BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN MEDIA, ANALISIS DATA, DAN REFLEKSI HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

Sikap Media Terhadap Isu Kenaikan Harga BBM Bersubsidi. (Analisis Framing Pemberitaan Koran Tempo dan Harian Sindo) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Isi Media Judul: MIP No.218 Jelang Pemilihan Ketua MPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 06/10/2014

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. Media massa pada dasarnya selalu melakukan pembingkaian (framing)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rosihan Arsyad dalam Sinar Harapan online pun menyatakan

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia atau DPR RI sejak

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah

Jokowi Diuji, KPK Diamputasi Selasa, 17 Pebruari 2015

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 215 Sidang Perdana DPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 02/10/2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan buah demokrasi dari Negara Indonesia. Sejak tahun 2005 pergantian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PERBANDINGAN PEMBINGKAIAN BERITA PAPA MINTA SAHAM PADA MEDIA ONLINE (Kompas.com dan Viva.co.id)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menurut Harmon dalam Octavia adalah cara mendasar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Analisis Isi Media Judul: MIP No.07. Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

Dari Fadli dan Novanto: Welcome Papa Trump...

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi seperti saat ini, menuntut

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jokowi, Jangan Ragu Senin, 16 Pebruari 2015

Head to Head Dukungan Capres Pasca Penetapan Resmi KPU

KEPERCAYAAN TERHADAP DPR DI TITIK TERENDAH. LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Desember 2015

BAB IV PROFIL MEDIA ONLINE

ROBBY ANDRE / / 2EA26 TUGAS III. Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. merupakan tanggal penetapan UU Pilkada. Berita-berita mengenai UU

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

Sengkarut Konflik Parpol Rabu, 01 April 2015

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pun sejajar dan bersifat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

BAB IV. KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PEMBINGKAIAN KOMPAS.COM DAN DETIK.COM TERHADAP SBY PASCA PEMILU 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah!

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. TNI bukanlah peristiwa yang baru. Kasus-kasus serupa kerap terjadi sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga media sangat dibutuhkan terutama media televisi yang benar-benar dirasakan

I. PENDAHULUAN. Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN MEDIA, ANALISIS DATA, DAN REFLEKSI HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Media 4.1.1 Profil Portal Berita Kompas.com Kompas.com merupakan portal berita di bawah naungan PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Group) yang didirikan oleh mendiang P.K. Ojong dan Jakoeb Oetama. Kompas.com menyajikan berita-berita aktual di bidang hukum, sosial, politik, humaniora, dan lain sebagainya. Dimulai pada tahun 1995 dengan nama Kompas Online, Kompas Online pada awalnya hanya berperan sebagai edisi internet dari Harian Kompas. Kemudian tahun 1998 Kompas Online bertransformasi menjadi Kompas.com dengan berfokus pada pengembangan isi, desain, dan strategi pemasaran yang baru. Kompas.com pun memulai langkahnya sebagai portal berita terpercaya di Indonesia. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2008 Kompas.com tampil dengan perubahan penampilan yang signifikan. Mengusung ide Reborn, Kompas.com membawa logo, tata letak, hingga konsep baru di dalamnya. Menjadi lebih kaya, lebih segar, lebih elegan dan tentunya tetap mengedepankan unsur user-friendly dan advertiser-friendly. Sinergi ini menjadikan Kompas.com sebagai sumber informasi lengkap, yang tidak hanya menghadirkan berita dalam bentuk teks, namun juga gambar, video, hingga live streaming. Perubahan ini pun mendorong bertambahnya pengunjung aktif Kompas.com di awal tahun 2008 yang mencapai 20 juta pembaca aktif per bulan, dengan 40 hingga 100 juta page views/impression per bulan. 1 Kemudian pada tahun 2013, Kompas.com kembali melakukan perubahan yakni tampilan halaman yang lebih rapi dan bersih, serta fitur baru yang lebih personal untuk memudahkan pembacanya dalam memilih informasi. 1 http://inside.kompas.com/about-us (diakses 01/11/2014) 27

4.1.2 Profil Portal Berita Detik.com Detik.com adalah portal berita terpercaya yang menyajikan berbagai berita aktual baik lingkup nasional maupun internasional, serta menyediakan bermacam-macam artikel online. Berbeda dari situs-situs berita berbahasa Indonesianya lainnya, Detik.com hanya mempunyai edisi online dan menggantungkan pendapatan dari bidang iklan. Portal berita Detik.com awalnya didirikan oleh 4 orang, mereka adalah Budiono darsono, Yayan Sopyan, Abdul Rahman (eks wartawan Tempo), dan Didi Nugrahadi. Dari keempat pendiri Detik.com ini, Budiono Darsono merupakan yang pertama sekali mencetuskan ide untuk membuat media berita online dengan berita yang selalu up to date. Sesuai dengan slogan mereka Kenapa tunggu besok kalau detik ini juga anda sudah tahu informasi?. Detik.com lalu diakuisisi oleh CT. Corp pada tahun 2011 sebesar Rp 540 Milliar. Setelah diambil alih, maka selanjutnya jajaran direksi akan diisi oleh pihak-pihak dari Trans Corp sebagai perpanjangan dengan CT Corp di ranah media. Dan komisaris Utama dijabat Jenderal (Purn) Bimantoro, merangkap komisaris utama Carrefour Indonesia, yang juga dimiliki Chairul Tanjung. Setelah akuisisi, Detik.com mengalami banyak perkembangan. Saat ini situs Detik.com telah menjadi salah satu situs ternama di Indonesia dengan jumlah visitor yang sangat besar. Pengunjung situs Detik.com saat ini mencapai 3 juta hits per hari, dan menjadi salah satu situs yang paling sering dibuka oleh seluruh pengguna internet di Indonesia. 2 Manajemen Detik.com: Komisaris Utama: Drs Raden Suroyo Bimantoro Wakil Komisaris Utama: Zainal Rahman Komisaris: Sutrisno Iwantono Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur Sales dan Marketing: Nur Wahyuni Sulistiowati Direktur Keuangan dan HRD: Warnedy 2 https://www.maxmanroe.com/budiona-darsono-pendiri-detik-com-media-online-terbesar-di-indonesia.html(diakses 01/11/2014) 28

4.2 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis pembingkaian terhadap berita-berita yang dimuat oleh Kompas.com dan Detik.com tentang konflik dualisme DPR pada tanggal 29 hingga 31 Oktober 2014, menggunakan analisis framing model Robert Entman. Adapun penyajiannya diurutkan sesuai dengan urutan waktu (kronologis) diterbitkannya berita terkait di kedua portal berita tersebut. 29

4.2.1 Analisis Artikel 1 Judul : Muncul Pimpinan Tandingan, Politisi di DPR Dinilai Belum Bisa Move On Sumber : Detik.com Ringkasan : Berita ini berisikan pendapat pakar hukum tata negara, Refly Harun, mengenai konflik dualisme di DPR hingga menyebabkan munculnya pimpinan DPR tandingan. Kemunculan pimpinan DPR tandingan ini, diberitakan karena fraksi KIH tidak puas dengan kepemimpinan Ketua DPR Setya Novanto cs yang berasal dari fraksi KMP setelah KMP menguasai seluruh kursi pimpinan DPR, pimpinan komisi, dan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) Tabel 4.1 Analisis Framing Robert Entman Artikel 1 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems (Identifikasi masalah) Munculnya DPR tandingan sebagai akibat dari dua kubu politik di DPR yang belum beranjak dari persaingan masa Pilpres Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) Perseteruan politik antara KMP dan KIH, serta ambisi KMP ingin menguasai DPR Make Moral Judgement Sistem paket dalam mekanisme voting atau (Membuat keputusan moral) pengambilan suara terbanyak tidak mencerminkan politik demokrasi Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) KMP seharusnya merelakan pemilihan AKD melalui musyawarah mufakat dan tidak menggunakan sistem paket bila terpaksa dilakukan mekanisme voting Sumber: Data primer, 2014 Analisis: 1. Identifikasi Masalah 30

Keseluruhan isi berita ini merupakan pendapat narasumber Refly Harun, seorang pakar hukum tata negara, mengenai konflik dualisme yang melanda DPR hingga memunculkan DPR tandingan bentukan fraksi KIH. Detik.com membingkai identifikasi masalah lewat kutipan wawancara dengan Refly, yang menilai munculnya pimpinan DPR tandingan ini sebagai akibat dua kubu berseberangan di DPR yakni KMP dan KIH yang belum move on atau beranjak dari persaingan politik semasa Pilpres. 2. Menentukan Penyebab Masalah Dari Identifikasi masalah yang dibingkai Detik.com tersebut, tercermin pula apa yang dianggap menjadi penyebab masalah dalam berita ini, yang tak lain karena perseteruan politik antara KMP dan KIH sejak kontestasi Pilpres. Namun Detik.com juga menekankan bahwa ambisi politik KMP merupakan penyebab masalah yang sama. Dalam berita ini, disebutkan bahwa munculnya pimpinan DPR tandingan juga dipicu oleh ambisi KMP yang ingin menguasai DPR dengan menyapu bersih seluruh kursi pimpinan DPR, pimpinan komisi, dan AKD. 3. Membuat Keputusan Moral Penilaian moral dalam berita ini terlihat pula dalam kutipan wawancara Detik.com dengan Refly Harun. Pada kutipan yang dimaksud, Refly menyatakan bahwa voting atau mekanisme pemungutan suara terbanyak dalam proses pemilihan pimpinan di DPR harus tetap mencermikan politik demokrasi, yaitu dengan tidak menggunakan sistem paket. Dari kutipan tersebut, Detik.com memberi penilaian moral bahwa sistem paket pada mekanisme voting dalam sidang pemilihan pimpinan DPR yang diketuai Setya Novanto cs tidak mencerminkan politik demokrasi. 4. Menekankan Penyelesaian Detik.com menekankan penyelesaian masalah berdasarkan keterangan Refly yang mengatakan bahwa setelah menguasai kursi pimpinan DPR dan pimpinan komisi seharusnya KMP merelakan pemilihan AKD melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Selain itu, kalaupun terpaksa dilakukan voting harus tetap mencerminkan politik demokrasi dengan tidak menggunakan sistem paket. 31

4.2.2 Analisis Artikel 2 Judul : Gonjang Ganjing Politik, Ketika DPR Terbelah Dua Sumber : Detik.com Ringkasan : Dalam berita ini disebut masa depan politik di parlemen Indonesia semakin runyam menyusul adanya DPR tandingan yang digagas KIH. Disebutkan pula bahwa munculnya DPR tandingan ini berawal dari ketidakpuasan kubu KIH yang merasa tak diajak KMP dalam pembagian kursi di parlemen. Dalam berita ini juga dikutip wawancara politisi dari kedua kubu tersebut yang mengklaim langkah politik masing-masing kubu adalah agar fungsi DPR secepatnya berjalan. Tabel 4.2 Analisis Framing Robert Entman Artikel 2 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems DPR tandingan membuat politik runyam, (Identifikasi masalah) serta dapat berimbas pada perekonomian Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) KMP yang menyapu bersih kursi pimpinan di DPR, dan KIH yang bermanuver membentuk pimpinan DPR tandingan Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Kemunculan DPR tandingan semakin membuat masyarakat antipati terhadap DPR Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 Kedua kubu sedianya musyawarah untuk mufakat dalam setiap pengambilan keputusan 32

Analisis: 1. Identifikasi Masalah Pada alinea pertama berita, Detik.com menuliskan opini yang menyebut bahwa masa depan politik parlemen di Indonesia semakin runyam dengan adanya DPR tandingan. Dituliskan pula harapan agar konflik di kompleks Senayan itu tidak berimbas pada perekonomian. Melalui opini tersebut, Kompas.com mengidentifikasi masalah munculnya DPR tandingan sebagai masalah serius yang bisa saja berimbas pada perekonomian negara, serta hanya akan membuat runyam situasi politik terutama di parlemen, apapun alasan pembentukannya. 2. Menentukan Penyebab Masalah Dalam berita ini, tak hanya disebutkan langkah KIH membentuk DPR tandingan yang membuat runyam politik. KMP juga disebut telah menyapu bersih kursi pimpinan DPR dan tidak membagi jatah pimpinan komisi dan AKD untuk KIH sehingga muncul ketidakpuasan dari pihak KIH. Dari sini terihat Detik.com tidak memberi penekanan pada salah satu kubu politik tertentu sebagai penyebab masalah, namun lebih pada perseteruan antara keduanya. 3. Membuat Keputusan Moral Berita ini memuat kutipan wawancara narasumber dari kedua kubu yang berkonflik, jugabopini yang menyebutkan bahwa munculnya DPR tandingan mungkin akan semakin membuat masyarakat antipati terhadap DPR dan Parpol. Wawancara dengan narasumber dari pihak KIH, Detik.com memilihh Arif Wibowo, anggota DPR dari fraksi PDIP, yang mengklaim bahwa langkah KIH membentuk DPR tandingan adalah demi menjaga berjalannya fungsi pimpinan DPR. Selanjutnya dari kubu KMP, Detik.com mewawancarai Ketua DPR Setya Novanto dari fraksi Golkar. Setya mengatakan bahwa proses pemilihan pimpinan DPR berikut pimpinan komisi dan AKD telah melalui proses yang panjang dan menyerahkan penilaiannya kepada rakyat. Dengan mengutip keterangan dari kedua narasumber yang saling bertentangan ini, tampak Detikcom tidak memberi penilaian moral bagi klaim keduanya. Penilaian moral lebih kepada rakyat yang disebut Detik.com akan antipati pada DPR bila konflik dualisme ini terus berlanjut. 33

4. Menekankan Penyelesaian Pada alinea terakhir, Detik.com kembali menulis opini yang menyebutkan semoga saja keramaian segera berakhir dan musyawarah untuk mufakat segera diambil, semua untuk rakyat. Dari sini terihat upaya Detik.com memberi penekanan penyelesaian dengan rekomendasi untuk musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan di DPR. Hal itu harus dilakukan demi kepentingan rakyat sebagai konstituen para anggota dewan tersebut. 34

4.2.3 Analisis Artikel 3 Judul : DPR Terbelah, Kemana Jiwa Kenegarawanan Para Politisi Senayan? Sumber : Detik.com Ringkasan : Berita ini adalah seputar wawancara dengan Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin, yang dalam salah satu pernyataannya menyebut politisi Senayan membutuhkan jiwa kenegarawanan dalam menyikapi pertentangan politik di DPR. Tabel 4.3 Analisis Framing Robert Entman Artikel 3 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems DPR terbelah akibat ketiadaan jiwa (Identifikasi masalah) negarawan para anggota dewan, dan semangat persaingan Pilpres yang belum mereda di antara kubu KMP dengan KIH Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) KMP dan KIH yang berebut kursi pimpinan DPR hingga pimpinan komisi Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Terbelahnya DPR adalah cerminan wakil rakyat yang berpikiran sempit Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 Anggota DPR agar mengedepankan musyawarah, KMP memberi jatah proporsional pada KIH di pimpinan komisi Analisis: 1. Identifikasi Masalah 35

Detik.com mengidentifikasi masalah dalam pemberitaan ini sebagai semangat persaingan pilpres antara kubu KMP dengan KIH yang belum mereda meski pilpres telah lama usai. Akibatnya kini DPR terbelah, dan apa yang terjadi ini membuat miris. Identifikasi tersebut secara eksplisit terungkap pada opini yang dituliskan Detik.com pada paragraf pertama dan kedua dalam berita. Selanjutnya Detik.com juga memberi berita ini judul DPR Terbelah, Kemana Jiwa Kenegarawanan Para Politisi Senayan?, judul itu diambil dari kutipan wawancara dengan Ketua Dewan Partai Demokrat Amir Syamsudin yang mempertanyakan jiwa negarawan para anggota dewan yang berseteru berebut kursi pimpinan DPR. Dari penggunaan judul tersebut, Detik.com juga mengidentifikasi masalah ini sebagai ketiadaan jiwa kenegarawanan semua anggota dewan, yang berasai dari KMP maupun KIH. 2. Menentukan Penyebab Masalah Setelah masalah diidentifikasi Detik.com sebagai persaingan masa pilpres yang tidak kunjung reda antara KMP dan KIH, maka penyebab masalah yang ditonjolkan Detik.com dengan sendirinya adalah KMP dan KIH yang berebut kursi pimpinan DPR serta pimpinan komisi sebagai ekses dari persaingan politik antara kedua kubu tersebut. 3. Membuat Keputusan Moral Detik.com kembali mengutip pernyataan narasumber, Amir Syamsuddin, yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang besar, karena itu wakil rakyatnya jangan berpikiran sempit. Melalui kutipan tersebut, Detik.com memberikan penilaian moral bawa terbelahnya DPR ini adalah cerminan wakil rakyat berpikiran sempit yang kerjanya hanya berebut kuasa. 4. Menekankan Penyelesaian Upaya Detik.com menekankan penyelesaian tampak pada kutipan wawancara berikutnya dengan Amir, narasumber tunggal dalam berita ini. Dalam wawancara tersebut, Detik.com mengutip saran Amir agar tetap mengedepankan musyawarah dan melupakan semua konflik yang terjadi di masa pilpres. Dituliskan pula bahwa Amir mengatakan tidak ada salahnya jika KMP memberi jatah yang proporsional pada KIH di pimpinan komisi, hal itu dinilai tidak merugikan KMP. 36

4.2.4 Analisis Artikel 4 Judul : DPR Terbelah Karena KMP dan KIH Berebut Kuasa, Kapan Kerjanya? Sumber : Detik.com Ringkasan : Berita ini masih seputar mempertanyakan anggota fraksi KMP dan KIH yang berebut kursi pimpinan DPR serta pimpinan komisi. Narasumber Detik.com kali ini adalah seorang pengamat politik dari Universitas Gajah Mada, Arie Sudjito. Disebutkan Arie dalam wawancaranya, kalau kondisi ini berlanjut maka DPR telah kehilangan arah. Tabel 4.4 Analisis Framing Robert Entman Artikel 4 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems DPR terbelah karena KMP dan KIH sibuk (Identifikasi masalah) berebut kuasa, DPR mengalami disorientasi Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) KMP dan KIH yang berebut kursi pimpinan DPR, bukan mengurusi persoalan bangsa Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Konflik di DPR tidak substantif, kedua kubu hanya mementingkan kekuasaan Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 Seharusnya anggota DPR cooling down dan merenungkan makna menjadi wakil rakyat Analisis: 1. Identifikasi Masalah Dari judul yang digunakan Detik.com pada berita ini, yaitu DPR Terbelah Karena KMP dan KIH Berebut Kuasa, Kapan Kerjanya?, secara gamblang menunjukkan Detik.com mengidentifikasi masalah terbelahnya DPR akibat kedua koalisi yang terus berebut kuasa, dalam 37

hal ini memperebutkan kursi pimpinan DPR, pimpinan komisi dan AKD. Kedua kubu juga ditekankan sebagai pihak yang melalaikan kerjanya sebagai wakil rakyat dan mengalami disorientasi. Penekanan itu terkandung dalam wawancara Detikcom dengan Arie Sudjito, pengamat politik dari UGM. 2. Menentukan Penyebab Masalah Dari penggunaan judul pula, tampak penyebab masalah mengarah pada KMP dan KIH yang hanya berebut kursi pimpinan DPR. Hal itu juga diperkuat Detik.com dengan mengutip pernyataan Arie yang menyebutkan bahwa sangat berbahaya bila kedua koalisi itu terus berkonflik, tugas-tugas DPR seperti budgeting (penganggaran) dan controlling (pengawasan) menjadi terbengkalai. 3. Membuat Keputusan Moral Penilaian moral negatif dijatuhkan kepada KMP dan KIH. Perseteruan kedua kubu dikonstruksi Detik.com sebagai keributan yang tidak substantif, dalam hal ini bukan meributkan persoalan bangsa tetapi kekuasaan dan kepentingan politik belaka. Penilaian itu terdapat pada kutipan wawancara Arie yang mengatakan kedua koalisi ribut sendiri dan tidak mengurusi persoalan bangsa, mereka juga melanggar sumpahnya sebagai anggota dewan. 4. Menekankan Penyelesaian Penekanan penyelesaian yang ditonjolkan Detik.com kali ini terlihat pada alinea terakhir dalam berita. Detik.com mengutip statement terakhir Arie Sudjito yang menyarankan anggota DPR seharusnya cooling down dulu atau menenangkan suasana hati untuk mencairkan situasi politik yang tegang. Arie menambahkan bahwa mereka juga perlu merenungkan kembali makna menjadi wakil rakyat. 38

4.2.5 Analisis Artikel 5 Judul : Kegaduhan DPR Dapat Diselesaikan di MK Untuk Hilangkan Sistem Paket Sumber : Detik.com Ringkasan : Artikel berita ini menyebutkan ada saran untuk KIH yang protes dengan aturan sistem paket. Narasumber berita ini, Refly Harun yang merupakan pakar hukum tata negara memberikan saran untuk mengajukan gugatan terkait aturan tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK). Disebutkan Refly dalam wawancaranya, gugatan kali ini lebih berpeluang dikabulkan MK. Tabel 4.5 Analisis Framing Robert Entman Artikel 5 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems KIH yang protes dengan sistem paket (Identifikasi masalah) berlandaskan UU MD3 adalah masalah ketatanegaraan yang bisa diselesaikan di MK Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) Aksi sapu bersih yang dilakukan KMP menggunakan sistem paket, reaksi KIH yang membentuk pimpinan DPR tandingan Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Sistem paket merupakan bahaya laten Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 UU MD3 diajukan ke MK untuk ditinjau kembali agar sistem paket bisa dihapus 39

Analisis: 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan keterangan dalam wawancara dengan Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun, Detik.com mengidentifikasi masalah KIH yang protes dengan sistem paket berlandaskan UU MD3 sebagai masalah ketatanegaraan yang dapat diseselaikan di MK. 2. Menentukan Penyebab Masalah Sistem paket dan UU MD3 dianggap sebagai penyebab masalah. Hal itu berdasarkan penuturan Refly dalam berita ini yang mengatakan munculnya DPR tandingan bentukan KIH adalah akibat sapu bersih kursi pimpinan DPR oleh KMP dengan menggunakan sistem paket. Pendapat Refly yang juga dikutip Detik.com menyebutkan bahwa hulu dari masalah (konflik dualisme DPR) ini adalah sistem paket yang terdapat di UU MD3. Namun reaksi KIH membentuk DPR tandingan juga dipandang Detik.com sebagai penyebab masalah. Disebutkan dalam berita ini, KIH seharusnya berusaha sejak awal melakukan upaya musyawarah, namun bila kemungkinan musyawarah tak kunjung tercipta maka bukan berarti KIH boleh membentuk DPR tandingan. 3. Membuat Keputusan Moral Penilaian moral diberikan pada keberadaan UU MD3 yang memungkinkan digunakannya sistem paket dalam memilih pimpinan DPR. Kutipan wawancara Refly selanjutnya menyatakan sistem paket yang terdapat dalam UU MD3 merupakan bahaya laten karena mungkin saja sistem ini juga dianut pimpinan lembaga negara lainnya yang akan mengakibatkan lembaga negara hanya diisi golongan tertentu. 4. Menekankan Penyelesaian Upaya penyelesaian yang hendak ditekankan Detik.com terihat dari saran Refly Harun untuk mengajukan UU MD3 ke MK untuk ditinjau kembali. Dikatakan Refly, kalau pasal itu nantinya bisa dihapus, maka sistem paket juga bisa dihapus dan dapat dilakukan pemilihan ulang pimpinan DPR, MPR, serta alat kelengkapan dewan lainnya. 40

4.2.6 Analisis Artikel 6 Judul : Koalisi Indonesia Hebat Ingin Gelar Pemilihan Pimpinan Alat Kelengkapan DPR Tandingan Sumber : Kompas.com Ringkasan : Dalam artikel ini diberitakan fraksi partai yang tergabung di Koalisi Indonesia Hebat (KIH) ingin menggelar pemilihan alat kelengkapan dewan (AKD) sendiri sebagai tandingan dari pemilihan AKD yang diadakan KMP plus Partai Demokrat. Langkah tersebut diambil KIH karena mereka menganggap pemilihan AKD yang dilakukan fraksi (Koalisi Merah Putih) KMP tidak sah. Tabel 4.6 Analisis Framing Robert Entman Artikel 6 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems KIH ingin menggelar pemilihan AKD (Identifikasi masalah) tandingan karena pemilihan AKD versi KMP tidak sah Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) KMP yang dianggap tidak sah dalam menggelar pemilihan AKD karena hanya diikuti oleh 5 fraksi atau setengah dari keseluruhan jumlah fraksi di DPR Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Keinginan KIH menggelar pemilihan AKD tandingan merupakan perjuangan politik Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 Keinginan KIH tersebut wajar bila direalisasikan karena politik itu dinamis 41

Analisis: 1. Identifikasi Masalah Dalam artikel berita ini, dibahas seputar keinginan fraksi-fraksi partai politik yang tergabung di dalam KIH untuk mengadakan pemilihan pimpinan AKD tandingan. Melalui narasumber tunggalnya, Hendrawan Supratikno yang merupakan seorang politisi dari KIH, Kompas.com mengidentifikasi masalah keinginan KIH tersebut sebagai ekses atas langkah KMP yang menggelar pemilihan AKD secara tidak sah. 2. Menentukan Penyebab Masalah Melalui narasumbernya pula, Kompas.com menuliskan bahwa pemilihan AKD yang digelar KMP tidak sah karena hanya diikuti oleh lima fraksi, yakni Partai Golkar, Gerindra, PAN, PKS, serta Demokrat, dimana jumlah itu hanya setengah keseluruhan jumlah fraksi di DPR. Langkah KMP itu dituding sebagai pemicu timbulnya keinginan KIH untuk menggelar pemilihan AKD tandingan, sehingga dalam berita ini tampak jelas KMP dianggap sebagai penyebab masalah. 3. Membuat Keputusan Moral Dituliskan dalam artikel ini bahwa pemilihan AKD yang digelar oleh KMP tetap berjalan meski tanpa kehadiran fraksi yang tergabung dalam KIH, dan KIH juga dianggap tidak ingin menempatkan anggota fraksinya di AKD tersebut. Pernyataan itu menunjukkan KMP telah melakukan tindakan yang tidak fair dan terkesan sewenang-wenang, sehingga menimbulkan anggapan bahwa keinginan KIH untuk menggelar pemilihan AKD tandingan merupakan suatu perjuangan politik melawan kesewenang-wenangan KMP. 4. Menekankan Penyelesaian Penekanan penyelesaian pada berita ini tampak pada pernyataan Hendrawan Supratikno yang mengatakan bahwa keinginan KIH menggelar sendiri pemilihan AKD secara terpisah dengan yang digelar oleh KMP merupakan sebuah solusi yang cerdas dan solutif karena politik sangat dinamis. Kompas.com memberi ruang bagi Hendrawan untuk memberi keterangan secara diplomatis, sebagaimana dinyatakan Hendrawan bahwa sedang dilakukan kajian-kajian untuk dasar hukum pemilihan AKD tandingan tersebut. Secara tidak langsung Kompas.com membingkai bahwa keinginan KIH ini, meski tanpa dasar hukum, adalah suatu hal yang lumrah dalam konteks politik yang dinamis, sehingga wajar bila direalisasikan. 42

4.2.7 Analisis Artikel 7 Judul : Koalisi Indonesia Hebat Angkat Pimpinan DPR Tandingan Sumber : Kompas.com Ringkasan : Artikel ini memberitakan fraksi-fraksi KIH yang mengangkat sendiri pimpinan DPR untuk sementara diluar pimpinan DPR yang telah disahkan sebelumnya. KIH juga diberitakan sepakat untuk melayangkan mosi tidak percaya kepada pimpinan DPR dan mempermasalahkan penyelenggaraan beberapa sidang paripurna terakhir, termasuk sidang pemilihan Alat Kelengkapan Dewan. Tabel 4.7 Analisis Framing Robert Entman Artikel 7 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems Fraksi-fraksi KIH mengangkat pimpinan (Identifikasi masalah) DPR sendiri karena kecewa dengan pimpinan DPR yang dikuasai politisi KMP Diagnose Causes (Menentukan penyebab masalah) Pimpinan DPR dari kubu KMP yang dianggap mengabaikan hak pokok anggota DPR yakni hak menyatakan pendapat Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Pimpinan DPR yang berasal dari kubu KMP hanya mementingkan golongannya Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 Pimpinan DPR bila tidak cakap memimpin, maka harus digantikan Analisis: 1. Pendefinisan Masalah 43

Dalam artikel ini, Kompas.com kembali memilih narasumber hanya dari kubu KIH, salah satunya Arif Wibowo dari fraksi PDIP, yang menyatakan bahwa pengangkatan pimpinan DPR tandingan oleh KIH ini merupakan bentuk kekecewaan atas kepemimpinan politisi KMP. Dari keterangan narasumber tersebut, Kompas.com mengkonstruksi upaya pengangkatan pimpinan DPR sendiri oleh KIH ini sebagai reaksi kekecewaan KIH yang diperlakukan tidak adil oleh pimpinan DPR asal KMP. 2. Menentukan Penyebab Masalah Kompas.com juga mengutip pernyataan Arif Wibowo bahwa pimpinan DPR asal KMP telah secara nyata mengabaikan hak pokok anggota DPR yakni hak menyatakan pendapat, dimana hal itu merupakan tindakan melanggar tata tertib. Dari pernyataan tersebut, KMP dilihat sebagai penyebab masalah, dalam hal ini sebagai penyebab terjadinya dualisme kepemimpinan di DPR. 3. Membuat Keputusan Moral Disebutkan pula dalam berita ini, bahwa fraksi KIH sepakat untuk melayangkan mosi tidak percaya kepada pimpinan DPR karena sidang paripurna yang selama ini dipimpin oleh pimpinan DPR asal KMP, termasuk sidang pemilihan AKD, hanya mengakomodasi keinginan KMP. Melalui keterangan itu, secara eksplisit Kompas.com telah memberikan penilaian moral bahwa pimpinan DPR dari fraksi KMP ini hanya mementingkan golongannya dengan tidak mengakomodasi kepentingan fraksi KIH. 4. Menekankan Penyelesaian Penekanan penyelesaian oleh Kompas.com tampak dalam kutipan narasumber Kompas.com selanjutnya yang juga berasal dari KIH, yakni politisi Partai Nasdem Victor Laiskodat. Dalam berita ini, Victor menyatakan bahwa sejauh ini pimpinan DPR yang berasal dari KMP tidak cakap dalam melaksanakan tugasnya, dan pemimpin yang tidak cakap haruslah digantikan. Dalam masalah ini yang dianggap tidak cakap memimpin adalah pimpinan DPR definitif yang dikuasai politisi KMP, karena sebelumnya diberikan penilaian moral bahwa pimpinan DPR versi KMP ini hanya mementingkan golongannya. 44

4.2.8 Analisis Artikel 8 Judul : Sejak Awal, Koalisi Merah Putih Memang Cuma Basa-basi Sumber : Kompas.com Ringkasan : Fokus dalam berita ini adalah pendapat dari pakar psikologi Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, yang menilai bahwa 6 kursi pimpinan AKD yang ditawarkan KMP untuk KIH hanyalah basa-basi. Dalam kutipan wawancaranya, Hamdi juga mengatakan bahwa sejumlah upaya KIH untuk mendapatkan kursi pimpinan DPR juga tidak terlalu baik karena tak mempertimbangkan KMP yang ngotot menggunakan UU MD3 sehingga KIH bisa dipastikan kalah dalam mekanisme pengambilan suara terbanyak. Tabel 4.8 Analisis Framing Robert Entman Artikel 8 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems Penawaran pembagian kekuasaan oleh KMP (Identifikasi masalah) dengan memberi 6 kursi pimpinan AKD untuk KIH hanya sekedar basa-basi Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) KMP yang hanya membagi 6 dari total 47 kursi pimpinan AKD untuk KIH Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Sebagai koalisi pemenang Pilpres 2014, kondisi KIH memprihatinkan. KIH dinilai akan kesulitan mengesahkan sejumlah program pemerintah Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 KIH seharusnya memperoleh kursi pimpinan AKD secara proporsional, pemilihan pimpinan AKD dilakukan secara musyawarah untuk mufakat 45

Analisis: 1. Identifikasi Masalah Lewat kutipan wawancara dengan narasumber Hamdi Muluk dan penggunaan judul pada berita ini, Kompas.com menngidentifikasi masalah KMP yang menawarkan pembagian kekuasaan dengan memberi jatah 6 kursi pimpinan AKD untuk KIH sebagai langkah politik yang tidak didasari itikad baik, atau hanya sekedar basa-basi. 2. Menentukan Penyebab Masalah Dari Identifikasi masalah yang dikonstruksi Kompas.com, praktis penyebab masalah diarahkan pada langkah KMP yang dinilai oleh narasumber Kompas.com hanyalah basa-basi. Disebutkan pula KMP hanya memberi KIH 6 dari total 47 kursi pimpinan AKD, atau dengan kata lain KMP membagi kekuasaan dengan KIH secara tidak proporsional. 3. Membuat Keputusan Moral Penilaian moral diberikan oleh Kompas.com pada KIH lewat keterangan yang menyebutkan KIH sebagai koalisi pemenang Pilpres 2014 namun mengalami kondisi memprihatinkan di parlemen. Melalui wawancara berikutnya dengan Hamdi, diprediksikan KIH juga akan menghadapi jalan terjal dalam upaya mengesahkan program pemerintah. 4. Menekankan Penyelesaian Kompas.com menekankan rekomendasi penyelesaian bahkan mulai dari alinea pertama berita. Disitu disebutkan bahwa seharusnya KIH memperoleh kursi secara proporsional, dalam hal ini kursi pimpinan AKD. Selain itu terdapat pula kutipan wawancara dengan Hamdi yang mengatakan bahwa KIH harus sadar kalau mereka akan kalah kalau KMP ngotot pakai UU MD3. Dengan kata lain, ingin ditekankan Kompas.com bahwa penyelesaian masalah adalah dengan mengesampingkan UU MD3 yang memungkinkan voting, serta menggelar pemilihan AKD dengan mekanisme musyawarah untuk mufakat. 46

4.2.9 Analisis Artikel 9 Judul : Ini Alasan Fraksi Pendukung Jokowi-JK Gelar Sidang Paripurna Tandingan Sumber : Kompas.com Ringkasan : Dalam artikel ini diberitakan seputar alasan fraksi KIH yang bersikeras ingin menggelar sidang paripurna tandingan utuk memilih dan menetapkan pimpinan DPR yang baru. Disebutkan pula bahwa kubu KIH telah menggelar rapat pleno di masing-masing fraksi dalam KIH yang hasilnya adalah keputusan untuk mengadakan sidang paripurna tandingan sebagai upaya memberikan pesan moral kepada pimpinan dan seluruh anggota DPR yang berasal dari kubu KMP. Tabel 4.9 Analisis Framing Robert Entman Artikel 9 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems KIH terpaksa menggelar sidang paripurna (Identifikasi masalah) tandingan karena pimpinan DPR yang dikuasai KMP tidak aspiratif Diagnose Causes (Menentukan penyebab masalah) Pimpinan DPR dari KMP yang tidak mendengarkan aspirasi fraksi-fraksi KIH Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 Fraksi KIH memiliki hak dan kewenangan konstitusional untuk mengambil sikap politik, termasuk menggelar sidang paripurna tandingan dengan tujuan memilih pimpinan DPR sendiri Setjen DPR harus netral dengan juga memfasilitasi sidang paripurna tandingan yang digelar KIH 47

Analisis: 1. Identifikasi Masalah Pada berita Kompas.com kali ini, masalah fraksi KIH yang berencana menggelar sidang paripurna tandingan diidentifikasi sebagai suatu langkah mendesak karena keadaan terpaksa. Hal itu berdasarkan penuturan narasumber Ahmad Basarah, Wakil Ketua Fraksi PDIP di DPR. Basarah mengatakan rencana KIH tersebut didorong ketidakpuasan lima fraksi KIH yang merasa aspirasi dan pemikiran-pemikirannya tidak didengar oleh pimpinan DPR yang diisi oleh politisipolitisi KMP, sehingga KIH dengan terpaksa harus menggelar sidang paripurna sendiri untuk menandingi dominasi KMP. 2. Menentukan Penyebab Masalah Dari Identifikasi masalah diatas, tentu pimpinan DPR dari kubu KMP kembali dituding menjadi penyebab masalah. Selain itu, penggunaan diksi pendukung Jokowi-JK oleh Kompas.com sebagai kata ganti Koalisi Indonesia Hebat pada judul berita ini, terlihat pula sebagai upaya mendiskreditkan KMP karena seolah-olah KMP tidak mendukung pemerintahan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla sebagaimana saat Pilpres 2014 lalu. Tentunya setelah Pilpres berakhir, maka hubungan pimpinan DPR dengan Jokowi-JK adalah hubungan legislatif dengan eksekutif, tidak lagi pendukung atau bukan pendukung. 3. Membuat Keputusan Moral Kompas.com mengkonstruksi manuver KIH yang menggelar sidang paripurna tandingan ini sebagai suatu sikap politik yang tidak bertentangan dengan konstitusi, meski di sisi lain manuver tersebut praktis membuat fungsi-fungsi legislasi terbengkalai. Hal itu tampak pada pernyataan Basarah yang ditulis Kompas.com bahwa dirinya menegaskan jika fraksi KIH memiliki 247 anggota DPR atau sekitar 60 juta suara konstituen sehingga KIH memiliki hak dan kewenangan konstitusional untuk mengambil sikap politik, termasuk menggelar sidang paripurna tandingan yang agendanya adalah pernyataan mosi tidak percaya pada pimpinan DPR, memilih pimpinan DPR sendiri, memilih dan menetapkan anggota komisi serta AKD. 48

4. Menekankan Penyelesaian Selanjutnya Kompas.com juga mengutip pernyataan Basarah yang mengharapkan Setjen DPR untuk bersikap netral dengan kesediaan membantu memfasilitasi pelaksanaan sidang paripurna tandingan. Dari pengutipan pernyataan tersebut, Kompas.com menekankan bahwa netralitas Setjen DPR merupakan solusi atas konflik dualisme di DPR. Meski juga terdapat wawancara dengan Fadli Zon dari kubu KMP dalam berita ini, yang menyatakan bahwa sidang paripurna tandingan adalah ilegal serta melarang Setjen DPR memfasilitasi sidang tersebut, namun pernyataan Fadli ditempatkan di alinea paling bawah serta tidak dikemukakan argumenargumen pendukung atas pernyataannya. 49

4.2.10 Analisis Artikel 10 Judul : Ketua DPR Fraksi KIH Menolak Disebut Ilegal Sumber : Kompas.com Ringkasan : Dalam artikel ini, yang menjadi fokus pemberitaan Kompas.com adalah sanggahan Ketua DPR RI versi KIH mengenai struktur pimpinan parlemen versi mereka yang dituding ilegal oleh sebagian kalangan politisi dan pengamat politik. Tabel 4.10 Analisis Framing Robert Entman Artikel 10 Perangkat Framing Hasil Pengamatan Define Problems Struktur pimpinan DPR versi KIH dituding (Identifikasi masalah) ilegal meski memiliki legal standing Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) Adanya pihak yang menyebut pimpinan DPR versi KIH adalah ilegal Fraksi KIH mengisi kekosongan kursi kepemimpinan DPR yang sebelumnya mendapat mosi tidak percaya dari 5 parpol Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Sumber: Data primer, 2014 KIH dapat melanjutkan proses pembentukan struktur pimpinan DPR karena hal itu legal Analisis: 1. Identifikasi Masalah Narasumber tunggal Kompas.com dalam berita ini, Ketua DPR versi KIH Ida Fauziah, menolak jika struktur pimpinan DPR versi mereka disebut ilegal. Dikutip oleh Kompas.com, Ida menyatakan bahwa anggota KIH adalah juga anggota DPR terpilih yang sudah dilantik melalui keputusan presiden serta memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih sebagai pimpinan DPR. Pengutipan ini tanpa disertai wawancara narasumber yang dapat memberikan pendapat 50

hukum atas argumen Ida tersebut, sehingga terkesan pendapat Ida merupakan legal standing bagi langkah KIH membentuk struktur pimpinan DPR tandingan. Maka identifikasi masalah oleh Kompas.com adalah KIH disebut ilegal walau memiliki legal standing untuk membentuk struktur pimpinan DPR versi mereka. 2. Menentukan Penyebab Masalah Seperti diketahui dari Identifikasi masalah, berita ini dikonstruksi sebagai masalah KIH disebut ilegal meski mempunyai legal standing untuk membentuk struktur pimpinan DPR sendiri sebagai tandingan atas pimpinan DPR yang dikuasai fraksi KMP. Melalui konstruksi tersebut, secara tidak langsung Kompas.com hendak menekankan bahwa adanya pihak yang menyebut ilegal itulah sebagai penyebab masalah. 3. Membuat Keputusan Moral Dalam artikel ini juga terdapat argumentasi yang ditonjolkan Kompas.com untuk mendukung gagasan bahwa terjadi kekosongan kepemimpinan di DPR, dan langkah KIH membentuk struktur pimpinan sendiri adalah legal dengan bertujuan mengisi kekosongan tersebut. Argumentasi yang diberi penonjolan itu kembali diutarakan Ida Fauziah, yang mengatakan bahwa lima partai politik anggota KIH telah melayangkan mosi tidak percaya terhadap pimpinan DPR periode 2014 2019, sehingga kursi pimpinan DPR yang dikuasai KMP itu dengan sendirinya tidak legitim dan terjadi kekosongan kepemimpinan di DPR. 4. Menekankan Penyelesaian Konstruksi berita yang menunjukkan bahwa langkah KIH tidak ilegal serta penonjolan argumentasi bahwa terjadi kekosongan kekuasaan di DPR rupanya mengarah pada penyelesaian masalah yang direkomendasikan Kompas.com. Terkait kekosongan kepemimpinan DPR tersebut, Ida Fauziah dalam kutipan wawancaranya menyebutkan bahwa dibutuhkan pimpinan DPR baru untuk meng-handlenya. Lantas upaya melanjutkan pembentukan struktur pimpinan DPR versi KIH, meski disebut ilegal oleh sejumlah kalangan politisi dan pengamat, dibingkai Kompas.com sebagai penyelesaian masalah. 51

4.3 Refleksi Hasil Penelitian Media sebagai saluran komunikasi massa saat ini bertindak sebagai agen konstruksi realitas. Hall (1982) berpendapat bahwa berkenaan dengan eksistensi media massa, dewasa ini tidak lagi memproduksi realitas atau tidak lagi menjadi wadah penyaluran informasi, tetapi justru menentukan realitas atau melakukan pembingkaian melalui pemakaian kata-kata tertentu yang dipilih. Jika ada berita yang menampilkan masalah konflik misalnya, hal itu bukanlah realitas yang sebenarnya, melainkan lebih merupakan pantulan keikutsertaan media tersebut dalam mengonstruksi realitas. Dalam ungkapan lain, fakta yang dilaporkan oleh media massa bukanlah fakta yang sesungguhnya, karena media massa tersebut melalui strategi pembingkaian telah mengonstruksi fakta yang diliputnya. Pendapat Hall di atas terbukti pada pemberitaan media massa mengenai konflik dualisme yang bergulir di DPR. Setelah peneliti melakukan pengamatan serta analisa terhadap berita-berita di Detik.com dan Kompas.com terkait peristiwa tersebut, diketahui bahwa kedua portal berita ini telah mengonstruksi realitas melalui pemilihan kata, sudut pandang, narasumber, serta pemilihan kutipan dari narasumber. Setelah dilakukan analisis framing model Robert Entman terhadap 5 berita konflik dualisme DPR yang menjadi headline di Detik.com, peneliti menemukan bahwa Detik.com cukup memperhatikan keberimbangan informasi dan data dengan menerapkan prinsip cover both sides. Tercatat pada 3 berita, Detik.com menghadirkan narasumber pakar yang dianggap netral dalam melihat konflik DPR ini, serta bukan dari kalangan politisi. Dan pada 2 berita lainnya, diwawancarai narasumber politisi dari fraksi KMP dan KIH sehingga informasi yang disampaikan menjadi berimbang karena digunakan dua sudut pandang. Secara garis besar, Detik.com mengidentifikasi konflik sebagai persaingan politik antara KMP dengan KIH yang belum mereda sejak masa Pemilihan Presiden 2014. Konflik juga dibingkai Detik.com sebagai perebutan kekuasaan yang tidak substantif, dimana ambisi politik masing-masing kubu dilihat sebagai penyebab masalah. Selanjutnya, Detik.com menekankan penyelesaian melalui ranah hukum, dalam hal ini Mahkamah Konstitusi, agar konflik dualisme ini tidak berlarut-larut dan fungsi DPR kembali berjalan. Berbeda dari Detik.com, Kompas.com rupanya mengesampingkan prinsip keberimbangan berita karena hanya menggunakan satu sudut pandang. Ditemukan pada 4 dari 5 52

berita tentang konflik dualisme DPR yang menjadi headline dalam rentang waktu 29 hingga 31 Oktober 2014, Kompas.com hanya mengutip hasil wawancara dari narasumber politisi yang seluruhnya berasal dari KIH. Meski terdapat 1 berita dimana Kompas.com menghadirkan narasumber seorang pakar psikologi, namun kutipan wawancara yang dimuat berisi statement yang menyudutkan KMP. Dari hasil analisis, peneliti juga menemukan bahwa Kompas.com mengonstruksi konflik dualisme di parlemen hingga munculnya DPR tandingan ini sebagai proses perjuangan politik KIH melawan ketidakadilan yang dilakukan KMP. Manuver politik KMP yang menyapu bersih seluruh kursi pimpinan DPR, pimpinan komisi, dan AKD secara umum dilihat Kompas.com sebagai penyebab masalah. Selanjutnya melalui seleksi isu, Kompas.com memberi penekanan penyelesaian agar kursi pimpinan DPR harus dibagi secara proporsional atau konflik dualisme akan tetap berlanjut. Konsekuensinya, secara garis besar bingkai pemberitaan Kompas.com berusaha menyamarkan fakta bahwa fungsi legislatif menjadi tersendat karena adanya DPR tandingan yang digagas KIH. Namun terdapat pula hal yang menjadi persamaan dari kedua portal berita ini dalam membingkai berita konflik dualisme di DPR. Kedua media, melalui angle dan kutipan wawancara dengan narasumber, berusaha membangun opini publik bahwa UU MD3 yang memungkinkan salah satu kubu menguasai seluruh kursi pimpinan DPR melalui voting dan sistem paket sebagai hulu konflik atau penyebab masalah utama. Baik Detik.com maupun Kompas.com, keduanya sama-sama merekomendasikan mekanisme musyawarah untuk mufakat sebagai jalan keluar dari perseteruan antara KMP dengan KIH. Berikutnya akan disajikan tabel yang menjelaskan perbandingan bingkai antara Detik.com dan Kompas.com setelah dilakukan analisis framing Robert Entman pada pemberitaan kedua media tersebut. 53

Tabel 4.11 Hasil analisis Framing Robert Entman pada Detik.com dan Kompas.com Perangkat Framing Detik.com Kompas.com Define Problems (Identifikasi masalah) Persaingan politik antara KMP dan KIH sejak Pilpres Perjuangan politik KIH melawan ketidakadilan KMP Diagnose Causes (Menentukan Penyebab masalah) Ambisi politik masingmasing koalisi, UUMD3/sistem paket Ambisi KMP yang ingin menguasai DPR, UUMD3/sistem paket Make Moral Judgement (Membuat keputusan moral) KMP dan KIH sama-sama hanya berebut kuasa, tidak memikirkan rakyat, DPR tandingan tak boleh ada KIH memperjuangkan hak politik, DPR tandingan sebagai langkah politik menandingi dominasi KMP Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian) Musyawarah untuk mufakat, UU MD3/sistem paket harus diajukan ke Mahkamah Konstitusi untuk dilakukan Peninjauan Kembali Musyawarah untuk mufakat, formasi pimpinan DPR berikut pimpinan komisi dan AKD harus dibagi ke KIH secara proporsional Hasil penelitian pada tabel di atas juga membuktikan kedua portal berita tersebut telah mengonstruksi peristiwa konflik dualisme DPR dengan ideologi media mereka masing-masing. Jika menurut Raymond (dalam Eriyanto, 2002), ideologi media yakni ideologi yang dipercayai sebagai sebuah sistem keyakinan ilusioner (gagasan atau kesadaran palsu) yang dikontraskan dengan pengetahuan ilmiah. Ideologi dalam pengertian ini adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang berkuasa atau dominan menggunakannya untuk mendominasi kelompok lain. Karena kelompok yang dominan mengontrol kelompok lain dengan menggunakan perangkat ideologi yang disebarkan ke dalam masyarakat, akan membuat kelompok yang didominasi melihat itu tampak alamiah, dan diterima sebagai kebenaran. Di sini, 54

ideologi disebarkan lewat berbagai instrumen salah satunya media massa. Dalam hal ini, yang dimaksud sebagai kelompok berkuasa adalah media massa, dan konteksnya adalah Detik.com dan Kompas.com. Terlihat dalam pemberitaan konflik dualisme DPR, Kompas.com mengontrol kelompok lain yakni khalayak pembacanya dengan menggunakan ideologi dalam mengkonstruksi pemberitaannya. Dengan hanya memilih narasumber-narasumber tertentu yang mendukung gagasan bahwa KIH diperlakukan tidak fair oleh KMP, DPR tandingan merupakan suatu perjuangan politik, dan sebagainya, sehingga gagasan-gagasan yang ingin ditekankan oleh Kompas.com itu dilihat sebagai sesuatu yang natural dan dapat diterima sebagai kebenaran oleh khalayak pembacanya. Hal tersebut tidak terlepas dari kepemilikan Jakob Oetama yang selalu dekat dan kompromis dengan kekuasaan eksekutif, dimana KIH adalah koalisi partai politik yang berkuasa di lembaga eksekutif. Sedangkan Detik.com tentu juga menggunakan ideologi mereka dalam mengkonstruksi pemberitaan, tapi berada di ranah yang independen. Meski Chairul Tanjung (CT) sebagai pemilik Detik.com terafiliasi langsung dengan partai politik yakni Partai Demokrat, namun posisi partai tersebut sebagai penyeimbang yang tidak tergabung dalam KMP maupun KIH, sehingga kaderkader Partai Demokrat termasuk CT dalam hal ini cenderung pragmatis. Penelitian ini menunjukkan pula bahwa setiap media massa pasti memiliki ideologi. Ideologi media ini dapat ditentukan oleh banyak faktor misalnya kepemilikan media, finansial, kekerabatan, afiliasi politik, dan lain sebagainya. Selanjutnya Ideologi ini tentu mempengaruhi konstruksi berita sehingga berpotensi terjadinya bias konstruksi, atau berita tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan realitas yang ada. Biasnya konstruksi pemberitaan, dilihat dari dampak disfungsi media, sangat berpotensi menyesatkan khalayak. Selanjutnya bila ditinjau dari teori konstruksi realitas Peter L. Berger, peristiwa konflik dualisme DPR ini merupakan realitas objektif atau fakta yang benar-benar terjadi. Namun kemudian realitas objektif ini diterima dan diinterpretasikan sebagai realitas subjektif oleh pekerja media Detik.com dan Kompas.com yang meliput peristiwa tersebut. Para pekerja media itu lalu mengkonstruksi realitas subjektif yang sesuai dengan seleksi, preferensi, termasuk ideologi media mereka dan menampilkannya sebagai realitas simbolik di portal berita online. Realitas simbolik dalam hal ini adalah berita terkait yang disajikan di Detik.com dan Kompas.com, yang kemudian diterima khalayak sebagai fakta sesungguhnya karena media 55

dianggap merefleksikan realitas sebagaimana adanya, meski berita-berita tersebut bukanlah cerminan realitas objektif atau fakta yang sebenar-benarnya. Sebab itu dibutuhkan pemahaman literasi media atau tingkat melek media yang tinggi, karena tanpa memilah-milah dan memahami lebih dalam sesuatu yang disajikan dalam berita, khalayak bisa terbawa dalam arahan konstruksi yang dibangun oleh media. 56