabkan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat pada penyelenggara pemerintahan yang dianggap korup dan tidak peka terhdap kebutuhan rakyat yang pada akhirnya memperlambat proses untuk keluar dari krisis yang berkepanjangan. Tumbuhnya demokrasi, supremasi hukum, dan pemerintahan yang baik akan mengurangi berbagai ketidakpuasan yang akan mengembalikan suasana aman dan tertib dalam kehidupan masyarakat. Kembalinya keamanan dan ketertiban merupakan persyaratan untuk memulihkan kepercayaan, baik itu kepercayaan pelaku ekonomi dalam negeri maupun pelaku ekonomi luar negeri. Kepercayaan ini mutlak dibutuhkan untuk memulihkan perekonomian nasional. Pemulihan ekonomi harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat, baik selaku konsumen, angkatan kerja, maupun pengusaha. Masyarakat pelaku ekonomi kecil merasa ditinggalkan karena perhatian pemerintah dianggap hanya membela kepentingan pelaku ekonomi besar. Sedangkan, masyarakat di daerah merasa ditinggalkan karena pemerintah dianggap tidak peka terhadap prakarsa yang diajukan daerah. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama yang makin lama berakibat pada hilangnya prakarsa dari masyarakat bawah baik dalam merencanakan maupun melaksanakan pembangunan, apalagi dalam mengawasi pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi perlu ditata ulang agar sistem ekonomi kerakyatan yang diamanatkan oleh MPR dapat terlaksana. Dalam sistem ekonomi kerakyatan semua lapisan masyarakat mendapatkan hak untuk memajukan kemampuannya, kesempatan, dan perlindungan dalam rangka aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi. dalam proses globalisasi, yang utama adalah mengurangi berbagai hambatan perdagangan, pembangunan yang mendepankan prakarsa masyarakat secara luas tersebut menjadi semakin penting karena akan meningkatkan daya saing bangsa. Disisi lain upaya peningkatan ketahanan budaya menjadi sangat vital agar masyarakat dapat mengambil manfaat dan mampu mencegahkan sisi buruk budaya asing. Upaya meningkatkan ketahanan budaya dan membangun kesejahteraan rakyat merupakan tujuan dan sekaligus sarana untuk membangun manusia yang sehat, terdidik tanpa membedakan gender, dan hidup dalam budaya yang sesuai dengan dirinya sehingga dapat menikmati kehidupannya. Ini merupakan wujud dari

kesejahteraan batiniah. Di samping itu, orang yang sehat, terdidik, dan mempunyai budaya kerja yang tangguh akan mampu meningkatkan kesejahteraan lahiriahnya. Hal ini sekaligus mencerminkan keterkaitan yang erat antara membangun perekonomian dengan membangun kesejahteraan rakyat dan meningkatkan ketahanan budaya. Langkah-langkah membangun bangsa juga perlu mempertimbangkan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya alam yang melebihi kemampuan pelestariannya akan merugikan karena secara ekonomis berarti berkurangnya sumber daya yang dapat diolah, meningkatkatnya biaya menurunnya produktivitas kerja. Disamping itu, fungsi lingkungan hidup sebagai sumber kesejahteraan batiniah juga akan menurun. Dengan mempertimbangkan latar belakang keterkaitan masalah dan tantangan seperti diuraikan di atas, Propenas merumuskan lima prioritas pembangunan nasional, yaitu sebagai berikut. 1. Membangun Sistem Politik yang Demokratis serta Memperpertahankan Persatuan dan Kesatuan Prioritas pembangunan membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan, dilakukan melalui pembangunan bidang politik serta bidang pertahanan dan keamanan. Arah kebijakan pembangunan bidang politik terdiri dari arah kebijakan untuk pembangunan politik dalam negeri, hubungan luar negeri, penyelenggaraan negara, serta komunikasi, informasi, dan media massa. Arah kebijakan pembangunan di bidang politik yang terkait dengan prioritas pembangunan pertama, secara garis besar terdiri dari arah kebijakan politik dalam negeri, yaitu mempertahankan persatuan dan kesatuan serta meningkatkan kehidupan demokrasi. Arah kebijakan pengembangan hubungan luar negeri pada intinya adalah untuk menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, proaktif, dan berorientasi pada kepentingan nasional. Arah kebijakan pembangunan komunikasi, informasi, dan media massa pada dasarnya adalah optimalisasi pemanfaatan peran komunikasi melalui berbagai bentuk media massa dan penyiaran, serta optimalisasi pemanfaatan berbagai jaringan informasi, di dalam dan di luar negeri, untuk mengoptimalkan upaya mnencerdaskan kehidupan bangsa serta memperjuangkan kepentingan nasional. Arah kebijakan pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan secara garis besar adalah mempertahankan persatuan dan kesatuan dan memelihara integritas Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Arah kebijakan pembangunan keamanan nasional pada intinya adalah memulihkan ketertiban umu, menjaga keamanan dalam negeri, dan ketertiban masyarakat. Dalam prioritas membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan secara bersamaan, terdapat dua isu lintas bidang yang penting, yaitu sebagai berikut: a. Persatuan dan Kesatuan. Untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, diperlukan upaya-upaya perwujudan diri hampir seluruh bidang pembangunan, seperti pelaksanaan demokrasi yang memadai; peningkatan dan pemberdayaan peran partai politik dan masyarakat; keadilan ekonomi antardaerah; penegakan hukum yang tegas, setara, dan adil; dam peningkatan sumber daya manusia yang profesional di daerah. b. Pemulihan Ketertiban dan keamanan. Dalam upaya-upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan diperlukan koordinasi dari banyak pihak dan diperlukan pelaksanaan program dari berbagai bidang, misalnya, penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik (good government) yang dapat menghilangkan segala bentuk penyalahgunaan kewenangan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme; keadilan ekonomi antarstrata masyarakat dan antargolongan; penegakan hukum; peningkatan sumber daya aparatur kemanan; pemberdayaan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam menjaga ketertiban dan keamanan; serta peningkatan kualitas kehidupan beragama. 2. Mewujudkan Supremasi Hukum dan Pemerintahan yang Baik Prioritas pembangunan mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik, dilakukan melalui pembangunan di bidang hukum dan subbidang penyelenggaraan negara dalam bidang politik. Untuk itu, 10 (sepuluh) arah kebijakan pembangunan bidang hukum dalam GBHN 1999-2004 akan menjadi pedoman dalam menyusun program-program pembangunan dan diupayakan semaksimal mungkin menetapkan indikator kinerja yang terperinci dan terukur. Sepuluh arah kebijakan pembangunan di bidang hukum tersebut meliputi : menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu dengan mengakui dan menghormati hukum agama dan hukum adat serta

memperbaharui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif, termasuk ketidakadilan gender dan ketidaksesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi. Upaya menata sistem hukum nasional juga termasuk upaya melakukan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk undang-undang. Sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan perkembangan dunia internasional, upaya mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan kepentingan nasional menjadi sangat penting. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum, serta menghargai hak asasi manusia perlu didukung dengan mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri dan bebas dari pengaruh penguasa dan pihak manapun, dan upaya menyelenggarakan proses peradilan secara cepat, mudah, murah, dan terbuka, serta bebas kolusi, korupsi dan nepotisme dengan tetap menunjang tinggi asas keadilan dan kebenaran. Selain itu, juga dengan menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas. Selanjutnya, upaya meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum, termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia, untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif sangat menentukan keberhasilan dari penegakan hukum. Selanjutnya, upaya mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum diharapkan akan tercapai jika diikuti dengan upaya meningkatkan pemahaman dan penyadaran serta meningkatkan perlindungan, penghormatan, dan penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Isu lintas bidang yang termasuk dalam prioritas pembangunan mewujudkan supremasi hukum dan pemerintahan yang baik meliputi dua hal sebagai berikut : a. Mewujudkan Supremasi Hukum. Perwujudan supremasi hukum tidak hanya merupakan lingkup dan dilaksanakan dalam bidang hukum saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama dengan bidang-bidang pembangunan lainnya. Perwujudan supremasi hukum ini dilakukan melalui upaya seperti penyempurnaan dan pembaharuan peraturan perundang-undangan dan pengembangan budaya hukum, perberdayaan lembaga peradilan dan lembaga penegak hukum lainnya, peningkatan etika dan komitmen para penyelenggara negara dalam mematuhi berbagai aturan hukum, pembentukan budaya taat hukum melalui pendidikan dan agama, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. b. Mewujudkan Pemerintahan yang baik. Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, diperlukan upaya dari berbagai bidang yang meliputi upaya penegakan hukum dan HAM melalui penuntasan berbagai kasus KKN serta pelanggaran HAM; peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk aparatur pemerintah; peningkatan pengawasan masyarakat; pemberantasan praktik KKN; pembenahan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang mencakup pembaharuan sistem dan struktur pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, serta penyesuaian jumlah PNS; dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia penyelenggara negara yang meliputi peningkatan etos kerja, integritas dan kualitasnya agar mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal. 3. Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Landasan Pembangunan Berkelanjutan dan Berkeadilan yang Berdasarkan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Prioritas mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan pada sistem ekonomi kerakyatan dilakukan melalui pembangunan di bidang ekonomi serta pembangunan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup. Arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi sesuai dengan GBHN 1999-2004 adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan pembangunan yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Tujuan pembangunan tersebut dicapai dengan lebih memperdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan serta berbasis sumber daya alam, serta sumber daya manusia yang produktif dan mandiri. Adapun sasaran umum Propenas di bidang ekonomi adalah mempercepat pemulihan ekonomi, antara

lain, ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara bertahap mencapai sekitar 6-7 persen, dan laju inflasi terkendali sekitar 3-5 persen, menurunnya tingkat pengangguran menjadi sekitar 5,1 persen, dan menurunnnya jumlah penduduk miskin menjadi sekitar 14 persen pada tahun 2004. Sasaran selanjutnya adalah makin kukuhnya ketahanan ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh meningkatnya daya saing dan efisiensi perekonomian, terciptanya struktur perekonomian yang kuat berlandaskan keunggulan kompetitif, serta meningkatnya dan lebih meratanya ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan. Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan tersebut, akan dilaksanakan berbagai program pembangunan nasional di bidang ekonomi yang secara terpadu dikelompokkan ke dalam tujuh kelompok program percepatan pemulihan ekonomi dan penciptaan landasan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Prioritas jangka pendek (kurun waktu 1-2 tahun mendatang) diberikan pada program-program untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan program-program untuk mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang meningkat pesat selama krisis. Prioritas pembangunan ekonomi jangka menengah adalah program-program untuk meletakkan landasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Ketujuh kelompok program adalah sebagai berikut. Pertama, menanggulangi kemiskinan dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Prioritas dalam jangka pendek adalah melanjutkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak krisis terhadap masyarakat yang kurang mampun, menanggulangi kemiskinan, menciptakan lapangan dan kesempatan kerja, dan meningkatkan perlindungan tenaga kerja. Dalam jangka menengah diupayakan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, mengembangkan secara bertahap sistem jaminan sosial, serta mengembangkan pertanian, pangan dan pengairan. Pengembangan pertanian, pangan, dan pengairan untuk peningkatan produktivitas petani, antara lain, dengan pengembangan bibit unggul bagi lahan mereka, mekanisasi sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat, penyediaan prasarana pengairan yang memadai sesuai dengan daya dukung sumber-sumber air, dan mendorong industri pertanian. Peningkatan produktivitas petani ini diharapkan akan dapat pula meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat perdesaan. Kedua, mengembangkan usaha skala mikro, kecil, menengah, dan koperasi sebagai tulang punggung sistem ekonmi kerakyatan dan memperluas partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Prioritas jangka pendek diberikan untuk mempercepat penyelesaian utangusaha kecil, menengah, dan koperasi (UKMK), menciptakan lingkungan yang kondusif bagi UKMK, dan meningkatkan akses UKMK pada permodalan. Dalam jangka menengah langkah yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan akses UKMK pada sumber daya produktif dan mengembangkan kewirausahaan UKMK. Ketiga, menciptakan stabilitas ekonomi dan keuangan agar tercipta iklim yangkondusif bagi peningkatan investasi dan ekspor yang sangat penting bagi percepatan pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonimi yang berkelanjutan. Dalam jangka pendek diupayakan untuk meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi dari makro dan mikro, mempercepat restrukturisasi perbankan dan utang swasta, meningkatkan penerimaan negara dan efektivitas pengeluaran negara, dan melaksanakan desentralisasi ekonomi secara bertahap sehingga keseimbangan makro dan fiskal antara pemerintah pusat dan daerah dapat tetap dipertahankan. Upaya penuntasan rekapitalisasi perbankan dan penyelesaian utang swasta harus dipercepat untuk memulihkan proses intermediasi perbankan dan menggerakkan sektor riil. Dalam jangka menengah antara dilakukan langkah-langkah untuk terus meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan efektivitas pengelolaan utang pemerintah, memperkuat pengelolaan dan pengawasan perbankan, mengembangkan lembaga keuangan lainnya di luar perbankan, dan memperkuat pengawasan terhadap peningkatan utang swasta untuk mencegah terjadinya krisis. Keempat, memacu peningkatan daya saing terutama untuk meningkatkan ekspor nonmigas, termasuk pariwisata, dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Untuk itu dalam jangka pendek dilakukan langkah-langkah untuk memacu pemanfaatan kapasitas industri yang menganggur melalui pengurangan hambatan perdagangan dalam dan luar negeri serta peningkatan pembiayaan perdagangan, serta langkah-langkah promosi dan pengembangan produk ekspor dan pariwisata. Dalam jangka menengah dilakukan langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing, antara lain, dengan terus memperkuat institusi pasar, serta pengembangan industri berkeunggulan kompetitif didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Kelima, meningkatkan investasi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi, terutama investasi berdasarkan ekuitas daripada berdasarkan pinjaman. Dalam jangka pendek hal ini dilakukan dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan perizinan investasi, mengembangkan dan memperkuat institusi pasar modal, serta mendorong partisipasi swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam jangka menengah adalah

melaksanakan restrukturisasi perusahaan negara. Privatisasi perusahaan negara secara selektif ditempuh dengan melakukan terlebih dulu restrukturisasi bisnis dan finansial agar dapat dicapai nilai jual yang meningkat. Keenam, menyediakan sarana dan prasarana penunjang pembangunan ekonomi (transportasi, pos, telekomunikasi, informatika, listrik, energi dan pertambangan serta pengairan dan irigasi). Mengingat sumber dana yang terbatas, dalam jangka pendek upaya yang dilakukan adalah mempertahankan tingkat jasa pelayanan, terutama melalui upaya pemeliharaan dan rehabilitasi sarana dan prasarana umum, agar perminataan terhadap pelayanan jasa tersebut baik dari masyarakat maupun dunia usaha dapat dipenuhi. Dalam jangka menengah, upaya yang dilakukan adalah melanjutkan restrukturisasi dan reformasi di bidang sarana dan prasarana umum agar efisiensi pelayanan jasa tersebut dapat ditingkatkan dan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat dan dunia usaha untuk ikut serta dalam penyediaan jasa pelayanan prasarana serta meningkatkan aksesbilitas (kemudahan) masyarakat terhadap pelayanan jasa sarana dan prasarana agar masyarakat dan dunia usaha terdorong untuk beraktivitas baik dalam kegiatan sosial maupun ekonomi. Ketujuh, memanfaatkan kekayaan sumber daya alam nasional dengan tetap memperhatikan peinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability) dan kelestarian lingkungan. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang meliputi air, laut, udara, mineral, dan hutan akan diupayakan secara optimal. Pemanfaatan sumber daya alam diupayakan memperhatikan kepentingan masyarakat lokal dengan membuka akses bagi masyarakat lokal dengan membuka akses bagi masyarakat lokal dalam pemanfaatan sumber daya alam guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasar kaidah-kaidah kelestarian alam serta pengetahuan dan hak-hak masyarakat lokal. Untuk itu, dalam jangka pendek, antara lain, dilakukan upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan sumber daya alam, peningkatan pengawasan dan pengamanan pemanfaatannya, serta penyempurnaan peraturan perundang-undangan dan penegakannya untuk menjamin kepastian hukum bagi investor dan menjaga kelestarian sumber daya alam. Dalam jangka menengah dilakukan upaya rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam, peningkatan informasi dan akses informasi sumber daya alam, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan dan mengawasi pemanfaatan sumber daya alam. Selanjutnya di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup, arah kebijakan GBHN 1999-2004, antara lain, adalah mengelola sumber daya alam dan memelihara sesuai daya dukungan agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi. Selain itu, dalam arah kebijakan pembangunan bidang ekonomi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan untuk mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai dengan kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai dengan kompetisi dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas, kehutanan, pertambangan, pariwisata, serta industri kecil dan kerajian rakyat. Dengan memperhatikan arahan tersebut, sasaran kebijakan di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang lebih baik dan sehat. Dalam prioritas pembangunan mempercepat pemulihan ekonomi yang bersumber pada sistem ekonomi kerakyatan serta memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan, dapat diidentifikasikan isu lintas bidang yang meliputi empat hal sebagai berikut. a. Penanggulangan Kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apa pun. Dalam menjawab isu tersebut, upaya-upaya lintas bidang yang diperlukan meliputi peningkatan keamanan dan ketertiban yang dapat mendukung kegiatan pelaku usaha kecil, pengendalian pertumbuhan penduduk, pembangunan ekonomi yang dapat menjangkau mayoritas penduduk miskin (pro-poor growth), peningkatan pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk meningkatkan produktivitas dan martabat, pengembangan sistem jaminan sosial, peningkatan akses usaha kecil dan koperasi terhadap sumber pembiayaan, serta pembangunan pertanian dan perdesaan. b. Pengembangan Sistem Ekonomi Kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang akan dibangun adalah sistem yang memungkinkan seluruh potensi masyarakat, baik sebagai konsumen, sebagai pengusaha, maupun sebagai tenaga kerja, secara indiskriminatif tanpa membedakan suku, agama, dan gender mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dan meningkatkan taraf hidupnya dalam berbagai kegiatan ekonomi. Upaya lintas bidang yang perlu dilakukan meliputi penegakan hukum dan prinsip keadilan, penciptaan iklim usaha yang sehat, pemihakan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan sumber daya manusia, dan peningkatan akses atau

sumber daya pembangunan. c. Pembangunan Stabilitas Ekonomi Nasional. Dalam upaya mengatasi krisis dan mempercepat pemulihan ekonomi serta untuk meletakkan landasan ekonomi bagi pembangunan selanjutnya diperlukan upaya lintas bidang untuk mewujudkan stabilitas ekonomi nasional yang meliputi, antara lain, upaya untuk menjaga stabilitas politik agar stabilitas ekonomi dapat tercapai, meningkatkan dukungan internasional dalam upaya pembangunan ekonomi, menata kelembagaan pemerintah, meningkatkan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); menyempurnakan dan memperbaharui peraturan perundangan, menegakkan hukum dan memberdayakan peradilan, meningkatkan pengawasan masyarakat, dan meningkatkan pembangunan daerah. d. Pelestarian Lingkungan. Untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan, upaya lintas bidang yang perlu dilakukan meliputi pengembangan dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan, penumbuhan tanggung jawab sosial melalui pendidikan, peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, penataan kelembagaan dan penegakan hukum, peningkatan partisipasi masyarakat, dan pembangunan budaya yang berwawasan lingkungan. 4. Membangun Kesejahteraan Rakyat, Meningkatkan Kualitas Kehidupan Beragama, dan Ketahanan Budaya. Prioritas pembangunan membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya. Prioritas pembangunan ini dilaksanakan melalui pembangunan bidang agama, bidang pendidikan, serta bidang sosial dan budaya. Arah kebijakan pembangunan di bidang agama secara garis besar adalah memanfaatkan fungsi, peran, dan kedudukan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika dalam bermasyarakat dan bernegara; meningkatkan kualitas pendidikan agama; meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antarumat beragama; meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya; dan meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan. Arah kebijakan pembangunan bidang pendidikan secara garis besar adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan kesejahteraan tenaga kependidikan; memberdayakan lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan; melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum dan pelaksanaan desentralisasi pendidikan; meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni; serta mengembangkan sumber daya manusia sedini mungkin. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan program penelitian, peningkatan kapasitas dan pengembangan kemampuan sumber daya iptek serta program kemandirian dan keunggulan iptek yang bertujuan meningkatkan kemampuan lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) publik searah dengan kebutuhan dunia usaha dan masyarakat, membentuk iklim yang kondusif bagi terbentuknya sumber daya litbang dalam jumlah dan kualitas yang memadai, serta meningkatkan kemandirian dan kemampuan pelayanan teknologi lembaga litbang. Secara garis besar arahan kebijakan kesehatan dan kesejahteraan sosial dalam GBHN 1999-2004 meliputi peningkatan mutu sumber daya manusia dan lingkungan dengan pendekatan paradigma sehat, peningkatan mutu lembaga dan pelayanan kesehatan, pengembangan sistem jaminan sosial, tenaga kerja, pengembangan ketahanan sosial, peningkatan apresiasi terhadap penduduk lanjut, usia dan veteran, peningkatan kepedulian terhadap penyandang masalah sosial, peningkatan kualitas penduduk, pemberantasan perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat terlarang, dan peningkatan aksesbilitas fisik dan nonfisik bagi penyandang cacat. Tujuan pembangunan di bidang sosial dan budaya adalah terwujudnya kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan meningkatkanya kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar. Sasaran umum yang akan dicapai adalah meningkatnya usia harapan hidup menjadi 67,9 tahun, menurunnya laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,39 persen, menurunnya angka kelahiran total menjadi 2,4 per perempuan, menurunnya angka kematian kasar menjadi 6,83 per 1.000 penduduk, meningkatnya ketahanan sosial dan budaya, meningkatnya kedudukan dan peranan perempuan, meningkatnya