Tren Tinggi Badan Anak Berdasarkan Luasan MMR Orangtua Trend of Children Height According Parents MMR Area

dokumen-dokumen yang mirip
Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

EFEK ENDOGAMI LOKAL TERHADAP TINGGI BADAN ANAK (Studi Deskriptif Kampung Idiot di Desa Karangpatihan Kec. Balong Kab.

Efek Endogami Lokal Terhadap Tinggi Badan Anak di Desa Karangpatihan Kec. Balong Kab. Ponorogo

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Panjang Langkah Berkorelasi Secara Positif dengan Tinggi Badan Manusia

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur


BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

P E N U T U P P E N U T U P

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

KETERLAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SMP MUHAMMADIYAH 8 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

KARAKTERISTIK PERJALANAN MAHASISWA DARI DAN MENUJU KAMPUS UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Kabupaten yang berada di wilayah Jawa dan Bali. Proses pembentukan klaster dari

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

Segmentasi Pasar Penduduk Jawa Timur

BAB 3 METODE PENELITIAN

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

Perkiraan Tinggi Badan Berdasar Panjang Telapak Kaki Pada Populasi Mongoloid Dewasa Di Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

UPAH MINIMUM KABUPATENIKOTA DI JA WA TlMUR TAHUN 2004

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 406 TAHUN 1991 TENTANG

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ABSTRAK. Calvin Kurnia, 2011 Pembimbing I : drg. Susiana, Sp.Ort Pembimbing II: dr. Winsa Husin, M.Sc, M.Kes

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 4 Hasil Penelitian dan Interpretasi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

Kata Pengantar Keberhasilan pembangunan kesehatan tentu saja membutuhkan perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan yang baik membutuhkan data/infor

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

SATKER PELAKSANAAN JALAN WILAYAH II

Universitas Lampung. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

BERITA RESMI STATISTIK

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB 5 HASIL PENELITIAN

EVALUASI PROGRAM KKBPK DATA MARET 2017 PERWAKILAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

PERBEDAAN RASIO D2:D4 ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU. Oleh : RATNA MARIANA TAMBA

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Disusun Oleh: Lilis Ambar Wiratmi A PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

Lampiran 1 Nomor : 7569 /D.3.2/07/2017 Tanggal : 26 Juli Daftar Undangan

1. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR

Dentofasial, Vol.11, No.3, Oktober 2012: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia

Analisis Genealogi &Mean Matrimonial Radius Populasi Tuli-Bisu di Desa Bengkala, Buleleng, Bali

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

PERKIRAAN BIAYA (Rp) PENUNJUKAN LANGSUNG/ PEMBELIAN SECARA ELEKTRONIK PENGADAAN LANGSUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

PERBANDINGAN PETA KENDALI ATRIBUT DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DI PT ARIKA KHARISMA AGUNG. Muhlis M. Asri, Annisa, Muh.

DAFTAR ISI JATIM DALAM ANGKA TERKINI TAHUN TRIWULAN I

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

ABSTRAK. Kata kunci: faktor demografi, literasi keuangan, mahasiswa, analisis deskriptif, analisis chi square. vii. Universitas Kristen Marantha

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan

KABUPATEN / NO ORGANISASI PERANGKAT DAERAH ALAMAT KANTOR KOTA. Dinas PMD Kab. Trenggalek

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

Transkripsi:

Tren Tinggi Badan Anak Berdasarkan Luasan MMR Orangtua Trend of Children Height According Parents MMR Area Rintis Alun Atthahar atthahar@gmail.com Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga Abstrak Tinggi badan ditentukan oleh kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan.tinggi badan merupakan suatu hal yang sangat penting secara antropologis untuk menentukan perbedaan rasial. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tren tinggi badan berdasarkan luasan MMR orangtua pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan membaca tren tinggi badan dibandingkan dengan MMR. Besaran sampel 83 mahasiswa kemudian dibedakan menurut jenis kelamin laki-laki sebanyak 48 orang dan 35 orang pada mahasiswa perempuan. Setelah data disajikan dalam tabel penyajian deskriptif dan MMR kemudian data dianalisis dengan melihat tren tinggi badan. Rata-rata tinggi badan pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Jarak tempat kelahiran dan tempat tinggal orangtua menunjukkan varian yang heterogen. Sesuai dengan hasil penelitian yang disajikan dalam tabel perbandingan nilai MMR, TB orangtua dan mahasiswa berdasarkan urutan luasan MMR diketahui bahwa semakin luas MMR memiliki tren tinggi badan mahasiswa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan orangtua, sebaliknya semakin kecil luasan MMR semakin rendah tinggi badan mahasiswa jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan orangtua. Kata kunci: MMR (Mean Matrimonial Radius), Tinggi Badan, faktor genetik, faktor lingkungan Abstrak Height is determined by a combination of genetic factors and environmental factors. Height is very important anthropologically to determine racial differences. The aim of this study was to determine the trend by height within the birthplace of parents with a place to stay on the Student of the Faculty of Social and Political Science of Universitas Airlangga. This research uses descriptive quantitative method to read trends in height compared with MMR. The total sample consist of 48 students of men and 35 women student. Once the data are presented in tables and descriptive presentation of MMR then the data were analyzed by seeing trends in height. The mean height in males is higher than for women. Distance birthplace and residence of the parents showed a heterogeneous variants. In accordance with the results of the research presented in the table comparison of the value of MMR, TB parents and students in order extents MMR is known that the wider MMR has the trend heights of the students were higher when compared with an average height parents, otherwise the smaller the area of MMR the lower the height student compared with an average height parents. Keywords : MMR (Mean Matrimonial Radius), height, genetic factor, environmental fatcor Pendahuluan Manusia adalah makhluk yang paling beragam di bumi ini. Adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki tersebut membuat manusia menjadi terbiasa mengidentifikasi asal-usul mereka. Perbedaan-perbedaan yang paling terlihat AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 189

adalah perbedaan fisiknya seperti bentuk wajah, warna rambut, warna mata, kontru mata, hidung serta bibir. Tampilan fisik yang beraneka ragam tersebut terjadi karena faktor biologis yang berasal dari keturunan yang berbeda (Olson, 2002) Pembentukan keluarga diawali dengan perkawinan. Salah satu ciri khas suatu populasi adalah adanya lingkaran perkawinan atau struktur pemilihan jodoh. Setiap manusia memiliki model perkawinan yang berbeda-beda dan berlaku pada populasi yang tinggal didalamnya. Endogami lokal yang berlangsung cukup lama dapat menyebabkan IQ dan tinggi badan turun, sedangkan pembukaan isolat dapat meningkatkan IQ dan tinggi badannya. Peningkatan tinggi badan pada seseorang dapat dipengaruhi oleh jarak kelahiran orang tua, karena diasumsinkan perbedaan tempat kelahiran orangtua akan memiliki keberagaman gen yang dapat menyumbang dalam pembentukan fisik anak (Schwidetzky dalam Jacob, 1999). Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Tinggi badan merupakan penjumlahan dari panjang tulang-tulang panjang dan tulang-tulang pelengkap, yang sangat penting secara antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012). Terdapat korelasi yang bermakna terhadap tinggi datau besarnya badan anak dengan jarak kelahiran orangtua, semakin jauh tempat kelahiran orangtua, maka semakin tinggi atau besar badan anak (Jacob, 1999). Korelasi yang terjadi antara tinggi atau besarnya badan anak dengan jarak kelahiran orang tua disebabkan oleh tinggi badan rata-rata tiap populasi memiliki ragam yang berbeda. Variasi tinggi badan manusia cenderung dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, usia, status gizi, generasi dan kelompok etnis. Indonesia adalah suau negara yang memiliki beratus-ratus suku, tiap suku memiliki bentuk fisik dan kebudayaan yang khas dan berbeda (Hamilah dalam Amikaramata, 2011) Sesuai dengan pengertian MMR itu sendiri, rerata jarak antara tempat kelahiran pasangan dengan tempat tinggal pasangan menikah, pengukuran ini dapat secara kebetulan memiliki nilai yang sama dengan jarak pada keturunannya dapat disebut dengan MMR (Mean Matrimonial Radius). Pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa, semakin sempit MMR maka perkawinan hanya terjadi antara warga dalam daerah yang sama, sebaliknya semakin lebar MMR maka menunjukkan perkawinan terjadi antar AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 190

warga dengan daerah yang berbeda (Ayu, 2015). Perbedaan jarak perkawinan akan mempengaruhi tinggi badan pada anak, Semakin jauh jarak perkawinan, tinggi badan semakin melebihi tinggi badan orang tua (Puspita, 2015). Berdasarkan penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan luasan MMR akan mempengaruhi tinggi badan pada anak. Sehingga peneliti tertarik untuk membuktikan bahwa semakin jauh jarak perkawinan tinggi badan anak semakin melebihi tinggi badan orangtua dengan cara melihat tren tinggi badan pada anak berdasarkan jarak tempat kelahiran orangtua dengan tempat tinggal pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya. Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut, dapat ditarik permasalahan penelitian sebagai berikut: Bagaimana tren tinggi badan berdasarkan MMR orangtua?. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui variasi data tinggi badan dan data jarak antara tempat kelahiran orangtua dengan tempat tinggal pada mahasiswa FISIP Universitas Airlangga, (2) Mengetahui tren tinggi badan mahasiswa FISIP Universitas Airlangga menurut rata-rata tinggi badan tiap jenis kelamin, (3) Mengetahui data MMR berdasarkan penggolongan tempat tinggal orangtua, sehingga dapat tercapaitujuan utama yaitu mengetahui tren tinggi badan berdasarkan luasan MMR orangtua pada Mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga dengan pertimbangan pertimbangan di lokasi tersebut terdapat sampel yaitu mahasiswa yang memenuhi kriteria umur yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu antara umur 18-22 tahun dan berasal dari banyak daerah yang berbeda. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara dan dokumentasi hasil pengukuran tinggi badan responden. Data yang diperoleh dari responden berupa data ukuran tinggi badan, jarak tempat kelahiran orangtua dengan jarak tempat tinggal orangtua. Data yang telah terkumpul disajikan secara deskriptif dalam tabel penyajian data, yang berisi nilai rata-rata tinggi badan sampel dan MMR (Mean Matrimonial Radius) sampel pada tiap wilayah tempat tinggal. Berdasarkan tabel tersebut dapat terlihat tren tinggi badan responden dan luasan MMR. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP Universitas AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 191

Airlangga yang berusia 18-22 tahun. Sampel diambil dengan teknik purpossive sampling dengan jumlah sampel 83 responden, yang dibagi dalam 48 responden lai-laki dan 35 responden perempuan. Hasil dan Pembahasan Variasi tinggi badan dan jarak Data penelitian yang di peroleh melalui pendokumentasian dan wawancara disajikan dalam bentuk tabel penyajian data. Berupa data tinggi badan responden yaitu mahasiswa FISIP Unair dan tinggi badan orang tua mahawiswa. Untuk melihat variasi data, dapat dilakukan dengan menentukan nilai rata-rata, mean, minimal, maximal, dan standar deviasi Tabel 1. Variasi Tinggi Badan pada sampel Mahasiswa dan Tinggi Badan Orangtua sampel Rata-rata Minimal Maksimal SD Tinggi Mahasiswa Lakilaki 167.271 147.8 1810 6.7712 Badan Mahasiswa 157.049 145.5 174.7 6.3309 Perempuan Ayah Mahasiswa 1664.58 1570 1760 49.291 laki-laki Ibu Mahasiswa lakilaki 1580.42 1510 1720 55.042 Ayah Mahasiswa 1642.57 1540 1750 50.196 perempuan Ibu Mahasiswa 1552.00 1450 1680 50.805 Perempuan Jarak Tempat Jarak Tempat Kelahiran -Jarak Tempat Tinggal 247,89 0 2043 411,782 Berdasarkan tabel variasi tinggi badan sampel mahasiswa dan tinggi badan Unair relatif homogen hal tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai standar deviasi. orangtua sampel dapat diketahui bahwa, Rata-rata tinggi badan pada lakilaki lebih tinggi dari pada tinggi variasi tinggi badan mahasiswa FISIP badan AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 192

perempuan, hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa rangka laki-laki lebih robust, lebih tinggi, lebih lebar, dan lebih kasar dibandingkan pada rangka perempuan (Koesbardiati, 2012). Pada umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat (Snell, 2006). Ayah pada mahasiswa laki-laki memiliki rata-rata tinggi badan 1664.58 ± 60,77 mm (166,5 ± 4,929 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1570 ± 5,504 mm (157,0 ± 5,675 cm) dan tinggi badan maximum 1760 mm (176 cm). tinggi badan Ibu pada mahasiswa laki-laki sebesar 1580.42 mm (158 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1510 mm (151 cm) dan tinggi badan maximum sebesar 1720 mm (172 cm). Tinggi badan Ayah mahasiswa perempuan mempunyai 1642.57 ± 48.452 mm (164,3 ± 4.845 cm) dengan variasi tinggi badan minimum 1540 ± 50.596 mm (154,0 ± 5,057 cm) dan tinggi badan maximum 1750 mm (175 cm), sedangkan tinggi badan Ibu pada mahasiswa perempuan memiliki nilai tinggi badan sebesar 1552.00 ± mm (155 cm) dengan tinggi badan maximum 1680 mm (168 cm) dan tinggi badan minimum 1450 mm (145 cm). Rata-rata tinggi badan orangtua tersebut diketahui tinggi badan orangtua mahasiswa laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan orangtua mahasiswa perempuan baik pada ayah atau ibu, hal tersebut sejalan dengan kecenderungan tinggi badan pada anak. Tinggi badan bersifat turun menurun, namun bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan, seperti keadaan gizi pada masa pertumbuhan (Glinka, 1987). Tinggi badan ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Tinggi badan merupakan penjumlahan ukuran mulai dari tungkai sampai dengan kepala (Puspita, 2004). AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 193

Tabel 2. Variasi Jarak Tempat Rata-rata Minimal Maksimal SD Jarak Tempat Kelahiran -Jarak Tempat Tinggal 247,89 0 2043 411,782 Jarak Tempat Variasi jarak tempat kelahiran dan tempat tinggal orang tua heterogen, dapat diketahui dari nilai standar deviasi sebesar 411,782. Semakin heterogen suatu kelompok data maka semakin besar simpangan bakunya, semakin kecil simpangan bakunya maka semakin dekat nilai-nilai observasi dengan rata-ratanya (Rasdihan, hal 65). Dalam penentuan variasi data dapat ditentukan melalui pernyataan berikut, suatu kelompok data dikatakan homogen apabila semua nilai dari kelompok tersebut sama,sedangkan kelompok data dikatakan heterogen ketika nilai-nilai tersebut sangat bervariasi. Untuk Mengukur tingkat homogenitas atau tingkat variasi tersebut sering dipergunakan criteria yang disebut simpangan baku (standard deviation) (Supranto, 2000:97) Tabel 3. MMR (Mean Metrimonial Radius) TTS Total Jarak Jumlah Tempat Tinggal Tempat Tinggal Responden Sekarang (Km) MMR Tarakan 1 2043 2043 Kupang 1 1683 1683 Jakarta 1 1093 1093 Pandaan 1 705 705 Bojonegoro 1 524 0 Lumajang 1 370 370 AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 194

Cilacap 1 348 348 Madiun 2 546 273 Surabaya 43 11437 265,98 Jember 2 348 174 Gresik 2 230 115 Sidoarjo 7 695 99,29 Lamongan 4 204 51 Malang 3 135 45 Pasuruan 2 87 43,5 Nganjuk 3 127 42,33 Wonosobo 1 0 0 Pati 1 0 0 Banyuwangi 1 0 0 Tuban 1 0 0 Blitar 1 0 0 Trenggalek 1 0 0 Surakarta 1 0 0 Pacitan 1 0 0 MMR (Mean Matrimonial Radius) Tabel 2. MMR, TB Orangtua dan Mahasiswa Berdasarkan Urutan Luasan MMR merupakan tabel sajian data penelitian yang berisi berbagai data yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa 83 sampel penelitian dapat dikategorikan kedalam 24 luasan MMR sesuai dengan tempat tinggal orangtua sampel. Nilai MMR tertinggi terletak pada daerah Tarakan disusul pada daerah Jakarta. Meskipun jumlah responden pada kedua daerah tersebut sedikit, tetapi jarak tempat kelahiran dan tempat tinggal oang tua tergolong jauh. Nilai MMR terendah terdapat pada beberapa daerah yaitu Wonosobo, Pati, Banyuwangi, Tuban, Blitar, Trenggalek, Surakarta dan Pacitan. Hal ini disebabkan karena tempat kelahiran orangtua dengan tempat tinggal sekarang ada di daerah yang sama. Penelitian yang berjudul Hubungan perkawinan endogamy dengan kelainan bawaan lahir juga menunjukkan hal yang AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 195

sama dengan penelitian yang dilakukan yang sama, sebaliknya semakin lebar peneliti, dimana pernyataannya MMR maka menunjukkan perkawinan menyebutkan bahwa semakin sempit terjadi antar warga dengan daerah yang MMR maka menunjukkan perkawirnan berbeda (Ayu, 2015). hanya terjadi antara warga dalam daerah Tabel 4. Perbandingan MMR, TB Orangtua dan Mahasiswa Berdasarkan Urutan Luasan MMR TTS TB Orangtua Mahasiswa TBA TBI TBRO TB MMR Tarakan 170 165 167,5 173,8 2043 Kupang 173 151 162 156,3 1683 Jakarta 163 159 161 166 1093 Pandaan 172 152 162 169 705 Bojonegoro 154 160 157 156,4 524 Lumajang 157 153 155 161,9 370 Cilacap 168 162 165 174,7 348 Madiun 161,5 154 157,75 160,65 273 Surabaya 165,28 157,39 161,33 163,57 265,98 Jember 167,5 162 164,75 169,5 174 Gresik 167,5 159 163,25 172,6 122 Sidoarjo 166,85 155 160,93 161,49 106,42 Lamongan 166,5 156,5 161,5 165,5 51 Malang 164,67 154 159,33 162,23 45 Pasuruan 168,5 159 163,75 169,35 43,5 Nganjuk 169 152,67 160,83 154,77 42,33 Wonosobo 160 153 156,5 165 0 Pati 160 159 159,5 163,4 0 Banyuwangi 168 170 169 168,1 0 Tuban 159 155 157 153 0 Blitar 164 150 157 157,6 0 Trenggalek 169 150 159,5 162 0 Surakarta 164 158 161 158,3 0 Pacitan 166 154 160 150,5 0 AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 196

Tren tinggi badan responden berdasarkan luasan MMR Tabel 4. dapat menerangkan bahwa 75% data memiliki tren tinggi badan yang sebanding dengan luasan MMR. Sebaliknya sekitar 25% data penelitian memiliki tren yang sebaliknya, yaitu tinggi badan berbanding terbalik dengan luasan MMR, hal tersebut merupakan penyimpangan dari perkiraan tren. Semakin luas MMR memiliki tren tinggi badan mahasiswa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan orangtua, sebaliknya semakin kecil luasan MMR semakin rendah tinggi badan mahasiswa jika dibandingkan dengan ratarata tinggi badan orangtua. Pernyataan ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya tentang efek endogami lokal terhadap tinggi badan anak, menyatakan semakin jauh jarak asal daerah orangtua, maka tinggi badan anak akan melebihi tinggi badan orang tua (Puspita, 2015). Simpulan Tinggi badan mahasiswa FISIP Unair relatif homogen dapat diketahui dari nilai standar deviasi pada sampel baik laki-laki maupun perempuan. Rata-rata tinggi badan pada mahasiswa laki-laki lebih tinggi dari pada mahasiswa perempuan. Hal tersebut berbanding lurus dengan tinggi badan orangtua mahasiswa yaitu, rata-rata tinggi badan orangtua mahasiswa laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tinggi badan orangtua mahasiswa perempuan baik pada ayah atau ibu. Nilai MMR tertinggi terletak pada daerah Tarakan disusul dengan nilai MMR Jakarta. Hal tersebut sesuai dengan jarak terluas antara tempat kelahiran orang tua dan tempat tinggal pada sampel. Dengan analisis tren dapat diketahui adanya kecenderungan hubungan tinggi badan dengan luasan MMR. AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 197

Daftar Pustaka Amikaramata, N (2011). Hubungan Antara Bentuk kepala dengan Bentuk Lengkung Gigi dan Bentuk Gigi Insisivus Pertama Rahang Atas. Skripsi, Universitas Hasanuddin, Fakultas Kedokteran Gigi Makasar, 2011. sitasi 10 Januari 2017. Repository.unhas.ac.id. Ayu, D. (2015). Hubungan Perkawinan Endogami dengan Kelainan BawaanLahir. Skripsi, Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, 2015, hal 51 Rasdihan, R. Metode Statistik Deskriptif Untuk Umum. Google Book. Jakarta: Grasindo sitasi 11 desember 2016 21.53 WIB Snell, RS. 2006. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran Edisi 6. Jakarta:EGC Supranto J. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi Edidi Keenam. Google Book. Jakarta: Erlangga Sitasi 12 desember 2016 14.16 WIB. Hal 97 Glinka, J. (2008). Manusia Makhluk Sosial Bilogis. Surabaya: Airlangga University Press, Jacob, T. (1999). Antropologi Biologis. Yogyakarta: Direkrorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Koesbardiati, T. (2012). Bahan Ajar Antropologi Forensik. Surabaya; Reyka Petra Media. Olson, S. (2004). Mapping Human History (Gen, Ras, dan Asal-Usul Manusia). Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Patel, JP. 2012. Estimation height from measurement of foot length in Gujarat Region.Int. J. Bio. Med. Res.:3(3); 2121-2125 Puspita, I.( 2015). Efek Endogami Lokal Terhadap Tinggi Badan Anak. Skripsi, Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Abstrak. AntroUnairdotNet, Vol.VI/No.2/Juli 2017, hal 198