BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB I PENDAHULUAN. depan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lembaga formal dalam sistem pendidikan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. maju tingkat pendidikan seseorang,maka semakin siap pula menghadapi perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini telah melahirkan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari karena belajar merupakan proses alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat,maka

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh pendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. salah satu tujuan pembangunan di bidang pendidikan. antara lain: guru, siswa, sarana prasarana, strategi pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang diprioritaskan, dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad informasi. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU Dahyana SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

APLIKASI PAKEM MODEL KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I AMBARAWA SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan diri melalui proses belajar. Tentu sangat logis bagi manusia memilih jalur

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok, serta belajar berinteraksi dan berkomunikasi. dapat dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah program. Program yang melibatkan sejumlah komponen

Oleh: KOMAROSIDAH Guru SD Negeri Buahkapas Kecamatan Sindangwangi Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ery Nurkholifah, 2013

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana cara agar semua siswa dapat menaruh perhatian terhadap apa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aset yang sangat berharga bagi semua manusia. Oleh karena itu, kemampuan berpikir menjadi kemampuan yang sangat diperlukan agar siswa sanggup menghadapi perubahan keadaan atau tantangan -tantangan didalam kehidupan yang selalu berkembang. Dalam hal ini, guru merupakan salah satu pihak yang mempunyai peran besar dan ikut mengambil peran secara langsung dalam mencerdaskan peserta didik guna memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan (Sudirman, 1991:4). Keberhasilan peserta didik sangat bergantung pada pengelolaan pembelajaran guru yang melalui perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih kreatif mengamati berbagai persoalan yang terjadi saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, diharapkan guru akan mampu melakukan berbagai inovasi pembelajaran, baik berupa pendekatan maupun metode, media atau hal lain yang dapat diterapkan saat mengajar sesuai dengan karakteristik siswa dan bahan ajar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, dan jumlah siswa di kelas.pelaksanaan yang baik memerlukan tindakan-tindakan dan keputusankeputusan yang jelas dari pendidik selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanaan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Beberapa diantara tindakan-tindakan tersebut dapat dijumpai pada model-model pengajaran yang lain, langkah-langkah atau

tindakan tertentu merupakan ciri khusus pengajaran langsung (Azwan dan Syaiful, 2013:184). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususya pada jenis dan jenjang pendidikan formal (persekolahan). Perubahan tersebut menuntut pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teori dan fakta tapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Aspek - aspek dalam prinsip penilaian mencakup; aspek kognitif yang meliputi kemampuan berpikir (menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan menciptakan atau hasil karya), aspek psikomotor yang berhubungan aktivitas fisik sedangkan aspek afektif mencakup watak perilaku. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah tingkat pencapaian kompetensi ketuntasan belajar dengan menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) (Depdiknas, 2006:19) yaitu batas minimal pencapaian kompetensi peserta didik pada setiap aspek penilaian mata pelajaran yang ideal adalah 75%. Seorang guru harus mempunyai kemampuan yang baik untuk mengelola proses pembelajaran, sehingga antara guru dan peserta didik dapat berinterasksi secara baik demi mendapatkan hasil pendidikan yang baik pula. Peran seorang guru sangat penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, karena keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran sangat bergantung pada guru. Guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang

pada peserta didik untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif, dalam mengeksplorasi dan mengolaborasi kemampuannya. Penilaian pencapaian hasil belajar diperlukan untuk mengindentifikasi kurang berhasilnya peserta didik dalam belajar, yaitu faktor akademik dan non akademik. Faktor non akademik seperti ketidak harmonisan keluarga, mengisolir diri dari teman, faktor ekonomi, faktor internal (malas). Jika kurang berhasilnya peserta didik dalam belajar disebabkan faktor akademik, maka perlu dicermati aspek mana dan butir mana masih memerlukan remedial. Dalam proses pembelajaran respon peserta didik diperlukan, karena respon merupakan perilaku yang lahir berupa sambutan atau sikap terbuka dari hasil masuknya stimulus ke dalam pikiran seseorang. SMP Swasta Beringin Kupang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dari SMP Swasta Beringin Kupang bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) fisika untuk tiap peserta didik (ketuntasan individu) adalah 75 dan kriteria ini berdasarkan kriteria yang digunakan Depdiknas. Namunketuntasan belajar bisa dapat ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah dengan mempertimbangkan kondisi sekolah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Yeni M. Kause S.Si selaku guru mata pelajaran Fisika kelas VIII di SMP Swata Beringin Kupang diperoleh gambaran kondisi riil saat pembelajaran Fisika berlangsung, antara lain: 1. Partisipasi siswa masih rendah, ini dilihat dari peserta didik yang pasif meskipun diberi kesempatan untuk berpendapat tentang materi yang disampaikan sehingga sulit untuk mengetahui secara pasti apakah siswa telah memahami materi yang sedang diajarkan. 2. Interaksi dalam proses pembelajaran hanya didominasi beberapa siswa tertentu.

3. Peralatan praktikum yang kurang memadai dan banyak yang rusak sehingga guru kesulitan dalam membimbing peserta didik melakukan eksperimen. 4. Kurangnya peralatan praktikum tersebut menyebabkan peserta didik kurang memahami atau sedikit saja menguasai konsep dan penggunaan peralatan praktikum. 5. Mata pelajaran fisika kurang diminati atau disukai oleh peserta didik karena dianggap sulit. Salah satu cara untuk mengatasi kondisi rill saat pembelajaran fisika berlangsung di SMP Swasta Beringin Kupang adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang memberikan waktu yang lebih banyak kepada peserta didik untuk dapat berpikir, berkomunikasi dan berinterakasi sosial dengan temannya, serta merespon. Tekanan merupakan materi pelajaran Fisika dalam pembelajaran IPA pada jenjang SMP yaitu pada kelas VIII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada materi pokok ini, peserta didik akan mempelajari konsep tekanan yang dilengkapi dengan eksperimen-eksperimen yang berhubungan erat dengan pengalaman sehari-hari. Pembelajaran secara alternatif dengan penerapan model pembelajaran Langsung(direct instruction) adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mempelajari ketrampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat di ajarkan secara detail (Kardi dan Nur, 2000: 2). Elestina dalam penelitiannya, yang berjudul penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) berbantuan gambar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa di kelas V SDN 5 Basi kecamatan Basindodo tolitoli, dalam penelitian elestina terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap dwngan jumlah siswa 30

orang, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dari hasil tindakan siklus I diperoleh ketuntasan belajar yang mendapat nilai lebih dari 65 sebanyak 25 siswa atau sebesar 83,3. Dari 30 siswa, dengan nilai rata-rata 69,5 sedangkan 5 siswa memperoleh nilai kurang dari 65 atau sebesar 16,7 dari 30 siswa. Hasil tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan belajar yang mendapatkan nilai lebih dari 65 sebanyak 28 siswa atau sebesar 93,3 dari 30 siswa dengan nilai rata-rata 75,7, sedangkan 2 siswa memperoleh nilai kurang dari 65 atau sebesar 6,7 dari 30 siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 5 Basi. Mastuang, dalam penelitiannya yang berjudul implementasi pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu tahap pertama persiapan berupa pengembangan perangkat pembelajaran. Metode pengumpulan menggunakan tiga teknik, yaitu observasi, tes, dan angket. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) keterlaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik sesuai dengan rpp, (2) peningkatan hasil belajar kognitif mahasiswa meningkat dengan berkat berkategori tinggi, dan (3) respon mahasiswa terhadap pembelajaran berkategori baik. Berdasarkan temuan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi pembelajaran menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah fisika dasar II. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul : PenerapanModel Pembelajaran Langsung Materi Pokok Tekananpada PesertaDidik Kelas VIII Semester Ganjil SMP Swasta BeringinKupang Tahun Ajaran 2016/2017

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah hasil penerapan model pembelajaran langsung materi pokok tekanan pada peserta didik kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017?. Dengan demikian, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017? 2. Bagaimanakah ketuntasan indikator hasil belajar dalam pembelajaran dengan kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017? 3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok tekanan pada peserta didik kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017? 4. Bagaimanakah respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017? C. TujuanPenelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan kemampuan guru dalam dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok tekanan pada peserta didik kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017.

2. Mendeskripsikan ketuntasan indikator hasil belajar dalam pembelajaran dengan kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017. 3. Mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran langsung materi pokok tekanan pada peserta didik kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017. 4. Mendeskripsikan respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran dengan kelas VIII SMP Swasta Beringin Kupang tahun ajaran 2016/2017. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peserta didik: a. Meningkatkan peran aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. b. Meningkatkan semangat belajar peserta didik. c. Meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2. Bagi guru: a. Sebagai bahan informasi dalam memilih model atau pendekatan pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Membantu mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika. 3. Bagi sekolah.

Sebagai sosialisai bagi sekolah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan suasana kegiatan pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah. 4. Bagi peneliti. a. Mendapat pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran langsung sehingga dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penerapannya dalam lingkup pendidikan. b. Sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya. E. Penjelasan Judul Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Penerapan adalah penggunaaan suatu model tertentu menurut aturan atau kaidah tertentu. 2. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang sedemikian rupa sehingga terscapainya tujuan pembelajaran. 3. Model pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. 4. Tekanan adalah salah satu materi pokok pada mata pelajaran Fisika kelas VIII SMP, tekanan didefenisikan sebagai gaya per satuan luas permukaan tempat gaya itu bekerja.