PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

BAB I PENDAHULUAN. rotan yang terdapat di Dunia, yang terdiri dari 9 genus. Negara berkembang lainnya, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGRISTA : Vol. 4 No.2Juni 2016 : Hal ISSN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

BAB I PENDAHULUAN. negara dan telah terbukti terutama di saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Konsep industri menjelaskan mengenai ruang lingkup industri semua

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. potensi usaha yang terkenal. Potensi usaha masyarakat yang dari Cirebon salah

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi seperti yang disebutkan pada Undang-Undang No.25

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Diversifikasi pangan merupakan program alternatif yang digunakan dalam

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Produk Unggulan dan Kriteria Produk Unggulan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Statistik KATA PENGANTAR

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUDUK, KETENAGAKERJAAN DAN SISTEM PENGUPAHAN

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi lainnya yang berperan meningkatkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

DAMPAK PERTUMBUHAN INDUSTRI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SIDOARJO

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan secara nasional di Indonesia. Selain jumlah yang besar, ketidakmerataan sumber daya manusia serta tingkat pendidikan yang rendah, hal ini juga terlihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja yang masih rendah. Bila dikaitkan lapangan pekerjaan dengan kependudukan di Indonesia, masalahnya adalah semakin tinggi jumlah penduduk Indonesia akan tetapi semakin sempit lapangan pekerjaan yang tercipta. Keberhasilan dari pembangunan ekonomi suatu bangsa bergantung pada sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dilihat dari dua sumber daya tersebut, sumber daya manusia yang paling penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Namun selama ini masih dirasakan bahwa potensi sumber daya manusia tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal, mengingat sebagian besar dari angkatan kerja tingkat keterampilan dan pendidikannya masih rendah. Keadaan tersebut masih besar pengaruhnya terhadap sikap mental tenaga kerja dilingkungan kerjanya yang berakibat rendahnya hasil kerja. Hal ini berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan dan kesejahteraannya. Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi solusi dari masalah tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan. Pelatihan, pendidikan, kursus, dan pemberdayaan pada hakekatnya akan mampu mengungkapkan potensi yang dimiliki setiap individu, sehingga akan mnyumbangkan keberdayaannya terhadap masyarakat sekitar (Sinungan, 2005). Pengembangan sumber daya manusia (Human Resources Development) bertumpu pada dua aspek penting sebagai masukan dalam peningkatan produktivitas yaitu faktor kesehatan (perbaikan gizi) dan faktor pendidikan 1

2 secara umum. Tercapainya kualitas sumber daya manusia yang tinggi tergantung dari pemenuhan masukan (input) terhadap produktivitas dan potensi sumber daya manusia. Peningkatan produktivitas tenaga kerja juga ditentukan oleh komposisi umur dan tingkat pendidikan penduduk suatu negara, akhirnya memegang peranan utama dalam menentukan ukuran besarnya angkatan kerja yang terserap dalam industri-industri pada suatu negara. Kemajuan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari produktivitas kerja penduduknya. Produktivitas itu sendiri harus didukung oleh tingkat investasi dan sumber daya manusia yang memadai (Simanjuntak, 2001). Pembangunan ekonomi selalu diidentikkan dengan beralihnya kegiatan pertanian ke kegiatan non-pertanian. Hal ini berdasarkan pendekatan sektoral, yakni dari sektor pertanian yang berlanjut ke sektor industri. Pengembangan industri di negara berkembang seperti di Indonesia menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi. Untuk menjembatani sektor yang strategis antara sektor pertanian, industri, perdagangan, dan investasi yang didukung oleh pengembangan prasarana ekonomi dan kualitas sumberdaya manusia maka semua tercakup dalam konsep Agroindustri. Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi barang yang mempunyai nilai tambah yang dapat di konsumsi oleh masyarakat. Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari usaha pertanian luas, baik dari pertanian tanaman pangan, maupun non pangan, peternakan maupun perikanan (Kusnandar, dkk. 2010). Pembangunan industri kecil dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat erat sekali kaitannya. Peningkatan kapasitas produksi suatu industri kecil dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia yang digunakan. Pembangunan berdimensi manusia menunjukan keunggulan dibandingkan pembangunan yang menonjol sisi sumber daya alam. Sumber daya manusia menentukan apakah suatu sumber daya dapat berfungsi dengan optimal atau tidak. Pembangunan sumber daya manusia diupayakan melalui investasi manusia, yaitu peningkatan pendidikan dan kemampuan seluruh masyarakat.

3 Pembangunan sumber daya manusia suatu daerah dapat dimulai dengan melihat banyaknya tenaga kerja yang terserap menurut lapangan usaha. Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo menurut lapangan usaha utama dapat dilihat pada tabel dibawah: Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 (Orang) Jenis Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah Pertanian 37.683 10.919 48.602 Pertambangan dan Penggalian 0 675 675 Industri Pengolahan 62.968 63.810 126.778 Listrik, Gas dan Air 590 0 590 Konstruksi 30.486 398 30.884 Perdagangan 47.014 55.754 102.768 Komunikasi Lembaga Keuangan Jasa 10.233 9.240 32.538 1.712 3.537 37.719 11.945 12.777 70.257 Jumlah 230.752 174.524 405.276 Sumber : BPS, Sukoharjo Dalam Angka, 2014 Berdasarkan Tabel 1 tenaga kerja yang terserap paling banyak ada pada sektor industri pengolahan. Terdapat 62.968 tenaga kerja laki-laki dan 63.810 tenaga kerja perempuan dengan jumlah tenaga kerja sebesar 405.276 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memang menjadi tumpuan sebagai penyerap tenaga kerja yang paling banyak di Kabupaten Sukoharjo. Berkembangnya industri akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat. Tidak hanya industri dengan teknologi yang canggih saja, akan tetapi industri dengan skala kecil/rumahan juga akan mampu menyerap lapangan pekerjaan di daerah tersebut. Industrialisasi di pedesaan semakin berkembang pesat, hal ini akan mempengaruhi masyarakat desa dalam memandang masalah ekonomi. Masuknya industri di pedesaan membawa dampak positif yakni masyarakat akan banyak terserap tenaga kerjanya. Penyerapan tenaga kerja ini tidak hanya terjadi pada tenaga kerja laki-laki akan tetapi juga terjadi penyerapan tenaga kerja wanita. Menurut Statistik Daerah Kabupaten Sukoharjo (2014) Industri pengolahan di Kabupaten Sukoharjo tercatat sebanyak 16.852 unit, terdiri dari 97,75% industri dengan skala usaha kecil, 1,63% industri berskala menengah,

4 serta industri yang berskala besar sebanyak 0,62%. Berdasarkan jenis usaha, industri pengolahan di Sukoharjo terdiri dari 41,68% merupakan industri agro dan hasil hutan, 32,41% merupakan industri kimia, logam, mesin, dan elektro dan selebihnya industri tekstil dan aneka sebesar 25,91%. Industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 33,21% pada industri agro dan hasil hutan, 19,42% pada industri kimia, logam, mesin, dan elektro dan 47,36% pada industri tekstil dan aneka. Industri rotan sangat cepat berkembang di daerah Sukoharjo terutama di Desa Trangsan. Industri ini sudah ada sejak tahun 1960-an, sehingga industri rotan di Desa Trangsan sudah lama berdiri. Sejak diumumkam oleh Menteri Penerangan Harmoko pada tahun 1988 Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo ditetapkan sebagai desa sentra kerajinan rotan, nama desa ini pun semakin dikenal. Era kejayaan industri rotan di Desa Trangsan terjadi pada tahun 90-an. 70% warganya menjadi pengusaha rotan yang mendapat orderan dari luar negeri. Hasil dari industri rotan Desa Trangsan sudah mampu diekspor ke luar negeri seperti negara-negara Eropa, Jepang, Korea, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Mesir. Produk yang diekspor diantaranya meja, set kursi makan, set kursi tamu, rak/buffet, penyekat dinding dan sebagainya. Banyaknya industri rotan yang didirikan oleh warga Trangsan membuat terciptanya lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja warga sekitar desa bahkan luar desa. Industri rotan mampu menyerap tenaga kerja, baik dari warga sekitar maupun warga luar daerah. Banyak pandatang yang dari luar daerah datang ke desa Trangsan untuk mencari nafkah dan bekerja sebagai pengrajin rotan. Mereka datang dari luar daerah seperti Wonogiri, Gunung Kidul, Yogyakarta, Blora, Grobogan, Pacitan. Rata-rata mereka yang datang dari luar daerah berusia muda dan berpendidikan rendah. Banyak diantara tenaga kerja yang dari luar daerah akhirnya menikah dengan warga Trangsan dan menetap di desa Trangsan bahkan ada juga yang mampu menjadi pengusaha rotan di desa. Krisis ekonomi yang sempat terjadi di Indonesia pada tahun 1998 menyebabkan banyak pengusaha rotan yang gulung tikar. Setelah

5 itu industri ini mengalami pasang surut. Di awal tahun 2000-2006 tercatat sekitar 500 pengusaha industri rotan. Akan tetapi hingga saat ini hanya tersisa sekitar 190 pengusaha industri rotan. Begitu juga dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di industri rotan yang semakin menurun jumlahnya. Masalah berawal dari bahan baku, ketersediaan tenaga kerja sampai persaingan produk dari luar negeri. Bahan baku rotan saat ini harganya mahal sedang persaingan yang terjadi semakin ketat. Terlebih lagi ketersediaan tenaga kerja pada industri rotan yang semakin sulit diperoleh. Produk rotan dari Indonesia juga mendapat saingan produk rotan dari China, harganya lebih murah jika dibandingkan dengan harga produk rotan dari dalam negeri. Sehingga hanya beberapa pengusaha rotan yang mampu bertahan menjalankan usahanya. Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Industri Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo No. Desa Kecamatan Jumlah Tenaga Kerja 1 Trangsan Gatak 357 2 Luwang Gatak 324 3 Mayang Gatak 5 Jumlah 686 Sumber: Data Primer Menurut Nur Thoriq (2011) dengan adanya pengusaha rotan di Desa Trangsan menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Desa Trangsan. Adapun pengaruh yang ditimbulkan adalah dapat menambah penghasilan atau pendapatan, dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan sehingga laju urbanisasi dapat ditekan. Industri rotan juga mampu menarik masyarakat luar Sukoharjo untuk mencari lapangan pekerjaan di bidang ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya pekerja yang berasal dari luar wilayah Sukoharjo. Industri rotan di Desa Trangsan terdiri dari 90% industri mikro dan kecil dan sisanya industri menengah. Industri rotan di Desa Trangsan memliliki keunikan tersendiri dalam menjalankan usaha. Di sini sudah terdapat klaster bahan baku rotan yang bekerja sama dengan penyuplai bahan baku rotan dan petani rotan dari Sulawesi dan Kalimantan. Dalam proses tahapan pengerjaan, dibagi menjadi beberapa bagian yakni bagian produksi kerangka, bagian anyam

6 kerangka, dan bagian finishing. Bagian produksi kerangka dan anyam antara industri yang satu dengan yang lain bisa berbeda. Misalnya, industri A hanya sebagai industri penyedia jasa bagian produksi kerangka sedang industri B hanya sebagai penyedia jasa bagian anyam kerangka dari industri A. Sehingga walau berbeda produksinya akan tetapi antar industri masih saling bekerjasama. Namun ada juga satu industri rotan menyelesaikan proses secara keseluruhan dari produksinya. Sebagai contoh industri C memproduksi kerangka sekaligus menyediakan jasa anyam dan finishing. Hanya saja tenaga kerja di masing-masing bagian berbeda. Jika dilihat dari jenis produksinya, industri rotan juga memiliki keunikannya yakni jenis produksi antar industri bisa berbeda. Hal ini tergantung pemesanan dari pelanggan dan buyer masing-masing industri rotan. Sehingga jenis produksi yang dihasilkan industri rotan Desa Trangsan ini berbeda-beda. Hasil dari produksi rotan Desa Trangsan diantaranya set kursi tamu, set kursi makan, buffet, penyekat dinding, rak, dan parsel. Set kursi tamu dan set kursi makan ada banyak jenis dan nama yang berbeda tergantung dari modelnya. Karena keterbatasan kondisi di lapangan yang ada peneliti bermaksud untuk meneliti produktivitas tenaga kerja industri rotan di bagian produksi kerangka. Objek yang diteliti adalah kerangka kursi tamu dengan bentuk atau model Bonsun. B. Rumusan Masalah Desa Trangsan merupakan sentra industri rotan sejak tahun 1960-an dan telah banyak menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja lokal maupun tenaga kerja interlokal. Sebelum adanya kebijakan tentang ekspor rotan mentah, industri rotan di Desa Trangsan mencapai puncak kejayaan di tahun 90-an. Namun, setelah adanya kebijakan tentang ekspor rotan mentah industri rotan perlahan-lahan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh bahan baku rotan yang sulit didapatkan dan jika ada harga dari rotan sangat mahal. Apalagi ketersediaan tenaga kerja yang semakin sulit diperoleh, belum lagi persaingan yang terjadi. Para pelaku industri rotan dari Indonesia harus bersaing dengan negara luar. Persaingan didalam bisnis selain dari teknologi, sumber daya

7 manusia berperan penting dalam mempertahankan eksistensinya di dunia bisnis. Dalam setiap kegiatan, seluruh sumber daya mempunyai peran yang menentukan tingkat produktivitas maka perlu diatur dan dikelola. Peningkatan produktivitas hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi beberapa faktor baik itu internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada pada diri individu yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, dan motivasi. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yaitu waktu istirahat, upah, lingkungan sosial serta bentuk organisasi. Jumlah industri rotan mengalami penurunan yang disebabkan oleh masalah bahan baku rotan dan ketersediaan tenaga kerja membuat produksi dari industri rotan mengalami penurunan. Selain itu, industri rotan Indonesia menghadapi persaingan dari luar negeri yakni China dan Taiwan. Selain mendapat saingan dari produk luar, selera konsumen yang yang beralih ke produk berbahan baku plastik juga turut berpengaruh pada daya saing industri rotan. Hal ini tentu saja menuntut para pelaku usaha industri rotan dan tenaga kerja yang terlibat pada industri ini untuk meningkatkan produksi demi memenuhi kebutuhan pasar dan menjaga eksistensi industri rotan di Indonesia maka perlu untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada industri rotan. Pada kenyataannya produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal dan faktor internal. Untuk itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri rotan yaitu pendidikan, umur, lama kerja, jumlah tanggungan keluarga, upah, dan insentif. Beranjak dari masalah tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah tingkat pendidikan, umur, lama kerja, jumlah tanggungan keluarga, upah, dan insentif berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo? 2. Faktor mana yang paling dominan antara pendidikan, umur, lama kerja, jumlah tanggungan keluarga, upah, dan insentif terhadap produktivitas

8 tenaga kerja pada industri rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh pendidikan, umur, lama kerja, tanggungan keluarga, upah dan insentif terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. 2. Mengetahui faktor yang dominan antara pendidikan, umur, lama kerja, jumlah tanggungan keluarga, upah dan insentif terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. D. Kegunaan Penelitian Penelitian Analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri rotan ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut : a. Bagi Peneliti Bagi peneliti kemanfaatan dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. b. Bagi Pemerintah Kabupaten Sukoharjo Bagi pemerintah Kabupaten Sukoharjo penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan dan sebagai bahan pertimbangan tentang kebijakan tentang ketenagakerjaan. c. Bagi Pengusaha Industri Bagi pengusaha industri kegunaan yang mungkin didapatkan adalah memperoleh masukan atau sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik usaha industri rotan dalam menentukan kriteria terkait pengaturan tenaga kerja yang berdasarkan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja

9 d. Bagi Pembaca Bagi pembaca, penelitian ini secara khusus memberi manfaat untuk memperluas wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.