BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin kompetitif. Perusahaan berusaha untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, organisasi maupun dalam sebuah instansi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 388/MP/1960 tanggal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah sumber daya manusia sangat sering dihadapi oleh perusahaan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan dapat terwujud. Suatu perusahaan dapat maju ataupun hancur

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan sebagian besar tenaga kerja manusia, namun masih banyak. sepenuhnya otomatis tersebut yaitu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. produksi akan tetapi lebih sebagai aset perusahaan yang harus dikelola dan. bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kita berada pada abad ke 21, tantangan yang kita hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. agar dapat berkembang. Sehingga perusahaan dapat memperoleh keunggulan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. di kemudian hari akan mengalami perkembangan yang pesat di dalam lingkup

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-07/PJ/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk bahwa hal-hal terpenting diperhatikan dalam pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimaksud adalah orang-orang yang

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR KANWIL DJP DAN KPP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dari perusahaannya Oleh karena itu keberadaan suatu perusahaan yang berbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah, sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha pengusaha yang bergerak dalam bidang perdagangan baik usaha baru

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut yaitu untuk meningkatkan kinerja karyawan.

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. faktor kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. Sumber daya manusia

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia sebaik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya untuk bereaksi secara sukarela dan positif terhadap sasaransasaran

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam sebuah perusahaan, yang dapat mendorong perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang dimana lebih dekat dan berhubungan langsung dengan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi yang selalu berkembang merupakan keinginan semua orang.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Satu hal yang penting yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dukungan dari pegawai yang kompeten dan terampil. maka kemungkinan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. penggerak utama dari seluruh kegiatan atau aktifitas dalam mencapai tujuan sekaligus untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh motivasi dan disiplin

BAB I PENDAHULUAN. pandang manajemen ada beberapa persyaratan agar suatu tujuan perusahan dapat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antara berbagai macam perusahaan retail membuat manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang dapat menjadi landasan untuk penelitian yang sekarang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari sumber daya alam, sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik atau tidak. Disiplin juga merupakan bentuk pengendalian diri bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas suatu perusahaan dalam menapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

BAB I PENDAHULUAN. akan selalu berusaha meningkatkan kinerja karyawan dengan harapan apa yang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013:2). Melalui penelitian,

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat di setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. misi dan tujuan yang telah ditetapkan. Secanggih apapun peralatan dan perangkat

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dan hasil kerja karyawan, maka karyawan diharapkan mampu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perumnas didirikan sebagai solusi pemerintah dalam menyediakan perumahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan di dalam dunia bisnis pada saat ini mengakibatkan persaingan antar perusahaan semakin kompetitif. Perusahaan berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sudah berdiri sebelumnya. Mereka berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan berusaha mendapatkan kepercayaan masyarakat agar dapat bertahan didunia persaingan bisnis. Agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya didunia bisnis global, maka perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan-keunggulan tertentu yang tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya. Badan Usaha Milik Negara menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. BUMN mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kesehatan masyarakat merupakan kunci utama untuk menuju kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya untuk menjamin kesehatan masyarakat, pemerintah mendirikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang merupakan badan hukum public yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menjamin kesehatan seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Secara 1

2 kelembagaan BPJS Kesehatan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Ini merupakan bentuk transformasi dari PT. Askes Persero, dan dalam tanggung jawabnya sebagai pelaksana amanat Undang-Undang, tanggung jawab BPJS Kesehatan cukup berat, selain tanggung jawab sosial yang menjadi roh utama, lembaga ini juga harus menjalankan beberapa tugas lain, agar keberlangsungan dan profesionalitas tetap terjaga diantaranya melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta, memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta dan memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada masyarakat. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan efektivitas operasional, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mendirikan 12 Kantor Divisi Regional dan Kantor Cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembentukan kantor Divisi Regional bertujuan untuk memudahkan akses dan meningkatkan efektivitas rentang kendali operasional wilayah kerja BPJS Kesehatan serta meningkatkan hubungan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan. Berikut adalah daftar Kantor BPJS Divisi Regional yang ada di Indonesia, yaitu: Tabel 1.1 Daftar BPJS Kantor Divisi Regional Nama Kantor Alamat Wilayah Kerja Divisi Regional I Medan NAD dan Sumatera Utara Divisi Regional II Pekan Baru Riau, Kep. Riau, Sumatera Barat dan Jambi Divisi Regional III Plembang Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung

3 Divisi Regional IV Jakarta Selatan DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan Barat Divisi Regional V Bandung Jawa Barat Divisi Regional VI Semarang Jawa Tengah dan DI Yogyakarta Divisi Regional VII Surabaya Jawa Timur Divisi Regional VIII Balikpapan Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah Divisi Regional IX Makassar Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara Divisi Regional X Manado Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah dan Maluku Utara Divisi Regional XI Denpasar Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Divisi Regional XII Jayapura Maluku dan Papua Sumber: www.bpjs-kesehatan.go.id (diolah) Kantor Divisi Regional mempunyai tanggung jawab untuk melakukan pengawasan, pembinaan dan evaluasi aktivitas kantor cabang serta melakukan sosialisasi terkait dengan jaminan kesehatan BPJS kepada masyarakat yang menjadi wilayah kerjanya. Apabila pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan sosialisasi yang dilakukan oleh Kantor Divisi Regional dilakukan dengan baik, tentu kegiatan dikantor cabang akan berjalan dengan lancar sehingga mampu melayani masyarakat dengan sangat baik. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan target peserta BPJS terbanyak di Indonesia, target peserta di provinsi Jawa Barat sebanyak 46,8 juta jiwa, dan menurut Kepala BPJS Kesehatan Divisi Regional V Jawa Barat, Ibu Jenny Wihartini menyebut, total peserta di wilayahnya sampai saat ini baru mencapai 28

4 juta jiwa (60%), masih jauh dari target yang diharapkan. Target yang diharapkan adalah dalam 2 tahun kedepan, untuk tahun 2018 bisa mencapai 85% dan pada tahun 2019 semua masyarakat Jawa Barat sudah menjadi peserta BPJS. Banyaknya masyarakat Jawa Barat yang belum menjadi peserta, disebabkan karena masih kurangnya sosialisasi dari pihak perusahaan, sehingga membuat masyarakat kurang paham akan program BPJS seperti bagaimana proses pendaftarannya dan apa saja persyaratannya sehingga membuat masyarakat enggan untuk melakukan pendaftaran. Kurangnya sosialisasi dari perusahaan akan menghambat masyarakat untuk dapat melakukan pendaftaran. Menjadi Provinsi dengan peserta terbanyak di Indonesia, tentu pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat dituntut untuk dapat bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan baik sehingga mampu untuk melayani masyarakat dalam hal pemeliharaan kesehatan. Untuk itu agar pelaksanaan sosialisasi berjalan dengan baik dan lancar, tentu dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang mempunyai kualitas dan kuantitas kerja yang baik, dan siap bertanggung jawab pada pekerjaan yang telah dibebankan kepadanya. Untuk dapat mengetahui bagaimana kuantitas kerja, kualitas kerja, dan tanggung jawab pegawai terhadap pekerjaannya dapat dilihat dari kinerjanya. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam mengerjakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Kinerja pegawai yang baik tentu akan berdampak positif kepada perusahaan, sedangkan kinerja yang buruk tentu akan berdampak negative kepada perusahaan. Kemudian penulis melakukan observasi dan wawancara kepada Kepala Bagian SDM dan Umum BPJS Kesehatan Regional V

5 Jawa Barat, untuk mengetahui bagaimana kinerja pegawainya, hasil wawancara diperoleh bahwa sedang terjadi penurunan pencapaian kinerja pegawai yang dapat dilihat berdasarkan hasil pencapaian Indikator Kinerja Utama. Berikut adalah hasil pencapaian kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat yaitu: Tabel 1.2 Hasil Pencapaian Kinerja Pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat Periode 2013-2016 (Dalam %) Triwulan 2013 2014 2015 2016 Target Triwulan I 83 78 73 76 80 II 85 80 81 77 80 III 87 76 80 75 80 IV 82 75 78 72 80 Sumber: Data Sekunder BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 2016 Penilaian kinerja yang digunakan oleh BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat berbentuk Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicator (KPI) yaitu serangkaian indicator kinerja yang terukur dan memberikan informasi mengenai sejauh mana kita telah mencapai target. Indikator Kinerja Utama yang baik menggambarkan jelas dan terukur hasil kerja yang diharapkan. Target yang ditetapkan perusahaan adalah 80%. Penilaian kinerja tersebut dilakukan setiap tiga bulan sekali. Dari tabel 1.2 dapat dilihat pencapaian target kinerja pegawai dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Berdasarkan tabel pencapaian kinerja, terjadi penurunan pencapaian target kinerja dari tahun 2014 sampai dengan 2016, dan pada tahun 2016 tidak ada pegawai yang mampu mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini menyebabkan apa yang diharapkan perusahaan tidak sesuai dengan

6 kenyataan yang terjadi, serta akan menghambat dalam pencapaian tujuan perusahaan. Untuk mengetahui gambaran kinerja pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat, berikut data mengenai dimensi kinerja pegawai yang penulis peroleh dari Kepala Bagian SDM dan Umum: Tabel 1.3 Nilai Rata-Rata Kinerja Pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat No Dimensi Nilai Nilai Ideal 1 Kualitas Kerja 70 80 2 Kuantitas Kerja 68 80 3 Tanggung Jawab 65 80 4 Kerjasama 75 80 5 Inisiatif 67 80 Sumber: Data Sekunder BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 2016 Berdasarkan tabel 1.3 diatas, dapat diketahui nilai dari semua dimensi kinerja pegawai kurang dari nilai ideal yaitu 80, nilai dari dimensi kualitas kerja pegawai masih jauh dibawah nilai ideal yaitu 70, artinya hasil kerja pegawai kurang dari standar yang telah ditentukan, kemudian nilai dari dimensi kuantitas kerja pegawai yaitu 68, artinya jumlah kerja pegawai kurang dari target yang telah ditentukan perusahaan, kemudian nilai dari dimensi tanggung jawab pegawai yaitu 65, artinya pegawai kurang bertanggungjawab atas pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga pegawai tersebut tidak dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu, kemudian nilai dari dimensi kerja sama yaitu 75 hampir mendekati nilai ideal, artinya disini pegawai kompak dan mempunyai tingkat kerja sama yang tinggi dengan pegawai lain dalam mengerjakan pekerjaan, dan yang terakhir nilai

7 dari dimensi inisiatif yaitu 67, artinya masih kurangnya insiatif pegawai untuk mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaannya tanpa menunggu perintah atasan. Berdasarkan fenomena diatas, maka dapat diketahui bahwa kinerja pegawai pada BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat belum optimal, belum mencapai target yang ditentukan dalam Indikator Kinerja Utama yaitu 80%, yang disebabkan masih kurang optimalnya kualitas, kuantitas, tanggung jawab dan inisiatif kerja dari pegawai. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang bermasalah yang dapat mempengaruhi atau memberikan dampak yang buruk terhadap kinerja pegawai. Menurut Siagian (2009), kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kompensasi, lingkungan kerja, budaya organisasi, kepemimpinan, motivasi, disiplin, dan kepuasan kerja dan komunikasi. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pada peningkatan maupun penurunan kinerja pegawai, yang nantinya akan berdampak pada organisasi maupun perusahaan. Penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bagian SDM dan Umum untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang bermasalah yang menyebabkan kinerja pegawai kurang optimal. Hasil wawancara diperoleh bahwa faktor-faktor yang bermasalah yang paling mempengaruhi kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat adalah kurangnya disiplin kerja pegawai dan kurangnya motivasi yang ada dalam diri pegawai untuk dapat bekerja dengan optimal. Hal tersebut memberikan dampak yang negative terhadap kinerja pegawai. Disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku & perbuatan perorangan maupun kelompok untuk patuh dan taat terhadap peraturan, etika, dan norma yang berlaku. Pegawai harus disiplin pada dirinya, tugas-tugasnya, serta menaati peraturan-

Jumlah 8 peraturan yang berlaku. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:194), kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Untuk melihat kondisi Disiplin kerja pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat, berikut adalah jumlah ketidakhadiran pegawai yang penulis peroleh dari bagian SDM dan Umum yaitu: 50 40 30 20 10 0 32 36 39 20 2013 2014 2015 2016 Tahun Sumber: Data Sekunder BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat Gambar 1.1 Jumlah Ketidakhadiran Pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat Periode 2013-2016 Berdasarkan gambar l.1 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat ketidakhadiran pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat, setiap tahun mengalami peningkatan, dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Hal ini tentu sangat memberikan dampak buruk pada kinerja pegawai, yang menyebabkan target kinerja pegawai belum mencapai optimal. Kemudian penulis juga melakukan penelitian pra survei dengan membagikan kuesioner kepada 15 pegawai secara acak sebagai sampel untuk memperoleh gambaran mengenai disiplin kerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat, dan hasilnya dapat dilihat di Tabel 1.4 sebagai berikut:

9 Tabel 1.4 Hasil Pra Survei Disiplin Kerja Pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat No Dimensi Jumlah Skor Rata-Rata 1 Taat terhadap aturan waktu 57 3,8 2 3 4 Taat terhadap peraturan perusahaan Taat terhadap aturan perilaku dalam bekerja Taat terhadap aturan lainnya 73 4,8 54 3,6 73 4,8 Skor rata-rata 17 Total Rata-Rata 4,2 Jumlah Responden = 15 Orang Rata-Rata = Skor/Jumlah Responden Total Rata-Rata = Skor rata-rata/jumlah Pertanyaan Sumber: Hasil pengolahan Data Kuesioner Pendahuluan 2017 Berdasarkan Tabel 1.4 yaitu tabel hasil penelitian pra survei variabel disiplin kerja dengan pertanyaan kuesioner tercantum pada lampiran menunjukan bahwa skor dari dimensi taat terhadap aturan waktu dan taat terhadap aturan perilaku dalam bekerja masih jauh dibawah total rata-rata yaitu 4,2. Dilihat dari dimensi taat terhadap aturan waktu, sebagian besar pegawai menjawab tidak selalu taat terhadap aturan waktu, seperti jam masuk kerja, jam istirahat dan jam pulang kerja dengan rata-rata 3,8, kemudian dari dimensi taat terhadap aturan perilaku dalam bekerja, sebagian besar pegawai menjawab bahwa mereka kurang mempunyai tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan, seperti pegawai sering tidak berada diruang kerja ketika jam kerja dengan rata-rata 3,6. Jadi dapat disimpulkan bahwa, kurang taatnya pegawai terhadap waktu dan perilaku dalam

10 bekerja yang menyebabkan pegawai tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat waktu, sehingga pegawai tersebut tidak mampu mencapai target. Pegawai BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat yang melanggar disiplin kerja akan dikenakan hukuman sesuai dengan tingkat pelanggaran disiplin yaitu hukuman disiplin ringan (teguran lisan dan tertulis), hukuman disiplin sedang (penundaan kenaikan gaji dan pangkat serta penurunan pangkat), dan hukuman disiplin berat (pemberhentian dengan tidak hormat) Pegawai yang memiliki disiplin kerja yang tinggi akan melaksanakan tugas atau pekerjaanya dengan tertib, sehingga secara langsung akan memberikan dampak baik pula bagi perusahaan. Disiplin merupakan sebuah titik awal segala kesuksesan dalam rangka mencapai tujuan sebuah perusahaan, disiplin juga merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan. Kesadaran mencerminkan sikap seseorang secara sukarela mentaati semua peraturan, sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Penerapan disiplin dalam suatu organisasi bertujuan agar semua pegawai yang ada dalam perusahaan tersebut dengan sukarela mematuhi serta mentaati setiap tata tertib yang berlaku tanpa ada paksaan. Disiplin kerja dapat mempengaruhi kinerja pegawai, pernyataan ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Ilham Thaief, dkk (2015) dengan judul The Effect of Training, Compensation and Work Discipline Against Employee Job Performance (Studies In The Office of PT. PLN Persero Service Area and Network Malang) hasil penelitian menunjukan bahwa Disiplin kerja secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan di PT.

11 PLN (Persero) APJ Malang, hal ini juga didukung dengan pendapat dari Malayu S.P Hasibuan (2011: 193), Semakin baik disiplin kerja seseorang, maka semakin tinggi kinerja yang dicapai. Disiplin kerja bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai, karena motivasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai pada BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat. Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:141), motivasi berarti dorongan atau menggerakan. Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang mendorong dan menggerakan seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk memotivasi pegawai, pemimpin harus mengetahui motivasi yang diinginkan pegawai. Orang dapat bekerja adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan yang disadari maupun kebutuhan yang tidak disadari, berbentuk materi atau non materi, kebutuhan fisik maupun rohani. Menurut McClelland ada tiga macam kebutuhan manusia, yaitu: 1) Need for Achievement, yaitu kebutuhan untuk berprestasi. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi. 2) Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan yang merugikan orang lain. 3) Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain (David McClleland dalam Anwar Prabu Mangkunegara 2013:97).

12 Untuk mengetahui gambaran Motivasi pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat, maka penulis melakukan penelian pra survei dengan membagikan kuesioner kepada 15 pegawai secara acak sebagai sampel, dan hasilnya dapat dilihat di Tabel 1.5 sebagai berikut: Tabel 1.5 Hasil Pra Survei Motivasi Pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat No Dimensi Jumlah Skor Rata-Rata 1 Motivasi Berprestasi 51 3,4 2 Motivasi Afiliasi 70 4,7 3 Motivasi Kekuasaan 69 4,6 Skor Rata-Rata 12,7 Total Rata-Rata 4,2 Jumlah Responden = 15 Orang Rata-Rata = Skor/Jumlah Responden Total Rata-Rata = Skor rata-rata/jumlah Pertanyaan Sumber: Hasil pengolahan Data Kuesioner Pendahuluan 2017 Berdasarkan Tabel 1.5, yaitu tabel hasil pra survei variabel motivasi kerja dengan pertanyaan kuesioner tercantum pada lampiran untuk dimensi motivasi berprestasi menunjukan rata-rata yang paling rendah yaitu, 3,4 masih jauh dibawah total rata-rata yaitu 4,2, sedangkan untuk dimensi motivasi berafiliasi dan motivasi kekuasaaan menunjukan rata-rata yang hampir mendekati total rata-rata yaitu 4,7 dan 4,6, disini artinya sebagian besar pegawai sangat bersemangat bila pekerjaan dikerjakan dalam tim, karena menurut mereka apabila dikerjakan dalam tim, pekerjaan akan lebih mudah dan lebih cepat selesai kemudian pegawai mempunyai hubungan yang baik antar rekan kerja, dan disini pegawai saling bersaing untuk bisa menjadi orang yang paling berpengaruh didalam kelompok. Sedangkan untuk

13 dimensi motivasi berprestasi sebagian besar pegawai menjawab bahwa mereka dalam mengerjakan pekerjaan tidak selalu mencapai atau melebihi target atau standar yang telah ditetapkan perusahaan yang tercantum dalam Indikator Kinerja Utama, pegawai tidak selalu mengerjakan pekerjaannya dengan lebih baik dari sebelumnya dan kurangnya kreativitas dan inovasi dari pegawai untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien. Jadi dapat dapat dikatakan bahwa pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat lebih membutuhkan motivasi untuk berprestasi di bandingkan dengan motivasi berafiliasi dan motivasi untuk kekuasaaan atau dengan kata lain kurangnya motivasi berprestasi yang ada dalam diri pegawai untuk mencapai target kinerja yang optimal. Motivasi berprestasi menjadi komponen yang sangat berperan dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi adalah suatu dorongan yang timbul dalam upaya seseorang untuk mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki kemungkinan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, motivasi berprestasi karyawan merupakan faktor pendorong yang penting untuk peningkatan kinerja. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Baba (2015) dengan judul Effect Of Remuneration And Achievement Motivation To Be Sar Center Employee Performance Industries Result Plantation Makassar, hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi berprestasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja Pegawai Kantor Pusat Tanaman Industri (BBHIP) Makassar.

14 McClelland (1987) mengemukakan, dari ketiga motivasi dasar tersebut, motivasi berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia kerja. Motivasi berprestasi karyawan dalam bekerja di suatu perusahaan yang baik akan memberikan dampak positif, baik bagi diri individu maupun pihak perusahaan. Disiplin Kerja dan Motivasi Berprestasi sangat penting dalam mencapai kinerja pegawai yang optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hindria Hestisani, dkk (2014) dengan judul Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Buleleng, hasil penelitian menunjukan bahwa Disiplin Kerja dan Motivasi Berprestasi secara parsial mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, hal ini juga didukung pendapat yang dikemukakan oleh Wibowo (2012) dan Hasibuan (2000) menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi dan disiplin kerja maka kinerja pegawai juga akan semakin meningkat. Disiplin kerja harus ditegakkan dalam perusahaan, karena tanpa dukungan disiplin kerja yang baik, maka akan sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu motivasi berprestasi juga sangat penting terutama bagi pegwai itu sendiri dan bagi perusahaan. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dengan melaksanakan penelitian di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat dengan judul Pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat.

15 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu: 1. Disiplin Kerja a. Masih banyak pegawai yang tidak taat terhadap waktu seperti jam masuk kerja dan jam istirahat b. Masih tingginya tingkat ketidakhadiran (absensi) c. Masih banyak pegawai yang tidak taat terhadap aturan perilaku dalam bekerja 2. Motivasi Berprestasi a. Kurangnya inovasi dan kreativitas dari karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya secara efektif dan efisien b. Pegawai tidak selalu mengerjakan pekerjaannya dengan lebih baik dari sebelumnya c. Pegawai dalam mengerjakan pekerjaan tidak selalu mencapai atau melebihi target atau standar yang telah ditetapkan yang tercantum dalam Indikator Kinerja Utama 3. Kinerja a. Kinerja pegawai belum optimal b. Pegawai tidak selalu menyelesaikan setiap pekerjaan lebih cepat dari waktu yang ditentukan c. Masih banyak pegawai yang mempunyai hasil kualitas kerjanya kurang dari standar

16 d. Kurangnya tanggung jawab dari pegawai terhadap pekerjaannya e. Kurangnya inisiatif pegawai untuk bekerja tanpa menunggu perintah dari atasan 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Disiplin Kerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 2. Bagaimana Motivasi Berprestasi karyawan di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 3. Bagaimana Kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 4. Seberapa besar pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi Berprestasi secara parsial dan simultan terhadap Kinerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Disiplin Kerja pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 2. Motivasi Berprestasi Pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 3. Kinerja Pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat

17 4. Seberapa besar pengaruh Disiplin Kerja dan Motivasi Berprestasi secara simultan dan parsial terhadap Kinerja Pegawai di BPJS Kesehatan Regional V Jawa Barat 1.5 Kegunaan Penelitian Penulis memiliki harapan semoga penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian diatas. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara akademis maupun praktis. 1.5.1 Kegunaan Akademis 1 Dalam melakukan penelitian ini, penulis memiliki harapan agar penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis serta menambah ilmu yang telah didapatkan selama melakukan proses perkuliahan. 2 Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai dasar studi untuk perbandingan dan referensi bagi penelitian lain yang sejenis. Dan diharapkan untuk penelitian yang selanjutnya bisa lebih baik dari penelitian yang telah dilakukan. 1.5.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis a. Menambah pengetahuan dan melatih kemampuan dalam menganalisa suatu masalah. b. Dapat mengetahui keterampilan seperti apa yang dimiliki pegawai didalam organisasi.

18 c. Dapat memahami bahwa kedisiplinan dalam bekerja sangat berperan penting bagi organisasi. d. Menambah pengalaman yang berharga guna mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. 2. Bagi Organisasi/Instansi Memberi kontribusi dalam pelaksanaan pengembangan dan peningkatan Sumber Daya Manusia yang berdaya saing dan hasil dari penelitian ini diharapkan membantu perusahaan untuk meningkatkan dan menjaga komitmen serta hubungan dengan sesama pegawainya yang efektif sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai perusahaan. 3. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya serta sebagai petimbangan bagi organisasi yang mengalami masalah serupa.