BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian, serta sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan go public membuat

BAB I PENDAHULUAN. sebelum para pengambil kebijakan mengambil keputusan. Auditor menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan. Diharapkan semakin banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman dunia usaha dan industri semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeriksa laporan keuangan dan menemukan kesalahan atau. adanya indikasi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disamping berfungsi sebagai alat. pemilik juga digunakan oleh investor dan kreditor sebagai acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR, SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan juga merupakan media penting dalam memberikan informasi kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Disonansi Kognitif Pada dasarnya manusia bersifat konsisten dan akan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia bisnis banyak pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan telah menjadi financial supermarket dengan jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. auditor dalam pemeriksaan laporan keuangan karena tingkat materialitas dari satu

BAB I PENDAHULUAN. seorang auditor adalah melakukan pemeriksaan atau audit dan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses Auditing adalah laporan audit. Melalui laporan audit,

BAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Malang merupakan salah satu kota yang jumlah penduduknya cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kasus kecurangan korporasi telah menjadi sorotan bagi semua kalangan di

BAB I PENDAHULUAN. menyalahgunakan Special-Purpose Entities untuk menyembunyikan kerugian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

AUDIT LAPORAN KEUANGAN. Pertemuan 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja, 1998:3). Akuntan publik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas salah

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan tersebut terus dilakukan oleh para pengelola perusahaan.

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Tipe Opini Auditor. 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Abstrak. Kata Kunci: independensi, skeptisisme, gender, materialitas, opini.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh berkembangnya profesi auditor di dalam suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan. akuntansi yang berlaku di Indonesia (Agoes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat saat ini, membuat

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat bebas (GATT, WTO, AFTA, dan APEC).

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan seorang Pemeriksa Keuangan. Pemeriksa Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah penelitian yang disertai alasan mengapa masalah ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan dan mencari informasi tentang kehandalan laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan keuangan. Kinerja auditor pun berperan sebagai titik penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada. tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya dari klien. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia diera globalisasi saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum perusahaan di negara tersebut. Perkembangan perusahaan go public di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi memiliki dua fungsi dasar yang saling melengkapi, yaitu : untuk

ABSTRAK. Kata kunci : Independesi, Tekanan Anggaran Waktu, Risiko Audit, Gender, Kualitas Audit. vii

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan (auditor) merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar atau prinsip tersebut diterapkan secara konsisten. Auditor bertanggung jawab dalam pelaksanaan audit serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria berkepentingan (Mulyadi, 2008: 56). Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai laporan keuangan. Banyaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan kantorkantor akuntan publik ternama di dunia yang terjadi di beberapa negara termasuk di Indonesia telah membuat kepercayaan masyarakat khususnya para pemakai laporan auditor independen mulai menurun. Kasus manipulasi pembukuan yang terjadi pada Enron Corp. merupakan salah satu kasus yang melibatkan kantor akuntan publiknya. Laporan keuangan Enron dinyatakan wajar tanpa 1

pengecualian oleh Kantor Akuntan Publik Arthur Anderson. Namun, publik kemudian dikejutkan oleh kabar kepailitan Enron Corp pada tanggal 2 Desember 2001. Salah satu penyebab kepailitan tersebut adalah pihak Arthur Anderson yang memberikan dua jasa sekaligus, baik sebagai auditor maupun konsultan bisnis perusahaan. Kasus-kasus manipulasi keuangan yang melibatkan auditor eksternal juga telah terjadi di Indonesia, diantaranya adalah kasus mark up yang dilakukan PT. Kimia Farma dan kasus laporan keuangan ganda yang dimiliki oleh Bank Lippo. Kesalahan auditor dalam kedua kasus ini diduga adalah karena auditor terlambat menyadari dan melaporkan ketidakberesan yang telah dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Kasus lain yang juga telah terjadi di Indonesia adalah kasus pada PT. Telkom, dimana laporan keuangan PT. Telkom yang telah diaudit oleh KAP Eddy Pianto dan Rekan tidak diakui oleh SEC dan pihak PT. Telkom diminta kembali untuk melakukan audit atas laporan keuangannya dan pada tahun 2015 lalu terjadi kasus pada perusahaan Toshiba dimana Toshiba menyewa panel independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara untuk menyelidiki masalah transparansi di Perusahaannya. Betapa mengejutkannya bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun) sejak tahun 2008. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi membuat profesi akuntan menjadi sorotan masyarakat dan para pembuat kebijakan. Masyarakat mulai mempertanyakan mengapa auditor terlibat pada kasus-kasus manipulasi tersebut. 2

Sebagai pihak ketiga yang independen, seharusnya auditor bertanggung jawab untuk memberikan jaminan atas kehandalan dari laporan keuangan yang diaudit. Secara teknis audit, perumusan opini auditor independen tidak sulit. Perumusan ini dilakukan oleh auditor berpengalaman, mulai jenjang senior, review manajer, dan partner sehingga akhirnya diputuskan untuk memberikan opini yang selayaknya diberikan dimana terdapat lima pilihan opini audit yang diberikan dan sesuai dengan kriteria yaitu (1) pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), (2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (Unqualified Opinion Report with Explanatory Language), (3) Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinien), (4) Pendapat tidak Wajar (Adverse Opinion) dan (5) Pernyataan tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion). Masalahnya adalah, auditor berusaha menghindari memberikan opini yang seharusnya diberikan (Tuanakotta, 2011:171). Jika bukti-bukti audit sudah terkumpul dengan lengkap dan dianalisis dengan benar, maka opini yang diberikan tentunya akan wajar dan sesuai dengan tujuan dari audit yaitu memberikan keyakinan. Dalam memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor harus memiliki sikap skeptis untuk bisa memutuskan atau menentukan sejauhmana tingkat keakuratan dan kebenaran atas bukti-bukti maupun informasi dari klien. Standar profesional akuntan publik mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI,2001). Standar auditing tersebut mensyaratkan agar auditor memiliki sikap 3

skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan mengumpulkan bukti audit terutama yang terkait dengan penugasan mendeteksi kecurangan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya seringkali auditor tidak memiliki skeptisisme profesional dalam melakukan proses audit. Penelitian Beasley (2012) dalam Herusetya (2007) yang didasarkan pada AAERs (Accounting and Auditing Releases), selama 11 periode (Januari 1987 Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab kegagalan auditor dalam mendeteksi laporan keuangan adalah rendahnya tingkat skeptisisme profesional audit.. Hal ini membuktikan bahwa skeptisisme professional harus dimiliki dan diterapkan oleh auditor sebagai profesi yang bertanggungjawab atas opini yang diberikan pada laporan keuangan. Seorang auditor yang memiliki skeptisisme profesional tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai obyek yang dipermasalahkan. Auditor harus menyadari bahwa kemungkinan terjadinya salah saji material dalam laporan keuangan bisa saja terjadi. Sikap skeptisisme profesional akan membawa auditor pada tindakan untuk memilih prosedur audit yang efektif sehingga diperoleh opini audit yang tepat (Noviyanti, 2008). Skeptisisme profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya Gender, Tipe Kepribadian, Independensi dan Kompetensi, Menurut Salsabila dan Prayudiawan (2011) kualitas hasil kerja auditor sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu masing-masing akuntan. Karakteristik individu tersebut salah satunya adalah jenis kelamin yang telah membedakan individu sebagai sifat dasar pada kodrat manusia. Adanya ketidaksetaraan gender 4

disebabkan oleh diskriminasi struktural dan kelembagaan. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Tahar (2012) ditemukan bahwa 41% responden yang mereka teliti, yaitu para akuntan publik wanita meninggalkan karir mereka karena adanya bentuk-bentuk diskriminasi yang mereka rasakan hal ini juga di perkuat dengan adanya teori disonansi kognitif yang menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia akan mencari jalan keluar dari permasalahan yang membuatnya tidak nyaman karena adanya unsur kognitif yang bertolak belakang (Agung, 2007:125). Sama hal nya dengan auditor yang dalam fungsi profesionalnya mengharuskan segala sesuatunya sesuai dengan standar yang berlaku. Unsur-unsur kognitif yang bertolak belakang seperti kepercayaan seorang auditor yang tinggi pada kliennya sementara sikap skeptisisme profesional auditor harus tinggi pula. Unsur kognitif yang berbeda antara pria dan wanita juga memacu perbedaan pemberian opini auditor atas laporan keuangan. Pria cenderung untuk meminimalkan usaha kognitif dalam menerima informasi dari klien, sedangkan wanita akan cenderung menggunakan strategi pengolahan informasi secara terperinci. Hal ini membuat skeptisisme profesional auditor nya berbeda. Tapi berbeda pendapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Butarbutar (2010) bahwa gender tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit. Perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita dengan perbedaan berbagai sifat dan karakter individu masing-masing tidak berpengaruh terhadap audit judgement yang berhubungan dengan pemberian opini audit yang diambil oleh auditor pria dan wanita. Tipe kepribadian mempengaruhi kemampuan para pengambil keputusan untuk memproses sejumlah besar informasi, tekanan waktu, dan ketahanan diri 5

(Turban, 2005:54). Ia juga mempengaruhi aturan dan pola komunikasi dari seorang pengambilan keputusan. Menurut Kristianti (2012) kepribadian adalah organisasi dinamis dan sistem psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arahan pada tingkah laku individu. Sehingga, tipe kepribadian juga turut mempengaruhi cara pengambilan keputusan. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Supriyanto (2014) bahwa tipe kepribadian tidak berpengaruh terhadap pemberian opini audit. psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arahan pada tingkah laku individu. Sehingga, tipe kepribadian tidak turut mempengaruhi pemberian opini auditor. PSA No. 04 dalam IAI (2011) menegaskan bahwa auditor harus bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Independensi seorang auditor ditinjau dari sudut pandang keahliannya. Seseorang auditor dapat mempertimbangkan fakta dengan baik, jika ia mempunyai keahlian mengenai audit atas fakta tersebut. Kompetensi auditor menentukan independen atau tidaknya auditor tersebut dalam mempertimbangkan fakta yang diauditnya. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor harus bebas dari 6

setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Futri dan Juliarsa (2014) bahwa independensi auditor tidak mempengaruhi kualitas audit dikarenakan persaingan antar Kantor Akuntan Publik bisa jadi pemicu kurangnya independensi auditor, sehingga auditor rentan mengikuti kemauan dari klien agar tidak kehilangan pendapatannya,dan hasil yang sama juga terdapat pada penelitian Kautsarrahmelia (2013) mengatakan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini auditor Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi Pemberian Opini audit yaitu kompetensi auditor. Menurut Dwiyanti (2010) probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung pada kemampuan teknis atau kompetensi yang dimiliki auditor. Standar umum pertama PSA Nomor 04 dalam IAI (2011) menegaskan seorang auditor dalam melakukan audit harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Auditor selain menjalani pelatihan teknis yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum, juga harus memiliki kesadaran secara terus-menerus untuk mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Namun penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan Ariesanti (dalam Carolita dan Rahardjo, 2012) yang menyatakan bahwa pengalaman auditor tidak banyak memberikan kontribusi untuk meningkatkan kompetensi auditor dan tidak juga berpengaruh terhadap meberikan opini audit. 7

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa auditor yang berpengalaman tidak berperilaku berbeda dengan akuntan yang tidak berpengalaman. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul Pengaruh gender, Tipe kepribadian, independensi dan Kompetensi Dalam Pemberian Opini Auditor dengan Skeptisme professional sebagai Variabel Moderasi. (Studi Empiris pada KAP di Kota Medan). 1.1 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah gender auditor berpengaruh terhadap pemberian opini auditor? 2. Apakah tipe kepribadian auditor berpengaruh terhadap pemberian opini auditor? 3. Apakah independensi auditor akan berpengaruh terhadap pemberian opini auditor? 4. Apakah kompetensi auditor akan berpengaruh terhadap pemberian opini auditor? 5. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap hubungan antara gender auditor terhadap pemberian opini auditor? 6. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap hubungan antara tipe kepribadian auditor terhadap pemberian opini auditor? 7. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap hubungan antara independensi auditor terhadap pemberian opini auditor? 8

8. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap hubungan antara kompetensi auditor terhadap pemberian opini auditor? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh gender auditor terhadap pemberian opini auditor. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh tipe kepribadian auditor terhadap pemberian opini auditor. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh independensi auditor terhadap pemberian opini auditor. 4. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh kompetensi auditor terhadap pemberian opini auditor. 5. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh skeptisme profesional terhadap hubungan antara gender auditor terhadap pemberian opini auditor. 6. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh skeptisme profesional terhadap hubungan antara tipe kepribadian auditor terhadap pemberian opini auditor. 7. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh skeptisme profesional terhadap hubungan antara independensi auditor terhadap pemberian opini auditor. 9

8. Untuk mendapatkan bukti empiris dan menganalisa tentang pengaruh skeptisme profesional terhadap hubungan antara kompetensi auditor terhadap pemberian opini auditor. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu : a. Bagi penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam melakukan penelitian selanjutny dan memperkaya khasanah literatur dalam dunia penelitian maupun akademik, khususnya di dunia akuntansi dan auditing. b. Bagi Praktisi Peneliian ini diharapkan berguna dalam penguatan dan pengembangan teori dan menambah wawasan di bidang akuntansi khususnya dibidang audit di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan bermanfaat khususnya berguna untuk pelaksanaan bagi auditor dalam melaksanakan audit. 10