BAB II METODE QIYASIYYAH DAN PEMBELAJARAN QAWA ID NAHWU

dokumen-dokumen yang mirip
KORELASI PENGUASAAN KOSA KATA BAHASA ARAB DENGAN KEMAMPUAN BERPIDATO BAHASA ARAB MAHASISWA PBA UNISDA LAMONGAN

No Kompetensi Dasar Indikator Materi Pengalaman Belajar Life Skills Penilaian Alokasi waktu. Sumber/ Bahan/Media/Alat 1.

STRUKTUR KEBAHASAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. (A. Suherman)

Dalam Ayat tersebut terdapat fi il mabni majhul yaitu lafadz ا ر س ل ت م, disebut fi il

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KOSA KATA, TATA BAHASA DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS BAHASA ARAB

SILABUS NAHWU 1 AR 105. Dr. Maman Abdurrahman M. Zaka Alfarisi, S. Pd.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Universitas Sumatera Utara

SILABUS NAHWU 2 AR 303. Dr. Maman Abdurrahman, M. Ag. M. Zaka Alfarisi, S. Pd.

AL-NAKIRAH WA AL-MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Penerapan Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) dalam Pembelajaran. Bahasa Arab pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab di STAIN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya bahasa bagi manusia tidak dapat diragukan lagi. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. daya guna serta hasil guna yang relatif cukup tinggi, termasuk didalamnya

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB. Noor Amirudin Universitas Muhammadiyah Gresik. Abstrak

PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MENULIS SKRIPSI MELALUI PENGENALAN MUTA ALLAQ PADA MATA KULIAH INSYA Oleh: Yayan Nurbayan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

BAB V PENUTUP. 1. Model pengembangan indeks al-qur an ini adalah model Prosedural, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Arab adalah bahasa jurnalistik, bahasa penyiaran, bahasa hukum, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia. Pemerintah telah melakukan

استعمال طزيقت انمباشزة ف مهارة انكالو ندرس انهغت انعزبيت ندي انتالميذ ف انصف انثان بمد رست "مفتاح انسالو" انثانىيت بايىماس

BAB II METODE QIRA AH DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA ARAB

ANALISIS AYAT-AYAT KINÂYAH DALAM AL-QURAN DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGAJARAN BALAGHAH. Oleh : Yayan Nurbayan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

SILABUS PEMBELAJARAN

ḥ așalat bitarkībi ba ḍ ihā ma a ba ḍ in min i rābin wa binā`in wa mā yatba uhumā/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Abd al-majid,

INSTRUMEN PENILAIAN MUFRADĀT

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB I PENDAHULUAN. berbudaya dan beragama. Menurut Abd al-majid dalam buku Metodologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jabal Nur (Dosen Jurusan Syariah STAIN Kendari)

DESKRIPSI, SILABUS, DAN SAP BAHASA ARAB DR 422. DR. H. Rahman, M.Pd. Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

TRANSLITERASI, TUJUAN, MANFAAT KELEBIHAN DAN KELEMAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting yang sangat strategis karena memberikan bekal kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN BAHASA ARAB

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Bab II. Mengenal Macam-macam Isim

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) MUTHALA AH 3 AR 505. Drs. Mudzakir AS, M.Pd Drs. H.Mad Ali, MA


ANALISIS DESKRIPTIF BUKU AJAR BAHASA ARAB KELAS XI MA KARANGAN KEMENAG. Muchammad Huud Almuafa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa,

KALAM INSYA THALABI DALAM AL-QUR AN SURAT YUNUS (STUDI ANALISIS BALAGHAH) ARTIKEL. Oleh: DAHLIANI RETNO INDAH PURWANTI NIM: I1A213002

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB PERTAMA PENGENALAN. Pembinaan ayat dalam bahasa Arab terdiri daripada tiga bentuk : Jumlat ismiyyat,

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun lebih jauh lagi

BAB I PENDAHULUAN. lancar. Keterampilan membaca memiliki peranan yang sangat penting. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

Pendekatan Komunikatif Dalam Pengajaran Bahasa Arab. (Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor) Abdul Hafidz Zaid. Abstrak

BAB IV ANALISIS PEMANFAATAN TEKNIK MENYANYI DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN KOSAKATA BAHASA ARAB SISWA MIS KERTIJAYAN BUARAN PEKALONGAN

PENGGUNAAN METODE GRAMATIKA-TERJEMAHAN DAN AUDIO-LINGUAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Oleh: Asnah. Key Word: Metode, Pembelajaran, Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. bunyi, kosakata, tata tulisan, maupun yang bersifat non linguistik, yaitu. menyangkut sosio-kultural atau sosial budaya.

BAB I PENDAHULUAN. cara mengajar sehingga anak didik menjadi mau belajar. 1 Pembelajaran juga

NAZ}ARIYAT AL-WIH}DAH. Muh. Husni Mubarak. Abstrak

40. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

37. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN MATERI FIQIH BAB SALAT DI SDN 2 NGROTO KECAMATAN GUBUG KABUPATEN GROBOGAN

SILABUS. Mata Kuliah : Nahwu 3 Kode Mata Kuliah : AR 508 : 2 (dua)

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kemahiran Berbicara (Mahārah al-kalām) disampaikan dengan berbicara merupakan penggunaan kata-kata yang dipilih

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA (MUFRADĀT) BAHASA ARAB. Oleh Mu at 1

LUGHATUNA QIRAAH - EDISI KELIMA Asri Ibnu Tsani Djali Setting dan Desain Cover Asri Ibnu Tsani Djali

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu bahasa tidak terlepas dari morfologi, sintaksis, dan semantik. Dalam Bahasa

STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari belajar kosakata, karena vocabulary mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENELITIAN FUNDAMENTAL. 4. Objek Penelitian :GAYA BAHASA ALQURAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN.

EFEKTIVITAS ILMU NAHW DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB: Studi Kasus di Mas Simbang Kulon Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan ajar, media yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Salah satu alat komunikasi adalah melalui bahasa. berbicara, pada hakikatnya ia masih juga memakai bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan berbagai pembahasan yng telah dilakukan pada bab-bab

PENERAPAN METODE MIMICRY-MEMORIZATION (MIM-MEM METHOD) DALAM PEMBELAJARAN MUFRADAT DI MTs. ASY-SYAFI IYYAH JATIBARANG BREBES TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

21 BAB II METODE QIYASIYYAH DAN PEMBELAJARAN QAWA ID NAHWU A. Metode Qiyasiyyah 1. Pengertian Metode Qiyasiyyah Menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad bahwa metode qiyasiyyah merupakan metode yang pertama dalam pembelajaran qawa id nahwu, dalam metode ini dimulai dengan memaparkan kaidahkaidah, lalu peserta didik menghafalkannya lalu dilanjutkan dengan memaparkan contoh untuk memperjelas kaidahnya. 1 Inti metode ini menurut Muhbib Abdul Wahab adalah bahwa pembelajaran qawa id dimulai dari penyajian kaidah nahwu atau sharf terlebih dahulu, lalu diikuti dengan contoh-contoh yang dapat memperjelas kaidah yang telah dipelajari. Dalam prosesnya, peserta didik diminta untuk menghafal kaidah, sehingga ketika akan diaplikasikan dalam bentuk penyusunan kalimat, peserta didik dapat membuat analogi dengan kaidah yang sudah dihafalnya. Model pembelajaran dengan metode ini cenderung diarahkan pada penghafalan dan pemahaman terhadap qawa id terlebih dahulu melalui pendefinisian (ta rif) dan prinsip umum, baru ditindak lanjuti dengan pemberian contoh-contoh kalimat (teks) dan diaplikasikan kaidah. Pola berpikir yang 1 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Thariq Ta lim al-lughah al-arabiyyah, (Mesir: Maktabah an-nahdhoh al-misriyah, 1979), hlm 165 21

22 dikembangkan model pembelajaran ini adalah pola berpikir deduktif (dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus atau parsial). Metode qiyasiyyah dalam pembelajaran qawa id terutama nahwu menurut sebagian ahli, dinilai sebagai metode yang sederhana, mudah, cepat dimengerti dan diaplikasikan dalam membaca atau membuat kalimat baru. Akan tetapi, menurut para ahli yang lain bahwa metode qiyasiyyah dalam pembelajaran qawa id nahwu dianggap tidak bermakna dalam pembelajaran qawa id, karena peserta didik hanya diminta untuk menghafal kaidah. 2 Menurut Ahmad Fuad Effendy metode qiyasiyyah atau metode deduktif adalah metode yang dimulai dengan pemberian kaidah yang harus difahami dan dihafalkan, kemudian diberikan contoh-contoh. Setelah itu siswa diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-latihan untuk menerapkan kaidah atau rumus yang telah diberikan. Metode pembelajaran ini lebih disenangi oleh sebagian pembelajar bahasa yang telah dewasa, karena dalam waktu singkat mereka telah dapat mengetahui kaidah-kaidah bahasa, dan dengan daya nalar mereka dapat mengaplikasikan kaidah-kaidah tersebut setiap diperlukan. 3 Metode qiyasiyyah disebut juga dengan metode kaidah lalu contoh yaitu pengajar memulai dengan menyebutkan kaidah, lalu 2 Muhbib Abdul Wahab, Epistimologi dan Metodologi Pembelajaran B. Arab, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), hlm. 177-178 3 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2009), hlm. 106

23 dilanjutkan dengan memberikan contoh yang sesuai dengan kaidah tersebut. Dan kitab pembelajaran yang sesuai dengan metode qiyasiyyah yaitu seperti kitab Alfiyah Ibnu Malik, kitab Jami ad-durus al-lughah al- Arabiyyah karangan Musthafa al-ghalayini dan kitab Jurumiyyah. 2. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Qiyasiyyah Metode qiyasiyyah merupakan metode pembelajaran tradisional dalam pembelajaran qawa id nahwu. Metode ini biasa juga disebut dengan metode deduktif atau analogi, langkah-langkah pembelajaran dengan metode qiyasiyyah contohnya seperti guru memulai pembelajaran nahwu dengan menyebutkan kaidah dari materi mubtada khobar, lalu guru menterjemahkan kaidah tersebut dan meminta peserta didik untuk menghafalkan kaidah tersebut, lalu guru memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan bab mubtada khobar. Adapun langkah-langkah pembelajaran qawa id nahwu dengan metode qiyasiyyah menurut Ahmad Fuad Effendy adalah sebagai berikut : a. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan definisi dasar kaidah, dan kitab terdahulu yang sesuai dengan metode qiyasiyyah yaitu seperti kitab Alfiyah Ibnu Malik dan kitab Jurumiyyah b. Guru memberikan kosa kata dan arti terjemahan dari kaidah tersebut, lalu peserta didik menghafalkannya, setelah itu peserta didik diminta untuk menunjukkan hafalan kaidahnya didepan kelas yang sebelumnya sudah dihafalkan

24 c. Guru meminta peserta didik untuk memahami bacaan dan arti lafadznya d. Guru menjelaskan kesalahan dalam penerjemahan dan memberikan penjelasan qawa id atau tata bahasanya, maksudnya yaitu nahwu, sharf dan balaghahnya e. Guru meminta peserta didik untuk menghafalkan kaidah (nadhom) yang lain dan menjelaskannya dilain waktu f. Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas kepada peserta didik yang berhubungan dengan qawa id. 4 Sedangkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode qiyasiyyah menurut DR. Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, M.A adalah sebagai berikut : a. Guru masuk kelas dan memulai pelajaran dengan mengutarakan tema tertentu b. Guru melanjutkan pelajaran dengan menjelaskan kaidah-kaidah nahwu c. Pelajaran dilanjutkan dengan siswa memahami serta menghafal tentang kaidah-kaidah nahwu d. Kemudian guru mengungkapkan contoh-contoh atau teks yang berkaitan dengan kaidah e. Guru memnerikan kesimpulan-kesimpulan pelajaran 4 Ahmad Fuad Effendy, dkk, Metode dan Teknik Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Program Studi PBA UIN Malang, 2002), hlm. 39

25 f. Setelah dianggap cukup, siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan. 5 Ketika seorang guru menyajikan susunan kalimat baru atau kaidah baru kepada peserta didik, sebaiknya mengikuti langkah-langkah berikut : a. Seorang guru yang mengajarkan jenis kaidah baru hendaklah menuliskannya di papan tulis b. Ketika seorang guru mengajarkan jenis kaidah baru, hendaklah guru tersebut memberikan stress atau tanda khusus pada bagian kalimat yang menjadi titik perhatiannya c. Seorang guru juga harus menjelaskan makna yang terkandung dalam kalimat yang dicontohkannya d. Seorang guru juga harus menjelaskan bentuk susunan kalimat baru tersebut, baik dari segi i rab, bentuk kata, tingkatan dan aspek-aspek lainnya e. Hendaklah guru membandingkan antara susunan kalimat baru dengan susunan kontekstual yang disusun para pembelajar, dan menjelaskan aspek-aspek persamaan dan perbedaan baik dari segi makna maupun bentuk f. Guru memberikan pemantapan dengan menyajikan contoh-contoh baru lainnya untuk mendukung pemahaman para pembelajar tentang susunan, makna dan penggunaannya 5 Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 75

26 g. Guru meminta kepada pembelajar untuk membuat contoh sesuai dengan pola baru yang diberikan h. Guru memberi kesimpulan umum yang berkaitan dengan susunan kaidah baru tersebut. 6 Setelah peserta didik mengetahui pokok kaidah, peserta didik perlu diberi latihan sesuai dengan kaidah tersebut. Melalui langkahlangkah sebagai berikut : a. Guru memperlihatkan beberapa kalimat sempurna, lalu peserta didik diminta untuk menerangkan mana yang berhubungan dengan kaidah yang telah dipelajari b. Guru memperlihatkan kalimat-kalimat yang tidak sempurna, lalu siswa diminta untuk membenarkan kalimat tersebut agar menjadi kalimat yang sempurna c. Guru memberikan kata-kata, lalu siswa diminta untuk menyusun kalimat sempurna dari kata-kata tersebut sesuai dengan kaidah yang telah dipelajari d. Guru meminta siswa untuk membuat kalimat-kalimat sempurna dengan kosa kata bebas sesuai dengan pengetahuannya dan disesuaikan dengan kaidah yang telah dipelajari e. Agar siswa terbiasa, hendaklah guru bisa menggabungkan dengan materi teks yang lain. 7 6 Yayan Nurbayan Yayan Nurbayan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Zein al-bayan, 2008), hlm, 75-76 7 Dedeng Rosyidin, Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Arab, (Pimpinan Pusat Persatuan Islam Bidang Tarbiyah, 2007), hlm. 70

27 3. Kelebihan Metode Qiyasiyyah Dalam setiap metode selalu ada kelebihan dan kekurangan, dan begitu juga dalam metode qiyasiyyah yang kelebihannya adalah sebagai berikut : a. Peserta didik dapat memahami tata bahasa atau qawa id dengan baik b. Peserta didik terbiasa untuk menghafal kaidah dan peserta didik memiliki pengetahuan kosa kata yang banyak c. Peserta didik dapat menterjemahkan pelajarannya d. Peserta didik dapat memahami karakteristik kaidah bahasa dan dapat mengetahui karakteristik bahasa yang lain e. Metode ini penting untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menghafal f. Guru dapat menerapkan metode qiyasiyyah ini untuk bab pembahasan yang luas atau sempit 8 g. Dengan metode qiyasiyyah ini guru dapat menerapkan penilaian 9 h. Untuk memperjelas keterangan atau contoh, tidak akan sempurna kecuali dengan metode qiyasiyyah. 10 8 Ibid 9 Mulyanto Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan dari Sisi Metodologis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 35 10 Sholih Abdul Aziz Abdul Majid, at-tarbiyah wa Thariq at-tadris, (Kairo: Darr at- Tarikh, t.th)

28 4. Kekurangan Metode Qiyasiyyah Para ahli sepakat bahwa metode qiyasiyyah dalam pembelajaran bahasa Arab dan non-arab merupakan sebuah metode yang sulit terutama untuk tingkat dasar dan bukan merupakan metode yang baik untuk anak-anak. Menurut Ahmad Fuad Effendy kelemahan dari metode qiyasiyyah yaitu bahwa pembelajar cenderung hanya menghafalkan kaidah dan kurang terlibat dalam proses pemahamannya. Akibatnya pembelajar kurang mampu menerapkan kaidah dalam praktik berbahasa yang sesungguhnya. 11 Adapun kekurangan metode qiyasiyyah adalah sebagai berikut : a. Metode ini merupakan metode yang banyak belajar bahasa dan bukan untuk mengajarkan keterampilan bahasa b. Metode ini hanya mengajarkan keterampilan membaca dan mengabaikan tiga keterampilan bahasa yang lainnya yaitu keterampilan mendengar, berbicara dan menulis c. Metode ini bukan cara untuk mengajar anak-anak, kecuali untuk mengajarkan buku-buku kuno yang tidak menggunakan bahasa modern d. Istilah yang dipakai untuk peserta didik bukanlah istilah terminologi yang modern 11 Ahmad Fuad Effendy, Op.Cit., hlm. 107

29 e. Siswa tidak dapat mengekspresikan untuk mengembangkan bahasanya. 12 B. Pembelajaran Qawa id Nahwu 1. Pengertian Qawa id Nahwu Bahasa Arab tidak sama dengan bahasa-bahasa lain, dalam bahasa Arab peserta didik akan memahami bahasa Arab dari segi tulisannya terlebih dahulu sebelum tulisannya itu dibacanya. Hal ini dikarenakan tulisan dalam bahasa Arab biasanya tidak diberi syakal (harakat). Sedangkan harakat pada huruf akhir sangatlah menentukan pemahamannya, artinya dan maksudnya. Oleh sebab itu, tata bahasa (qawa id) dalam bahasa Arab atau yang disebut dengan nahwu dan sharf sangatlah penting dalam memahami tulisan berbahasa Arab. 13 Dalam pengajaran bahasa tata bahasa atau juga bisa disebut dengan grammar merupakan unsur bahasa yang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Grammar memiliki pengertian sebagai seperangkat aturan yang dengannya manusia berbicara dan menulis. Sedangkan qawa id merupakan bentuk jamak dari qa idah yang secara bahasa berarti fondasi, dasar, pangkalan, basis, model, pola dasar, formula, aturan dan prinsip. 14 Dalam konteks ini, yang dimaksud qawa id adalah sejumlah aturan dasar dan pola bahasa yang mengatur penggunaan 12 Ibid., hlm. 40 13 Juwairiyah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1992), hlm. 45 14 Hans Wehr, Mu jam al-lughah al- Arabiyyah al-mu ashirah, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1980), hlm. 780

30 suatu bahasa, baik lisan maupun tulisan. Dalam bahasa Arab, qawa id meliputi nahwu (sintaksis) dan sharf (morfologi). 15 Nahwu secara bahasa berarti contoh, merupakan kaidah mengenai penyusunan kalimat dan penjelasan bunyi akhir (i rab) mengenai kata yang berada dalam struktur kalimat serta hubungan satu kalimat dengan lainnya, sehingga ungkapannya tepat dan bermakna. Ilmu nahwu mempelajari hubungan kata-kata dalam kalimat, termasuk posisi kata (mawqi al-i rab) dalam struktur kalimat. 16 Ilmu nahwu menurut Ali Ridho adalah salah satu bagian dari ilmu bahasa Arab yang menunjukkan pengertian tentang kalimat berbahasa Arab dalam hal i rab dan bina. 17 Sedangkan menurut Fuad Ni mah qawa id nahwu yaitu ilmu bahasa Arab yang menjelaskan fungsi dari setiap kata yang terdapat dalam kalimat, dan mengatur setiap akhir kalimat serta bagaimana i rabnya. 18 Dalam definisi tradisional, ilmu nahwu dikesankan sebagai sintaksis yaitu ilmu yang menyusun kalimat sehingga kaidah-kaidahnya mencakup hal lainnya selain i rab dan bina. 19 Ilmu nahwu bukan hanya ilmu yang hanya mempelajari i rab (perubahan akhir kata karena berubahnya fungsi kata tersebut dalam 15 Majdi Wahbah dan Kamil al-muhandis, Mu jam al-mushthalahat al- Arabiyyah fi al- Lughah wa al-adab, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1984), hlm. 298 16 Hasan Ja far al-khalifah, Fushul fi Tadris al-lughah al- Arabiyyah, (Riyadh: Maktabah al-rusyd, 2003), Cet. II, hlm. 341 17 Ali Ridho, Al-Maroji fi al-lughah al- Arabiyah Nahwiha wa Shorfiha, (Beirut: Darr al- Fikr, t.th), hlm. 10 18 Fuad Ni mah, Mulkhisu Qawa id al-lughah al- Arabiyyah, (Beirut: Darr ats-tsaqofah al-islamiyyah, t.th), hlm. 17 19 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 68

31 sebuah kalimat), dan bina yaitu tidak adanya perubahan akhir kata meskipun kata itu berubah-ubah fungsi dalam kalimat. melainkan juga penyusunan kalimat, mencakup al-muthâbaqah (kesesuaian) dan almauqi`iyyah (tata urut kata). Al-muthâbaqah (kesesuaian) yakni seperti kesesuaian mubtada dan khabar, sifat dan mausûf, persesuaian dari segi jenis kelamin yakni mudzakar dan muannats, segi jumlah yakni mufrad, mutsanna dan jama` dan segi ma`rifat dan nakirah. 20 Ilmu nahwu merupakan pedoman bagi pembaca dan penulis. Seorang pembaca atau penulis tidak akan bisa membaca kalimat berbahasa Arab dengan baik kecuali menguasai ilmu nahwu secara sempurna. Dalam pembelajaran nahwu seorang guru juga harus mengetahui bahwa pembelajaran qawa id nahwu bukan hanya tertuju pada tujuan hafalnya kaidah saja, namun qawa id nahwu juga sebagai media dalam pemahaman dan alat untuk memperbaiki pengucapan dan ekspresi. Dalam pembelajaran tata bahasa Arab atau qawa id nahwu terdapat kaidah-kaidah yang terkadang tidak terdapat pada tata bahasa lain, kaidah-kaidah tersebut antara lain : a. Kaidah yang berkaitan dengan gender (Mudzakar atau Muannats) Setiap kata benda atau kata kerja yang digunakan harus sesuai dengan kaidah-kaidah gender ini, bahkan pada sesuatu yang pada 20 Ibid., hlm. 68-69

32 hakikatnya tidak bisa dikategorikan menurut gender, tapi menurut tata bahas Arab harus dikategorikan mudzakar dan muannats. b. Kaidah yang berkaitan dengan jumlah (Mufrod, Mutsanna dan Jama ) Setiap kata benda atau kata kerja yang digunakan harus sesuai dengan kaidah jumlah ini. c. Kaidah yang berkaitan dengan waktu (Madzi, Mudhori, Hal dan Istiqbal) Setiap bentuk kata kerja yang digunakan selalu mengandung waktu pekerjan itu dikerjakan, baik waktu lampau, sedang atau waktu yang akan datang. d. Kaidah yang berkaitan dengan bina atau i rab (Marfu, Mansub, Majrur dan Majzum) Setiap kata benda atau kata kerja yang digunakan dalam bahasa Arab mempunyai bentuk tertentu dan kaidah pembahasannya sesuai dengan posisi atau status dalam kalimat. e. Kaidah yang berkaitan dengan kata ganti (dhomir) Bahasa Arab mempunyai tingkatan kegunaan dhomir yang sangat sering baik kata ganti manusia atau yang lainnya. Para pemakai bahasa Arab baik pasif maupun aktif harus menguasai kaidah-kaidah tersebut diatas secara terpadu dan tepat. Oleh

33 karena itu kaidah-kaidah tersebut diatas sering menjadi kendala tersendiri bagi orang yang belajar tata bahasa Arab. 21 Ilmu nahwu lebih berhak dipelajari, karena kalam Arab tanpa ilmu nahwu tidak akan difahami. (al-imrithi : 3) 2. Tujuan dan Kegunaan Pembelajaran Qawa id Nahwu Tujuan dalam pembelajaran qawa id bahasa Arab, terutama dalam pembelajaran qawa id nahwu merupakan salah satu elemen pendidikan yang sangat penting. Berdasarkan uraian dan keperluan pemahiran (tamhir) peserta didik dalam berbahasa Arab, maka tujuan pembelajaran qawa id terutama nahwu menurut Muhbib Abdul Wahab adalah sebagai berikut : a. Membekali peserta didik dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang memungkinkannya dapat menjaga bahasanya dari kesalahan b. Menumbuh-kembangkan pendidikan intelektual dan membawa mereka berpikir logis dan dapat membedakan antara struktur (tarakib), ungkapan-ungkapan (ibarat), kata dan kalimat c. Membiasakan peserta didik cermat dalam pengamatan, perbandingan, analogi dan penyimpulan (kaidah) dan mengembangkan rasa bahasa dan sastra, karena kajian nahwu didasarkan atas analisis lafadz, ungkapan, uslub, dan pembedaan antara kalimat yang salah dan yang benar 21 Imaduddin Sukamto dan Akhmad Munawari, Tata Bahasa Sistematis; Pendekatan Baru Mempelajari Tata Bahasa Arab, (Yogyakarta: Nuansa Aksara Group, 2000), hlm. X-XI

34 d. Melatih peserta didik agar mampu menirukan dan mencontoh kalimat, uslub, ungkapan dan performa (lisan maupun tulisan) yang salah menurut kaidah, yang baik dan benar e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami apa yang didengar dan yang tertulis f. Membantu peserta didik agar benar dalam membaca, berbicara dan menulis atau mampu menggunakan bahasa arab lisan dan tulisan secara baik dan benar. 22 Sedangkan menurut Sembodo Ardi Widodo bahwa tujuan pembelajaran qawa id atau tata bahasa tidak hanya untuk qawa id itu sendiri, akan tetapi qawa id sebagai alat untuk menyempurnakan kalam, membenarkan susunan kalimat. Oleh karena itu mempelajari qawa id tidak hanya terbatas pada tujuan qawa id itu sendiri. Tujuan pelajaran qawa id itu diantaranya adalah sebagai berikut : a. Membantu peserta didik dalam menyusun kalimat-kalimat yang tepat sehingga terhindar dari kesalahan nahwu b. Melatih peserta didik berfikir dan menemukan perbedaan struktur kata, ungkapan dan kalimat c. Memberikan pengalaman kebahasaan bagi peserta didik dalam menyampaikan berbagai ungkapan dan contoh yang terkait dengan kondisi lingkungan mereka dan dalam menggambarkan cita-cita mereka 22 Muhbib Abdul Wahab, Op.Cit., hlm. 174

35 d. Mensistematiskan pengetahuan peserta didik agar mampu menggunakan secara baik serta memungkinkan peserta didik untuk menganalisis struktur kata dan ungkapan atau pernyataan yang dianggap tidak jelas e. Membantu peserta didik dalam meningkatkan ketajaman kajian terhadap berbagai pola dan kaidah pembentukan kata serta meningkatkan rasa bahasa f. Melatih peserta didik dalam menggunakan kata dan kalimat secara benar serta melatih peserta didik dalam menemukan berbagai kekhasan kalimat g. Membiasakan peserta didik untuk berbahasa dengan benar sehingga mereka tidak terpengaruh dengan bahasa-bahasa pasaran ( amiyah) h. Memberikan bekal kepada peserta didik tentang struktur kata dan kalimat serta melatih peserta didik untuk membedakan antara struktur yang salah dan benar. 23 Menurut M. Abdul Qadir Ahmad ada beberapa tujuan dan faedah belajar ilmu qawa id (nahwu dan sharf), diantaranya sebagai berikut : a. Mencegah ucapan dari kesalahan, menjaga tulisan dari kekeliruan, membiasakan berbahasa dengan benar, ini semua adalah tujuan utama dari tujuan pembelajaran ilmu nahwu b. Membiasakan peserta didik memiliki kekuasaan dalam memperhatikan, cara berfikir yang logis dan teratur 23 Sembodo Ardi Widodo, al- Arabiyah Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa Arab UIN Sunan Kalijaga, 2004), hlm. 33

36 c. Membantu memahami perkataan secara benar dengan mengerti makna dengan tepat dan cepat d. Menajamkan akal, mengasah perasaan, menambah perbendaharaan kosa kata bagi siswa e. Agar siswa memperoleh kemampuan memperagakan kaidah-kaidah nahwu didalam menggunakan kalimat yang berbeda-beda. Maka hasil yang dapat diperoleh dari pembelajaran nahwu adalah siswa semakin mantap dalam mempraktikkan kaidah-kaidah nahwu dalam struktur kalimat yang dipergunakan dalam kehidupan serta bermanfaat untuk memahami kesusasteraan f. Kaidah nahwu itu membuat aturan dasar yang detail dalam penulisan cerita. 24 Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran qawa id adalah mengenalkan dan membiasakan peserta didik menggunakan kaidah-kaidah nahwu dan sharf secara tepat, sehingga terhindar dari kesalahan lisan, kesalahan baca dan kesalahan dalam ekspresi tulisan. Implikasinya adalah peserta didik mampu secara tepat dan cermat menyusun ungkapan dan kalimat dalam bahasa arab, untuk kepentingan komunikasi aktif maupun pasif. 25 Pelajaran qawa id, sebagaimana pelajaran-pelajaran lainnya juga mempunyai kegunaan antara lain : 24 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Op.Cit., hlm. 167-168 25 Muhbib Abdul Wahab, Op.Cit., hlm. 174-175

37 a. Membiasakan peserta didik bercakap-cakap dengan bahasa yang baik dan benar serta jauh dari kesalahan b. Membiasakan peserta didik menulis kata atau kalimat dengan benar dan dengan susunan bahasa yang baik pula c. Menumbuhkan kemampuan untuk teliti dan mendidik kemampuan berpikir secara menyeluruh dengan sistematis d. Mendidik kemampuan kemampuan menarik kesimpulan dengan alasannya. 26 Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir karena adanya kesalahankesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu sesungguhnya nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa mampu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan baik dan benar dalam bentuk tulisan (membaca dan menulis) maupun dalam bentuk ucapan (berbicara). Jadi dalam pembelajarannya siswa tidak cukup dengan menghafal kaidah-kaidah nahwu kemudian selesai, melainkan setelah itu siswa harus mampu menerapkan kaidah-kaidah itu dalam membaca dan menulis teks berbahasa Arab. Dengan kata lain penguasaan kaidah-kaidah nahwu adalah sebagai sarana berbahasa bukan tujuan akhir dari pembelajaran tentang bahasa. 27 26 Abubakar Muhammad, Methode Khusus Pengajaran Bahasa Arab, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm. 27 Bisri Mustofa dan Abdul Hamid, Op.Cit., hlm. 71-72

38 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Qawa id Nahwu Setiap bahasa pasti mempunyai aturan atau kaidahnya sendirisendiri. Qawa id bahasa arab itu muncul bukan bersamaan dengan munculnya bahasa arab itu sendiri, melainkan muncul setelah bahasa Arab digunakan dalam kehidupan sosial. Kemunculan gramatika Arab, tentu saja di latar belakangi oleh adanya lahn (kesalahan berbahasa). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran qawa id harus berorientasi kepada penggunaan bahasa arab itu sendiri, bukan semata-mata belajar dan melafal kaidah, tanpa dibarengi dengan aplikasinya secara nyata. Signifikasi qawa id lebih terlihat pada fungsinya sebagai kriteria dalam penilaian benar tidaknya susunan kalimat, dan dalam waktu yang sama sebagai media untuk menjaga kesalahan berbahasa serta membantu kita memahami teks. Nahwu-sharf disusun tidak lain adalah agar pemakai bahasa arab tidak salah dalam berbicara dan menulis dalam bahasa arab. Karena itu prinsip utama yang harus dijadikan sebagai pijakan dalam pembelajaran qawa id menurut DR. Muhbib Abdul Wahab adalah : a. Nahwu bukan tujuan (ghayah), melainkan washilah (perantara atau media untuk bisa berbicara secara benar, berekspresi secara akurat, memahami pembicaraan dan memahami isi bacaan secara jelas) b. Pembelajaran nahwu harus aplikatif dan fungsional, dan memfasilitasi pengembangan empat keterampilan berbahasa c. Pembelajaran nahwu harus kontekstual

39 d. Membelajarkan makna kalimat harus lebih didahulukan dari pada fungsi i rab e. Pembelajaran nahwu juga harus berlangsung secara gradual (bertahap) f. Menghafal istilah dan kaidah nahwu bukan merupakan prioritas utama, melainkan hanya sekedar sarana memahamkan peserta didik akan kedudukan kata dalam kalimat g. Tidak dianjurkan untuk mengembangkan i rab yang panjang dan tidak fungsional h. Tidak dianjurkan dalam pembelajaran nahwu teori yang bagi peserta didik mungkin sangat abstrak, tidak praktis dan tidak bermanfaat. 28 Prinsip-prinsip umum pengajaran qawa id juga diungkapkan oleh Yayan Nurbayan, prinsip-prinsip tersebut yaitu : a. Seorang guru tidak dilarang mengungkapkan qawa id yang terkandung dalam kalimat-kalimat yang dicontohkannya, dengan syarat guru tersebut harus memperhatikan tingkat kemampuan para pembelajar yang diajarnya. Pada kenyataannya, semakin tinggi tingkat kemampuan anak, semakin besar pula kemungkinan mereka untuk diberi pengetahuan qawa id b. Bagi para pembelajar pemula sebaiknya tidak diberikan dahulu mengenai konsep-konsep nahwu, seperti fa il, maf ul, mubtada dan 28 Muhbib Abdul Wahab, Op.Cit., hlm. 175-177

40 khobar. Akan tetapi ketika peserta didik sudah dianggap mampu maka boleh mengajarkan konsep nahwu tersebut secara bertahap c. Akan sangat bermanfaat seandainya seorang guru membandingkan antara susunan suatu kalimat dengan kalimat lainnya, setelah para pembelajar merasa mantap pada masalah tersebut d. Ketika mengajarkan susunan kalimat baru hendaklah diperhatikan antara makna yang dikandungnya dengan unsur-unsur pembentukannya secara seimbang e. Dalam mengajarkan penyusunan kalimat, hendaklah digunakan dua jenis latihan, yaitu latihan berbicara dan latihan menulis f. Dalam mengajarkan qawa id nahwu hendaklah seorang guru mengulang-ulang pelajaran yang diberikan. 29 29 Yayan Nurbayan, Op.Cit., hlm. 73-75