B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sangat mengkhawatirkan. Pada era globalisasi sekarang ini, modern slavery marak

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Di masa lalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

LATAR BELAKANG. Click to edit Master subtitle style

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, masih terjadi aktus women trafficking secara masif. Women trafficking

BAB I PENDAHULUAN. awal dekade 1980-an. Mereka adalah anak-anak yang hidup terpisah dari

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

BAB II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH SUMATERA UTARA (DPRD-SUMUT) DAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

Anak Yang Diperdagangkan (Trafficking)

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. melekat dan menjadi predikat baru bagi Negara Indonesia. Dalam pandangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga atau

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

I. PENDAHULUAN. setelah China, India, dan USA. Kondisi ini menyebabkan jumlah pencari kerja

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang. ditentukan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. orang migrasi ke kota untuk bekerja. Adanya migrasi ke kota membawa

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

Asesmen Gender Indonesia

Lex Administratum, Vol. III/No.2/April/2015

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

BAB I PENDAHULUAN. Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

B A B PENDAHULUAN. Perdagangan manusia merupakan salah satu bentuk kejahatan yang merampas hak

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR... TAHUN... T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Di sektor pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dengan manusia yang lain. Pengertian anak menurut Anwar Riksono adalah :

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak. Perangkat hukum dalam menanggani masalah eksploitasi seksual

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. tetapi sumber daya manusianya pun dipergunakan untuk kepentingan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 9/Desember/2014

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HUMAN TRAFFICKING: SEBUAH KEGAGALAN PEMBANGUNAN MANUSIA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

I. PENDAHULUAN. belum bisa diwujudkan dalam setiap rezim pemerintahan. Isu pembangunan

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Dunia internasional pun ikut berpartisipasi dalam memerangi issue kejahatan non-tradisional ini, human trafficking dan tindak kekerasan kepada buruh m

Pulang ke rumah. Tantangan dalam reintegrasi korban perdagangan orang (trafficking) di Indonesia

WALI KOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ZONA BEBAS PEKERJA ANAK

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan akan faktor tenaga kerja, negara berkembang membutuhkan tenaga kerja ahli dengan kemampuan khusus, dim

SANKSI PIDANA DALAM TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

24 HUKUM DALAM PERMASALAHAN PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA. Oleh: Andi Rezky Aprilianty Punagi, Ishartono, & Gigin Ginanjar Kamil Basar

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PENYELENGGARA PERLINDUNGAN ANAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERJASAMA INDONESIA END CHILD PROSTITUTION IN ASIAN TOURISM

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah. Hal ini yang mendorong munculnya paktek perdagangan

Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Laporan Hasil Penelitian Kebijakan, Intervensi Hukum, Sistem, Rencana Strategi dan Struktur Penegak Hukum Dalam Penanganan Korban Perdagangan Anak

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB II BENTUK BENTUK, FAKTOR PENYEBAB DAN AKIBAT DARI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING)

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

Analisa Media Edisi November 2013

Transkripsi:

B A B 1 P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi hampir di seluruh belahan dunia ini, dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia. Di mana hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Perdagang anak merupakan suatu kejahatan yang banyak terjadi baik di tingkat nasional maupun internasional. Perdagangan anak dengan jaringan sindikatnya memiliki bentuk dan tujuan yang beragam. Di masa lalu perdagangan anak hanya dipandang sebagai pemindahan secara paksa ke luar negeri unuk tujuan bekerja di tambang tambang, di tempat kerja buruh yang berupah rendah, di tanah pertanian, sebagai pelayan dan prajurit dibawah umur, dan sebagian besar anak diperjual belikan untuk eksploitasi seksual. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, perdagangan didefenisikan sebagai pemindahan khususnya anakanak dengan atau tanpa persetujuan orang yang bersangkutan di dalam suatu Negara ke luar negeri untuk perdagangan budak dan perbudakan modern, dan tidak hanya prostitusi. Setiap tahun diperkirakan ada 600.000 s/d 800.000 laki-laki, perempuan, anak-anak yang diperdagangkan yang menyebrangi perbatasan internasional. (www. Fajaronline. Com) Beberapa organisasi internasional dan organisasi swadaya masyarakat mengeluarkan angka yang jauh lebih tinggi. Dari sekitar 1.846 korban perdagangan anak (trafficking) yang terjadi di dalam maupun di luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Hongkong dan Arab Saudi, sebagian besarnya berasal dari Indonesia yang pada

umumnya anak perempuan. Berdasarkan data International Organization for Migration (IOM), pada april 2007, jumlah korban trafficking dari Indonesia paling banyak berasal dari Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, Batam, Sumatera Utara dan Nusa Tenggara Barat. Di mana Indonesia menjadi salah satu sumber untuk kejahatan trafficking Internasional. Perempuan dan anak Indonesia banyak yang dikirim ke Asia Tenggara, Timur Tengah, Jepang, Australia dan Amerika Utara untuk dijadikan pekerja seks, pembantu rumah tangga, adopsi illegal dan bentuk-bentuk kerja paksa lainnya atau perbudakan yang berkedok pernikahan. Kasus trafficking terbesar di Indonesia berasal dari Sulawesi Selatan, dan Batam. di mana Sulawesi Selatan juga dikenal sebagai daerah jalur transit di mana perdagangan orang ini banyak menggunakan jalur Makasar dan Parepare sebagai tempat transit sebelum menyebrangi ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. ( www. Gatra. Com) Sementara di Batam, tercatat 160 korban perdagangan anak dan perempuan ke Malaysia yang berhasil dikembalikan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia Johor Baru ketanah air melalui Batam. Di mana korban tersebut terhitumg mulali dari bulan Januari sebanyak 19 orang, bulan Februari 29 orang, bulan Maret 30 Orang, bulan April 9 orang, bulan Mei 13 orang, bulan Juni 1 orang, bulan Juli 8 orang dan bulan Agustus 51 orang. Sedangkan di Sumatera Utara korban trafficking lebih kecil dibandingkan Pulau Batam. (www.gatra.com) Trafficking merupakan salah satu masalah yang perlu penanganan mendesak seluruh komponen bangsa. Hal tersebut perlu, sebab erat kaitannya dengan citra bangsa Indonesia di mata internasional. Hal ini disebabkan bangsa Indonesia sebagai urutan

ketiga (TIER 3) di dunia sebagai pemasok perdagangan perempuan dan juga sebagai Negara yang diasumsikan tidak serius menangani masalah trafficking. Suatu tantangngan bagi bangsa Indonesia untuk menyelamatkan anak bangsa dari keterpurukan. Penanganan dalam penghapusan trafficking tidaklah mudah, karena kasus pengiriman manusia secara illegal keluar negeri sudah terjadi sejak bertahun-tahun lamanya tanpa adanya suatu perubahan perbaikan. Sebagaimana yang dilaporkan pemerintah Malaysia, bahwa 4.268 pekerja seks dan buruh anak berasal dari Indonesia. Demikian juaga dengan wilayah perbatasan Negara Malaysia dan Singapura. Data menunjukkan sebanyak 4.300 perempuan dan anak yang dipekerjakan sebagai pekerja seks dan pekerja anak di wilayah tersebut Kemudian di akhir tahun 2006 muncul lagi kasus yang sama, bahkan meningkat mencapai angka 300.000 (www.fajaronline.com). Meskipun belum ada data statistik yang akurat menyangkut tentang jumlah anak yang menjadi korban traffickin, namun fakta tersebut tidak dapat dibantah. Prakek perdagangan anak (trafficking) merupakan pelanggaran berat terhadap hak azasi manusia. Korban diperlakukan seperti barang dijual, dibeli dan dijual kembali serta dirampas hak asasinya bahkan rentan mengalami kematian. Permasalahan perdagangan perempuan dan anak memang merupakan permasalahan yang sangat kompleks yang tidak lepas dari faktor-faktor ekonomi, sosial, budaya dan politik yang berkaitan erat dengan perdagangan perempuan bahkan dijadikan sebagai bagian dari kebijakan politik perburuhan yang dimanfaatkan untuk menekan biaya produksi sehingga cenderung dieksploitasi.

Trafficking merupakan salah satu jalur terjadinya perdagangan orang yang korbannya rata-rata berada dibawah garis kemiskinan, khususnya anak-anak.yang cenderung dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan bisnis. Situasi semacam ini merupakan santapan sindikat perdagangan perempuan yang sudah terorganisir untuk melakukan perekrutan. Bahkan nyaris jauh dari jangkauan hukum, karena sindikatnya diawali dengan transaksi utang-piutang antara pemasok tenaga kerja illegal dengan korban yang mempunyai bayi atau anak prempuan yang masih perawan, sehingga jika korban tidak mampu untuk menyelesaikan transaksi yang telah disepakati, maka agunannya adalah anak perempuan yang masih bau kencur atau perawan. Kejahatan perdagangan orang (trafficking) juga kerap melibatkan orang-orang kuat yang ada di dalam masyarakat sehingga kasus perdagangan orang berat untuk dibrantas. Perdagangan anak mempunyai jaringan yang sangat luas. Praktek perdagangan yang paling dominan berada disektor jasa prostitusi, dimana kebanyakan korbanya adalah anak perempuan yang masih perawan. masyarakat internasional telah lama menaruh perhatian terhadap permasalahan perdagangan ini. PBB misalnya, melalui konvensasi tahun 1949 mengenai penghapusan perdagangan manusia dan eksploitasi pelacuran oleh pihak lain, dan juga berbagai organisasi intenasional seperti IOM, ILO, UNICEF dan UNESCO memberikan perhatian khusus pada masalah perdagangan anak, pekerja anak yang biasanya berada pada kondisi pekerjaan eksploitasi, seksual komersil. (Bariah, 2005:2) Penyebaran kasus perdagangan (trafficking) anak hampir merata terjadi di seluruh wilayah Indonesi, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Salah satu daerah yang banyak menyimpan banyak permasalahan trafficking anak di Indonesia adalah daerah Sumatera

Utara. dalam praktek perdagangan anak (trafficking) memiliki tiga fungsi strategis yaitu sebagai daerah tujuan trafficking. Bentuk perdagagan trafficking,. Bentuk praktek perdagangan trafficking berkembang di Sumatera Utara sebagian besar untuk kepentingan prostitusi dan pekerjaan terburuk seperti eksploitasi seksual, pekerja rumah tangga, tempat hiburan malam dan pengemis jalanan. Korban perdagangan (trafficking) ini pada umumnya berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah dari pinggiran kota serta pedesaan. Dalam hal ini penanganan trafficking di Sumatera Utara dilaksanakan oleh berbagai pihak baik pemerintah maupun masyarakat dan juga lembaga-lembaga yang terkait, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. dalam suatu rangkaian program kegiatan yang disusun secara terpadu. Seluruh kegiatan tersebut diarahkan untuk upaya pencegahan, penanganan kasus/pelayanan korban, reintegrasi (pemulangan) korban dan pasca kasus/masa depan korban. Maka dalam menghadapi persoalan tersebut, perlu adanya upaya dalam penghapusan perdagangan (trafficking) ini. Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian yaitu di LSM Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA).yang membawa isu perlindungan anak dan penegakan hak anak dan perempuan.di mana lembaga ini dalam pencapaian tujuannya telah berhasil mengungkap sebagian besar kasus trafficking yang terjadi di Sumatera Utara. Menurut laporan Pusat Informasi dan Pengaduan Anak (PUSPA) terhitung mulai dari tahun 2005 tahun 2007 ada 93 kasus trafficking yang terjadi di Sumatera Utara yang terdiri dari tahun 2005 berjumlah 55 korban, tahun 2006 berjumlah 16 korban dan tahun 2007 berjumlah 22 korban. Di mana korban tersebut berusia rata-rata 02 18 tahun.

Sebagai sebuah lembaga sosial tentunya PKPA dalam hal ini PUSPA mempunyai peranan dalam menyikapi permasalahan tersebut. Tentunya juga memberikan pelayanan kepada perempuan dan anak yang menjadi korban, dan melakukan berbagai upaya untuk menuntaskan masalah trafficking khususnya di Sumatera Utara. dengan harapan, pelayanan yang diberikan oleh PUSPA-PKPA terhadap anak korban trafficking, sebagai upaya perlindungan dan penegakan hak anak dan perempuan, melalui penelitian yang hasilnya dituangkan dalam skripsi. B.Perumusan Masalah Masalah merupakan pokok dari suatu kegiatan penelitian. Dalam suatu rancangan atau usulan penelitian perlu dibuat suatu perumusan masalah, yang bertujuan agar seluruh proses penelitian dapat berjalan sesuai arah dan mendapatkan hasil yang tepat pula. maka berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di awal, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut upaya upaya apa saja yang dilakukan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PUSPA-PKPA) dalam menuntaskan masalah trafficking di Sumatera Utara?

C.Tujuan dan manfaat penelitian C.1 Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah : 1. Untuk memperoleh informasi dan fakta mengenai upaya PUSPA-PKPA dalam menuntaskan kasus perdagangan anak (trafficking) di Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui apakah upaya PUSPA-PKPA sudah berhasil dilaksanakan dalam menuntaskan masalah perdagangan anak (trafficking). 3. Untuk mengetahui kebijakan apa yang telah diambil oleh PUSPA-PKPA dalam menuntaskan masalah perdagangan anak (trafficking) C.2 Manfaat penelitian Adapun manfaat penelitian yang diharapkan: 1. Bagi penulis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah, menambah pengetahuan dan mengasah kemampuan berpikir penulis dalam menyikapi dan menganalisis apa saja yang menjadi upaya dalam menuntaskan masalah-masalah sosial khususnya masalah perdagangan anak (trafficking) 2. Bagi fakultas, dapat memberikan sumbangan yang positip terhadap ke ilmuan yang dikembangkan departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, dan dapat bermanfaat dalam pembuatan keputusan dan kebijakan dalam upaya menyikapi masalah sosial khususnya masalah anak. 3. Bagi pihak praktisi, dapat menjadi masukan dalam peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan terhadap anak korban trafficking.

D. SISTEMATIKA PENULISAN Adapun dalam penulisan penelitian ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, populasi, sample, teknik pengumpulan data dan teknis analisa data BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat PUSPA-PKPA serta gambaran secara umum tentang lokasi penelitian. BAB V ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasannya. BAB VI PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran penulis dari data-data penelitian yang dikumpulkan.