BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

dokumen-dokumen yang mirip
HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara yang berdiri berlandaskan Pancasila

UNIVERSALISME DAN RELATIVISME BUDAYA DALAM HAK ASASI MANUSIA

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

BAB 1 PENDAHULUAN. An eye for an eye, and a tooth for a tooth. Jika seseorang menghilangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. bermanfaat bagi seluruh masyarakat merupakan faktor penting yang harus

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Urgensi Pengembangan Indikator HAM

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama...

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan dikatakan sukses apabila kesejahteraan masyarakat

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

BAB II HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA. konstitusi negara adalah pengaturan terkait Hak Asasi Manusia (human right). Negara

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan olehnya dapat di pertanggung jawabkan dihadapan hukum.

HAK ASASI MANUSIA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA MEMPERINGATI ULANG TAHUN ELSAM KE-20

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI III DPR RI DENGAN

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

PANCASILA DAN HAM. Makalah Disusun untuk: Memenuhi tugas akhir Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM

BAB 1 PENDAHULUAN. yang biasa disebut dengaan istilah mengugurkan kandungan. Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEAMANAN NASIONAL KEBEBASAN INFORMASI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju mensyaratkan para pekerja yang cakap, profesional dan terampil.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

PERPU ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF ASAS DAN TEORI HUKUM PIDANA OLEH DR. MUDZAKKIR, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

BAB VI. Penutup. kesimpulan terkait hak kebebasan berpendapat di Indonesia pasca Orde Baru;

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan

C. Konsep HAM dalam UU. No. 39 tahun 1999

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP INDEKS KEMAJUAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1

BAB V PENUTUP. merumuskannya dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

BAB IV PENUTUP. Hasil analisis yang penulis lakukan tehadap novel Namaku Hiroko karya N.H.

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

MODUL 5 PANCASILA DASAR NEGARA DALAM PASAL UUD45 DAN KEBIJAKAN NEGARA

PANCASILA DILIHAT DARI SEGI MODEREN DAN REFORMASI SEKOLAH TINGGI ILMU INFORMASI DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Sejak diumumkannya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Universal Declaration of Human

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Perguruan tinggi layaknya sebuah miniatur negara, mempunyai tatanan

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

RINGKASAN PUTUSAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sudikno dalam bukunya yang berjudul Mengenal Hukum menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut UU No 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka

BAB I PENDAHULUAN. Jürgen Habermas dalam bukunya Faktizitat und Geltung mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA. : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 : Teknik Informatika

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu Negara yang berpaham demokratis, perlindungan Hak

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup

WWe"{48tu. Gema YGA ; Lansiana : Inran & Taqwa : Gemir!{nrang lilerrla I. i. n{s

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Tidak dapat dipungkiri, setelah dianutnya gagasan hak asasi dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), masyarakat internasional sejak saat itu telah memiliki satu standar bersama dalam melakukan hubungan internasional satu sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana masyarakat internasional melakukan interaksi, namun juga memberi dampak yang cukup signifikan dalam segala hal. Salah satu dampaknya mengenai kedudukan hukuman mati yang kini masih menjadi kebijakan nasional beberapa warga internasional. Mencuatnya hak asasi manusia sebagai standarisasi yang diimani mayoritas warga internasional dewasa ini, pada akhirnya semakin menguatkan wacana penghapusan hukuman mati. Seperti yang diungkap Forsythe, bahwa pandangan mengenai hak asasi manusia timbul dari tiga orientasi umum filosofis, yaitu, konservatisme, liberalisme, dan komunalisme. Namun, terlepas dari perdebatan pandangan hak asasi mana yang dianut dunia internasional. Pada hakikatnya, esensi ajaran hak asasi dewasa ini mengacu pada satu kata kunci kemanusiaan. Pengakuan terhadap kata kunci ini adalah pengakuan terhadap norma dasar moral universal yang mendasari norma-norma lain, baik di bidang etika maupun hukum. Implikasi dari pengakuan ini jelas, bahwa prinsip ini mengubah segala ketetapan lama yang sama sekali tidak mementingkan kata kunci hak asasi ini. Terjadi perubahan 120

121 paradigma (shifting paradigm) dalam masyarakat internasional, jika dulunya individu bukan merupakan subjek hukum, kini, karena kata kunci kemanusiaan individu juga telah menjadi subjek hukum internasional. Berkaitan dengan posisi ini, upaya penghapusan hukuman mati pada akhirnya sering ditemui, karena sejalan dengan dinamika hukum internasional yang lagi-lagi penulis katakan telah memberikan posisi yang teramat sangat penting terhadap hak asasi. Tuntutan penghapusan hukuman mati, sebagai sebuah isu telah menjadi sebuah perjuangan tanpa henti dari para aktivis hak asasi manusia. Dalam konteks internasional, Amnesty Internasional merupakan satu contoh organisasi yang paling gigih untuk menghapuskan hukuman ini. Sampai saat ini berdasarkan laporan Amnesty Internasional, penghapusan hukuman mati di dunia telah dilakukan oleh 129 negara yang terbagi ke dalam tiga kategori yakni: 88 negara telah menghapuskan hukuman mati secara menyeluruh, 11 negara menghapuskan secara sebagian dan tetap mempertahankannya terhadap kejahatan-kejahatan tertentu seperti kejahatan di kala perang, dan 30 negara dalam kurun 10 tahun belakangan tidak mempraktekan hukuman mati namun tetap mempertahankannya di dalam sistem pemidanannya. Sedangkan untuk negaranegara yang masih mempraktekan hukuman mati tersisa 68 negara. Pada dasarnya isu sentral dari hukuman mati tidak terlepas dari pernyataan Beccaria dalam bukunya On Crime and Punishment yang mempertanyakan hak negara untuk mencabut nyawa seorang. Hal ini sangat erat kaitannya dengan gagasan hak asasi manusia. Negara dalam perspektif hak asasi manusia diposisikan untuk melindungi hak-hak asasi manusia dan bukan sebaliknya, justru

122 negara yang melakukan pelanggaran hak asasi ini. Gagasan perlindungan hak asasi manusia dari negara terhadap warga negaranya, dikonstruksikan berdasarkan konsep hubungan kontraktual antara negara dengan masyarakatnya di mana penguasa (negara) diberikan kewenangan untuk mengatur serta membatasi hak relatif dari individu anggota masyarakat, namun negara tidak memiliki kewenangan atas hak asasi dari individu masyarakat karena tidak pernah diserahkan oleh masyarakat kepada negara. Oleh karenanya, terdapat hak-hak yang tetap melekat pada individu anggota masyarakat yang berlaku universal dan tidak dapat dikesampingkan dalam keadaan apapun (non-derogable rights) dan negara harus menghormati serta melindunginya. Hak hidup dalam perspektif ini merupakan bagian hak-hak asasi yang tidak diserahkan kepada negara, negara tidak memiliki kewenangan untuk menghilangkan hak tersebut. Namun demikian, di beberapa negara, hak hidup ini menjadi relatif dikarenakan pandangan bahwa negara mencabut hak hidup justru untuk mempertahankan hak-hak asasi anggota masyarakat lainnya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi perlindungan negara terhadap hak warga negara baik yang bersifat relatif maupun asasi, fungsi perlindungan negara secara operasional berlaku ketika ada anggota masyarakat yang melanggar hak anggota masyarakat lainnya. Setiap tindakan yang melanggar hak individu masyarakat akan mendapat pembalasan dari negara, termasuk di dalam pembalasan tersebut ialah hukuman mati. Munculnya hak asasi manusia dalam pentas internasional tentu tidak datang secara tiba-tiba. Hak asasi ini muncul melalui suatu proses yang relatif panjang dan lama. Sekali lagi, terlepas dari falsafah hak asasi mana yang diimani

123 dunia internasional, secara normatif, kedudukan pribadi manusia dengan segala hak-haknya yang paling asasi telah memperoleh pengakuan. Sehingga secara singkat dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia telah mencatat kemenangan historis atas bentuk-bentuk dominasi negara terhadap individu. Hal ini dapat dikatakan sebagai pengaruh awal yang berhasil ditancapkan hak asasi manusai di dalam hubungan internasional. Hak asasi manusia telah memberikan pancaran legitimasi pada kehidupan umat manusia sedemikian rupa, sehingga hukum, undang-undang, dan politik tampak absah ketika semua itu berlandaskan hak-hak asasi. Sekilas mengacu pada fakta ini, ada kemungkinan besar hak asasi manusia akan mampu memberikan pengaruh sehingga dihapuskannya hukuman mati. Apakah demikian adanya? Pada kenyataannya hal tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Indonesia sebagai salah satu contoh dalam hal ini. Indonesia bukan tidak terpengaruh untuk menghapus hukuman matinya disebabkan mencuatnya hak asasi, namun faktor politik, sosial, dan budaya negara ini lebih mengharuskannya melakukan hukuman mati. Perlu diakui sebagai sebuah hak asasi, hak untuk hidup telah memiliki dasar hukum yang kuat dan berlaku di dalam negara Indonesia, namun demikian persoalan hak hidup jika dipersandingkan dalam konteks penghapusan hukuman mati merupakan persoalan yang rumit dan kompleks bagi Indonesia karena lagilagi hukuman mati sangat terkait dengan doktrin politik, sosial, keagamaan dan dimensi budaya Indonesia. Sebagai kesimpulan, penulis berpendapat bahwa pengaruh hak asasi manusia terhadap eksistensi hukuman mati sampai detik ini baru sampai pada

124 tahap kontroversi atau dalam istilah Martha Finnemore sebagai tahap norm cascade di mana negara-negara sebagai penerima pengaruh masih mempertimbangakn babat-bibit-bobot hak asasi. Kemungkinan besar pudarnya hukuman mati (terhapuskannya secara total oleh seluruh dunia) dapat terjadi seiring dengan terus berkembangnya kesadaran sejarah masyarakat internasional untuk memaknai hak asasi sebagai kata kunci yang tidak bisa dilanggar dengan alasan apapun. Sebagai saran, menempatkan hak hidup dalam konteks negara yang belum mau menghapus hukuman matinya (seperti Indonesia), maka tidak harus dipandang secara absolut dengan menyatakan hukuman mati bertentangan dengan hak asasi manusia (hak hidup) internasional dan karenanya harus dihapuskan. Namun harus dikaitkan dengan dimensi politik, sosial, dan budaya masyarakat yang ada. Dalam posisi seperti ini, maka sikap yang dapat diambil adalah dengan menyatakan bahwa hak hidup dapat dicabut oleh negara selama si terhukum mati telah melalui sebuah proses hukum yang adil dan berimbang. Hukuman selayaknya tidak diberikan melebihi kesalahan/kerusakan yang telah diperbuat oleh terhukum. Oleh karenanya, membatasi hukuman mati hanya untuk menghukum kejahatan-kejahatan tertentu yang dianggap luar biasa (extra ordinary crimes), merupakan sebuah pilihan atau jawaban yang agak tepat menanggapi pengaruh hak asasi manusia yang menginternasional untuk saat ini sambil menunggu kesadaran sejarah benar-benar terjadi.. Akhirnya, dapat dikatakan, bahwa pengaruh hak asasi telah membuat dunia internasional kini ramai menanggalkan kebijakan hukuman mati. Akan

125 tetapi pengaruh ini masih sebatas imbauan solidaritas yang tidak memberikan sanksi apa-apa. Jika melihat masih terdapatnya pihak-pihak yang tidak begitu antusias menerima hak asasi manusia sebagai standarisasi mereka dalam menyelesaikan masalah utamanya yang berkaitan dengan hukuman mati, maka menurut hemat penulis membangkitkan kesadaran sejarah untuk mewujudkan penghapusan hukuman mati ini adalah solusi yang untuk saat ini paling rasional untuk dilakukan. Mungkin untuk saat ini, kesadaran sejarah ini belum menyentuh seluruh kontestan internasional, atau mungkin telah menyentuh namun para kontestan ini belum mau memahami kesadaran sejarah akan hak asasi ini karena masih terbentur kendala politik, sosial, dan budaya masing-masing kontestan internasional.