5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
5. PENUTUP. Universitas Indonesia

Gambaran peran guru..., Dewi Rahmawati, FPsi UI, PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

Gambaran peran guru..., Dewi Rahmawati, FPsi UI, METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. 22 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Anak yang dilahirkan secara sehat baik dalam hal fisik dan psikis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. kebutuhan-kebutuhan partisipan (Santoso & Royanto, 2009). Menurut Denzin & Lincoln

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. (Wawancara dengan Bapak BR, 3 Maret 2008)

4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL

BAB III METODE PENELITIAN. Titik berat dari penelitian yang dilakukan yaitu pada permasalahan kecemasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk menggambarkan locus of control pada pasangan suami isteri yang hamil

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BEBERAPA DEFINISI KOMUNIKASI JADI...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. atas dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

3. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

yang mengetahui penyakitnya (Arbabi, 2014). Sebuah penelitian di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 16% pasien kanker yang memperoleh informasi

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK MULTIPLE DISABILITIES VISUALY IMPAIRMENT (MDVI) SECARA TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

Pertemuan 2 MASALAH PENELITIAN

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

X₁ X₂ X₃ X₄ X₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ O₁ O₂ O₃ O₄ O₅... O₁ O₂ O₃ O₄ O₅ Baselin1 (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan hasil dan kesimpulan dari objek yang sedang diteliti. Melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan analisis data. Secara keseluruhan, keputusan ini melibatkan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

3. METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah atau natural setting (Sugiyono, 2012

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif, dimana penelitian

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang berada di luar individu, manusia tidak secara sederhana

PENDIDIKAN PASIEN & KELUARGA (PPK)

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 1

Program Bimbingan Perkembangan Kompetensi Sosial Bagi Anak Tunanetra

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PELATIHAN KOMUNIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGEMBANGKAN INTERPERSONAL SKILL

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

SEKOLAH UNTUK ANAK AUTISTIK

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Iskandar (2009), penelitian kualitatif digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. akan hal tersebut. Seperti halnya pada mata pelajaran Geografi yang diajarkan di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

Transkripsi:

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ini. Bab penutup ini terdiri dari kesimpulan, diskusi, dan saran dari penelitian 5.1 Kesimpulan Dari ketiga guru yang diwawancara dapat terlihat bahwa mereka menjalankan ketiga peran yang disebutkan oleh Moore (2007), yaitu peran sebagai pengajar, manajer, dan konselor. Pada peran sebagai pengajar, ketiga subjek melakukan tahap-tahap mulai dari perencanaan hingga evaluasi dan juga mempersiapkan pengetahuan selain bahan ajar. Perencanaan yang dilakukan oleh ketiga subjek mencakup bahan ajar, alat bantu mengajar, dan metode pengajaran. Area pada program belajar yang dirancang oleh salah satu subjek berbeda dengan dua subjek lainnya karena rentang usia siswa yang diajarkannya berbeda dari siswa yang diajar oleh subjek-subjek lainnya. Ketika mengajar, ketiga subjek menggunakan metode yang berbeda untuk mengajar siswa di kelasnya. Hal tersebut dilakukan karena ketunaan dari tiap siswa berbeda-beda. Ketiga subjek melakukan evaluasi yang sama, yaitu melakukannya tiap semester serta mencakup evaluasi proses dan hasil. Selain itu, ketiga subjek juga mempersiapkan pengetahuan selain bahan ajar untuk siswanya. Hanya saja, pengetahuannya berbeda antara subjek yang satu dengan yang lain. Dalam menjalankan perannya sebagai pengajar, subjek pertama dan kedua melakukan metode yang berbeda dari metode yang digunakan oleh guru siswa normal. Subjek pertama menggunakan metode mengajar yang sedikit berbeda dari kebanyakan, yaitu dengan strategi pemaksaan. Metode tersebut diterapkan untuk mengajarkan bahasa isyarat. Hasil dari penerapan strategi pemaksaan adalah salah satu siswanya dapat menggunakan bahasa isyarat, walaupun tidak sesuai dengan kamus bahasa isyarat. Akan tetapi, siswa tersebut tetap mengerti fungsi dan arti dari bahasa isyarat yang digunakan. Selain itu, subjek melakukan pengobatan herbal untuk siswa-siswanya. Pengobatan herbal dilakukan untuk menangani epilepsi atau kejang. Subjek kedua juga menerapkan diet glutin pada siswanya untuk menangani masalah hiperaktif. Hasil dari penerapan pengobatan herbal menunjukkan berkurangnya frekuensi 132

133 kambuhnya epilepsi atau kejang. Selain itu, diet glutin juga dapat mengurangi frekuensi flapping (menggerak-gerakkan tangan). Dalam menjalankan peran sebagai manajer, ketiga subjek melakukan pemeliharaan ketertiban kelas, pengelolaan terhadap lingkungan kelas, serta pemberian contoh positif terhadap kegiatan belajar mengajar, sekolah, dan kurikulum. Pemberian contoh sikap positif terhadap sekolah dan kurikulum dilakukan oleh ketiga subjek. Tetapi, untuk pemberian contoh sikap positif terhadap kegiatan belajar mengajar kurang terlihat dari subjek kedua. Untuk menangani masalah emosi pada siswanya, subjek ketiga menerapkan pemberian perlakuan dengan menggunakan sudut individual. Dalam penerapannya, sudut individual digunakan untuk menjauhkan siswa yang sedang emosi dari teman-temannya. Hal tersebut perlu dilakukan agar siswa yang sedang marah tidak mengganggu teman-temannya. Pemberian perlakuan dengan menggunakan sudut individual diberlakukan karena sudut individual letaknya cukup jauh dari meja bersama sehingga akan sulit bagi siswa untuk menjangkau teman-teman dan benda-benda disekitarnya. Pada peran sebagai konselor, ketiga subjek telah mengembangkan sensitivitas interpersonal siswanya dan dapat mengatasi masalah sehari-hari. Pengembangan sensitivitas interpersonal pada siswa dilakukan oleh ketiga subjek dengan cara memperkenalkan lingkungan sekitar dengan memberi penjelasan kepada siswa. Untuk mengatasi masalah sehari-hari, ketiga subjek melakukan observasi pada siswanya pada saat kegiatan belajar mengajar. Dalam berespon terhadap permasalahan yang muncul subjek pertama dan kedua bekerja sama dengan orangtua siswa, sedangkan subjek ketiga dengan menangani emosi siswa. Selain itu, ketiga subjek juga melakukan pendampingan kepada siswa dan orangtua ketika siswa mengalami suatu masalah. Dalam menangani masalah yang terjadi pada siswa, ketiga subjek juga bekerja sama dengan kolega seperti psikolog, dokter, dan pihak sekolah. Ketiga subjek sama-sama melakukan peran sebagai pengajar, manajer, dan konselor, akan tetapi perkembangan yang dicapai oleh siswanya berbeda-beda. Siswa yang diajarkan oleh salah satu subjek telah dapat berkomunikasi dengan bahasa isyarat dari yang sebelumnya tidak bisa berkomunikasi dengan

134 menggunakan kata (verbal atau isyarat). Ada pula subjek yang menangani penyakit siswanya dengan pengobatan herbal sehingga sudah berkurang frekuensi kambuhnya. Pada subjek yang lain, menjalankan perannya untuk mengatasi masalah emosi siswanya. Untuk berkomunikasi dengan siswanya, ketiga subjek menggunakan bahasa isyarat. Hal tersebut dilakukan karena ketiga siswa yang diukur perkembangan kemampuannya memiliki ketunaan yang sama, yaitu tunanetratunarungu. Bentuk komunikasi yang cocok untuk siswa dengan ketunaan berupa tunanetra-tunarungu adalah bahasa isyarat. Bahasa isyarat dilakukan dengan cara menggerakkan tangan siswa sehingga siswa juga dapat mengetahui apa yang sedang diutarakan oleh guru yang bersangkutan. Walaupun menggunakan bahasa isyarat, ketiga subjek juga tetap melafalkan apa yang sedang diutarakan melalui bahasa isyarat. 5.2 Diskusi Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ketiga subjek menjalankan ketiga peran guru menurut Moore (2007). Menurut Moore (2007), secara garis besar, guru menjalankan tiga peran, yaitu sebagai pengajar, manajer, dan konselor. Dalam menjalankan peran-perannya setiap subjek memiliki caranya sendiri. Tidak seluruh peran dijalankan dengan cara yang sama antara satu subjek dengan subjek yang lain. Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah jenis kombinasi ketunaan yang dimiliki partisipan ternyata berkaitan dengan bagaimana metode yang dilakukan oleh guru ke siswa, materi ajar apa yang akan diberikan kepada, dan alat bantu seperti apa yang akan digunakan. Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala memiliki format penulisan program. Oleh karena itu, aspek yang dicantumkan dalam program belajar siswa sama antara guru yang satu dengan yang lain. Aspek yang harus dicantumkan dalam program belajar adalah area pembelajaran, tujuan jangka panjang, tujuan jangka pendek, dan strategi pembelajaran. Meskipun aspek yang harus dicantumkan sama, tetapi isi dari program berbeda untuk setiap siswa.

135 Orangtua juga memberikan pengaruh terhadap proses pembelajaran di sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu subjek bahwa kehadiran orangtua di sela-sela kegiatan belajar mengajar dapat mempengaruhi emosi anaknya dan bahkan siswa lainnya. Siswa yang orangtuanya datang akan menjadi manja dan hal tersebut mengganggu kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat terjadi karena siswa memiliki kelekatan yang lebih dengan orangtuanya dibandingkan dengan guru. Guru hanya berperan sebagai pengganti orangtua (Turner & Helms, 1995). Di Indonesia, kurikulum yang baku untuk siswa dengan ketunaan ganda belum ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa subjek diketahui bahwa Pemerintah Indonesia belum membuat kurikulum yang baku untuk siswa dengan ketunaan ganda. Padahal, untuk mengajar siswa tunaganda tidak dapat menggunakan kurikulum untuk ketunaan-ketunaan lain yang telah ada. Menurut salah satu subjek, hal tersebut tidak memungkinkan karena ketunaan siswa yang lebih dari satu dan beberapa ada yang cukup berat sehingga akan sulit mencapai tujuan dari kurikulum yang sudah ada. Penelitian ini dilakukan pada guru yang mengajar siswa tunaganda-netra. Hal tersebut menjadi kelebihan dari penelitian ini karena penelitian mengenai anak tunaganda-netra masih jarang dilakukan, baik penelitian mengenai peran yang dijalankan oleh guru dari siswa tunaganda-netra maupun penelitian mengenai perkembangan siswa tunaganda-netra. Selain itu, penelitian ini meneliti hal yang literaturnya masih terbatas. Literatur mengenai siswa tunaganda-netra masih terbatas. Pada penelitian ini telah dilakukan triangulasi untuk dapat meningkatkan generalisasi dan kredibilitas penelitian. Triangulasi merupakan upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda, dengan cara berbeda, untuk memperoleh kejelasan mengenai suatu hal tertentu (Poerwandari, 2007). Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti belum dapat memberikan gambaran yang mendalam mengenai peran guru dan perkembangan siswa tunaganda-netra. Hal tersebut dikarenakan pengambilan data hanya dilakukan pada satu waktu. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran mengenai perkembangan kemampuan seseorang diperlukan penelitian secara longitudinal.

136 Selain itu, data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi kurang mendalam. Data yang diperoleh dari observasi tidak mendapatkan seluruh isu yang ditanyakan pada saat wawancara. Hal tersebut disebabkan karena observasi hanya dilakukan satu kali sehingga hanya beberapa isu saja dari wawancara yang dapat terlihat pada saat observasi. Wawancara yang rata-rata hanya dilakukan satu kali juga membuat data yang diperoleh kurang mendalam. Pada saat penelitian berlangsung, Yayasan Pendidikan Dwituna Rawinala baru saja melakukan perputaran atau pergantian guru yang mengajar guru dan siswa yang diajar, sehingga subjek-subjek yang diwawancara baru menangani siswa yang diajarkan saat ini selama hampir dua semester. Rentang waktu pengukuran perkembangan kemampuan siswa dengan waktu wawancara dengan subjek kira-kira selama 4 bulan sehingga ada kemungkinan perkembangan kemampuan yang dimiliki siswa tidak jauh berbeda. 5.3 Saran Saran yang dapat diberikan dapat berupa saran praktis dan saran metodologis. 5.3.1 Saran Metodologis Berdasarkan hasil diskusi yang telah dikemukakan peneliti, berikut beberapa saran metodologis yang dapat diberikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa: Kekurangan penelitian: data yang diperoleh kurang mendalam, dilakukan hanya pada satu waktu, jenis ketunaan siswa yang dipilih kurang beragam, pertanyaan yang diajukan tidak seragam untuk ketiga subjek, 1. Untuk melakukan penelitian yang mengukur perkembangan kemampuan, sebaiknya dilakukan tidak hanya dalam satu waktu, melainkan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Hal tersebut diperlukan untuk melihat perkembangan kemampuan seseorang, apakah mengalami kemajuan atau bahkan kemunduran setelah mendapatkan suatu perlakukan tertentu.

137 2. Ketika mengambil data, baik wawancara maupun observasi, disarankan untuk dilakukan beberapa kali agar mendapatkan data yang kaya dan mendalam. 3. Untuk penggunaan lembar observasi perkembangan kemampuan anak tunaganda, babrapa saran yang dapat peneliti berikan antara lain melakukan pembatasan rentang usia partisipan, memilih partisipan dengan kombinasi ketunaan yang homogen, melakukan pengujian validitas dan reliabilitas serta norma dari aitem-aitem observasi, meningkatkan validitas aitem, dan meningkatkan reliabilitas aitem. 5.3.2 Saran Praktis Dari hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, berikut beberapa saran praktis yang dapat diberikan: 1. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai hasil penelitian ini melalui penyuluhan pada pihak-pihak yang berhubungan dengan perawatan dan pengasuhan anakanak tunaganda-netra agar mereka mengetahui pentingnya peran guru dalam perkembangan kemampuan anak tunanetra-ganda. 2. Para guru perlu meningkatkan kerjasama dengan profesional lain, seperti psikolog atau dokter, agar dapat mengetahui keadaan siswa sehingga dapat merancang materi, alat bantu, dan metode yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. 3. Penting bagi guru untuk mencari informasi mengenai ketunaan atau masalah siswa, baik melalui buku bacaan, surat kabar, atau media lainnya. Hal tersebut diperlukan agar guru memiliki pengetahuan mengenai ketunaan yang dialami oleh siswa. Pengetahuan tersebut juga berguna bagi guru untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi munculnya berbagai hal yang tidak terduga sehubungan dengan kondisi siswa. 4. Pihak orangtua siswa diharapkan bersikap kooperatif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung agar tidak menganggu proses belajar. 5. Guru dan orangtua bekerja sama untuk menjalankan program yang telah dirancang agar dapat berjalan secara konsisten, baik pada saat siswa berada di sekolah maupun di rumah. Kerjasama dapat dilakukan dengan cara guru

138 memberitahukan metode penanganan atau pengajaran kepada siswa dan orangtua melakukannya sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru. Dengan demikian, program dapat terus berjalan secara konsisten. 6. Berbagi informasi dengan orangtua mengenai cara penanganan siswa dengan ketunaan ganda, sesama guru juga diharapkan dapat saling berbagi. Dengan demikian, para guru dapat mengetahui metode yang dilakukan oleh guru lain serta memberikan kritik dan saran sehubungan denga metode yang diterapkan. 7. Selama melakukan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa masyarakat umumnya masih merasa asing dengan istilah tunaganda-netra. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada berbagai pihak untuk membakukan istilah tertentu untuk menyebut siswa dengan ketunaan pada mata yang juga memiliki ketunaan atau masalah lainnya.