BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari masa anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Setiap peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lanjut usia bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BABI PENDAHULUAN. Manusia pada setiap tahap perkembangannya memiliki tugas-tugas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas semakin meningkat. Berdasarkan data dari Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kedeputian I Bidang Kesejahteraan Sosial tahun 2008, jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 1990 kurang lebih sebesar 6,29%, selanjutnya pada tahun 2000 sebesar 7,18% dan pada tahun 2006 sebesar 8,9%. Diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 2010 sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Kompas, 10 Juni 2009). Lanjut usia di mulai ketika seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. Lanjut usia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia, masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60 sampai 75 tahun (Santrock, 2002).

Orang yang berusia lanjut akan menjadi sangat rentan terhadap gangguan kesehatan, termasuk depresi yang disebabkan oleh stres dalam menghadapi perubahan-perubahan kehidupan yang berhubungan dengan apa yang disebut sebagai tahun emas. Perubahan kehidupan yang dimaksud antara lain adalah pensiun, penyakit atau ketidakmampuan fisik, penempatan dalam panti, kematian pasangan, dan kebutuhan untuk merawat pasangan yang kesehatannya menurun (Nevid dkk, 2005). Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Sebenarnya pada dasarnya secara individu pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik dalam fisik, biologi, maupun status perkawinan. Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005). Secara alamiah lansia itu mengalami kemunduran fisik, biologis maupun mentalnya. Lanjut usia bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia dari bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia itu sendiri. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua

merupakan masa hidup yang terakhir dimana pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari sehingga bagi kebanyakan orang masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan (Nugroho, 2003). Peningkatan usia harapan hidup tentunya mempunyai dampak lebih banyak terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Empat gangguan mental yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah depresi, insomnia, anxietas, dan delirium (Depkes, 2003). Tingginya angka lansia membutuhkan perhatian khusus, salah satunya adalah gejala depresi yang sering muncul pada lansia. Gejala depresi ini bisa mengakibatkan dapat memperpendek harapan hidup dengan memperburuk kemunduran fisik. Dampak terbesarnya sering terjadi penurunan kualitas hidup dan menghambat pemenuhan tugas-tugas perkembangan lansia (Stanley dkk, 2007). Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World Health Organization (WHO), (2002) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. Sekitar 20 % wanita dan 12 % pria dalam suatu waktu kehidupannya pernah mengalami depresi. Depresi adalah kondisi umum yang terjadi pada lansia. Kondisi ini sering berhubungan dengan kondisi sosial, kejadian hidup seperti kehilangan orang yang dicintai, masuk rumah sakit, menderita sakit atau merasa ditolak oleh teman dan keluarganya serta masalah fisik yang dialaminya (Amir, 2005). Terjadinya depresi pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti gangguan fisik, isolasi

sosial dan kesepian, sikap dari lanjut usia, penyangkalan, dan pengabaian terhadap proses penuaan normal, menjelaskan bahwa ketakutan akan kesepian merupakan gejala yang amat dominan terjadi pada orang dewasa hingga lanjut usia. Menurut Nugroho, (2003), lanjut usia yang mengalami depresi dengan gejala umum yaitu kurang atau hilangnya perhatian diri, keluarga atau lingkungan. Dalam menghadapi permasalahan di atas beruntunglah lansia yang masih memiliki pasangan hidup, dan anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit maupun sanaksaudara yang lain yang masih memperhatikan, membantu dan peduli dengan permasalahan yang di hadapi lansia. Namun bagi lansia yang hidup sendiri, telah kehilangan pasangan, memiliki pasangan tapi tidak punya anak, berada jauh dari anak-anak (rantauan) akan membuat lansia merasa kesepian sendiri, tidak ada perhatian dari lingkungan. Pergeseran fungsi keluarga yang terjadi dari waktu-kewaktu, keluarga mempertahakan peran yang lebih penting pada lansia (Stanley dkk, 2007). Kesepian merupakan perasaan dari dalam diri sendiri, seseorang dapat merasa kesepian ditengah keramaian, terutama karena kehilangan pasangan. Perasaan aman didapatkan dari pasangan, baik dalam menjalankan peran masing-masing maupun dalam menghadapi perasaan sehari-hari sehingga individu tidak merasa sendirian. Lansia yang menghadapi kematian antara suami atau istri, tidak lagi memiliki peran pasangan hidup akan berdampak negatif pada lansia. Tidak heran bahwa kematian antara pasangan hidup merupakan peristiwa yang

memiliki tingkat stress yang paling tinggi (Papalia dkk, 2009). Dalam jangka panjang stress yang dialami pasangan hidup yang ditinggalkan, berdampak depresi diikuti dengan penyakit fisik bahkan sampai kematian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan atau keberadaan pasangan hidup adalah sesuatu yang membuat pengalaman yang menyenangkan berupa perasaan senang, damai, dan termasuk juga didalamnya kesejahteraan, kedamaian pikiran, kepuasan hidup serta tidak adanya perasaan tertekan. Semua kondisi ini adalah merupakan kondisi kebahagiaan yang dirasakan seorang individu. Pengalaman akan kematian orang lain terutama orang terdekat atau keluarga maupun menimbulkan trauma dan akan mempengaruhi perspektif individu terhadap kematian. Individu sangan mengalami ketakutan terhadap kematian baik ketakutan dirinya yang akan mati maupun ketakutan akan kematian orang lain. Kematian pasangan hidup merupakan peristiwa yang paling mudah individu depresi karena merasa sedih, dan terasingkan. Kematian pasangan hidup merupakan urutan teratas menyebabkan stress dalam kehidupan karena adanya perasaan kehilangan terhadap orang yang diacintai yang telah hidup bersama selama bertahun-tahun (Santrock, 2002). Bagaimanapun tua tetap sebagai bagian dari rentang kehidupan individu sehingga tidak mudahnya seperti masa-masa sebelumnya bahwa kesejahteraan juga menjadi impian bagi yang menjalani masa ini. Memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk menerima segala perubahan dalam

aspek-aspek kehidupan. Pasangan hidup memiliki fungsi dalam keluarga dan lingkungan sosial, keberadaan pasang hidup sangan mempengaruhi semangat hidup dalam kehidupan seharian lansia, yang selalu menanyakkan keadaan setiap saat, atau dapat juga dikatakan bahwa lansia yang memiliki pasangan hidup sejahtera mencapai kesejahtraan sosial. Kesejahteraan yang dicapai lansia dipengaruhi oleh kondisi keberadaan pasangan (Papalia dkk, 2009). Menurut Amir (2005), banyak faktor-faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia, faktor internal dan faktor eksternal. Dalam faktor internal terdiri dari biologis (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga), fisik (riwayat penyakit yang pernah di derita), dan psikologis (kepribadian lansia). Faktor eksternal yaitu sosial, yang meliputi status perkawinan, pekerjaan, lama tinggal di panti, stresor sosial, dan dukungan sosial. Menurut Nugroho (2003), lanjut usia yang mengalami depresi dengan gejala umum yaitu kurang atau hilangnya perhatian diri, keluarga atau lingkungan. Oleh karenanya, dalam menghadapi permasalahan di atas beruntunglah lansia yang masih memiliki keluarga. Keberadaan anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit maupun sanaksaudara yang lain yang masih memperhatikan, membantu (care) dan peduli dengan permasalahan yang dihadapi lansia. Namun bagi lansia yang hidup sendiri, telah kehilangan pasangan, memiliki pasangan tapi tidak punya anak, berada jauh dari anak-anak (rantauan) akan membuat lansia merasa kesepian, sendiri, tidak ada perhatian dari lingkungan.

Sesuai seperti yang dikatakan oleh beberapa tokoh di atas, dan berdasarkan wawancara yang diadakan bahwa lansia yang tidak memiliki pasangan hidup lebih depresi. Hal ini bisa terlihat dari lansia yang bila menyatakan sejak ditinggalkan pasangan merasa kesepian, kehilangan semangat, merasa terhina dan bosan, menarik diri dari lingkungan, inisiatif berkurang, kurang merawat diri, kurang peduli dengan lingkungan. Sementara lansia yang memiliki pasangan hidup baik istri dan suami dapat mengurangi tingkat stress, dan kecemasan atau depresi karena masih ada hubungan antara suami dan istri yang terdapat keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, dan pemenuhan seksual. Hal ini juga bisa dilihat dari kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang responden. Berikut ini adalah kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang responden wanita lansia yang tidak memiliki pasangan hidup (kutipan langsung), tanggal 07 Maret 2015 10.00 WIB. Atas nama Ibu Ny, umur 64 tahun, dengan status tidak memiliki pasangan hidup. Kesulitan apa yang Ibu alami atau rasakan selama Bapak tidak ada lagi? Kesulitan yang Ibu alami selama Bapak tidak ada lagi, Ibu jadi sulit memulai kegiatan pagi karena tidak ada lagi yang diurus (tatapan kosong), sewaktu Bapak masih ada, Ibu buat sarapan pagi, kalau sekarang ini hidup sendiri jadi kaku dimulai dari kegiatan apa dan kemana, Ibu jadi sering lama-lama tidur (cemas), malas bangun pagi. Apakah ibu senang bergabungan dengan teman atau tetangga Ibu? Duduk sendiri kadang lebih enak dibandingkan gabung dengan teman atau tetangga, (duduk dengan melentangkan kaki dan mengurut-urut tangan sebelah) kalau cucu tidak datang kerumah berhari-hari Ibu mau menangis merasa gelisah tidak menentu, dan membuat pikiran Ibu jadi kacau tidak tenang (Apakah aku ada berbuat salah?, kenapa mereka menjauh?). Bagaimana hubungan Ibu dengan lingkungan? Ibu

mengalami kemunduran dalam mengikuti kelompok-kelompok dilingkungan yang dululunya Ibu rajin tapi sejak Bapak tidak ada jadi berkurang, lebih banyak tidak mengikuti organisasi, karena umur juga yang sudah tua, tidak sanggup lagi mengikuti organisasi (muka nampak murung). Berikut ini adalah kutipan wawancara peneliti dengan salah seorang responden wanita lansia yang memiliki pasangan hidup (kutipan langsung), tanggal 07 Maret 2015) 14.15 WIB. Atas nama Ibu Ny, umur 62 tahun, dengan status memiliki pasangan hidup. Kebahagiaan yang bagaimana yang Ibu alami atau Ibu rasakan karena adanya Bapak? Ibu dan Bapak sudah tua tapi masih hidup bahagia seperti suami dan istri lainya, Ibu merasa bersyukur dibandingkan melihat orang lain yang status janda (berbicara dengan lancar, dan muka berseri-seri). Memang dalam keluarga itu pasti ada rasa kesal dan marah, tapi karena saling memperbaiki dan melengkapi semuanya masalah jadi kebahagiaan, saling mengingatkan makan yang teratur. Kesulitan apa yang terjadi dalam perasaan Ibu? Ibu merasa tidak ada (sambil mikir). Bagaimana hubungan Ibu dengan lingkungan? hubungan Ibu maupun Bapak dengan tetangga dan lingkungan baik-baik aja, kalau ada undangan atau acara lainya selalu kami ikuti (selalu menggerakgerakkan tangan setiap berbicara). Dukungan dari keluarga atau pasangan hidup dan lingkungan sangat membantu untuk mengurangi depresi pada lansia. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, kondisi lansia di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal berbeda-beda ada yang sering terlihat murung dan bersedih, dan ada juga lansia yang selalu merasa bersalah dalam keluarga, manarik diri dari lingkungan, dan kaku dalam melakukan kegiatannya, dan ada yang merasa kesepian, dan tidak dipedulikan keluarga, dan ada yang terlihat sehat, dan senang melalui hari-hari yang dilalui.

Maka berdasarkan data dan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui Perbedaan Tingkat Depresi pada Lansia yang Memiliki Pasangan Hidup dengan Lansia tidak Memiliki Pasangan Hidup di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal B. Identifikasi Masalah Peluang mengalami gangguan depresi bagi orang berusia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 13% dari populasi lanjut usia, dan 4% di antaranya bahkan menderita depresi mayor. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lanjut usia, antara lain faktor biologis misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, dan kelemahan fisik. Sedangkan faktor psikologis pencetus depresi pada lanjut usia yaitu tipe kepribadian dan relasi interpersonal yang didalamnya termasuk dukungan sosial. Peristiwa kehidupan seperti berduka, kehilangan orang yang dicintai, kesulitan ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan obat-obatan tertentu juga turut sebagai pemicu depresi pada lanjut usia. Bahkan pada lanjut usia, depresi yang dialami justru seringkali disebabkan karena kurangnya perhatian dari pihak keluarga. Depresi merupakan rasa sedih yang menetap lebih dari dua pekan dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Yang terburuk, depresi dapat memicu seseorang melakukan bunuh diri. Sekitar satu juta orang di dunia bunuh diri setiap tahun dan separuhnya mengalami depresi, World Health Organization

(WHO), (2002) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat penyakit di dunia. C. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi oleh variabel tingkat depresi pada lansia yang memiliki pasangan hidup dengan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup. Pemilihan lansia merupakan penelitian yang tepat dalam dalam penelitian ini karena lansia merupakan masa dimana tingkat depresi akan meningkat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas dan melihat bagitu pentingnya kesehatan bagi lanjut usia maka peneliti merumuskan masalah Apakah ada perbedaan tingkat depresi pada lansia yang memiliki pasangan hidup dengan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal. E. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat depresi pada lansia yang memiliki pasangan hidup dengan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup di Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal.

F. Manfaat Penelitian ini adalah: Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan a. Teoritis Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dukungan pengetahuan khususnya psikologi perkembangan dalam materi penyakit mental pada lansia yaitu tingkat depresi b. Praktis 1. Penelitian ini menjadi data masukan dan sumber informasi bagi lansia yang tinggal bersama keluarga. 2. Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk lansia supaya dapat mengungkapkan segala perasaan (express feeling) tentang berbagai macam masalah yang dialami. 3. Memberikan saran dan masukan bagi peneliti selanjutnya.