I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN DARI PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK SAPI PERAH:

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

VI. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DI DESA DUKUHBADAG KECAMATAN CIBINGBIN KABUPATEN KUNINGAN

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Di tengah krisis energi saat ini timbul pemikiran untuk keanekaragaman

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENDAHULUAN Latar belakang

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jawa Barat. Kabupaten Sumedang terletak antara 6 o 44-7 o 83 Lintang Selatan

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

METODE PENELITIAN. Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB V SUMBER DAYA ALAM

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGGUNAAN BIOGAS DI DESA HAURNGOMBONG, KECAMATAN PAMULIHAN, KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dibicarakan karena mengancam masa depan dari kehidupan di bumi

SIDa.F.8 Pengolahan Limbah Kotoran Ternak Menjadi Biogas Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Lingkungan Hijau Di Desa Cikundul, Kota Sukabumi

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

PENDAHULUAN. Pertanian organik di masa sekarang ini mulai digemari dan digalakkan di

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

RILIS HASIL PSPK2011

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Lampiran 1: Surat IzinPenelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PETERNAKAN DI PROVINSI JAWA BARAT

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan taraf

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Responden Terhadap Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Perah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Sumedang. Sedangkan, subjek yang diamati dalam penelitian ini

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan pupuk anorganik dipasaran akhir-akhir ini menjadi langka.

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan bahan pangan berupa daging khususnya daging sapi

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk Indonesia berjumlah 237,64 juta orang. Dibandingkan hasil SP 2000 terjadi pertambahan jumlah penduduk sebanyak 32,5 juta orang atau meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen pertahun 1. Seiring dengan kondisi tersebut, permintaan masyarakat terhadap kebutuhan sumber gizi protein hewani seperti daging dan susu yang merupakan komoditi hasil peternakan jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian (2008) menyebutkan bahwa populasi sapi perah nasional hanya dapat menghasilkan 0,64 juta ton susu. Produksi tersebut masih jauh dari kebutuhan konsumsi susu nasional sebesar 1,98 juta ton (dengan tingkat konsumsi 7 liter/kapita/tahun). Pembangunan subsektor peternakan khususnya pengembangan usahaternak sapi perah merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan protein hewani. Berdasarkan hasil pendataan sapi potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) 2011 yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia pada tanggal 1-30 Juni 2011, populasi sapi potong mecapai 14,8 juta ekor, sapi perah 0,597 juta ekor dan kerbau 1,3 juta ekor. Hasil perhitungan akhir Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) PSPK 2011 menyatakan rata-rata pertumbuhan 1 http://dds.bps.go.id/download_file/ip_maret_2011.pdf Diakses Pada Tanggal 15 Oktober 2011 1

populasi sapi (sapi potong dan sapi perah) selama 2003 2011 mencapai 5,33 persen per tahun atau rata-rata pertambahan sebesar 0,66 juta ekor setiap tahunnya. Secara regional atau pulau populasi sapi potong terbesar terdapat di Pulau Jawa, tercatat 7,5 juta ekor atau 50,68 persen dari populasi sapi potong nasional dan populasi sapi perah tercatat 0,592 juta ekor atau 99,21 persen dari populasi sapi perah nasional 2. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2010), pembangunan dan penyebaran subsektor peternakan dilihat dari jumlah populasi sapi di Indonesia khususnya provinsi Jawa Barat penyebaranya tidak merata. Populasi sapi perah terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut kemudian Kabupaten Sumedang (Tabel 1). Tabel 1. Populasi Peternakan Sapi Di Jawa Barat Tahun 2010 No. Kabupaten/ Kota Sapi Potong Sapi Perah 1 Bogor 18.068 7.288 2 Sukabumi 16.599 5.052 3 Cianjur 29.263 3.652 4 Bandung 16.658 29.702 5 Garut 12.926 17.302 6 Tasikmalaya 33.548 2.422 7 Ciamis 37.129 721 8 Kuningan 19.624 6.604 9 Cirebon 3.094 122 10 Majalengka 10.365 851 11 Sumedang 29.701 9.295 12 Subang 21.172 1.305 Jawa Barat 327.750 120.475 Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (2010) Kegiatan usahaternak sapi tidak hanya menghasilkan output berupa daging dan susu, tetapi juga menimbulkan eksternalitas negatif dari limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti kotoran (feces), urin, sisa pakan, 2 Kementrian Pertanian-BPS Rilis Hasil Akhir PSPK2011 http://rilis.akhirpspk2011.wartawan.pdf. Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2011 2

serta air dari pembersihan ternak dan kandang yang menimbulkan pencemaran antara lain: pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi peternakan (Muryanto dkk, 2006). Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia. Permasalahan semakin tingginya harga pupuk dan bahan bakar minyak untuk kebutuhan rumah tangga menyebabkan peningkatan pengeluaran masyarakat, terutama yang tinggal di perdesaan, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan sumber-sumber alternatif sehingga produksi pertanian dapat dipertahankan dan kebutuhan bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan meningkatnya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Saat ini pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk dan sumber energi alternatif (biogas) belum dilakukan oleh peternak secara optimal. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka pengembangan usaha peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan menjadi pupuk, biogas, dan pembangkit energi listrik sehingga dapat memberi nilai tambah bagi usaha tersebut. 3

Pemanfaatan limbah ternak menjadi hasil sampingan yang bernilai ekonomi belum seluruhnya dilakukan usahaternak sapi di kawasan Kecamatan Pamulihan, Sumedang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah usahaternak sapi perah yang telah melakukan pengolahan kotoran ternak menjadi hasil sampingan yang bernilai ekonomi (pupuk kompos, biogas, dan sumber energi listrik/usahaternak biogas) dengan usahaternak yang belum melakukan pengolahan limbah (usahaternak non biogas). Perbedaan pengelolaan dan pemanfaatan limbah ternak akan menimbulkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan sekitar yang berbeda di antara kedua usahaternak tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Limbah dari usaha peternakan sapi perah dalam jumlah banyak memiliki potensial sebagai sumberdaya dan juga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (polusi tanah, air, dan udara) yang dapat merugikan masyarakat sekitar. Hal ini terjadi jika limbah tersebut tanpa penanganan dan pengelolaan yang baik, atau limbah langsung dialirkan begitu saja ke sungai atau ditimbun di tempat terbuka. Populasi Sapi di Kabupaten Sumedang (26 kecamatan) mencapai 33.328 ekor, maka setiap hari tersedia 833,35 ton (rata-rata 25 kg kotoran/ekor/hari). Kecamatan Pamulihan merupakan kawasan yang memiliki populasi sebanyak 2.291 ekor sapi potong dan 3.364 sapi perah. Populasi peternakan sapi di kawasan ini paling tinggi diantara 25 kecamatan lainnya di Kabupaten Sumedang. Kecamatan Pamulihan yang terdiri dari 11 desa dengan jumlah kepemilikan 4

ternak bervariasi dimulai dari 2 sapi hingga 12 ekor sapi per peternak 3. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan digester biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik serta tercapainya prinsip zero waste yang merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Berdasarkan observasi langsung, di kawasan Kecamatan Pamulihan, Sumedang terdapat Desa Mandiri Energi (DME) yakni Desa Haurngombong, pengelolaan limbah ternak sapi perah di desa tersebut telah meningkatkan kesejahteraan peternak dari pendapatan dan pengeluaran untuk energi bagi peternak, penghematan pengeluaran energi dan kondisi lingkungan sekitar peternakan yang lebih baik. Pemanfaatan limbah tersebut belum seluruhnya dilakukan oleh peternak di desa tersebut. Kondisi sosial dan lingkungan di sekitar usahaternak biogas terlihat berbeda dengan kondisi di sekitar usahaternak non biogas, sehingga dapat dikaji penyebab hal tersebut dapat terjadi. Oleh karena itu, penelitian mengenai analisis dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan limbah kotoran ternak ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi sesuatu yang bernilai guna secara langsung maupun 3 http://info-sumedang.blogspot.com/2010_06_01_archive.html diakses pada tanggal 25 Desember 2011. 5

tidak langsung serta sebagai pertimbangan kebijakan pemerintah pusat maupun desa serta para stakeholder yang berkaitan dengan pengelolaan limbah peternakan perumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi responden mengenai pemanfaataan limbah kotoran ternak di Desa Haurngombong? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan biogas di Desa Haurngombong? 3. Bagaimanakah dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap tingkat pendapatan peternak dan pengeluaran energi responden di Desa Haurngombong? 4. Bagaimanakah kondisi sosial dan lingkungan responden di sekitar lokasi usahaternak di Desa Haurngombong? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi persepsi responden mengenai pemanfaataan limbah kotoran ternak di Desa Haurngombong. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan peternak dalam pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas di Desa Haurngombong. 3. Membandingkan dampak pemanfaatan limbah kotoran ternak terhadap pendapatan usahaternak biogas dan usahaternak non biogas serta membandingkan dampak pemanfaatan tersebut terhadap pengeluaran energi responden di Desa Haurngombong. 6

4. Membandingkan kondisi sosial dan lingkungan responden di sekitar lokasi usahaternak biogas dan usahaternak non biogas di Desa Haurngombong.. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya: 1. Secara akademik kegiatan penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. 2. Bagi Pemerintah Kota Sumedang, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penyusunan kebijakan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan limbah peternakan. 3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pihakpihak yang terkait dalam pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya dan lingkungan khususnya dalam pengelolaan limbah kotoran ternak pada sektor peternakan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wilayah penelitian hanya meliputi kawasan Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan, Sumedang-Jawa Barat. 2. Objek penelitian adalah Lembaga peternakan yang terkait, pemerintah daerah setempat dan peternak dan masyarakat yang tinggal di kawasan wilayah penelitian sebagai responden. 7

3. Present value biaya dan manfaat pengelolaan limbah kotoran sapi dihitung berdasarkan nilai yang diperoleh dari kuesioner dan data sekunder yang tersedia. 4. Biaya pembangunan Instalasi biogas rumah tangga merupakan dana bantuan (hibah) dari pemerintah. 5. Dampak ekonomi dalam penelitian ini adalah perubahan ekonomi yang dirasakan baik oleh peternak maupun non peternak sebagai dampak dari adaya pemanfaatan limbah ternak sapi perah. Dampak ekonomi tersebut hanya dilihat terhadap perbedaan pendapatan peternak biogas dan non biogas serta dampaknya terhadap pengeluaran energi responden. 6. Dampak sosial dalam penelitian ini adalah hanya melihat perubahan perilaku masyarakat terhadap rutinitas dari kegiatan sebelum dan setelah adanya program pemanfaatan biogas bagi peternak dan pengguna biogas, serta perubahan perilaku masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar energi lainnya seperti: gas elpiji, minyak tanah, dan kayu bakar. Selain itu dampak sosial juga mecakup perubahan kesempatan kerja yag terjadi setelah adanya program pemanfaatan biogas. 7. Dampak terhadap kondisi lingkungan dalam penelitian ini adalah perubahan terhadap kondisi lingkungan yang dirasakan masyarakat Desa Haurngombong akibat pembuangan limbah ternak sebelum dan setelah dimanfaatkan sebagai pupuk dan biogas. 8

1.6 Definisi Operasional Definisi opersional dalam penelitian ini mencakup pengertian dari beberapa istilah yang digunakan, antara lain: 1. Usahaternak biogas merupakan usahaternak yang telah melakukan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi perah menjadi pupuk, biogas, dan energi listrik. 2. Usahaternak non biogas merupakan usahaternak yang belum melakukan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi perah menjadi biogas dan energi listrik, namun pemanfaatan limbah menjadi pupuk telah dilakukan oleh usahaternak non biogas. 3. Rumah tangga pengguna biogas merupakan rumah tangga yang tinggal di sekitar lokasi usahaternak yang memperoleh biogas dari usahaternak biogas untuk memenuhi kebutuhan energi bahan bakar untuk memasak. 4. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pihak-pihak yang memberikan informasi untuk menjawab tujuan penelitian ini yang terdiri dari peternak biogas, peternak non biogas dan rumah tangga pengguna biogas Di Desa Haurngombong. 9