BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

Perancangan Batang Desak Tampang Ganda Yang Ideal Pada Struktur Kayu

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

Sambungan dan Hubungan Konstruksi Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu :

PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU PROFIL TERSUSUN BENTUK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STRUKTUR KAYU. Dosen Pengampu: Drs. DARMONO, M.T.

Oleh : As at Pujianto

PERENCANAAN DIMENSI BATANG

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

batang tunggal yang dipisahkan pada ujung-ujungnya dan yang pada pertengahan

PERENCANAAN BATANG MENAHAN TEGANGAN TEKAN

STUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR

V. PENDIMENSIAN BATANG

BAB III LANDASAN TEORI Klasifikasi Kayu Kayu Bangunan dibagi dalam 3 (tiga) golongan pemakaian yaitu :

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

(trees). Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

STRUKTUR BAJA I. Perhitungan Sambungan Paku Keling

Tegangan Dalam Balok

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

ANALISIS BALOK BERSUSUN DARI KAYU LAPIS DENGAN MENGGUNAKAN PAKU SEBAGAI SHEAR CONNECTOR (EKSPERIMENTAL) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

penelitian ini perlu diketahui tegangan dan kelas kuat kayu teriebih dahulu sebelum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PERATURAN PERENCANAAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

Struktur baja i. Perhitungan Sambungan Paku Keling

1. Sambungan tampang satu 2. Sambungan tampang dua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

PERENCANAAN STRUKTUR UNIT GEDUNG A UNIVERSITAS IKIP VETERAN SEMARANG

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB III LANDASAN TEORI

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

TUGAS MAHASISWA TENTANG

III. TEGANGAN DALAM BALOK

KAJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG BIASA DAN BALOK BETON BERTULANGAN KAYU DAN BAMBU PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

BABII TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi tentang teori dari beberapa sumber buku seperti buku - buku

PENGEMBANGAN ALAT SAMBUNG KONSTRUKSI KAYU

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Gambar 5.1. Proses perancangan

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Kayu merupakan suatu bahan mentah yang didapatkan dari pengolahan pohon pohon yang terdapat di hutan. Kayu dapat menjadi bahan utama pembuatan mebel, bahkan dapat menjadi bahan utama dalam kontruksi suatu bangunan. Kayu merupakan bahan yang serba guna dapat digunakan hampir disegala bidang konstruksi. Dumanauw (1990) menjelaskan bahwa kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Balok kayu merupakan kayu yang telah dipotong dengan ukuran tertentu menyerupai bentuk persegi empat yang memanjang. Pemotongan kayu sehingga membentuk balok dilakukan di tempat pemotongan kayu. Kayu dari pohon didistribusikan ke tempat pemotongan kayu kemudian diolah menjadi balok kayu yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Papan kayu merupakan persegi panjang dari kayu yang dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Biasanya papan memiliki ketebalan yang tipis. Papan kayu tersebut dapat disusun sesuai dengan kemauan menggunakan sambungan seperti paku, lem, dan baut. 2.2 Tingkat Kekuatan dan Tegangan Izin Di Indonesia jarang sekali diuji kuat tarik kayu. Untuk menentukan tingkat keuatan kayu pedoman yang digunakan ialah kuat lentur, kuat tekan, dan berat 6

7 jenis kayu. Berat jenis ini ditentukan pada kadar lengas kayu dalam keadaan kering udara. Tabel 2.1 Tingkat kekuatan Tingkat I II III IV V Kuat Lentur (kg/cm2) 1200 725 500 360 <360 Kuat Desak (kg/cm2) 750 425 300 215 <215 Berat Jenis 0,9 0,6 0,4 0,3 < 0,3 Sumber : Konstruksi Kayu Jilid 1 Untuk keperluan perencanaan suatu konstruksi perlu diketahui tegangan izin bagi setiap macam kayu. Untuk setiap macam./kayu kita bedakan dalam dua mutu, yaitu yang bermutu A dan bermutu B. Kayu yang bermutu A harus memenuhi syarat syarat tertentu, yang dicantumkan dalam P.K.K.I pasal 3. Kayu bermutu B memiliki syarat yang lebih ringan dibandingkan kayu bermutu A. Berikut daftar tegangan izin untuk kayu bermutu A. Tabel 2.2 Tegangan Ijin P.K.K.I Tegangan Izin (kg/cm 2 ) Kelas Kuat I II III IV Jati σ 150 100 75 50 130 σ ds = σ tr 130 85 60 45 110 σ ds 40 25 15 10 30 τ 20 12 8 5 15 Sumber : Konstruksi Kayu Jilid 1 Untuk kayu bermutu B tegangan tegangan izin itu harus dikurangi dengan 25% dari angka dalam Tabel 2.2. Tegangan izin tersebut berlaku untuk konstruksi yang terlindung dan yang menahan beban tetap (permanen). Kayu

8 bermutu A itu tegangan izinnya dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut. σ = 170.g (kg/cm 2 ) (2-1) σ ds = σ tr = 150. g (kg/cm 2 ) (2-2) σ ds = 40. g (kg/cm 2 ) (2-3) τ = 20. g (kg/cm 2 ) (2-4) keterangan: g = berat jenis kayu kering udara (kg/cm 2 ) σ = tegangan ijin lentur σ ds = σ tr = tegangan ijin desak tarik sejajar serat = tegangan ijin desak tegak lurus serat σ ds Sesuai dengan keterangan diatas untuk kayu bermutu B rumus rumus tersebut harus dikalikan dengan faktor 0,75. Tegangan izin untuk suatu konstruksi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting, antara lain keadaan konstruksi, sifat sifat beban, dan kadar lengas kayu. 2.3 Balok Susun Papan Kayu dengan Paku Pada balok kayu dengan tampang berbentuk persegi panjang, hanyalah serat serat tepi atas dan bawah saja dibebani tegangan tegangan besar, sedang serat serat disebelah dalam tegangannya semakin kecil. Bisa diambil kesimpulan bahwa balok kayu semacam itu dinilai tidak hemat. Balok kayu itu akan menjadi lebih hemat apabila tampangnya sedemikian rupa, sehingga bagian terbesar daripada bahan diletakkan sejauh mungkin dari sumbu netral atau momen lembam harus diperbesar. Dalam konstruksi baja misalnya profil I atau profil kanal. Profil semacam inipun dapat kita buat juga dari kayu dengan paku sebagai alat penghubungnya. Maka penggunaan balok susun dengan paku merupakan penyelesaian yang baik.

9 Cara pemakuan ada 2 macam, yaitu pakunya mendatar sehingga terdapat kampuh tegak, atau pakunya tegak sehingga terdapat kampuh mendatar. Tampang berbentuk pipa ataupun profil I akan membuat momen lembam menjadi semakin besar, tetapi hubungan antara bermacam macam bagian yaitu antara badan dan flens sangat riskan akan ketidak sempurnaan. Selain itu, akibat lubang lubang paku, luas tampang akan berkurang. Sehingga dalam perhitungan tegangan dan lendutan harus menggunakan faktor reduksi. Faktor reduksi untuk balok susun dengan kampuh tegak diambil 0,9 dan untuk kampuh mendatar diambil 0,8. Menurut Wiryomartono (1976) pengurangan bahan kayu dengan memilih balok I atau balok dengan tampang berbentuk pipa belum tentu berarti penghematan. Sebab pengurangan bahan kayu itu disertai dengan penambahan tenaga kerja dan pemakaian paku yang banyak. Bentuk dari balok kayu susun dengan sambungan paku sangat beragam dan dapat berubah ubah sesuai dengan perancangnya. Berikut contoh bentuk dari balok kayu susun dengan sambungan paku : Gambar 2.1 Penampang Balok Susun Kayu Bentuk I Kampuh Mendatar

10 Gambar 2.2 Penampang Balok Susun Kayu Kampuh Vertikal 2.3.1 Balok Profil I Kampuh Mendatar dengan Paku Balok dengan bentuk profil I dengan kampuh mendatar seperti pada gambar 2.1, tebal badannya harus sedemikian besarnya sehingga dapat meredam tegangan geser yang timbul dan disamping itu tebal badan profil I tersebut harus melebihi 10d dari paku yang digunakan. Penggunaan paku pada profil I harus memperhatikan jarak pemasangan setiap paku. Bila dari perhitungan menggunakan 1 baris paku, maka jarak pemasangan memanjang antar paku harus melebihi dari 10d dari diameter paku, apabila menggunakan 2 baris paku maka jarak memanjang antar paku harus melebihi 15d diameter paku. Jumlah paku yang diperlukan tidak perlu dihitung, melainkan seperlunya saja asal tidak menyimpang dari peraturan konstruksi paku (Wiryomartono,1979). Tegangan geser maksimum akan timbul dititik perletakan dan besarnya dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

11 Dmax S (2-5) b I 2. Keterangan : S = Momen statis bagian atas atau bawah garis netral b 2 = Lebar badan I = Momen Lembam D max = Gaya lintang perletakan τ = Tegangan geser maksimum Perhitungan jumlah paku yang menghubungkan badan dan sayap didasarkan atas tegangan geser pada kampuh sambungan antara badan dan sayap. Pada kampuh ini tegangan itu lebih kecil daripada tegangan pada garis netral, maka dalam rumus diatas S harus diganti dengan S s, dimana gaya lintang perletakkan dikalikan dengan momen statis menjadi momen static bagian sayap terhadap garis netral. Tetapi tegangan geser itu sendiri, yang dipengaruhi oleh lebar bagian badan, tidak mempunyai arti bagi kekuatan paku. 2.4 Balok Lentur Jika sebuah balok dibebani momen seperti pada gambar 2.3, maka serat serat ditepi atas terdesak dan serat serat ditepi bawah tertarik ( momen positif). Maka diagram tegangan dapat terbentuk sebagai berikut : Gambar 2.3 Pembebanan Balok Lentur

12 Tarik Garis Netral Gambar 2.4 Tegangan Normal Balok Dari ilmu gaya kita ketahui hubungan : Keterangan : = tegangan lentur ijin (kg/cm 2 ) M = Momen Balok (kg.cm) W = Modulus Tampang (cm 3 ) M (2-6) W Apabila besarnya M telah dihitung, sedang untuk kayu tersebut telah diketahui, maka dapat ditentukan ukuran balok tersebut. Umumnya ditetapkan lebih dulu ukuran b, kemudian h ditentukan : Desak W 1 b h 6 2 M (2-7) W n C W (2-8) Keterangan : = tegangan lentur ijin (kg/cm 2 ) M = gaya geser balok (kg.cm) W = Modulus Tampang (cm 3 ) b = lebar tampang (cm) h = tinggi tampang (cm) W = Modulus Tampang (cm 3 ) C = Faktor perlemahan sambungan