BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak memegang peranan utama dalam keberlangsungan negara. Postur

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membiayai pembangunan dan pengeluaran rutin lainnya di

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. relatif terbatas, pada saatnya akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara berkewajiban mendahulukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan komponen penting dalam perekonomian Indonesia. Pajak. penerimaan negara terbesar adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dalam Negeri dan Hibah. Penerimaan Dalam Negeri terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tinggi rendahnya kemauan Wajib Pajak. Bila setiap Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. (APBN) yang menjelaskan besarnya penerimaan perpajakan: Tabel 1.1 Ringkasan APBN, (miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Belanja Negara (APBN), sumber pembiayaannya berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam upaya melakukan

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. peningkatan taraf hidup yang lebih baik untuk perkembangan negara juga

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang ada di Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang didapat dari

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan. akan terlaksana dan target penerimaan pajak akan tercapai.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan bahwa pendapatan negara dari penerimaan sektor perpajakan sebesar Rp1.192,9 triliun atau sekitar 77,98% dari seluruh total pendapatan negara yaitu Rp1.529,7 triliun. Sementara itu, penerimaan negara dari sektor migas sudah tidak bisa diharapkan sebagai sumber penerimaan keuangan yang terus-menerus karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui, sehingga pada suatu waktu akan habis. Perkembangan penerimaan negara dari sektor perpajakan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) Penerimaan Perpajakan Penerimaan Bukan Pajak Hibah Jumlah % Penerimaan Pajak (1) (2) (3) (4) 2+3+4 = (5) 2 5 = (6) 2008 658,7 320,6 2,3 981,6 67,10 % 2009 619,9 227,2 1,7 848,8 73,03 % 2010 723,3 268,9 3,0 995,2 72,68 % 2011 878,7 286,6 4,7 1.170 75,10 % 2012 1.192,9 332,2 4,5 1.529,70 77,98 % Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia 1

Dalam Laporan Evaluasi Penerimaan Pajak diketahui bahwa total penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak terdiri dari Pajak Penghasilan Migas, Pajak Penghasilan non-migas, PPN dan PPnBM, PBB dan BPHTB, dan yang terkahir yaitu Pendapatan Pajak Lainnya. Berdasarkan website www.pajak.go.id, dijelaskan bahwa guna meningkatkan local taxing power pada Kabupaten/Kota, PBB sektor pedesaan dan perkotaan (PBB-P2) dan BPHTB telah dialihkan menjadi pajak daerah. Pemerintah Pusat mengalihkan semua kewenangannya terkait pengelolaan pajak tersebut kepada Pemerintah Kabupaten/Kota. Melihat pentingnya peranan penerimaan pajak dalam penerimaan negara, maka pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak melakukan suatu langkah strategis yaitu melalui kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak guna meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak, yang dimaksud dengan ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Prioritas utama kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak ditujukan untuk menambah jumlah Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sedangkan intensifikasi pajak adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar 2

dalam administrasi DJP, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. Intensifikasi pajak ditempuh melalui peningkatan kepatuhan subjek pajak yang telah ada. Mulai bulan September tahun 2011 lalu, Direktorat Jenderal Pajak melakukan kegiatan Sensus Pajak Nasional (SPN) yang merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. Dalam halaman website www.pajak.go.id, dijelaskan bahwa Sensus Pajak Nasional adalah kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak (orang pribadi atau badan) di seluruh wilayah Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan website www.pajak.go.id, Sensus Pajak Nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk: 1. Perluasan basis pajak. 2. Peningkatan penerimaan pajak. 3. Peningkatan jumlah penerimaan SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan PPh (Pajak Penghasilan). 4. Pemutakhiran data Wajib Pajak. Sasaran Sensus Pajak Nasional adalah bagi mereka yang: 1. Belum ber-npwp, diberikan NPWP. 2. Belum bayar pajak, agar membayar pajak. 3. Belum menyampaikan SPT, agar menyampaikan SPT. 4. Memiliki utang pajak, agar melunasinya. 3

5. Belum optimal membayar pajak, agar membayar pajak sesuai dengan ketentuan. Dengan dilaksanakannya kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak, maka akan berdampak pada bertambahnya jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Semakin banyak jumlah Wajib Pajak terdaftar, semakin banyak pula orang yang akan membayar pajak ke kas negara dan diharapkan akan mampu untuk meningkatkan penerimaan pajak. Hal inilah yang kemudian menjadi indikator keberhasilan dari pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan oleh DJP. Agar sistem pemungutan pajak dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan suatu pengawasan oleh pegawai pajak. Salah satu wujud dari pengawasan tersebut adalah dengan melakukan kegiatan pemeriksaan pajak. Menurut Pasal 1 ayat (25) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak. Sementara itu, Pasal 29 UU KUP menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan 4

Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam hubungannya dengan penerimaan di dalam negeri, pemeriksaan pajak dimaksudkan untuk mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak. Apapun sistem pemungutan pajakan yang diterapkan, penerimaan pajak akan tinggi jika adanya kesadaran dan kepatuhan dalam membayar pajak. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Setiawan (2007). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu: 1. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen berupa ekstensifikasi Wajib Pajak dan pemeriksaan pajak. Setiawan (2007) dalam penelitiannya menggunakan variabel independen berupa ekstensifikasi Wajib Pajak dan surat setoran pajak. 2. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tigaraksa. Sedangkan dalam penelitian terdahulu objek penelitian yang digunakan adalah KPP Pratama Jakarta Palmerah. 3. Penelitian ini menggunakan periode waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan penelitian terdahulu mengambil periode waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. 4. Penelitian ini menguji ekstensifikasi WP dan pemeriksan pajak baik secara parsial maupun simultan terhadap penerimaan pajak. 5

Sedangkan penelitian terdahulu hanya menguji ekstensifikasi WP dan Surat Setoran Pajak terhadap penerimaan pajak secara parsial. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul dari penelitian ini adalah Analisis Pengaruh Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Tigaraksa. B. Batasan Masalah Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa penerimaan pajak dan variabel independen berupa ekstensifikasi Wajib Pajak dan pemeriksaan pajak. Variabel penerimaan pajak dilihat dari jumlah penerimaan pajak untuk semua jenis pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Variabel ekstensifikasi Wajib Pajak dilihat dari jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di KPP. Variabel pemeriksaan pajak dilihat dari jumlah Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang diterbitkan oleh KPP. Data yang digunakan yaitu jumlah penerimaan pajak, jumlah Wajib Pajak terdaftar dan jumlah surat ketetapan pajak yang telah diterbitkan di KPP Pratama Tigaraksa dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstensifikasi Wajib Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak? 2. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak? 6

3. Apakah ekstensifikasi Wajib Pajak dan pemeriksaan pajak secara simultan berpengaruh terhadap penerimaan pajak? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak. 2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak. 3. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan kegiatan pemeriksaan pajak, secara simultan terhadap penerimaan pajak. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dibidang perpajakan terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak di KPP Pratama Tigaraksa. 2. Bagi KPP Pratama Tigaraksa Memberikan masukan kepada Direktorat Jenderal Pajak pada umumnya dan KPP Pratama Tigaraksa pada khususnya dalam 7

menentukan strategi yang efektif untuk meningkatkan jumlah penerimaan pajak. 3. Bagi peneliti selanjutnya Menambah kepustakaan terutama dibidang perpajakan dan menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil topik yang sama. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang sistematis terhadap penelitian ini, maka sistematika penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan yang terakhir sistematika penulisan. BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini berisi tentang kajian pustaka yang berisi teori-teori dan menjadi landasan serta penunjang penelitian ini, serta hipotesis yang merupakan hasil dari kerangka berpikir. 8