PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI SUMBAWA,

POTENSI SUMBERDAYA TERNAK KERBAU DI NUSA TENGGARA BARAT

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI MAMASA,

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN PENGAWASAN TERNAK RUMINANSIA BESAR BAB I PENDAHULUAN

PROGRAM AKSI PENGEMBANGAN PERBIBITAN TERNAK KERBAU MELALUI PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) DI KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN KARTU TERNAK SAPI DI KABUPATEN BADUNG

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN BUPATI MADIUN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 10 Tahun : 2016

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

ALTERNATIF KEBIJAKAN PERBIBITAN SAPI POTONG DALAM ERA OTONOMI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

L E M B A R A N D A E R A H PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN TERNAK DAERAH

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BUKU SAKU DATA PETERNAKAN DAN PERIKANAN 2014

Fakultas Peternakan Nusa Tenggara Barat Sukardono, M. Ali, Lalu Wirapribadi, M. Taqiuddin ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 47 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG USAHA PETERNAKAN DAN PENERTIBAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 5 Tanggal : 25 Juni 1999 Seri : B Nomor : 5

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN. Kemajuan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran bidang peternakan.

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih maju, kesadaran kebutuhan nutrisi asal ternak semakin meningkat,

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

IEUMB_AVUII TENTANG BUPATI SUMBAWA,

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

KERTAS KERJA EVALUASI KESELARASAN SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN BESERTA INDIKATOR KINERJA SKPD

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

: PERTANIAN ORGANISASI : DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Halaman sebelum perubahan

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Transkripsi:

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT H. ZULQIFLI Dinas Peternakan, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat PENDAHULUAN Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten dari 9 Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Luas wilayah Kabupaten Sumbawa 11,556,441 km 2, terdiri dari 22 kecamatan dengan jumlah penduduk 403.500 jiwa. Kegiatan memelihara ternak (sapi, kerbau dan kuda) merupakan kegiatan menonjol dalam masyarakat Sumbawa, sehingga Kabupaten Sumbawa dijuluki "gudang ternak". Hasil beternak selain meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, juga memberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna mendukung pembangunan daerah. Status Kabupaten Sumbawa sampai saat ini masih menjadi daerah produksi ternak, artinya hasil produksi bukan hanya dapat mencukupi kebutuhan lokal tetapi juga dapat dikeluarkan untuk kebutuhan daerah lainnya. Mengingat kemampuan produksi dan guna membangkitkan motivasi masyarakat untuk mengembangkan peternakan ke arah lebih baik dan berorientasi bisnis, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa menegaskan kembali motivasi baru yakni "Sumbawa Kabupaten Peternakan". Keragaan Sumber Daya Bidang Peternakan tahun 2006 di Kabupaten Sumbawa, antara lain populasi ternak besar 180.993 ekor, rumah tangga peternak (RTP) 44.591 KK (178.364 Jiwa), Perusahaan Peternakan yang terdaftar 47 buah dan jumlah aparatur peternakan 62 orang. Dengan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Rp. 765.902.100,- Kondisi positif tersebut bertahan karena didukung oleh tradisi lokal masyarakat dalam pengelolaan ternak meliputi pemeliharaan ternak dalam LAR, pelaksanaan registrasi dan pemberian kartu ternak, pelaksanaan kastrasi terhadap pejantan berpenampilan jelek, pengelolaan kesehatan hewan dalam bentuk vaksinasi reguler setiap tahun terhadap seluruh ternak. Masyarakat dan pengaturan pengeluaran ternak secara ketat dan selektif, serta adanya dukungan program dari pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi. Visi VISI DAN MISI PENGEMBANGAN MASYARAKAT PETERNAKAN Terwujudnya masyarakat peternakan yang sejahtera, mandiri dan tangguh (SEMATA). Misi 1. Meningkatkan mutu produksi dan produktivitas ternak, menyediakan pangan asal hewan yang cukup melalui pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam serta penerapan teknologi tepat guna. 2. Menumbuhkembangkan agribisnis dan agroindustri peternakan. 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, sumber daya sosial kelembagaan serta sumberdaya sarana dan prasarana pendukung lainnya. Masyarakat Peternakan Aparatur Mutu aparatur terus ditingkatkan guna memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsinya. 184

Diharapkan aparatur yang ada peka dan tanggap, mampu mengembangkan instrumen yang ada, futuristik dan sistimatik dan mampu mengelola sumber daya yang ada. Peternak Sebagai subyek dan obyek pengembangan, peternak terus dikuatkan sehingga tanggap dan mampu berproduksi secara efektif dan efisien. Pelaku usaha Peningkatan kemampuan sebagai pelaku usaha sehingga keberadaan benar-banar dapat menguntungkan semua pihak. Dilakukan pembinaan dan penguatan asosiasi usaha yang bergerak di bidang peternakan. Dinamika Perkembangan Ternak Kerbau Ternak kerbau merupakan ternak tradisional di Kabupaten Sumbawa, yang dimanfaatkan sebagai pengolah sawah, ternak karapan dan tabungan hidup. Pada era tahun tujuh puluhan ternak kerbau Sumbawa telah diekspor ke manca negara, misalnya Hongkong, Singapura dan Malaysia. Berkaitan dengan pengembangan ternak kerbau pada tanggal 4-5 Agustus 2006 di Wisma Daerah Kabupaten Sumbawa telah dilaksanakan Lokakarya Nasional Pembibitan dan Pengembangan Ternak Kerbau yang telah menghasilkan DEKLARASI SAMAWA dan RUMUSAN tentang pembibitan dan pengembangan kerbau dalam upaya mendukung program Pemerintah yaitu mencapai Swasembada Daging 2010. Adapun perkembangan populasi ternak kerbau adalah: Tahun Populasi (ekor) 2001 90.352 2002 90.379 2003 90.645 2004 72.891 2005 68.519 2006 64.208 Tradisional Lokal Lar ternak FAKTOR PENDUKUNG PENGEMBANGAN Lar ternak adalah padang penggembalaan umum tempat memelihara ternak. Lar terbentuk hasil kesepakatan masyarakat satu atau lebih desa untuk rnenetapkan suatu lokasi menjadi Lar Ternak suatu tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun. Dengan memelihara ternak di Lar, selain biayanya murah (zero cost) juga pemiliknya dapat mengerjakan usahatani lain sehingga daya saing hasil produksi menjadi tinggi. Luas Lar Ternak di Kabupaten Sumbawa seluruhnya lebih kurang 26.776 ha tersebar di 59 lokasi pada 23 Kecamatan. Keragaan luas Lar Ternak dari waktu ke waktu cenderung berkurang. Salah satu penyebabnya karena pengelolaan sistem Lar Ternak tidak berjalan efektif. Hal ini apabila dibiarkan akan mengancam produksi komoditas unggulan sekaligus pendapatan asli dan daya saing daerah. Registrasi dan pengkartuan Tradisi registrasi ternak juga merupakan kearifan lokal masyarakat yang ada di Kabupaten Sumbawa. Peternak setiap tahun membawa ternaknya untuk didaftar guna mendapatkan kartu ternak sebagai tanda bukti kepemilikan ternak. Bersamaan dengan kegiatan pendaftaran ternak dilakukan tindakan vaksinasi guna memberi kekebalan terhadap serangan penyakit hewan menular seperti penyakit antrhax dan SE. Tradisi yang baik ini dapat berlangsung karena ada dukungan luas dari para peternak dan para pihak lainnya. Dengan kegiatan ini selain dapat diketahui jumlah Rumah Tangga Ternak (RTP) juga yang lebih penting dapat diketahui jumlah ternak dan komposisi umurnya secara akurat yang sangat bermanfaat dalam pengambilan kebijakan pengeluaran dan pemotongan ternak, sehingga nilai ekonomi tetap dapat selaras dengan nilai kelestariannya. 185

Kastrasi Tradisi kastrasi telah dilakukan sejak zaman dahulu terhadap ternak. Dilakukan masyarakat dengan maksud selain untuk mengatur agar pejantan yang berpenampilan jelek tidak mengawini betinabetina yang ada di Lar, juga pejantan kastrasi dapat meningkatkan pertambahan berat badan sekaligus meningkatkan mutu daging ternak kerbau. Pengelolaan kesehatan hewan Pencegahan penyakit hewan menular, terutama yang bersifat zoonosis dilakukan melalui tindakan vaksinasi terhadap seluruh ternak besar sedikitnya sekali dalam setahun dan tindakan pengobatan dilakukan terhadap ternak yang menderita sakit. Dalam kegiatan vaksinasi digunakan vaksin antrax terutama pada kecamatan endemis dan vaksin SE pada seluruh ternak sapi dan kerbau, sedangkan pada ternak betina digunakan juga vaksin Brucellosis. Kemudian dilakukan tindakan survaellance terhadap ternak yang divaksinasi. Prestasi tindakan pencegahan yang telah dilakukan di Kabupaten Sumbawa (Pulau Sumbawa) yaitu berhasil membebaskan Pulau Sumbawa dari penyakit Brucellosis yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian pada bulan Maret tahun 2006. Pengaturan pengeluaran ternak Ternak kerbau merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selain mudah diserap pasar juga harganya relatif stabil. Nilai ekspor ternak selama kurun waktu 5 tahun terakhir mencapai 3,746 juta USD. Walaupun permintaan pasar cukup tinggi, namun pengeluarannya diatur secara teliti sehingga aspek ekonomi selaras dengan aspek kelestarian populasi. Ternak kerbau potong yang dapat dikeluarkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa berjenis kelamin jantan dengan berat badan minimal 350 kg, sedangkan untuk kerbau bibit dapat dikeluarkan melalui analisis teknis yang teliti dan dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Bupati setelah ada persetujuan DPRD Kabupaten Sumbawa. Regulasi Perda pendukung pengembangan Nomor 12 tahun 1992 tentang Pemeliharaan Ternak. Nomor 9 tahun 1999 tentang Rumah Potong Hewan. Nomor 33 tahun 2001 tentang Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah. Nomor 35 tahun 2001 tentang Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah. Nomor 36 tahun 2001 tentang Houlding Ground. Nomor 15 tahun 2002 tentang Retribusi Ijin Usaha Peternakan dan Pemotongan Hewan. Nomor 16 tahun 2002 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Hewan. Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengaturan Lalu Lintas Ternak. Nomor 17 tahun 2005 tentang Retribusi Identitas Ternak. Perda pengamanan produksi Nomor 12 tahun 1992 tentang Pemeliharaan Ternak merupakan salah satu peraturan yang mengatur setiap desa dan beberapa desa harus memiliki LAR yang luasnya disesuaikan dengan jumlah ternak yang ada di desa tersebut. Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengaturan Lalu Lintas Ternak dan Bahan Asal Ternak merupakan salah satu upaya menyelenggarakan pengaturan sumber daya ternak dan atau bahan asal ternak guna menjaga kelestarian dan kestabilan ternak agar fungsi dan manfaat serta produktifitas dapat tercapai secara optimal. Adapun yang diatur meliputi: o Pengeluaran ternak (bobot ternak dan umur) o Pemasukan ternak (jenis ternak, asal usul dan kesehatan hewan) o Mutasi ternak (keterangan perpindahan ternak antar kecamatan dalam Kabupaten Sumbawa). 186

o Keluar masuk ternak (keterangan keluar sementara dan kemudian masuk kembali terhadap ternak kerbau karapan dan ternak pacuan kuda yang ikut berlomba ke daerah lain) Nomer 17 tahun 2005 tentang Retribusi Identitas Ternak merupakan upaya legalitas dari kebiasaan turun-temurun masyarakat untuk mendaftarkan ternak sekaligus mendapatkan kartu ternak sebagai bukti kepemilikan. Adapun yang diatur meliputi: Pendaftaran ciri-ciri spesifik ternak dalam buku registrasi, Pemberian kartu ternak, Bukti kepemilikan ternak yang sah, Merupakan persyaratan dalam proses jual beli. Program Aksi Sistem pengembangan ternak kerbau umumnya masih bertumpu pada pemeliharaan ternak dalam LAR, selain telah menjadi tradisi turun-temurun, juga akan memberi ruang gerak kepada peternak untuk mengerjakan usaha tani lainnya. Sedangkan untuk menjaga mutu ternak dilaksanakan pembinaan peternak rakyat pedesaan atau dikenal dengan istilah VBC (Village Breeding Centre) merupakan cikal bakal kelompok inti dan penyedia betina seleksi dalam rangka pelaksanaan uji keturunan calon pejantan dengan betina seleksi untuk menghasilkan pejantan kategori baik dan kategori elite. Untuk pejantan kategori baik disebarkan kembali kepada masyarakat sebagai sumber pemacek dalam perkawinan alam. Sedangkan untuk pejantan kategori elite selanjutnya dilakukan pengelolaan terhadap semennya di Balai Inseminasi Buatan untuk dijadikan semen beku guna disebarkan kembali kepada masyarakat Peternak Kerbau dalam upaya untuk meningkatkan mutu genetik ternak kerbau. Adapun perkembangan program AKSI Perbibitan ternak kerbau di Kabupaten Sumbawa sampai dengan bulan Juni 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. KESIMPULAN DAN SARAN Program AKSI perbibitan ternak kerbau merupakan inti dari pola pengembangan peternakan kerbau pedesaan di Kabupaten Sumbawa. Tradisi lokal dalam pengelolaan ternak kerbau telah memberi kontribusi nyata dalam pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Sumbawa. Diharapkan program AKSI perbibitan ternak kerbau terus berlangsung dalam jangka panjang. Optimalisasi fungsi masing-masing unsur pengembangan diharapkan dapat mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien menuju terwujudnya masyarakat peternakan yang sejahtera, tangguh dan mampu bersaing. 187

Tabel 1. Perkembangan program aksi perbibitan ternak kerbau di Kabupaten Sumbawa Juli 2007 Bunting Anak (ekor) Populasi awal Mati Populasi akhir Nama kelompok Alamat Jantan Betina Jantan Betina Induk Anak Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Total Panto Untung Empang B. 7 68 39 2 3 0 1 0 0 9 70 79 Balong Niat Lamenta 7 68 26 2 3 1 2 3 3 7 66 73 Kokar Yasin Jotang 7 68 30 2 5 0 3 1 1 9 69 78 Saling Sakiki Boal 7 68 24 3 9 0 2 3 3 9 72 81 Untir Sanikah Olat Rawa 8 75 29 0 1 0 0 0 0 8 76 84 36 347 148 9 21 1 8 7 7 42 353 395 188

Seminar Nasional dan Lokakarya Usahaternak Kerbau, Jambi 2007 6