I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tidak segera mendapatkan pemecahannya. Jumlah penduduk yang besar dapat. menimbulkan dampak terhadap kesejahteraan setiap keluarga.

I. PENDAHULUAN. tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

I. PENDAHULUAN. di Indonesia tersebut, pada hakekatnya digolongkan menjadi dua yaitu laju

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan fenomena di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

I. PENDAHULUAN. baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Oleh karena itu setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. mengalami masalah kependudukan. Masalah kependudukan di Indonesia tersebut,

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI DENGAN JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PUS. (Jurnal) Oleh AYU FITRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

METODE PENELITIAN. sekarang, yang dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

BAB I PENDAHULUAN. menghambat proses pembangunan. Hal ini banyak terjadi, terutama di negara negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini diakui bahwa program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Soekanto, 1995:431 (dalam Atika, 2011) proses pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai penyebab banyaknya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. masalah kependudukan. Berbagai program pembangunan digulirkan untuk

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.


BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistika, 2012). Berdasarkan gambar 1.1 terjadi peningkatan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap keluarga umumnya mendambakan anak, karena anak adalah harapan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

I. PENDAHULUAN. dari tiga perempat penduduk dunia bertempat tinggal di negara-negara sedang

I. PENDAHULUAN. dan sebaliknya prestasi belajar yang rendah menunjukkan bahwa tujuan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

I. PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi disebabkan oleh tingkat fertilitas yang tinggi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penduduk di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar, pertambahan

III. METODE PENELITIAN. penelitian adalah cara yang dipakai dalam pengumpulan data. Metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk menaikan taraf hidup dan dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk yang sangat tinggi dan sangat padat. Di dunia, Indonesia berada pada posisi

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak pernah terlepas dari masalah kependudukan, salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

ABSTRACT PENGARUH PENDIDIKAN, PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA, PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

Policy brieft FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UMUR KAWIN PERTAMA WANITA DI BALI

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan senantiasa memiliki makna yang berwayuh wajah. Dalam arti luas,

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

PENDAHULUAN Latar Belakang

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia menghadapi banyak masalah berkaitan dengan bidang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA JAMBORE INSTITUSI MASYARAKAT PEDESAAN DAN ROAD SHOW MOP SE- KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. berharga bagi setiap bangsa. Penduduk dengan demikian menjadi modal

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

I. PENDAHULUAN. Padatnya penduduk di wilayah perkotaan berdampak terhadap daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah diberlakukan Undang-Undang Nomor. 22 tahun 1999 yang. kemudian diganti dengan munculnya UU Nomor. 32 tahun 2004, pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang selalu meningkat di setiap tahunnya telah menimbulkan berbagai macam permasalahan yang dapat menghambat upaya perwujudan kemakmuran dan peningkatan kesejahteraan penduduk Indonesia. Jika dilihat berdasarkan jumlah penduduk Indonesia, pada tahun 2010 jumlah penduduknya sebanyak 237.556.363 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,49% pertahun dan jumlah penduduk di Provinsi Lampung pada tahun tersebut berjumlah 7.596.115 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduknya sebesar 1,23% pertahun (Badan Pusat Statistik:2010). Berdasarkan laju pertumbuhan penduduk tersebut, nampak perbedaan pertumbuhannya dengan wilayah kabupaten Lampung Utara yang pada tahun 2007 penduduknya berjumlah 551.138 jiwa dan meningkat menjadi 589.568 di tahun 2012, yang berarti mengalami laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,34% pertahun. Lebih lanjut, pertumbuhan penduduk tampak lebih meningkat lagi pada wilayah kecamatan Kotabumi dari jumlah 51.218 jiwa di tahun 2008 dan menjadi 55.980 di tahun 2012, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya sebesar 2,22% pertahun (BPS:2012). Hal yang lebih menarik lagi, bahwa pertumbuhan penduduk ditingkat wilayah kelurahan, yaitu di Kelurahan Kotabumi Ilir pada tahun 2008 jumlah penduduknya 4.679 dan menjadi 5.871

2 jiwa ditahun 2013 dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya mencapai 3,78% pertahun dan angka jumlah tanggungan keluarganya sebanyak 4 sampai 5 orang per KK (Monografi Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013). Laju pertumuhan penduduk yang tinggi, apabila tidak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi tinggi untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk, maka akan menyebabkan bertambahnya kemiskinan di suatu daerah, pengangguran dan keterbelakangan masyarakat di suatu negara. Jika terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin dan menganggur, dapat menjadi petunjuk tingkat kesejahteraan di negara itu rendah atau miskin. Keadaan itu dapat dijadikan indikator umum dalam mengukur kemajuan masyarakat di Indonesia yang ternyata termasuk kedalam salah satu negara yang memiliki indeks pembangunan daerah rendah, dimana Indonesia menempati urutan 124 dari 189 negara (Sri Mortiningsih:2010:123) Dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah dilaksanakan usaha pengendalian pertambahan jumlah penduduk melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970, sebagai program pengendalian kelahiran, menurunkan kematian dan mengarahkan mobilitas penduduk serta menyiapkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas (Agus Joko Tukiran, 2010:125) program ini tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dengan TAP/MPR No. II/MPR/993 sebagai berikut: Gerakan keluarga berencana nasional sebagai salah satu kegiatan pokok dalam upaya mencapai keluarga sejahtera, diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan cara penurunan angka kelahiran untuk

3 mencapai keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan keluarga (GBHN, 1993:289). Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa untuk membangun ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar terjadi keluarga kecil bahagia dan sejahtera, maka pasangan usia subur harus melaksanakan kegiatan keluarga berencana dengan slogan dua anak cukup laki-laki perempuan sama saja, yang berkembang luas pada masa orde baru. Slogan tersebut dapat ditemukan dibalik uang pecahan Rp 5,- (lima rupiah) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tahun 1974 bahkan bisa dilihat pada gapura-gapura batas antar desa. Program KB ini sangat popular pada masa orde baru, dan sempat mencatat puncak keberhasilan program pengendalian penduduk melalui Keluarga Berencana (KB) pada tahun 1994-1995, namun setelah era reformasi, program KB berantakan, bahkan sampai ditahun 2010 terjadi kelebihan 3 juta penduduk dari proyeksi penduduk yang semula diperkirakan berjumlah 234,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,27% pertahun. Selanjutnya program ini mengalami kemacetan dan baru direvatilisasi pada tahun 2007. Adapun rata-rata angka laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 sampai 2010, meningkat dari 1,45% pertahun menjadi 1,49% pertahun. Oleh karena itu, jumlah penduduk bertambah sekitar 3,5 juta jiwa pertahun. Suatu akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut, pencapaian kondisi ekonomi penduduk untuk mencapai hidup seimbang akan semakin sulit. Hal ini tampak

4 bahwa jumlah keluarga pra-sejahtera di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 13 persen dari sekitar 60 juta keluarga di Indonesia. (http://health.detik.com/read/2012/07/31/122228/1979228/763/apakah-programkb-berhasil-bkkbn-tunggu-hasil-survei-2012) Macetnya program dan gerakan KB, akan berakibat jumlah penduduk di Indonesia terancam akan mengalami ledakan jumlah penduduk yang sering dikenal dengan Eksplosi penduduk. Atas dasar itu, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan, bahwa penduduk Indonesia pada 40 tahun ke depan, akan naik dua kali lipat jika tidak ada upaya pengendalian jumlah penduduk yang optimal. Kondisi tersebut, seperti yang terjadi dikehidupan PUS non akseptor KB di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Lampung Utara. Berdasarkan hasil prasurvei pada tanggal 13 April 2013 di kelurahan tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Kotabumi Ilir pada tahun 2013, berjumlah 5871, yang terdiri dari 1.211 kepala keluarga yaitu 912 KK PUS, dengan jumlah tanggungan 4 sampai 5 orang per KK. Berdasarkan sejumlah PUS tersebut, ternyata terdapat 419 PUS (45,94%) yang menjadi akseptor KB dan 493 PUS (54,06%) tidak menjadi akseptor KB (Data PLKB dan Monografi Kelurahan Kotabumi Ilir, 2013). Untuk lebih jelasnya sebaran jumlah akseptor KB dan non akseptor KB di Kelurahan Kotabumi Ilir, dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

5 Tabel 1: Jumlah Akseptor dan Non Akseptor KB menurut Dusun Di Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013. N o Nama Lingkungan PUS Akseptor Non Akseptor % % 1 LK I 173 79 8,67 94 10,30 18,97 2 LK II 139 60 6,58 79 8,67 15,25 3 LK III 194 90 9,87 104 11,40 21,27 4 LK IV 130 61 6,69 69 7,57 14,26 5 LK V 244 115 12,60 129 14,14 26,74 6 LK VI 32 14 1,53 18 1,98 3,51 Jumlah 912 419 45,94 493 54,06 100 Sumber: Data PLKB Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013 dan Hasil Pengolahan Oleh Penulis. Berdasarkan tabel 1, dapat dijelaskan bahwa PUS non akseptor KB tersebar di enam dusun, keikutsertaan PUS sebagai akseptor keluarga berencana hanya 45,94%, hal ini berarti masih banyak masyarakat yang tidak menjadi akseptor keluarga berencana. Pada tahun 2014 diharapkan dapat mencapai 85% PUS menjadi akseptor keluarga berencana yaitu target 775 PUS dari 912 PUS di wilayah kelurahan tersebut, dari 100 PUS paling tidak 85 PUS harus menjadi akseptor keluarga berencana. Di Kelurahan Kotabumi Ilir hanya 419 PUS yang menjadi akseptor keluarga berencana. Hal ini berarti pada tahun 2013 sejumlah PUS yang ada belum dapat tercapai program dalam meningkatkan jumlah akseptor KB pada masyarakat. Dalam pelaksanaannya, program Keluarga Berencana (KB) banyak menemui kendala sebagai permasalahan yang terdapat di masyarakat kalangan keluarga tidak mampu dan keluarga menengah ke bawah, yang merupakan penyumbang tetap lajunya pertumbuhan penduduk Indonesia.

6 Pada masyarakat tidak mampu rata-rata memiliki angka kelahiran total (TFR) 3 anak per wanita pasangan usia subur sedangkan pada masyarakat mampu memiliki jumlah anak rata-rata 2,3 anak per wanita usia subur. Hal tersebut dimungkinkan pada masyarakat tidak mampu dan terbelakang ada pendapat bahwa memiliki anak sering dianggap sebagai modal tenaga kerja dan jaminan hari tua, oleh karena itu memiliki sejumlah anak tertentu menjadi penting dan harus dilakukan dalam keluarga. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa punya anak banyak sering diungkapkan banyak anak banyak rezeki yang dilandasi keyakinan bahwa setiap anak yang lahir akan mendatangkan rezekinya sendiri. Banyak orang-orang yang masih kuat ikatan adatnya yang tidak berfikir bahwa kelebihan anak maka taraf hidup dan kesejahteraan sulit dipenuhi. Suatu kenyataan bahwa setiap tambah anak, berarti tambah kebutuhan seperti pangan, sandang, papan, gizi, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan yang semua sulit dipenuhi. Pada keluarga yang memiliki anak banyak, sering mengabaikan nasib masa depan dan hak anak. Keadaan seperti itulah yang merupakan salah satu penyebab rendahnya indeks pembangunan di negara berkembang seperti Indonesia (Sri Mortiningsih:2010:126) Keberadaan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku yang masing-masing memiliki adat budaya berbeda dan sebagai pedoman dalam kehidupannya, sampai kini masih dilandasi pola adat budaya sebagai tradisi setiap etnis, misalnya: berupa nilai anak (Value On Children) dalam suatu keluarga, contohnya: anak sebagai pelanjut keturunan, anak sebagai pewaris harta, anak sebagai pewaris nama, anak sebagai ikatan perkawinan, anak sebagai jaminan di hari tua, banyak

7 anak banyak rezeki dan sebagainya yang sampai sekarang masih dipedomani orang tua (Saidihardjo, 1979:44). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa hampir setiap keluarga pada masyarakat di Indonesia umumnya mendambakan anak, karena anak dijadikan suatu harapan dan cita-cita dari sebuah perkawianan. Secara umum masyarakat yang dalam ikatan perkawinan memulai keinginan terhadap berapa jumlah anak yang diinginkan yang semuai ini tergantung pada keluarga tersebut, apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang sangat dipengaruhi oleh nilai budayanya yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap keinginan yang dipilih orang tua. Masih banyaknya wanita PUS di Kelurahan Kotabumi Ilir yang memiliki anak >2 orang. Hal ini menandakan bahwa wanita pasangan usia subur (PUS) memiliki kecenderungan untuk menambah atau menginginkan anak lagi. Gambaran mengenai jumlah anak yang dimiliki wanita pasangan usia subur di Kelurahan Kotabumi Ilir dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah anak yang dimiliki wanita PUS non akseptor KB di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung Tahun 2013. No. Jumlah Anak Jumlah PUS Jumlah PUS non akseptor KB Persentase (%) 1 2 448 272 55,2 2 >2 464 221 44,8 Jumlah 912 493 100,0 Sumber: Data PLKB Kelurahan Kotabumi Ilir Tahun 2013 dan Hasil Pengolahan Oleh Penulis.

8 Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan bahwa di Kelurahan Kotabumi Ilir terdapat sebanyak 272 jiwa (55,2%) wanita pasangan usia subur (non akseptor) yang memiliki anak kurang atau sama dengan dua orang. Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah PUS yang memiliki anak lebih dari dua, yaitu sebesar 221 jiwa (44,8%) dari total wanita PUS non akseptor KB yang ada di Kelurahan Kotabumi Ilir. Hal ini berarti pelaksanaan program keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir diduga belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak wanita usia subur yang memiliki anak lebih dua orang. Apabila hal ini terus berlangsung, maka permasalahan mengenai masalah kependudukan akan sulit diatasi sehingga akan berdampak pada kesejahteraan penduduk. Masih banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS di Kelurahan Kotabumi Ilir yang belum dapat merealisasikan 2 anak pada pasangan usia subur. Hal ini dimungkinkan karena PUS melaksanakan usia perkawinan yang relatif muda, maka masa perkawinannya menjadi lebih lama sehingga masa reproduksinya lebih panjang dan semakin besar kesempatan untuk melahirkan anak bila tidak ikut serta dalam pelaksanaan KB. Selain itu, banyaknya PUS yang memiliki pemikiran dan berpandangan bahwa kehadiran anak sangat penting dalam suatu perkawinan. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap keinginan PUS untuk memiliki anak lebih dari dua. Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk melakukan kajian dengan judul Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak Wanita PUS Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten lampung Utara Tahun 2014.

9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1. Usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda 2. Lama status perkawinan wanita PUS 3. Sejumlah anak yang diinginkan PUS 4. Nilai anak dalam keluarga 5. Ketidakikutsertaan wanita PUS dalam pelaksanaan KB 6. Etnis wanita PUS 7. Rendahnya pendidikan yang mendasari nilai budaya masyarakat 8. Intensitas PUS dalam bersenggama C. Batasan Masalah Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang muncul dari identifikasi masalah akan dibatasi permasalahannya sebagai berikut: 1. Usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda 2. Lama status perkawinan wanita PUS 3. Sejumlah anak yang diinginkan PUS 4. Nilai anak dalam keluarga D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga

10 berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara? 2. Apakah lama masa perkawinan menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara? 3. Apakah keinginan memiliki sejumlah anak menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara? 4. Apakah masih kuatnya pandangan terhadap nilai anak menjadi penyebab banyaknya jumlah anak wanita PUS non akseptor keluarga berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kota Kabupaten Lampung Utara? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda di Kelurahan Kotabumi Ilir. 2. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang lama status perkawinan wanita PUS di Kelurahan Kotabumi Ilir 3. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang pandangan keluarga terhadap nilai anak di Kelurahan Kotabumi Ilir. 4. Untuk mendapatkan informasi dan mengkaji tentang keinginan PUS terhadap sejumlah anak yang dimiliki di Kelurahan Kotabumi Ilir.

11 F. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 2. Menambah wawasan pemikiran dalam memperdalam ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi, khususnya yang berhubungan dengan kajian geografi penduduk. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian sejenis di lokasi lain. 4. Berguna untuk memperdalam dan menambah ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan proses pembelajaran dalam suplemen materi pembelajaran Mata Pelajaran SMP dan SMA: a. Geografi pada SMP kelas VII semester ganjil yaitu pokok bahasan tentang Permasalahan Kependudukan Di Indonesia. b. Geografi pada SMA kelas XI IPS semester ganjil tentang Antroposfer. G. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup objek penelitian adalah: Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya jumlah anak pada wanita PUS non akseptor keluarga berencana di kelurahan Kotabumi Ilir. 2. Ruang lingkup subyek penelitian adalah semua PUS non akseptor KB yang memiliki banyak anak di Kelurahan Kotabumi Ilir. 3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten Lampung Utara tahun 2014.

12 4. Ruang lingkup ilmu adalah Geografi Sosial. Geografi sosial adalah bidang studi geografi manusia yang bidang studinya aspek keruangan yang karakteristik dari penduduk, organisasi sosial dan unsur kebudayaan dan kemasyarakatan. (Nursid Sumaatmadja 1988: 56). Bahwa manusia dalam kajian geografi sosial dalam ruang yang mempunyai karakteristik budaya dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya yang biasanya memiliki tradisi dan kepercayaan yang sama-sama untuk dipedomani. Oleh karena itu, dalam kehidupan masyarakat dengan etnis serta budayanya yang dipedomani tersebut, akan menjadi perilaku dan aturan untuk menata kehidupan setiap keluarga pada masyarakat tersebut. Misal pedoman dalam kehidupan berkeluarga, perkawinan dan paguyuban-paguyuban yang selalu dilakukan pada masyarakat tersebut, bahkan dalam kaitannya pada kepemilikan sejumlah anak dalam keluarga di masyarakat itu. Atas uraian singkat tersebut, maka judul skripsi tentang Faktor-faktor Penyebab Banyaknya Jumlah Anak Wanita PUS Non Akseptor Keluarga Berencana di Kelurahan Kotabumi Ilir Kecamatan Kotabumi Kabupaten lampung Utara Tahun 2014 termasuk dalam kajian geografi sosial.