MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA

dokumen-dokumen yang mirip
MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA STKIP PGRI PONTIANAK PADA MATERI LISTRIK STATIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL PADA MATERI HUKUM KIRCHOFF DI SMAN 1 MERANTI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riyanti Dini Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI MISKONSEPSI MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA IKIP PGRI PADA MATERI VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENINGKATAN MINAT DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MENGGUNAKAN METODE INQUIRY KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN IMACULATA NIM F

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENYEDIAAN BACAAN BERBENTUK REFUTATION TEXT UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI PADA MATERI POKOK WUJUD ZAT SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BAWANG TAHUN AJARAN 2009/2010

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

Identifikasi Miskonsepsi Siswa SDN Kemayoran I Bangkalan pada Konsep Cahaya Menggunakan CRI (Certainty Of Response Index)

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI MISKONSESPI SISWA PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG KELAS VIII DI MTsN RUKOH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia, yang dalam Undang-Undang

OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015) ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA TERHADAP KONSEP-KONSEP IPA BIOLOGI SEKOLAH DASAR

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

MISKONSEPSI SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 04 SALATIGA TENTANG GAYA GRAVITASI DAN PEMBELAJARAN REMEDIASINYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES DI SMP

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA TERHADAP KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA DI SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKTAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS V SD KARTIKA XX-1 KOTA MAKASSAR

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE BERBANTUAN WORD SQUARE PADA PERPINDAHAN KALOR DI SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MEDIA LUAS DAERAH ARSIRAN KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN. Oleh:

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

PENERAPAN TALKING STICK UNTUK MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA KELAS III SDN 04 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI JENJANG PENDIDIKAN DASAR MATA PELAJARAN SAINS. 4 Pilar Pendidikan UNESCO

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Di SD. OLEH ERMALINDA Abstrak

Transkripsi:

MISKONSEPSI SISWA KELAS RANGKAP SDN 47 SEKADAU PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA Clara, Stepanus, Haratua Prodi P. Fisika, PMIPA, FKIP Untan Pontianak Email : netta_clara@yahoo.com Abstract: This study aims to describe students' misconceptions class III and IV (Multigrade) SD Negeri 47 Sekadau to material changes in the nature and form of objects. The method used descriptive data collection tool using multiple choice tests and interviews to explore the reasons students. The study involved 29 students as the sample consisted of 14 third graders and 15 fourth graders. Techniques used in the sampling technique is saturated samples. Qualitative analysis of the test results showed an average 58.38% of the 14 third-grade students and an average 54.67% of 15 fourth grade students have misconceptions on the nature of the material and changes form objects. The findings are expected to be used as consideration to choose the appropriate treatment to address misconceptions. Keywords: Misconceptions, duplicate classes, object properties Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan miskonsepsi siswa kelas III dan IV (Kelas Rangkap) SD Negeri 47 Sekadau pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Metode yang digunakan deskriptif dengan alat pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda dan wawancara untuk menggali alasan siswa. Penelitian ini melibatkan 29 siswa sebagai sampel yang terdiri dari 14 siswa kelas III dan 15 siswa kelas IV. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik sampel jenuh. Analisis kualitatif pada hasil tes menunjukkan ratarata 58,38% dari 14 siswa kelas III dan rata-rata 54,67% dari 15 siswa kelas IV memiliki miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Temuan ini diharapkan akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi. Kata kunci : Miskonsepsi, kelas rangkap, sifat-sifat benda M enurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik 1

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting dan dibutuhkan oleh setiap orang baik pendidikan formal maupun non formal. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di pendidikan formal sudah ada pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Karena pelajaran IPA berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari dan sebagai dasar mengungkapkan fenomena alam yang terjadi, konsep-konsep IPA yang diajarkan harus sampai kepada siswa secara menyeluruh agar memperoleh pengetahuan secara lengkap. Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, IPA diajarkan dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berfikir dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan seharihari. Untuk mencapai tujuan tersebut diharapkan siswa dapat memahami konsepkonsep belajar IPA secara benar (Suparno, 2005: 54). Mata pelajaran IPA SD/MI betujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya; 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; 4. Mengembangkanketerampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD, 2007: 13-14). Ruang lingkup Mata Pelajaran IPA SD/MI secara garis besar terinci menjadi empat (4) kelompok yaitu: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas; 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. (Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD, 2007: 14). Keempat kelompok bahan kajian IPA SD/MI tersebut disajikan secara spiral, artinya setiap bahan kajian disajikan di semua tingkat kelas tetapi dengan 2

tingkat kedalaman yang berbeda; semakin tinggi tingkat kelas semakin dalam bahasannya. Sebelum mengikuti pembelajaran di kelas siswa sudah memiliki pemikiran sendiri yang di dapat dari pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan yang dimiliki siswa ada yang sesuai dengan konsep ilmiah dan ada yang tidak sesuai. Hal ini terjadi karena siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Pemikiran atau konsep yang dimiliki siswa disebut dengan konsepsi. Konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah disebut miskonsepsi. Konsep-konsep yang diberikan kepada siswa harus disajikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman yang benar tentang suatu konsep. Menurut Suparno (2005: 2-3) rendahnya hasil belajar IPA siswa juga dapat disebabkan karena pemahaman siswa yang salah tentang suatu konsep IPA (miskonsepsi) dan konsepsi yang telah dimilikinya, yang pada umumnya tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Dalam pelajaran IPA usaha yang dilakukan guru untuk memahami konsepsi siswa merupakan titik awal proses perubahan konseptual siswa. Siswa bukanlah suatu kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulis oleh guru. Biasanya konsepsi yang kurang lengkap atau kurang sempurna dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Miskonsepsi merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar. Miskonsepsi dapat berbentuk konsepsi, kesalahan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Menurut Fowler (dalam Suparno, 2005: 4) miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsepkonsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dalam pembelajaran fisika kumpulan pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan model. Miskonsepsi dapat timbul karena tidak ada kecocokan antara teori, model atau konsep yang benar menurut keilmuan dengan teori, model atau konsep yang secara spontan telah ada pada benak siswa (Prasetyo, 2004: 49). Van den Berg (1991: 10) mengartikan miskonsepsi sebagai konsepsi yang bertentangan dengan konsepsi para fisikawan. Sutrisno menyatakan miskonsepsi adalah konsepsi-konsepsi lain, yang tidak sesuai dengan konsep ilmuwan secara umum. Sementara itu, Brown (dalam Suparno, 2005: 4) menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan penjelasan yang salah dan suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang diterima para ahli. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman dalam menghubungkan suatu konsep dengan konsep yang lain, antara konsep yang baru dan konsep yang sudah ada dalam pikiran siswa sehingga terbentuk konsep yang salah. Salah satu materi IPA adalah perubahan wujud benda, yang mulai diajarkan di jenjang sekolah dasar dan berlanjut hingga ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, penting untuk diketahui apakah siswa telah memahami materi dengan benar atau tidak agar tidak terjadi miskonsepsi berkelanjutan. Dalam penelitian ini, siswa mengalami miskonsepsi jika konsepsi siswa pada materi sifat dan perubahan wujud benda tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan. Miskonsepsi yang 3

dialami siswa ditandai dengan adanya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tentang sifat dan perubahan wujud benda. Kondisi sekolah yang kurang memadai dapat menjadi kendala. Kurangnya tenaga guru, atau ketidakhadiran guru akan mempengaruhi konsep-konsep yang terbentuk dalam diri siswa. Untuk mengatasi keadaan tersebut diperlukan pengelolaan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya perangkapan oleh seorang guru dalam suatu ruangan. Pembelajaran seperti ini biasa disebut sebagai Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). PKR adalah suatu bentuk pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda (Susilowati, 2005 unit 1:4). PKR dilakukan dengan menggabungkan satu atau dua mata pelajaran yang sama atau berbeda yang dilaksanakan dalam satu ruang serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda. Namun murid dari dua kelas bekerja secara sendiri-sendiri diruangan yang sama, masing-masing duduk di sisi ruang kelas yang berlainan dan diajarkan program yang berbeda oleh satu guru. Pengertian pembelajaran kelas rangkap sesungguhnya dimana seseorang guru atau sekelompok guru mengelola kelas, yang terdapat berbagai siswa dari tingkat kelas yang berbeda atau usia yang bervariasi pula dalam satu ruang untuk tujuan yang bermakna bagi siswa. Dalam penelitian ini pembelajaran kelas rangkap yang diteliti adalah dua kelas yang berbeda tingkat, dalam satu ruang kelas, dan diajarkan satu mata pelajaran yang sama, yaitu kelas III dan kelas IV. Salah satu sekolah yang menerapkan PKR adalah SD Negeri 47 Sekadau. Hal ini dilakukan karena sekolah ini hanya memiliki 3 lokal dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak. Untuk lokal pertama dibagi menjadi dua kelas, untuk kelas 1 dan kelas 2 dengan alasan siswa untuk tahun ini lebih banyak. Untuk lokal kedua ditempati kelas 3 dan kelas 4, sedangkan lokal ketiga ditempati oleh kelas 5 dan kelas 6. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang mengajar IPA di kelas III dan IV SD Negeri 47 Sekadau, ulangan harian untuk materi sifat dan perubahan wujud benda menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (nilai rata - rata < 6). Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada materi sifat dan perubahan wujud benda adalah metode ceramah dan tanya jawab. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini diarahkan untuk menggali miskonsepsi siswa kelas III dan IV (kelas rangkap) SD Negeri 47 Sekadau pada materi sifat dan perubahan wujud benda. METODE Bentuk Penelitian Penelitian ini memaparkan miskonsepsi yang dimiliki siswa kelas kelas III dan IV (kelas rangkap) SD Negeri 47 Sekadau pada materi sifat dan perubahan 4

wujud benda. Oleh karena itu, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan bentuk penelitiannya adalah penelitian survei. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya (Nawawi, 2007: 63). Penelitian survei bertujuan untuk menjelaskan satu atau beberapa keadaan dan atau menjelaskan hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lainnya dari peristiwa yang terjadi bukan sebagai hasil perbuatan si peneliti (Azwar, 2003: 51). Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III dan IV (kelas rangkap) SD Negeri 47 Sekadau tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 29 siswa dengan 14 siswa kelas III dan 15 siswa kelas IV. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III dan IV (kelas rangkap) SD Negeri 47 Sekadau yang berjumlah 29 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh, yaitu dengan cara mengambil semua populasi menjadi sampel. Teknik sampel jenuh dipilih karena jumlah populasi yang diteliti tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan untuk dijadikan sampel secara keseluruhan. Teknik dan Alat Pengumpul Data Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengukuran dengan pemberian tes kepada sampel untuk mengungkap miskonsepsi siswa kelas III dan IV (kelas rangkap) SD Negeri 47 Sekadau pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Alat yang digunakan untuk pengumpul data adalah berupa tes. Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk tes tertulis. Nawawi (2007: 134) mengatakan tes tertulis ini dibedakan dalam dua bentuk yaitu tes essay dan tes obyektif. Yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu tes pilihan ganda dan wawancara. Analisis Data Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut : 1. Mengoreksi dan mengolah tiap lembaran jawaban siswa yang sesuai dengan kunci jawaban. 2. Memasukan data ke dalam tabel distribusi hasil. 3. Menganalisis data dan memasukan ke dalam tabel analisis jawaban tiap butir soal. 4. Merekap konsepsi siswa dan memasukannya ke dalam tabel rekapitulasi konsepsi siswa. 5. Untuk mengetahui persentase miskonsepsi siswa dengan menggunakan rumus : HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sesuai tujuan penelitian, maka pemaparan miskonsepsi siswa tentang konsep sifat dan perubahan wujud benda di analisis secara kualitatif. Penelitian ini 5

dilakukan dua tahap, yaitu memberikan tes pilihan ganda pada semua siswa yang dijadikan sampel kemudian mewawancarai siswa. Adapun tujuan dari wawancara untuk mengetahui alasan siswa dalam memilih jawaban tes sehingga dapat dilihat gambaran konsepsi yang dimiliki siswa. Konsepsi siswa kelas III dapat dilihat pada Tabel 1 dan konsepsi siswa kelas IV dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Rekapitulasi Konsepsi Siswa Kelas III Konsep/sub konsep No. Miskonsepsi Soal Jumlah % Sifat-sifat benda padat dan 1 3 21,43 Sifat-sifat benda cair dan 2 11 78,57 Sifat-sifat benda gas dan 3 10 71,43 Perubahan yang terjadi pada 4 7 50 benda akibat pembakaran. Perubahan yang terjadi pada 5 8 57,14 benda akibat pemanasan Perubahan yang terjadi pada benda akibat diletakkan di udara terbuka. 6 5 35,71 Rata-rata Persentase Miskonsepsi 52,38 % Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi miskonsepsi siswa kelas III ditinjau dari tiap konsep. Terlihat bahwa dari 14 siswa kelas III, 52,38 % siswa mengalami miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 6 konsep. Ternyata konsep mengenai sifat-sifat benda cair dan paling banyak mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 78,57 %. Sedangkan untuk konsep mengenai sifat-sifat benda padat dan paling sedikit mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 21,43 %. Tabel 2 Rekapitulasi Konsepsi Siswa Kelas IV Konsep/sub konsep Sifat-sifat benda padat dan Sifat-sifat benda cair dan Sifat-sifat benda gas dan Peristiwa menguap serta No. Soal Pilihan Salah (Miskonsepsi) Jumlah % 1 7 46,67 2 12 80 3 11 73,33 4 7 46,67 6

Peristiwa mencair serta 5 4 26,67 Peristiwa mengembun serta 6 8 53,33 Peristiwa menyublim serta 7 11 73,33 Peristiwa membeku serta 8 7 46,67 Perubahan wujud sementara dan 9 11 73,33 Perubahan wujud tetap dan 10 4 26,67 Rata-rata Persentase Miskonsepsi 54,67 Tabel 2 menunjukkan rekapitulasi miskonsepsi siswa kelas IV ditinjau dari tiap konsep. Terlihat bahwa dari 15 siswa kelas IV, 54,67 % siswa mengalami miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 konsep. Ternyata konsep mengenai sifat-sifat benda cair dan paling banyak mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 80 %. Sedangkan untuk konsep mengenai peristiwa mencair serta dan perubahan wujud tetap serta paling sedikit mengalami miskonsepsi yaitu dengan rata-rata persentase miskonsepsi sebesar 26,67 %. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mencari atau mengungkapkan miskonsepsi siswa kelas III dan IV (Kelas Rangkap) SD Negeri 47 Sekadau pada Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda. Sebanyak 29 siswa turut berpartisipasi dalam penelitian ini. 29 siswa ini terdiri dari 14 siswa kelas III dan 15 siswa kelas IV. Penelitian dimulai dengan memberikan soal kepada siswa kelas III dan IV. Soal yang diberikan terdiri dari 6 soal pilihan ganda untuk siswa kelas III dan 10 soal pilihan ganda untuk siswa kelas IV. Setelah siswa selesai mengerjakan soal kemudian siswa diwawancarai satu persatu untuk mengetahui alasan siswa dalam memilih option jawaban. Dalam wawancara peneliti di bantu oleh seorang guru dengan tujuan efisiensi waktu. Peneliti mewawancarai siswa kelas III dan guru mewawancarai siswa kelas IV. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan kemudian data dianalisis. Dari analisis data dapat dikemukakan bahwa secara umum rata-rata siswa memiliki miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda dalam penelitian ini adalah 58,38 % dari 14 siswa kelas III dan 54,67 % dari 15 siswa kelas IV. Berdasarkan pengamatan peneliti, ada beberapa faktor yang mungkin dapat menjadi penyebab timbulnya miskonsepsi pada siswa yaitu: Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa (Suparno, 2005: 40). Kemampuan siswa membaca. Dari 14 siswa kelas III masih terdapat siswa yang belum lancar membaca, akibatnya siswa mengalami kebingungan dalam mengerjakan soal. 7

Banyak dijumpai siswa memilih jawaban yang betul tetapi mengemukakan alasan yang keliru hal ini dapat ditemukan pada semua item soal. Siswa kelihatan cenderung menebak jawaban atau dapat juga mereka peroleh dari pengalaman sehari-hari karena soal pada penelitian ini bersifat kontekstual. Pada saat menjawab pertanyaan siswa mengkonstruk sendiri penyebab suatu masalah tersebut tanpa merujuk pada literatur. Menurut Katu (1995: 2), siswa sudah memiliki pengetahuan awal yang terbentuk dari hasil interaksi siswa terhadap lingkungan dan orang dewasa disekitar mereka. Minat siswa mempelajari IPA mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Siswa yang tidak berminat belajar IPA akan mengalami kesulitan dalam belajar IPA dan juga cenderung mengalami miskonsepsi. Dalam mempelajari buku teks pun cenderung tidak teliti dan kadang-kadang hanya membaca dengan sambil lalu saja. Akibatnya, konsep IPA yang dipelajari menjadi sulit dan siswa tersebut cenderung mengalami miskonsepsi. Untuk mengatasi hal ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru yaitu membantu siswa untuk meningkatkan motivasi dan minatnya belajar IPA. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan minat belajar siswa, antara lain : a) guru mengajar dengan menggunakan variasi metode pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan senang dengan pembelajaran IPA; b)guru menjelaskan kegunaan IPA dalam kehidupan seharihari, terutama pada kebutuhan hidup siswa; c) guru berinteraksi secara akrab dengan siswa untuk menjadikan siswa menyenangi IPA; d)guru menunjukkan pada siswa bahwa sesungguhnya siswa dapat belajar IPA; dan e) guru lebih bersabar dalam menghadapi siswa terutama yang memiliki kemampuan yang kurang dalam IPA. Kurangnya perhatian beberapa orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa. informasi ini peneliti dapatkan dari kepala sekolah yang menyatakan bahwa memang perhatian orang tua siswa terhadap prestasi anaknya sangat sedikit. Perhatian guru mungkin turut menyumbangkan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Guru IPA mengaku terkadang agak sulit membagi perhatian pada dua kelas secara bersamaan. Pada kegiatan pembelajaran berlangsung siswa kurang memperhatikan guru, ditambah siswa jarang mencatat dan tidak memiliki buku paket. Hal tersebut dapat menyebabkan informasi yang diterima siswa tidak lengkap sehingga mengakibatkan siswa menarik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan timbulnya miskonsepsi siswa (Suparno, 2005: 38). Kemungkinan lain adalah siswa tidak pernah melihat demonstrasi atau melakukan percobaan. Tentu siswa akan mengalami kebingungan saat mengerjakan soal yang didalamnya terdapat ilustrasi dari suatu percobaan dan siswa belum pernah melihat atau melakukan percobaan tersebut. Menanamkan konsep IPA pada siswa Sekolah Dasar dilakukan dengan berbagai aktivitas yang melibatkan siswa secara langsung, misalnya dengan pengamatan, penelitian, dan percobaan terhadap sesuatu. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena siswa hanya mampu menyelesaikan masalah-masalah yang 8

divisualisasikan dan sangat sulit bagi siswa untuk memahami masalah-masalah yang bersifat verbal (Prayitno:1992). Menurut pandangan konstruktivis tentang belajar IPA, keberhasilan belajar anak bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajarnya tetapi juga pada pengetahuan anak dan pengalaman nyata pribadinya (Sanjaya, 2007: 264). Pandangan konstruktivisme, menurut Sanjaya (2007: 255) tentang proses belajar siswa menyatakan bahwa proses belajar siswa dipengaruhi oleh pengetahuan siswa. Artinya belajar bukanlah sekedar menghafal, tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan dari hasil pemberitahuan akan menjadi pengetahuan yang tidak bermakna. Menurut Baldawin (dalam Sanjaya, 2007: 262) mengemukakan bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa kelas III dan IV (kelas rangkap) SD Negeri 47 Sekadau masih memiliki konsepsi yang keliru (miskonsepsi). Dari analisis data dapat dikemukakan bahwa rata-rata 58,38 % dari 14 siswa kelas III dan rata-rata 54,67 % dari 15 siswa kelas IV mengalami miskonsepsi pada materi sifat dan perubahan wujud benda. Saran Penyebab miskonsepsi tidak hanya berasal dari diri siswa itu sendiri. Oleh karena itu, mahasiswa pendidikan Fisika FKIP Untan disarankan dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengungkap penyebab miskonsepsi siswa yang disebabkan oleh guru yang mengajar, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks. DAFTAR RUJUKAN Azwar, Azrul dan Joedo Prihartono. (2003). Metodologi Penelitian. Batam : Binarupa Akara. Depdiknas. (2007). Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD. Jakarta : Depdiknas. Nawawi, Hadari. (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Prasetyo, Zuhdan. 2004. Kapita Selekta Pembelajaran Fisika. Jakarta: Universitas Terbuka. Sanjaya dan Albertus. (2006). Upaya Optimalkan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. 9

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan (cetakan kelima). Bandung : Alfabeta. Suparno, Paul. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta : Gramedia. Susilowati. (2008). Pembelajaran Kelas Rangkap. Tidak diterbitkan. Van den Berg, Euwe. (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. 10