EVALUASI PENURUNAN FUNDUS UTERI POST PARTUM DENGAN INJEKSI SYNTOCINON DAN TIDAK INJEKSI SYNTOCINON DI RS RK. CHARITAS PALEMBANG TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DENGAN LAMA WAKTU INVOLUSI UTERUS DI BPS SUHARTINI KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN KEBUMEN INTISARI

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI (TFU) PADA PRIMIPARA POST PARTUM

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MASASE FUNDUS UTERI TERHADAP PENGETAHUAN DAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT ISLAM SAMARINDA

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP KECEPATAN INVOLUSI UTERI IBU POST PARTUM DI DESA GEDANGAN GROGOL SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Kematian maternal merupakan prioritas utama dalam Millennium. Development Goals (MDG s). Kematian maternal menjadi indikator

Jujuren Br. Sitepu Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Keperwatan Gigi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

PENGARUH MASASE UTERUS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DOMISILI DEMAK DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

PENGERTIAN MASA NIFAS

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN 2009

1

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 4, Desember 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM NORMAL DI BPM SRI LUMINTU SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

Kata Kunci : Manajemen aktif kala tiga, Perdarahan Pascapersalinan

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERCEPATAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM DI RUANG KEBIDANAN RSUD TOTO KABILA KAB.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

STUDI DESKRIPTIF TENTANG PEMULIHAN ORGAN REPRODUKSI PADA MASA NIFAS DI BPM SRI HARINI TOSUTAN KRANGGAN POLANHARJO KLATEN TAHUN 2016 INTISARI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

Jurnal Darul Azhar Vol 1, No.1 Februari-Juli 2016: 30-36

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN RELAKSASI HYPNOBIRTHING TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWALO PADA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DENGAN INVOLUSI UTERI PADA IBU POSTPARTUM CORRELATION BETWEEN MATERNAL AGE WITH THE UTERINE INVOLUTION ON POSTPARTUM

TINDAKAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL DAN ADAPTASI FISIOLOGI PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH SAKIT ACEH

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i3 (83-87)

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

Transkripsi:

EVALUASI PENURUNAN FUNDUS UTERI POST PARTUM DENGAN INJEKSI SYNTOCINON DAN TIDAK INJEKSI SYNTOCINON DI RS RK. CHARITAS PALEMBANG TAHUN 2014 Romlah, Universitas Musi Palembang Email: ireneromlah@ymail.com ABSTRAK Masa post partum merupakan masa trejadinya proses involusi uteri. Involusi uteri adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot 60 gram. Involusi uteri ini dapat diamati dengan memeriksa penurunan tinggi fundus uteri, penurunan tinggi fundus uteri berlangsung setiap hari 1 cm. Pemberian injeksi syntocinon dapat menimbulkan kontraksi uterus tetapi tidak mempercepat involusi uteri. Pada ibu post partum dengan persalinan normal di Rumah Sakit RK Charitas Palembang masih dilakukan injeksi syntocinon 10 UI 1 kali setiap hari dari hari I dan hari Iipost partum. Hal ini merupakan latar belakang penulis mengambil judul Evaluasi penurunan fundus uteri post partum hari I dan II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon. Kegiatan ini bertujuan agar dapat memberikan pelayanan yang cost efektif dan bagi ibu post partum mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan secara alami dan nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan fundus uteri injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon, jenis penelitian Quasi eksperimental dengan pendekatan observasional. Subyek penelitian ini adalah ibu post partum yang dirawat di ruang nifas Paviliun Maria Rumah Sakit RK Charitas Palembang yang memenuhi kriteria inklusi. Metode pengumpulan data dengan pengukuran penurunan fundus uteri menggunakan lembar observasi. Proses pengolahan data terdiri dari tabulasi, kemudian dilakukan editing terhadap hasil pengukuran, dan analisa data. Analisis disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian di hitung dengan menggunakan rumus Mann- Whitney U-Test dan analisis faktor risiko.menurut hasil uji Mann- Whitney U-Test, ternyata dari kelompok injeksi syntocinon dan kelompok tidak injeksi syntocinon menunjukkan perbedaan penurunan fundus uteri post partum hari 0 1 tidak bermakna yaitu dengan nilai p = 0,48, penurunan fundus uteri hari post partum I II tidak bermakna yaitu dengan nilai p = 0,26 dan penurunan fundus uteri post partum hari 0 II juga tidak bermakna dengan nilai p = 0,27. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan fundus uteri post partum antara kelompok injeksi syntocinon dan kelompok tidak injeksi syntocinon. Kata Kunci : Penurunan fundus uteri post partum, injeksi syntocinon, rumah sakit ABSTRACT The post partum time is a time for forming involusion uteri process. An involusion uterus is process where uterus backs on to a condition before pregnant that have weight 60 gram. This involution uteri could watched by checking the decreasing level fundus uteri, the decreasing fundus uteri was happen every day 1 cm. the giving of injection Syntocinon could raise uterus contraction but not fasting involution uteri. For the mother, post partum is normal utter process in RK Charitas Palembang Hospital, still done by injection syntocinon of 10 UI every each day second day post partum. This is the background for autors to take titlle The Evaluation Decresing Of Fundus Uteri Post Partum At First Day By Sintocinon Injection And Non Syntocinon Injection. This activity is aimed in order to giving cost effective service and for post partum mother could have nurse care servis as naturally and comfort. The research aimed to know the different of decreasing fundus uteri injection syntocinon non injection syntocinon, the research is quasi experimental through observasional approach. The subject for this research is all post partum mother that nursing at parturition room Paviliun Maria RK Charitas Palembang 31

Hospital that fully criteria inclution. The method data collecting by measurement fundus uteri use onservation process. The data processing include tabulation, then editing to measurement result, and data analysis risk factor. According to Mann-Whitney U-Test, in fact, from injection syntocinon group and non injection syntocinon group showing different of decreasing fundus uteri day 0-1 is not significant by p value = 0,48, decreasing fundus uteri days 1-2 is not significant by p value=0,27. This is showing that there is no significant in decreasing fundus uteri between injection syntocinon and non syntocinon group.. Key Words : Decreasing fundus uteri post partum, injeksi syntocinon, hospital PENDAHULUAN Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia pada tahun 2013 sebesar 289.000/100.000. Penyebab kematian ibu terbagi dalam 2 katagori yaitu penyebab tidak langsung dan langsung. Penyebab langsung kematian ibu (AKI) di Indonesia dikarenakan perdarahan sebesar 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5%. Menurut data World Health Organization (WHO) kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara- negara berkembang. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukan bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan, infeksi dan eklampsi tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Menurut Dinas Kesehatan provinsi Sumatera Selatan tahun 2013 angka kematian ibu tahun 2012 sebesar 148/ 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2011 sebesar 131/100.000 kelahiran hidup. Baik di Negara maju maupun di Negara berkembang, 60% kematian ibu terjadi pada pasca partum. Dari kematian ibu pasca partum ini45% terjadi dalam 1 hari, lebih dari 65% dalam I minggu dan lebih dari 85% dalam 2 minggu. Jadi satu hari sampai satu minggu pasca partum merupakan waktu kritis bagi perawatan obstetric 1 Penyebab utama kematian ibu post partum adalah pendarahan. Lebih dari 90% dari seluruh kasus pendarahan pasca persalinan terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri karena kegagalan kontraksi otot uterus menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan pendarahan (Manuaba, 2010). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala tiga persalinan dengan pemberian injeksi oksitosin merupakan salah satu cara terbaik( JNPKR-KR, 2008 ). Proses pemulihan kesehatan pada masa post partum merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan. Sebab masa kehamilan dan persalinan telah terjadi perubahan fisik dan psikis. Diantaranya terjadi proses involusi uteri dan proses laktasi. Setelah persalinan kala III terjadi perubahan pada uterus, dimana fundus uteri setiap hari yang tampak dari luar dengan penurunan fundus uteri, kontraksi uteri dan pengeluaran lokia (Farrer, 2009).Kecuali bila ada infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah dan mioma uteri maka involusi uteri tidak berjalan sebagaimana mestinya (Manuaba, 2010). Pada proses laktasi, ketika ibu sedang menyusui bayinya, karena penghisapan putting menimbulkan pelepasan oksitosin. Pemberian rutin oksitosin intra muskuler pada ibu masa segera setelah kelahiran tidak ada manfaatnya untuk mengurangi kehilangan darah dan mempercepat involusi uteri, hanya perbedaan satu-satunya ditemukan rasa tidak nyaman pada ibu.mereka yang menerima obat lebih banyak mengakibatkan kram uterus 2, 4 Rumah Sakit RK Charitas Palembang merupakan Rumah Sakit tipe B, diantaranya memberikan pelayanan kebidanan. Pada tahun 2012 jumlah persalinan 3395 persalinan, persalinan normal 1620 persalinan dan dengan tindakan 1775 persalinan. Tahun 2013 32

jumlah persalinan 3231 persalinan, persalinan normal 1492 persalinan dan dengan tindakan 1739 persalinan. Di Rumah Sakit RK Charitas Palembang perawatan pada ibu post partum ada yang diberi injeksi syntocinon 10 UI 1 x setiap hari, dari hari pertama dan kedua post partum 3 Berdasarkan fenomena diatas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai evaluasi penurunan fundus uteri post partum dengan injeksi syntocinon hari I dan II dan tidak injeksi syntocinon di Rumah Sakit RK Charitas Palembang. TUJUAN Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan penurunan fundus uteri post partum hari I dan II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon diruang nifas Paviliun Maria Rumah Sakit RK Charitas Palembang Tujuan Khusus 1 Untuk mengetahui penurunan fundus uteri (cm) post partum hari I dan II dengan Injeksi syntocinon 2 Untuk mengetahui penurunan fundus uteri (cm) post partum hari I dan II dengan tidak injeksi syntocinon 3 Untuk mengetahui perbedaan penurunan fundus uteri (cm) post partum hari I dan II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon MANFAAT 1. Bagi Ibu post pastum Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan post partum secara alami, nyaman dan biaya ekonomis. 2. Bagi RS RK. Charitas Sebagai masukan dan pertimbangan bagi bidan yangbekerja di Paviliun Maria Rumah Sakit RK Charitas Palembang, sehingga dapat memberikan pelayanan yang cost effektif. 3. Bagi peneliti Memperoleh informasi mengenai penurunan fundus uteri post partum hari I dan II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon 1. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan pendekatan observasional untuk menilai penurunan fundus uteri pada kelompok ibu post partum yang mendapat injeksi syntocinon hari I dan II tidak mendapat injeksi syntocinon diruang nifas Paviliun Maria Rumah Sakit RK Charitas. Penurunan fundus uteri post partum hari I dan II secara serial diukur dengan alat ukur centimeter. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu post partum yang dirawat diruang nifas Paviliun Maria Rumah Sakit RK Charitas Palembang. Teknik penentuan sample dalam penelitian ini menggunakan aksidental sampling. Aksidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan / aksidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber 8. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah seluruh individu yang kebetulan melahirkan di Rumah Sakit RK Charitas dan memenuhi kriteria inklusi pada periode 06-19 Januari 2014 Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk melihat rata-rata penurunan fundus uteri post partum hari I dan II pada kelompok yang mendapatkan injeksi syntocinon hari I dan II dan yang tidak mendapatkan injeksi syntocinon. Analisis secara metode statistic analitik dilakukan untuk mengetahui adakah perbedaan penurunan fundus uteri antara kelompok yang mendapatkan injeksi syntocinon hari I dan II dan yang tidak mendapatkan injeksi syntocinon.setelah dianalisis bila terdistribusi normal dilakukan uji statistic parametric dan bila tidak terdistribusi normal dilakukan uji statistic non parametik 33

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Umur pembahasan yang didapat pada penelitian ini berkisar antara 29 35 tahun untuk kelompok injeksi syntocinon berjumlah 11 responden ( 64,71% ) dan kelompok tidak injeksi syntocinon berjumlah 10 responden ( 66,67% ) hal ini menunjukkan kelompok umur yang relative aman untuk meahirkan. Menurut Manuaba ( 2010 ). Kehamilan dan persalinan pada ibu dengan umur 20 35 tahun merupakan kelompok umur kesehatan reproduksi yang optimal. Ibu post partum dengan paritas 2 didapatkan pada penelitian ini untuk kelompok injeksi sytocinon berjumlah 10 responden ( 66,67% ) hal ini menunjukkan saat penelitian dilakukan yang datang melahirkan lebih banyak dengan paritas 2. Menurut Farrer (2009) after pain pada multipara sering ditemukan dari pada primipara karena pada multipara uterus teregang penuh dua kali lipat cenderung lebih kendor sehingga harus berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi. 2. Penurunan fundus uteri post partum (cm) Penurunan tinggi fundus uteri hari 0-1 (24 jam) kelompok injeksi syntocinon ratarata 1,47 cm dan kelompok tidak injeksi syntocinon rata-rata 1,43cm, penurunan tinggi fundus uteri hari I-II (24 48 jam) kelompok injeksi syntocinon rata-rata 1,24 cm dan kelompok tidak injeksi syntocinon rata-rata 1,07cm dan penurunan tinggi fundus uteri hari 0-II (48 jam) kelompok injeksi syntocinon rata-rata 2,71 cm dan kelompok tidak injeksi syntocinon rata-rata 2,50 cm. Hasil ini menunjukkan proses bahwa penurunan tinggi fundus uteri antara kelompok injeksi syntocinon dan kelompok tidak injeksi syntocinon hampir sama. Hal ini menunjukkan proses involusi uteri yang terjadi berjalan normal antara kelompok injeksi syntocinon dan kelompok tidak injeksi syntocinon, setelah anak lahir uterus yang berada setinggi pusat secara alami akan mengalami penurunan tinggi fundus uteri. Secara normal tinggi fundus uteri ini akan berlangsung turun >1cm perhari dan pada hari ke 11-12 tidak dapat diraba lewat abdomen (Farrer, 2009). Kecuali bila ada infeksi endometrium, terdapat sisa plasentadan selaputnya, terdapat bekuan darah dan mioma uteri maka involusi uteri tidak berjalan sebagaimana mestinya (Manuaba, 2010). 3. Perbedaan Penurunan Fundus Uteri Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U- Test perbedaan penurunan fundus uteri hari 0-1 (24 jam) kelompok injeksi syntocinon dan kelompok injeksi tidak syntocinon menunjukkan perbedaan penurunan fundus uteri yang tidak bermakna p = 0,476 dan penurunan tinggi fundus uteri hari I-II (24-48 jam) kelompok injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon menunjukkan perbedaan penurunan fundus uteri yang tidak bermakna p = 0,264 dan penurunan tinggi fundus uteri hari 0-II (48 jam) kelompok injeksi syntocinon dan kelompok tidak injeksi syntocinon menunjukkan penurunan tinggi fundus uteri yang tidak bermakna p = 0,274, hal ini menunjukkan bahwa proses involusi uteri bukan hanya disebabkan oleh kontraksi uterus yang ditimbulkan dari injeksi syntocinon saja. Tetapi terjadi juga otolisis-sitoplasma sel yang berlebihakan 34

tercerna sendiri dan terjadi atrofi-jaringan, dimana sel-sel mengalami pengurangan ukuran (Cunningham et al, 2005). Menurut Manuaba (2010) pada involusi uteri dimana jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada akhir masa nifas uterus kembali kekondisi sebelum hamil dan faktor yang dapat mempercepat involusi uteri yaitu mobilisasi dini dan laktasi. Berdasarkan hasil uji statistic yang menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan fundus uteri post partum hari I dan II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon, maka pemberian injeksi syntocinon kurang tepat bila diberikan pada ibu post partum normal. Karena injeksi syntocinon tidak mempercepat involusi uteri. Menurut Cunningham et al,( 2005). Pemberian rutin injeksi oksitosin intra muskuler pada ibu setelah kelahiran tidak ada manfaatnya untuk mempercepat involusi uteri hanya perbedaan satusatunya rasanya tidak nyaman pada ibu.mereka yang menerima obat lebih banyak mengakibatkan kram uterus. Injeksi syntocinon merupakan larutan steril dalam pelarut yang mengandung hormone polipeptida yang dibuat secara sintesis atau diperoleh dari lobus posterior kelenjar pituitaria hewan peliharaan (Dep Kes RI, 1995).Kegunaan injeksi syntocinon (oksitosin) untuk merangsang kelahiran pada kelemahan kontraksi uterus, dalam periode setelah melahirkan untuk mengeluarkan plasenta dan mengatasi atonia uteri (ISO Indonesia, 2010), melihat dari kegunaan injeksi syntocinon, maka pada ibu post partum yang tidak mengalami perdarahan dan kelemahan kontraksi uteritidak perlu dilakukan penyuntikan syntocinon, setiap hari selama ibu dirumah sakit. Karena dalam masa post partum juga merupakan masa laktasi, dimana ibu menyusui akan memperoleh oksitosin secara alami karena dengan menyusui akan terjadi rangsangan psikis yang merupakan reflek dari mata keotak sehingga menghasilkan oksitosin yang alami (Prawiharjo, 2010). 4. Penurunan fundus uteri > 1 cm hari 0-1 dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon berdasarkan umur. Kelompok ibu yang berumur 20 28 tahun faktor resikoo mengalami penurunan fundus uteri > 2cm dengan injeksi syntocinon sebesar 0,43 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang berumur 29-35 tahun. 5. Penurunan fundus uteri >1 cm hari 0-I dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon berdasarkan umur Tidak dapat dilakukan analisis faktor risiko karena terdapat 1 distribusi data yang tidak menghasilkan angka frekwensi. 6. Penurunan fundus uteri > 2 cm hari 0- II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon berdasarkan umur. Kelompok ibu yang berumur 20 28 tahun resiko mengalami penurunan fundus uteri > 2cm dengan injeksi syntocinon sebesar 0,64 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu berumur 29 35 tahun. 35

7. Penurunan fundus uteri >1cm hari 0-I dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon berdasarkan paritas Kelompok ibu dengan paritas 2, faktor resiko mengalami penurunan fundus uteri > 1cm dengan injeksi syntocinon sebesar 0,64 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu paritas 3. 8. Penurunan Fundus uteri 1 cm hari I- II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon berdasarkan paritas Tidak dilakukan analisis faktor risiko karena terdapat 1 distribusi data yang tidak menghasilkan angka frekuensi 9. Penurunan Fundus uteri 2 cm hari 0- II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon berdasarkan paritas SIMPULAN DAN SARAN Simpulan. 1. Ibu post partum dengan persalinan normal hari I dan II kelompok injeksi syntocinon dan kelompok tidak injeksi syntocinon menunjukkan rata-rata penurunan fundus uteri yang hampir sama yaitu 2,71cm dan 2,50cm. 2. Hasil uji secar statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p = 0,274). Dengan demikian tidak ada perbedaan penurunan tinggi fundus uteri post partum hari I dan II dengan injeksi syntocinon dan tidak injeksi syntocinon. Saran 1. Bagi RS RK. Charitas Palembang Bagi tenaga bidan di RS RK Charitas supaya mempertimbangkan lagi tindakan injeksi syntocinon pada ibu post partum yang dilakukan setiap hari selama ibu dirawat, karena tidak ada manfaatnya untuk penurunan tinggi fundus uteri kecuali kalau ada indikasi atonia uteri. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini, maka diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan penelitian timbulnya rasa mules pada ibu post partum yang mendapat injeksi syntocinon setiap hari selama dirawat. DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier,Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kelompok ibu dengan paritas 2, faktor risiko mengalami penurunan fundus uteri 1 cm dengan injeksi syntocinon sebesar 0,64 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu kelompok paritas 3. Hasil analisis faktor resiko menunjukkan bahwa umur dan paritas bukan merupakan faktor resiko terjadi penurunan fundus uteri > 1cm dan > 2cm dengan injeksi syntocinon. 2. Cunningham, F.Garry et al. 2005, Obstetri Williams, Edisi XXI, EGC, Jakarta. 3. Dep Kes RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta. 4. Fraser, Diane M dan Cooper.Margaret A 2009. Buku Ajar Bidan Myles ed.14. EGC, Jakarta 36

5. ISO Indonesia. 2010. Edisi Farmakopeterapi, Vol 44, IFI, Pasuruan. 6. JNPK-KR 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Edisi III JNPK- KR/POGI dan JHPIEGO Corporation, Jakarta. 7. Mutschler,E. 2010. Dinamika Obat, Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi Kesehatan, ITB, Bandung. 8. Manuaba,IGB dan Ida Ayu Chandra Winata 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, ed 2. EGC, Jakarta. 9. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri, Edisi III, EGC, Jakarta.. 10. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperwatan. Salemba Medika, Jakarta. 11. Notoatmojo,Soekidjo.,2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka, Jakarta..Asuhan Kebidanan Post Partum, Buku 4, Jakarta. 12. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. lmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT Bina Pustaka, Jakarta. 13. Reeder, J.S dkk, 2011. Keperawatan Maternitas, Vol 2 Ed. 18. EGC, Jakarta. 14. Saifuddin, A.B, 2005, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBPSP, Jakarta 15. Sofian, Mustika et all 2007 Bidan menyongsong masa depan, Ed revisi PP IBI, Jakarta 16. Varney, Helean et all 2008 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Vol 2 Ed 4 EGC, Jakarta 17. Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 18. WHO. 2010 Angka Kematian Ibu. http://infid.org/pdfdo/1393225294.pdf diakses 7 Febuari 2014 37