KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

PELUANG NUSA TENGGARA TIMUR DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

PERAN PROVINSI DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANGKUMAN HASIL RAKOR PANGAN NASIONAL, FEED INDONESIA FEED THE WORLD II JAKARTA, 26 JULI 2011

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN

STRATEGI UMUM DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG

BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/PRT/M/2014 TENTANG

Peran GIZ SREGIP Untuk Mendukung Pengembangan Sektor Perkebunan

2 merupakan kegiatan utama dalam penggunaan sumber daya air; c. bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya da

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN

2012, No

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT

Tujuan pengembangan wilayah pada tahun adalah mengurangi kesenjangan pembangunan wilayah antara KBI dan KTI

Transformasi Desa Indonesia

2013, No.1531

Prospek Pengembangan KEK di Sulawesi Selatan

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PENANAMAN MODAL

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

- 6 - TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 068 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Koordinasi Pembangunan Infrastruktur Kawasan Strategis

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2015 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

Workshop Sosialisasi Perpres 88 Tahun 2011 Makassar, 31 Oktober 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KAB. MALANG BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Tahun Latar Belakang

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja. Tenaga Pendukung Teknis Analis Hukum Bidang Penataan Ruang

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGUNAN KAWASAN TIMUR INDONESIA YANG BERBASIS SUMBER DAYA DAN KONTRIBUSINYA UNTUK PEMBANGUNAN NASIONAL

Transkripsi:

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF Apakah Rencana Tata Ruang Pulau sudah sesuai dengan koridor ekonomi?, demikian pertanyaan ini diutarakan oleh Menko Perekonomian dalam rapat pleno BKPRN yang membahas 9 rancangan Peraturan Presiden tanggal 25 Januari 2011. Pertanyaan inilah yang menggelitik para pakar penataan ruang, khususnya tim pelaksana di BKPRN. Disini ada 2 (dua) topik yang saling berkaitan dengan pertanyaan tersebut : Apakah koridor ekonomi harus menjadi acuan dari Rencana Tata Ruang? atau sebaliknya Apakah Rencana Tata Ruang yang menjadi acuan bagi pengembangan koridor ekonomi?. Sampai tulisan ini naik cetak, pertanyaan ini belum bisa terjawab dengan tegas. Sebenarnya, esensi dari penataan ruang dalam pembangunan tercantum dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 20, 23, dan 26 yang menjelaskan bahwa RTRWN, RTRW Provinsi, dan/atau RTRW Kabupaten/Kota merupakan pedoman untuk penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi. Dalam hal ini, RTRWN menetapkan kawasan andalan potensi ekonomi dengan fungsi ruang komoditas/sektor unggulan yang secara keseluruhan didukung dengan pengembangan infrastruktur. Sementara investasi dalam hal ini adalah investasi publik maupun investasi swasta. 112 kawasan andalan ekonomi yang berada di pulau dan 47 kawasan andalan ekonomi yang berbasis kelautan dan perikanan telah ditetapkan dalam RTRWN dan/ atau RTR Pulau. Masing-masing kawasan memiliki sektor/komoditas unggulan yang didorong pengembangannya secara sinergis dengan pengembangan pusat-pusat pertumbuhannya masing-masing yang secara hirarkis disebut Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Perspektif pengembangan koridor ekonomi Indonesia, sebagai wujud dari upaya percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia, merupakan upaya penegasan transformasi ekonomi menuju pembangunan ekonomi yang berbasis kewilayahan dengan komoditas unggulannya. Antara satu komoditas dengan komoditas lainnya kemudian bersinergi melalui hubungan/konektivitas antar kawasan. Dalam suatu studi yang dilakukan di lingkungan Menko Perekonomian diungkapkan adanya 6 (enam) koridor ekonomi yang telah teridentifikasi : Koridor Ekonomi Sumatera Banten Utara sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional dengan fokus sektor pada minyak kelapa sawit/cpo, Karet, dan Batubara ; Koridor Ekonomi Jawa sebagai pendorong industri dan jasa nasional dengan fokus sektor pada produk makanan, tekstil dan industri alat angkut ;

Koridor Ekonomi Kalimantan sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil tambang dan lumbung energi nasional dengan fokus sektor pada migas, minyak kelapa sawit, dan batubara ; Koridor Ekonomi Sulawesi Maluku Utara sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan perikanan nasional dengan fokus sektor pada tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan pertambangan nikel ; Koridor Ekonomi Bali Nusa Tenggara sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional dengan fokus sektor pada pariwisata serta pertanian dan peternakan ; dan Koridor Ekonomi Papua Maluku sebagai pengolahan sumber daya alam yang melimpah dan SDM yang sejahtera dengan focus sektor pada pertambangan serta pertanian dan perkebunan. Setelah melakukan metoda superimpose antara Peta RTRWN/ Pulau dengan peta keenam koridor ekonomi di atas, terlihat bahwa kedua peta tersebut kompatibel satu sama lain. RTRWN/ Pulau mengindikasikan keenam koridor ekonomi merupakan wilayah yang memiliki keunggulan dalam hal ketersediaan infrastruktur yang relatif baik bahkan sangat baik, dan keberadaan proses ekonomi produksi komoditas/sektor unggulan yang berdaya saing tinggi. Pada saat yang sama hal ini menegaskan bahwa RTRWN/Pulau telah berhasil menjadi acuan/pedoma,penetapan lokasi dan fungsi ruang investasi yang diwujudkan dengan penetapan koridor ekonomi nasional (lihat Peta I). Di sisi lain, penetapan koridor ekonomi ini merupakan upaya operasionalisasi perwujudan sasaran wilayah prioritas yang ditetapkan dalam RTRWN/Pulau, yaitu Wilayah Pantai Timur Sumatera, Wilayah Banten Utara, Wilayah Pantai Utara Jawa, Wilayah Bali Bagian Selatan, Wilayah Tengah Kepulauan Nusa Tenggara, Wilayah Pulau Kalimantan Bagian Selatan, Wilayah Pulau Sulawesi Bagian Barat, Tenggara dan Utara hingga Wilayah Maluku bagian Utara, serta Wilayah Pulau Maluku, Pulau Papua bagia utara sampai ke Jayapura, kemudian ke Selatan, Wilayah Merauke. Melalui peta-peta tersebut, perdebatan tentang RTRW dan keberadaan 6 (enam) koridor ekonomi menjadi lebih jelas dan memberikan perspektif bersama baik bagi perencana ruang maupun pembangunan wilayah dalam upaya percepatan dan perluasan ekonomi nasional. Hal ini juga mendorong pengembangan wilayah pulau/nasional sehingga dapat menghasilkan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Indonesia.