BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara terminologis di dalam fikih, zakat adalah sebutan atau nama bagi

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

{??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????},

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT

IRSYAD AL-HADITH SIRI KE-222: DAGING UNTA MEMBATALKAN WUDHUK

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

Barangsiapa yang dikaruniai seorang anak, lalu ia menyukai hendak membaktikannya (mengaqiqahinya), maka hendaklah ia melakukannya.

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

Pendidikan Agama Islam

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

MADZHAB SYAFI I. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ilmu Fiqh Dosen: Kurnia Muhajarah,M.S.I

Mengenal Qaul Qadim dan Qaul Jadid Imam as-syafii

BAB V PENUTUP. dapat dijerat dengan pasal-pasal : (1) Pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum

BAB IV ANALISIS MENGENAI PANDANGAN IMAM SYAFI I TENTANG STATUS WARIS ANAK KHUNTSA MUSYKIL

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pendapat Imam Syafi i tentang Zakat Harta bagi Anak Belum. Dewasa dan Orang di Bawah Pengampuan

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Article Review. : Jurnal Ilmiah Islam Futura, Pascasarjana UIN Ar-Raniry :

qasd (adanya kehendak). Dengan demikian seorang yang mabuk dan hilang

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB II ZAKAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HUTANG. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu albarakatu

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Idris ibn Al - Abbas ibn Usman ibn Syafi i ibn Al - Sa ib ibn Ubaid ibn Abd

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH PADA NASABAH YANG TELAH PAILIT DI PT. BNI SYARI AH CAPEM NGAGEL SURABAYA

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. dalam pribadinya, perilakunya serta peninggalannya yang telah membuat

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

Berbakti Sepanjang Masa Kepada Kedua Orang Tua

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik. pembayaran hutang dengan mempekerjakan sebagai pijakan dasar pengambilan

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

BAB II BIOGRAFI IMAM SYAFI I. Ghaza Palestina. Sebagian ahli sejarah mengatakan beliau lahir di Asqalan, tetapi

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

POLA PEMIKIRAN IMAM SYAFI I DALAM MENETAPKAN HUKUM ISLAM. Oleh : Drs. Abdul Karim, M.Ag (Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Alauddin Makassar)

KOPERASI SIMPAN PINJAM

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam zakat terdapat dua unsur, yaitu ta abbudi dan ta aqquli.

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

Proposal Ke-11 Permintaan Opini Dewan Pengawas Syariah (DPS) Tentang Pengolahan Daging Qurban Menjadi Sosis atau Kornet

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

Biografi Ulama Ahlus Sunnah Documentation. Rilis latest

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

Robiul Awal 1433 H Cetakan 1 NISHOB ZAKAT UANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Zaka, berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

Perdagangan Perantara

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Sejak itu hingga sekarang perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah

BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Penggadaian (Rahn) Satu sha sama dengan empat mud. Dan satu mud adalah sepenuh kedua telapak tangan orang yang sedang. (penerjemah).

Pendidikan Agama Islam

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

1- Metode qawl qadim sedikit sebanyak masih dipengaruhi oleh metode ahli Hijaz

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 02 Tahun 2010 Tentang AIR DAUR ULANG

PEMBENTUKAN MADZHAB-MADZHAB FIQH

Dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara terperinci mengenai tingkatan. memberikan hak yang istimewa kepada kreditur/ pedagang yang mendapati

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

ULUMUL HADIS ULUMUL HADIS

Pembiayaan Multi Jasa

Hadits Menuntut Ilmu. Ringkasan Materi. A. Membaca Al Hadits Tentang Menuntut Ilmu Hadits 1. Hadits 2. Hadits 3

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

BAB DAM. dengan dua pengertian. Ada yang mengartikannya sebagai hewan. atau yang bisa menggantikannya, yaitu makanan dan berpuasa.

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TERHADAP DALIL DALIL QAWL QADI<>M DAN QAWL JADI<D TENTANG KEWAJIBAN MEMBAYAR ZAKAT BAGI ORANG YANG BERHUTANG Disebutkan sebelumnya bahwa qawl qadi>m dan qawl jadi>d Imam Sha>fi i> dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh Imam Sha>fi i> pada periode pertumbuhan madhabnya di Baghdad disebut sebagai qawl qadi>m, dan fatwa fatwa yang dinyatakan setelah keberadaannya di Mesir dinamakan dengan qawl jadi>d. Fatwa fatwa qawl qadi>m kebanyakan tertuang dalam kitab al-risa>lah (al Qadi>mah) dan al-hujjah, yang biasanya disebut al-kita>b al-qadi>m. Kitab al- Hujjah dan fatwa fatwa lainnya pada periode ini, terutama diriwayatkan oleh empat orang sahabatnya yang terkemuka di Baghdad, yaitu: al-kara>bisi>, al- Za fara>ni>, Abu> Tsaur, dan Ahmad bin Hanbal. Mereka inilah yang menjadi rujukan fikih Sha>fi i> di Baghdad pada awal abad ke 3 H., sebelum datanganya para sahabat Imam Sha>fi i> yang belajar kepadanya di Mesir. Tokoh tokoh seperti Daud al D{a>hiri>, Ibnu Jari>r al T{abari>, dan banyak ulama seangkatannya mempelajari madhab tersebut dari mereka. 1 Qawl jadi>d, yang dinyatakan oleh Imam Sha>fi i> setelah ia bertempat tinggal di Mesir, tertuang dalam beberapa kitab: al-risa>lah (al Jadi>dah), al-umm, al- Amali>, al-imla> dan lain lain. Fatwa fatwa qawl jadi>d terutama diriwayatkan oleh 1 Nasution, Pembaruan Hukum Islam: Dalam Madhab Syafi i, 173 174.

106 enam orang sahabat Imam Sha>fi i> di Mesir, yaitu: al-buwait}i>, Harmalah, al-rabi> al-jizi>, Yu>nus bin Abd al-a la>, al-muzani>, dan Rabi> al-muradi>. Melalui mereka inilah, madhab Sha>fi i> berkembang, kembali ke Baghdad dan tersebar ke berbagai wilayah Islam. 2 Dalam hal terdapat perbedaan di antara fatwa fatwa dari kedua qawl tersebut, menurut as}ha>b (para ulama pengikut Imam Sha>fi i>), fatwa fatwa qawl jadi>d-lah yang diamalkan, karena itulah yang dianggap s}ahi>h sebagai madhab Sha>fi i>. Sebab, pada prinsipnya, semua fatwa qawl qadi>m yang bertentangan dengan suatu fatwa dalam qawl jadi>d, dianggap telah ditinggalkan (marju> anhu), dan tidak dapat lagi dipandang sebagai madhab Sha>fi i>. 3 Salah satu contoh kasus yang mengalami perubahan fatwa dari qawl qadi>m ke qawl jadi>d adalah, permasalahan orang yang memiliki harta, tetapi juga mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dalam jumlah yang dapat mengurangi hartanya dari nisab. Apakah orang tersebut tetap dikenakan kewajiban zakat? Pada qawl qadi>m, Imam Sha>fi i> mengatakan, orang tersebut tidak dikenakan zakat. Sebaliknya, dalam qawl jadi>d, orang tersebut tetap wajib mengeluarkan zakat. 4 Berikut penjelasan terperinci tentang letak titik perbedaan pendapat antara qawl qadi>m dan qawl jadi>d dalam permasalahan ini. Dalam hal hubungan zakat dengan hutang, Imam Sha>fi i> berkata: 2 Ibid., 174. 3 al-nawawi>, al-majmu> Sharh al-muhadhab. Juz I, 67. 4 al-ma>wardi>, al-ha>wi> al-kabi>r: Sharh Mukhtas}ar al-muzani>, Juz III, 309.

107 Dan kalau ia mempunyai dua ratus dirham, dan mempunyai juga beban hutang serupa, lalu diminta oleh hakim untuk mengembalikan hutangnya sebelum hawl, dan ia tidak melunasi hutangnya sampai melewati masa hawl, maka dikeluarkan zakatnya, kemudian orang-orang yang berhutang melunasi sisa hutangnya. Al-Ma>wardi> mengomentari pernyataan ini, ia mengatakan, permasalahan ini sama halnya dengan kasus apabila seseorang memiliki uang tunai dua ratus dirham, dan ia mempunyai pula beban hutang yang serupa nilainya, maka dalam hal ini terdapat dua pokok pembahasan: 5 Pertama, ia memiliki juga barang atau tanah dengan harga senilai dua ratus dirham sesuai dengan hutangnya, maka ia dikenakan zakat atas dua ratus dirham yang ada di tangannya, tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Kedua, ia tidak mempunyai apa apa kecuali hanya mempunyai dua ratus dirham yang ada di tangannya dan telah melewati hawl, sedangkan ia mempunyai beban hutang serupa, dalam kasus ini ada dua permasalahan: 6 1. Apabila beban hutang yang ia tanggung belum jatuh tempo, maka ia wajib menzakati apa yang ada di tangannya (dalam penguasaannya), tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini. 2. Apabila beban hutang yang ia tanggung telah jatuh tempo, maka dalam hal kewajiban membayar zakat atas apa yang berada di tangannya, terbagi menjadi menjadi dua sudut pandang yang berbeda: 7 5 Ibid., 309. 6 Ibid., 309.

108 a. Telah di nas}s} dalam qawl qadi>m, bahwasanya apa yang menjadi beban tanggungan hutangnya, menghalangi ia dari kewajiban membayar zakat, sehingga ia tidak diwajibkan mengeluarkan zakat dari harta tersebut, pendapat ini dikatakan pula oleh salah seorang sahabat, yakni Uthma>n bin Affa>n r.a. dan dari ta>bi i>n al-hasan al-bas}ri> dan Sulaima>n bin Yasa>r. Para fuqaha yang sependapat dengan pernyataan ini adalah: al-laits bin Sa ad, al-tsauri, Imam Ahmad, Isha>q, Imam Mal>ik; khususnya hanya menyangkut dinar dan dirham, serta pendapat Imam Abu> Hani>fah; khususnya dalam jenis harta dirham, dinar, dan binatang binatang ternak. 8 b. Telah di nas}s} dalam qawl jadi>d, bahwasanya hutang tidak menghalangi kewajiban membayar zakat. Zakat dalam harta tersebut wajib dikeluarkan. Pendapat ini pula dikatakan oleh Rabi> ah bin Abi> Abd al-rahma>n, dan Hamma>d bin Abi> Sulaima>n, pendapat ini termasuk qawl yang paling s}ahi>h menurut al-ma>wardi>, dan yang difatwakan sebagai madhab Sha>fi i>. 9 Untuk menganalisis permasalahan ini, maka akan dilakukan peninjauan dan perbandingan dari sudut pandang dalil dalil yang digunakan oleh Imam Sha>fi i> pada proses ijtiha>d yang melahirkan fatwa yang berbeda dari kedua qawl tersebut dalam permasalahan yang sama. Berikut uraian dalil dalil qawl qadi>m dan qawl jadi>d dalam permasalahan kewajiban membayar zakat bagi orang yang berhutang. 7 al-ma>wardi>, al-ha>wi> al-kabi>r: Sharh Mukhtas}ar al-muzani>, Juz III, 309. 8 Ibid., 309. 9 Ibid., 309.

109 A. Dalil dalil Qawl Qadi>m Dalil dalil yang menguatkan pendapat qawl qadi>m dalam kasus ini adalah sebagai berikut: 1. Hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Saya diperintahkan mengambil zakat dari orang-orang kaya di antara kamu dan mengembalikannyan kepada orang-orang miskin. Hadis diatas menyatakan bahwa, yang wajib membayar zakat adalah orang kaya. Karena orang yang terbebani hutang tidak termasuk orang kaya, maka tentunya ia tidak wajib mengeluarkan zakat. Hadis ini juga membagi orang ke dalam dua golongan: pemberi dan penerima zakat. Karena orang berhutang termasuk dalam kelompok penerima, ia tidak wajib mengeluarkan zakat. 10 Hadis ini disebutkan oleh al-ma>wardi> dalam kitab al-ha>wi> al-kabi>r sebagai ucapan Nabi saw., namun redaksi seperti ini tidak ditemukan dalam kitabkitab hadis. Akan tetapi, ketentuan bahwa zakat diambil dari orang kaya dan dikembalikan kepada fakir miskin, terdapat dalam pengarahan Nabi saw. ketika memberangkatkan Mu a>dz bin Jabal ke Yaman, yang diriwayatkan oleh al Bukha>ri> dan perawi perawi hadis lainnya. 11 10 Nasution, Pembaruan Hukum Islam: Dalam Madhab Syafi i, 199. 11 Ibid., 199.

110 2. Perkataan Uthma>n bin Affa>n pada suatu bulan Muharram: Ini adalah bulan zakat kalian. Oleh karena itu, barang siapa yang mempunyai hutang, hendaklah ia membayar hutangnya dan mengeluarkan zakat dari sisa hartanya. Pernyataan dan perintah Uthma>n ini dapat dianggap sebagai ijma>, karena tidak seorang sahabat pun yang memberikan bantahan terhadap hal ini. 12 3. Zakat adalah ibadah yang terkait dengan harta. Karena itu, hutang dapat menjadi penghalang baginya seperti halnya kewajiban melaksanakan haji. 13 4. Zakat merupakan kepemilikan harta tanpa imbalan. Jadi, hutang dapat menghalanginya, seperti halnya warisan yang hanya dapat dibagi setelah hutang hutang pewarisnya dilunaskan. 14 5. Apabila orang yang berhutang diwajibkan mengeluarkan zakat, maka harta tersebut akan dikenai dua kali kewajiban membayar zakat, sebab orang yang memberikan hutang pula wajib mengeluarkan zakatnya. Hal demikian tidak diperbolehkan. 15 12 al-ma>wardi>, al-ha>wi> al-kabi>r: Sharh Mukhtas}ar al-muzani>, Juz III, 310. 13 Ibid., 310. 14 Nasution, Pembaruan Hukum Islam: Dalam Madhab Syafi i, 199. 15 al-ma>wardi>, al-ha>wi> al-kabi>r: Sharh Mukhtas}ar al-muzani>, Juz III, 310.

111 Menurut al-nawawi>, alasan ini masih dikembangkan oleh kelompok ulama Sha>fi i>yah Khurasa>n dalam beberapa masalah lanjutan. 16 6. Dengan adanya hutang, maka kepemilikan harta menjadi tidak kuat (ghair mustaqirr). 17 B. Dalil dalil Qawl Jadi>d Dalil dalil yang menjadi landasan qawl jadi>d adalah sebagai berikut: 1. Petunjuk umum firman Allah swt. dalam surat al Tawbah: Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat), yang dengannya kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdo alah untuk mereka. Sesungguhnya do a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Harta yang ada di tangan orang tersebut adalah miliknya yang bebas untuk di tas}arruf kannya; oleh karena itu, wajib diambil zakat dari harta tersebut. 19 2. Hadis yang diriwayatkan Imam Ali bin Abi> T{a>lib r.a. dari Nabi saw.: 20 16 al-nawawi>, al-majmu> Sharh al-muhadhab. Juz V, 346 347. 17 Abu> Isha>q al-shaira>zi>, al-muhaddhab fi> Fiqh al-ima>m al-sha>fi i>, Jilid I (Semarang: Toha Putra, t.th.), 142. 18 Al Qur an, 9: 103. 19 Nasution, Pembaruan Hukum Islam: Dalam Madhab Syafi i, 200.

112 Ali meriwayatkan dari Nabi saw. ia berkata: Bila kamu mempunyai dua ratus dirham, maka yang wajib kamu keluarkan adalah lima dirham. Dan apa yang lebih dari itu (dua ratus dirham), tetap diperhitungkan demikian. Harta yang ada di tangan seseorang adalah miliknya, maka harta itu wajib dikeluarkan zakatnya. Hadis dengan redaksi tersebut di atas, yang dicantumkan oleh al-ma>wardi> dalam kitabnya al-ha>wi> al-kabi>r, tidak ditemukan. Namun, al-bayhaqi> ada meriwayatkan hadis Imam Ali dengan redaksi, Apabila perak itu ada dua ratus dirham.... 21 3. Mengingat bahwa hak pemegang gadai yang terkait atas diri barang gadaian tidak menghalangi kewajiban zakat. Maka hak (hutang) yang hanya terkait dengan dhimmah (tanggung jawab), tentu tidak pula menghalanginya. 22 4. Kewajiban hutang hanya terkait dengan dhimmah, sedangkan zakat ada yang terkait dengan harta benda. Kewajiban yang terkait dengan harta benda tertentu tidak dapat menghalangi kewajiban atas dhimmah, seperti halnya kewajiban yang terkait atas diri seorang budak sehubungan dengan tindak pidana yang dilakukannya, tidak dapat dihalangi oleh kenyataan bahwa tuannya mempunyai hutang sebesar harga budak tersebut atau lebih. Bila zakat itu tidak terkait langsung dengan diri harta, tentu kedudukannya akan sama dengan hutang yang juga terkait dengan dhimmah, sehingga keduanya 20 al-sajsata>ni>, Sunanu Abi> Da>wud, Juz II, 10. 21 Nasution, Pembaruan Hukum Islam: Dalam Madhab Syafi i, 201. 22 Ibid., 201.

113 tidak saling mempengaruhi. Hal ini sama dengan adanya dua hutang kepada dua orang yang berlainan, yang tentunya tidak saling mempengaruhi. 23 C. Analisis Terhadap Dalil dalil Qawl Qadi>m dan Qawl Jadi>d 1. Hadis yang dijadikan sebagai dalil qawl qadi>m, tentang penarikan zakat dari orang kaya itu kurang tepat dijadikan sebagai hujjah atas tidak wajibnya mengeluarkan zakat bagi orang yang berhutang, sebab hadis tersebut cuma mengemukakan bahwa zakat itu ditarik dari golongan orang kaya, dan tidak menyatakan bahwa yang berhutang bukan termasuk kategori orang kaya. 24 2. Hadis Uthma>n yang dijadikan sebagai landasan tidak diwajibkannya zakat atas orang yang berhutang kurang tepat, sebab maksud pernyataan tersebut hanya mengisyaratkan bahwa hutang harus lebih didahulukan; ini bukan berarti bahwa zakat ditiadakan. 25 3. Mengqiyaskan zakat dengan haji dalam hal tidak wajibnya mengeluarkan zakat bagi orang yang berhutang, adalah tidak pada tempatnya. Sebab, antara zakat dan haji terdapat perbedaan. Zakat tetap dikenakan atas anak anak dan 23 al-ma>wardi>, al-ha>wi> al-kabi>r: Sharh Mukhtas}ar al-muzani>, Juz III, 309 310. 24 al-ma>wardi>, al-ha>wi> al-kabi>r: Sharh Mukhtas}ar al-muzani>, Juz III, 310. 25 Ibid., 310.

114 orang gila yang kaya, sedangkan haji tidak wajib dikenakan atas anak anak dan orang gila, walaupun mereka tergolong kaya. 26 4. Klaim adanya dua kali kewajiban membayar zakat atas harta yang sama, tidak ada landasannya, sebab kedua orang itu (yang berhutang dan yang berpiutang), mengeluarkan zakat hartanya masing masing. Yang satu mengeluarkan zakat benda ( ayn) hartanya yang ada di tangannya, dan yang lainnya mengeluarkan zakat harta berupa nilai (dayn) yang dimilikinya. Dayn jelas berbeda dengan ayn. 27 5. Perkataan Uthma>n bin Affa>n pada suatu bulan Muharram: Ini adalah bulan zakat kalian. Oleh karena itu, barang siapa yang mempunyai hutang, hendaklah ia membayar hutangnya dan mengeluarkan zakat dari sisa hartanya, pernyataan ini adalah merupakan qawl s}aha>bi>. Dalam qawl qadi>m, Imam Sha>fi i> menerima qawl s}aha>bi> sebagai hujjah atau setidak tidaknya ia membenarkan mujtahid ber taqli>d kepada mereka. Sedangkan dalam qawl jadi>d, pendirian ini ia tinggalkan dan ia menegaskan bahwa, seorang mujtahid tidak dibenarkan ber taqli>d, baik kepada mujtahid yang sederajat maupun kepada para sahabat. Hal inilah yang mendorong Imam Sha>fi i>, untuk memilih pendapat wajibnya membayar zakat bagi orang yang berhutang. 6. Hadis yang dipergunakan Imam Ali> r.a. sebagai dasar diwajibkannya zakat atas orang yang berhutang, walaupun dari segi redaksi tidak ditemukan ungkapan yang serupa. Namun, al Baihaqi> ada meriwayatkan hadis Imam Ali 26 Ibid., 311. 27 Ibid., 311.

115 dengan redaksi yang maksudnya sama dengan hadis tersebut, yakni: Apabila perak itu ada dua ratus dirham.... Dan hadis ini diriwayatkan pula oleh Sulaima>n bin al-ash ath al-sajsata>ni> dalam kitab Sunan Abi> Da>wud. 7. Meng analogikan hutang dengan warisan juga kurang tepat, karena hutang dan warisan tidak saling mempengaruhi satu sama lain. Kewarisan tetap terjadi dengan adanya peristiwa kematian, walaupun ada hutang yang wajib dibayarkan. Ahli waris boleh jadi tidak mendapatkan bagian, tetapi bukan karena hak mereka terhapus oleh hutang, melainkan karena warisan yang ada telah habis untuk membayar hutang pewaris. Dari keterangan keterangan yang tersebut di atas, jelas menunjukkan bahwa perubahan fatwa dari qawl qadim ke qawl jadi>d dalam masalah ini, sangat erat kaitannya dengan dalil dalil yang dipergunakan kedua qawl tersebut. Perbedaan materi atau kekuatan dalil, dan wajh istidla>l yang digunakan, jelas mempengaruhi istinba>t} hukum yang dihasilkan. Menurut kaidah kaidah ijtiha>d Imam Sha>fi i>, hukum harus senantiasa mengikuti dalil dalil yang terkuat, baik bersumber dari al Qur an al Sunnah, ijma>, maupun qiya>s. Melalui observasi dan penelitian ulang lebih detail yang diupayakan oleh Imam Sha>fi i> di Mesir, beliau menemukan titik titik kelemahan pada dalil dan wajh istidla>l yang menjadi landasan qawl qadi>m sehingga fatwa tersebut harus direvisi. Dengan dalil dalil yang ditemukan dan wajh istidla>l lainnya yang dianggap lebih kuat, ia mengukuhkan fatwa baru (qawl jadi>d) dalam permasalahan ini, yakni bagi orang yang berhutang, apabila hartanya telah

116 mencapai nishab dan hutangnya telah jatuh tempo, maka ia tetap wajib mengeluarkan zakat. Menurut hemat kami, pendapat Imam Sha>fi i> dalam qawl jadi>d nya lebih efektif untuk diamalkan pada masa masa sekarang ini, terutama dikhususkan bagi perusahaan perusahaan besar, yang memiliki hutang sekian ratusan juta rupiah, akan tetapi memperoleh keuntungan sekian ratusan juta pula dalam setiap bulannya. Merupakan suatu hal yang wajar, bila pihak yang berhutang tersebut baik perorangan maupun lembaga, untuk mengeluarkan zakat dari keuntungan yang ia peroleh, dari hasil memanfaatkan hutang tersebut.