40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat antara 106 o 46 25-106 o 47 28 Bujur Timur dan 06 o 22 25-06 o 26 26 Lintang Selatan. Lokasi berada pada ketinggian 80-110 m dari permukaan laut (dpl), termasuk dataran rendah (<700 m dpl). Sebagian besar (32.18%) mempunyai relief berombak (Tabel 1). Jenis tanah yang ada di lokasi penelitian yaitu jenis latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Tabel 1 Relief dan kelerengan Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan Kota Depok Simbol Relief Lereng Luas (%) ha % n Datar 1-3 141 30.48 u Berombak 3-8 149 32.18 r Bergelombang 8-15 35 7.51 X2 Pemukiman 138 29.83 J u m l a h 462 100.00 Pemanfaatan lahan di Kelurahan Pasir Putih dapat digolongkan menjadi 5 (lima) satuan penggunaan lahan, yaitu: sawah, tegalan, kebun campuran, tanah terbuka, dan pemukiman. Penggunaan lahan Kelurahan Pasir Putih disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rincian penggunaan lahan di Kelurahan Pasir Putih Penggunaan Lahan Luas ha % Sawah 10 2.08 Tegalan 137 29.71 Kebun campuran 166 35.90 Tanah terbuka 11 2.48 Pemukiman 138 29.83 J u m l a h 462 100.00 Sumber: BBSDL 2007.
41 Kebun campuran yang dimaksud adalah lahan pekarangan di sekitar pemukiman dan kebun yang ditanami beberapa tanaman buah-buahan seperti belimbing manis, jambu, nangka, rambutan dan tanaman tahunan seperti cengkeh, sengon. Potensi Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada wilayah jenuh atau semua pori-pori dan ruang antar partikel tanah jenuh berisi air, yang terdapat pada bagian atas disebut water table dan bagian bawah disebut ground water (Winter et al. 2005; Asdak 1995). Konsep lain mengatakan, bahwa air tanah terdiri atas dua zona, yaitu zona tidak jenuh (unsaturated zone) dan zona jenuh (saturated zone) atau ground water. Pada zona tidak jenuh terdapat air tanah (soil-water) di mana tanaman dapat memanfaatkannya, tetapi bisa hilang karena evaporasi. Di atas zona jenuh terdapat water table, dan air yang berada pada zona tidak jenuh tidak dapat diambil (dipompa) karena ditahan oleh gaya kapiler (Winter et al. 2005). Dari Peta Geologi, lahan di Kelurahan Pasir Putih Kota Depok tersusun dari jenis formasi bahan endapan alluvium. Secara fisiografis terdapat dalam unit dataran aluvial. Survey identifikasi air tanah pada zona jenuh (saturated zone) atau ground water di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan, Kota Depok telah dilakukan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2008. Survei dilakukan dengan menggunakan metode Schlumberger. Sounding data resistivitas semu dilakukan di 6 (enam) titik pengamatan yang menyebar di lokasi survey. Pengukuran berfokus di lokasi areal pertanian. Interpretasi hasil pengukuran disajikan pada Tabel 3.
42 Tabel 3 Hasil interpretasi survey geolistrik Titik Posisi Kedalaman - Kedalaman - Lapisan air Keterangan X Y 1 2 y PS01 696838 9289540 0 0.1424 kering Mengandung air 0.1424 5.145 kering payau mulai 5.145 10.510 kering kedalaman 75 m 10.510 75.370 payau PS02 697331 9290012 0 3.761 kering Mengandung air payau mulai kedalaman 75 m 3.761 8.491 kering 8.491 74.910 payau 74.910 137.200 kering PS03 697194 9290550 0 2.189 kering 2.189 9.252 kering 9.252 49.080 kering 49.080 87.450 kering PS04 696831 9288188 0 0.2897 kering Mengandung air 0.2897 4.634 kering payau mulai 4.634 8.745 kering kedalaman 61 m 8.745 61.260 payau PS05 69682 9289896 0 0.4421 kering 0.4421 2.393 kering PS06 697319 9289578 0 0.9361 kering Mengandung air Sumber: Balitklimat 2008. 0.9361 5.975 kering 5.975 10.760 kering 10.760 24.060 payau payau mulai kedalaman 24 m Berdasarkan hasil interpretasi air tanah dari keenam titik pengamatan menunjukkan bahwa Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok mempunyai lapisan batuan yang mengandung air tanah sangat sedikit. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa lokasi penelitian tidak mempunyai lapisan aquifer besar. Dengan demikian maka potensi air tanah di wilayah ini tidak mencukupi kebutuhan air untuk pertanian di musim kemarau. Sebagian lahan mengandung air tanah yang mengandung kesadahan tinggi (payau) pada kedalaman mulai 75 m dari permukaan tanah (dpt). Tidak direkomendasikan untuk melakukan pengeboran air tanah dalam karena tidak akan efektif.
43 Iklim Lokasi penelitian merupakan agroekosistem lahan kering dataran rendah beriklim basah. Iklim sebagai suatu unsur lingkungan yang dapat memberikan informasi mengenai potensi suatu daerah, diantaranya bermanfaat untuk mendukung pengelolaan suatu kawasan kaitannya dengan kebutuhan air seperti pertumbuhan suatu tanaman. Data iklim meliputi data curah hujan, suhu dan kelembaban dan radiasi matahari. Data curah hujan tersebut berdasarkan rekaman data dari stasiun Pos Pengamatan Sungai Pasanggrahan Sawangan, Depok, Dinas PU DKI Jakarta dari tahun 1989 sampai 2009. Data suhu, kelembaban dan radiasi matahari diperoleh dari stasiun Depok. Curah Hujan. Curah hujan tahunan merupakan salah satu faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas tanaman belimbing manis. Curah hujan ideal yang dibutuhkan berkisar 2 000-2 500 mm/tahun (Direktorat Tanaman Buah 2004). Hasil analisis curah hujan selama 12 tahun (Gambar 15) menunjukkan bahwa lokasi penelitian mempunyai curah hujan tahunan relatif tinggi berkisar antara 1 868.0 sampai 3 046.5 mm per tahun dengan rerata curah hujan tahunan sebesar 2 546.7 mm/tahun. Curah Hujan (mm) 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Gambar 15 Grafik curah hujan rerata tahunan di Kelurahan, Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok
44 Pola curah hujan bulanan selama 12 tahun terakhir di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok, dapat dilihat pada Gambar 16. Curah Hujan (mm) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des Bulan Gambar 16 Pola curah hujan bulanan tahun 1998-2009 di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok Berdasarkan Gambar 16 diketahui bahwa rerata curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 77.83 mm/bulan dan tertinggi pada bulan Februari sebesar 358.42 mm/bulan. Berdasarkan peta zona agroklimat (Oldeman 1975), termasuk ke dalam tipe iklim B2 yaitu, 7-9 bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering. Faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap ketersediaan air yaitu curah hujan dan evapotranspirasi. Tinggi hujan di bawah evapotranspirasi merupakan periode kering. Pada periode ini ada kemungkinan terjadinya kelangkaan atau defisit air. Dari Gambar 17, terlihat bahwa Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok mempunyai curah hujan secara temporal yang tidak merata.
45 Curah Hujan dan ETP (mm) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 CH (mm) ETP (mm) 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 Minggu ke Gambar 17 Distribusi curah hujan dan evapotranspirasi rerata mingguan di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok Berdasarkan grafik selisih laju hujan dengan evapotraspirasi (Gambar 18) terlihat jelas batas antara periode defisit dengan surplus air. Periode defisit terjadi pada minggu ke 27 sampai dengan minggu ke 39 (Juli-September). Tingginya evapotranspirasi pada bulan Juli-September dipengaruhi oleh tingginya suhu dan radiasi matahari. Laju (mm/hari) 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0-2.0 Periode defisit 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 Minggu ke Gambar 18 Selisih laju hujan dengan evapotranspirasi Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok Perhitungan evapotranspirasi yang digunakan adalah evapotranspirasi model Hargreaves, merupakan evapotranspirasi potensial (ETp) bulanan selama 12 tahun mulai tahun 1998 sampai dengan tahun 2009. ETp menggambarkan laju
46 maksimum kehilangan air suatu tanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim. ETp merupakan gambaran kebutuhan atmosfer untuk penguapan (atmospheric, demand for evaporataion). Secara potensial evapotranspirasi ditentukan hanya oleh parameter iklim, sedangkan secara aktual evapotranspirasi ditentukan oleh parameter iklim, kondisi tanah, dan sifat tanaman. Diketahui bahwa ETp bulanan berkisar antara 101.5 mm/bulan sampai dengan 139.4 mm/bulan. ETp terbesar terjadi pada bulan September sedangkan ETp terendah terjadi pada bulan Pebruari. Suhu dan Radiasi. Suhu dan radiasi matahari berhubungan dengan laju pertumbuhan tanaman, fotosintesis, pembukaan (reseptivitas) bunga, dan aktivitas lebah penyerbuk. Pembukaan bunga dan aktivitas lebah ditingkatkan oleh radiasi matahari yang cerah, wilayah yang sering berawan berpotensi kurang untuk produksi. Rerata suhu dan radiasi matahari bulanan selama 12 tahun terakhir disajikan pada Gambar 19. Suhu ( o C) 40 35 30 25 40 35 30 25 Rs (MJ/m 2 ) Tmin Tmaks Trerata Rs 20 20 15 15 10 Jan Peb Mart Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Bulan 10 Gambar 19 Suhu udara dan radiasi tahun 1998-2009 di Kelurahan, Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok Berdasarkan Gambar 18 terlihat bahwa kondisi suhu di lokasi penelitian sangat sesuai untuk tanaman belimbing manis dengan suhu optimum berkisar antara 20-30 o C. Rerata suhu bulanan berkisar antara 26,4-27.9 o C, suhu maksimum berkisar antara 30.5-33.3 o C dan suhu minimum berkisar antara 22.10-22.9 o C. Sedangkan radiasi matahari berkisar antara 13.9-18.3 MJ/m 2.
47 Kelembaban. Berdasarkan Gambar 20 diketahui bahwa rerata kelembaban udara relatif bulanan di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan adalah 77.8 %. Kelembaban relatif tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 84.80 % ( musim hujan) dan kelembaban relatif terendah terjadi pada bulan September yaitu 71.10 % (musim kemarau). 90.0 RH (%) 80.0 70.0 60.0 50.0 Jan Peb Mart Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Bulan Gambar 20 Grafik kelembaban udara relatif rerata bulanan tahun 2008-2009 di Kelurahan, Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Depok Produktivitas Belimbing manis Menurut Dinas Pertanian Kota Depok (2007), Kelurahan Pasir Putih merupakan salah satu sentra utama penghasil Belimbing manis Dewa di Kota Depok selain Kelurahan Pancoran Mas, Mampang, Rangkapan Jaya Baru dan Cipayung di Kecamatan Pancoran Mas serta Kelurahan Tugu dan Cilangkap di Kecamatan Cimanggis. Produktivitas belimbing manis di kota Depok selama 6 tahun terakhir menunjukkan trend yang terus meningkat yaitu, sebanyak 95.44 kg/pohon/tahun pada tahun 2005 menjadi 182 kg/pohon/tahun pada tahun 2010. Peningkatan produktivitas belimbing manis masih jauh dari yang diharapkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok yang saat ini mengupayakan untuk meningkatkan produktivitas belimbing manis menjadi lebih dari 200 kg/pohon/tahun. Produktivitas buah belimbing manis di kota Depok disajikan pada Tabel 4.
48 Tabel 4 Produktivitas buah belimbing manis Kota Depok Tahun Produktivitas (kg/pohon/tahun) (kw/ha) 2005 95.44 381.8 2006 128.00 512.0 2007 144.00 576.0 2008 159.00 636.0 2009 150.00 600.0 2010 182.00 728.0 Rerata 143.07 572.29 Sumber: Disperta Kota Depok 2010. Panen belimbing manis di Kota Depok umumnya terjadi tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Februari, Mei-Juni, dan September-Oktober, panen raya terjadi pada bulan Januari-Februari. Depok disajikan pada Gambar 21. Pola panen belimbing manis di Kota Okt Nop Des Jan Peb Aprl Mart Mei Juni Juli Agst Sept Okt Panen I Panen II Panen III Gambar 21 Pola panen belimbing manis di Kota Depok