UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

dokumen-dokumen yang mirip
MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 2, pp May 2016

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E

KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI SMAN 18 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VII

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp May 2014

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

Abstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.2, pp , May 2015

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MATERI ASAM BASA KELAS XI SMAN 8 SURABAYA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING. Info Artikel. Abstrak.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Yang Berorientasi Pada Kurikulum 2013 Dengan Materi Fluida Statis Di Kelas X SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo

UNESA Journal of Chemical Education Vol 6, No.2 pp , May 2017

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh:

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp May 2013

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

Rezki Hidayat*, Maria Erna **, R Usman Rery*** NO Hp:

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Indra Sahfriana 46, Wachju Subchan 47, Suratno 48

THE ANALYZING ABILITY OF DRAWING CONCLUSIONS AND APPLYING CONCEPTS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA IPIEM SURABAYA MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DAN METODE DISKUSI KELAS PADA MATERI POKOK ASAM BASA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Joyful Learning Journal

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

Department Of Chemistry Education Faculty Of Teacher Training And Education University Of Riau

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemical Education Vol.4, No.1, pp January 2015.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI METODE KERJA LABORATORIUM YANG DILENGKAPI LEMBARAN KERJA SISWA PADA KOMPETENSI DASAR KESETIMBANGAN KIMIA

(Artikel) Oleh KHOIRUNNISA

Diterima: 8 Maret Disetujui: 26 Juli Diterbitkan: Desember 2016

Unesa Journal of Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp Mei 2012 ISSN:

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

Transkripsi:

KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SMA NEGERI 12 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E SCIENCE PROCESS SKILLS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC IN SMA NEGERI 12 SURABAYA THROUGH IMPLEMENTATION LEARNING CYCLE 7-E MODEL Windi Praduani dan Bertha Yonata Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Hp 081217680184, e-mail: windi.praduani@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil keterampilan proses dan hasil belajar ranah pengetahuan kelas XI SMAN 12 Surabaya pada materi kesetimbangan kimia melalui penerapan model learning cycle 7-E. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design. Pelaksanaan penelitian dilakukan di kelas XI IPA 4 SMAN 12 Surabaya semester gasal tahun ajaran 2016/2017. Instrumen yang digunakan ialah lembar tes keterampilan proses sains serta lembar soal tes hasil belajar ranah pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Hasil belajar keterampilan proses sains sesudah menerapkan model learning cycle 7-E materi kesetimbangan kimia telah mencapai skor 2,67 dan telah dilatihkan dengan baik yang dibuktikan dengan skor rata-rata untuk komponen menyusun hipotesis, merencanakan investigasi, memproses data, dan menganalisis investigasi secara berturut-turut dengan skala sebesar 3,21; 3,25; 3,43; 3,29 dengan ketuntasan klasikal sebesar 80,56%. 2) Hasil belajar ranah pengetahuan sesudah menerapkan model learning cycle 7-E materi kesetimbangan kimia telah mencapai skor ketuntasan yang diharapkan yaitu 2,67 yang ditunjukkan dengan skor rata-rata hasil belajar siswa ranah kognitif sebesar 2,92 dengan ketuntasan klasikal sebesar 91,67%. Kata Kunci: keterampilan proses sains, learning cycle, kesetimbangan kimia Abstract The purpose of this research is to figure out science process skills on 11 th grade student of SMA Negeri 12 Surabaya on chemical equilibrium through implementation of learning cycle 7-E model. The research is descriptive quantitative with One Group Pretest-Posttest Design. Implementation of this research was experimenting in 11 th grade science 4 class SMA Negeri 12 Surabaya. Instruments that used are science process skills test and learning outcome test for knowledge. The results of research prove that: 1) Learning outcome for science process skills after implement learning cycle 7-E model on chemical equilibrium reached score 2,67 and has trained well as evidenced by the average score for formulating hypothesis, designing investigation, and analyzing the investigation which has each score 3,08; 3,19; 3,17; 3,22 with classical completeness 80,56%. 2) Learning outcome for knowledge after implement learning cycle 7-E model on chemical equilibrium has been reach completeness score that is 2,67 which proven with average score of student knowledge 2,92 and with classical completeness 91,67%. Keywords: science process skills, learning cycle, chemical equilibrium 74

PENDAHULUAN Kimia merupakan ilmu pengetahuan alam yang merupakan perpaduan yan berisi antara sistem perhitungan, hafalan, serta konsep yang harus dipahami. Konsep-konsep tersebut seringkali bersifat abstrak sehingga membuat siswa kesulitan dalam mempelajari kimia. Kurikulum 2013, memberikan strategi untuk meningkatkan efektivitas pemahaman konsep dengan membuat siswa terlibat secara langsung melalui kegiatan mengamati, asosiasi, bertanya, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sesuai Kurikulum 2013 tersebut, dengan mengedepankan pengalaman personal maka siswa dapat memahami konsep dengan mudah [1]. Siswa dilibatkan untuk menyelidiki fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori yang akan dipelajari, sehingga bukan hanya aspek kognitifnya yang semakin meningkat namun aspek keterampilan proses dan sikap ilmiahnya juga meningkat. Oleh karena itu, pembelajaran kimia khususnya pada materi kesetimbangan kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai sikap, proses, dan produk. Pada materi kesetimbangan kimia, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari hari dan diajak untuk melakukan praktikum seperti pada materi reaksi reversibel dan irreversibel serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan, sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung mengenai materi kesetimbangan kimia. Kurikulum 2013, memiliki tujuan yaitu dengan pembelajaran materi kesetimbangan kimia, dalam kehidupan bermasyarakat siswa dapat terlibat untuk menyelesaikan masalah yang kompleks. Oleh karena itu, guru perlu melatihkan keterampilan proses sains sehingga siswa dapat menemukan solusi dari permasalahan tersebut [1]. Keterampilan proses sains sebagai keterampilan yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan dan menerapkan konsep dan prinsip seta teori sains untuk menyelesaikan permasalahan kompleks [2]. Menurut Funk keterampilan proses sains dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu tingkat dasar (basic science process skill) dan terpadu (integrated science process skill). Keterampilan proses sains tingkat dasar meliputi mengamati, menggolongkan, komunikasi, pengukuran, prediksi, penarikan kesimpulan. Sedangkan keterampilan proses sains terpadu meliputi mengidentifikasi variabel, menyusun grafik, menggambarkan hubungan di antara variabel-variabel, memproses data, menganalisis investigasi, menyusun hipotesis, merumuskan variabel secara operasional, merencanakan investigasi, dan melakukan eksperimen [3]. Dari hasil prapenelitian yang dilakukan di SMA Negeri 12 Surabaya terhadap 32 siswa kelas XII yang dipilih secara acak, kemampuan siswa dalam menyusun hipotesis mendapatkan skor rata-rata 2,12 dengan predikat C, untuk komponen merencanakan investigasi mendapatkan skor rata-rata 2,34 dengan predikat C+, untuk komponen memproses data mendapatkan skor rata-rata 2,56 dengan predikat B-, sedangkan dalam menganalisis mendapatkan skor 2,81 dengan predikat B dengan ketuntasan klasikal hanya mencapai 65,6% sehingga disimpulkan bahwa siswa tidak terbiasa melaksanakan penyelsaian masalah, hal ini juga membuat keterampilan proses siswa untuk komponen menyusun hipotesis, merencanakan investigasi, memproses dan menganalisis data masih rendah sehingga perlu dilatihkan keterampilan proses sains dalam pembelajaran. Model pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan berlatih keterampilan proses sains dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran 75

learning cycle 7-E. Model pembelajaran Learning Cycle 7-E memberikan kesempatan untuk melakukan setiap eksperimen secara mandiri, bertukar pikiran, dan berdiskusi dengan rekannya dan mengamati serta menjelaskan fenomena fisis yang ditunjukkan melalui kegiatan eksperimen [4]. Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga terjadi proses asimilasi, akomodasi dan organisasi dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan baik maka pembelajaran akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang dipelajari, sehingga dapat membuat siswa aktif, tertarik, dan mudah dalam memahami materi kimia khususnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh oleh Fassenda (2016) bahwa pelaksanaan pembelajaran kesetimbangan kimia dengan menerapkan model pembelajaran siklus belajar (learning cycle 7-E) dapat digunakan untuk melatihkan high order thinking skills dengan perolehan skor rata-rata sebesar 3,18 untuk menganalisis; untuk mengevaluasi dengan perolehan skor ratarata sebesar 3,36; dan untuk mencipta dengan perolehan skor rata-rata sebesar 3,20. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian bertujan untuk mengetahui hasil belajar ranah keterampilan proses sains dan ranah pengetahuan siswa pada materi kesetimbangan kimia kelas XI SMA Negeri 12 Surabaya melalui model pembelajaran learning cycle 7-E. METODE Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif. Sasaran penelitian ialah siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 12 Surabaya semester gasal tahun ajaran 2016/2017 dengan rancangan One Group Pretest-Postest Design yang dapat digambarkan sebagai berikut: O 1 X O 2 O 1 = Skor pretest profil belajar siswa ranah keterampilan proses sains siswa sebelum diberi model Learning Cycle 7-E X = Perlakuan (treatment)yang diberikan dengan menerapkan Learning Cycle 7-E O 2 = Skor postest hasil belajar siswa ranah pengetahuan dan hasil belajar siswa ranah keterampilan proses sains siswa sesudah diberi model Learning Cycle 7-E Pembelajaran dengan perangkat yang terdiri dari silabus, RPP, serta LKS dan menggunakan instrumen yang berupa lembar soal tes keterampilan proses sains dan lembar tes hasil belajar ranah pengetahuan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes keterampilan proses sains dan tes ranah pengetahuan. Hal ini bertujuan untuk mengukur adanya keterlibatan model learning cycle 7-E untuk melatihkan keterampilan proses sains dan hasil belajar ranah pengetahuan sesudah proses pembelajaran. Tes hasil belajar keterampilan proses berupa soal uraian yang berisi fenomena selanjutnya siswa menyusun hipotesis, merencanakan investigasi, memproses data, dan menganalisis investigasi. Tes hasil belajar ranah pengetahuan berupa 10 soal multiple choice tentang submateri pengaruh berbagai faktor dalam pergeseran arah kesetimbangan kimia. Teknik analisis data hasil belajar keterampilan proses sains dan skor hasil belajar dengan menggunakan skala penilaian 1-4 sesuai dengan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 yang disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Kategori Ketuntasan Hasil Belajar. Nilai 0,00 Nilai 1,00 D Predikat 1,00 Nilai 1,33 D+ 1,33 Nilai 1,66 C- 76

Nilai 1,66 Nilai 2,00 C Predikat 2,00 Nilai 2,33 C+ 2,33 Nilai 2,66 B- 2,67 Nilai 3,00 B 3,00 Nilai 3,33 B+ 3,33 Nilai 3,66 A- 3,66 Nilai 4,00 A Skor keterampilan proses sains dan skor hasil belajar ranah pengetahuan dikatakan tuntas apabila telah mencapai skor 2,67 dan mencapai ketuntasan klasikal 75%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil belajar keterampilan proses sains siswa Penelitian ini bertujuan untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7-E. Sesuai Kurikulum 2013 yang memiliki tujuan yaitu dengan materi kesetimbangan kimia dapat membuat siswa untuk terlibat dalam penyelesaian masalah di masyarakat yang lebih kompleks. Sebelum memasuki pertemuan pertama, siswa mengerjakan soal pretest keterampilan proses sains siswa. Pretest digunakan untuk mengetahui profil belajar siswa ranah keterampilan proses sains. Selanjutnya pada akhir pertemuan kedua, siswa diberikan soal postest ranah keterampilan proses sains dan ranah pengetahuan. Rangkuman hasil pretest dan postest keterampilan proses sains siswa disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil data pretest dan postest keterampilan proses sains siswa Indikator Pretest Postest Menyusun hipotesis 1,36 3,21 Merencanakan 2 3,25 investigasi Memproses data 1 3,43 Menganalisis 1,5 3,29 investigasi Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa keterampilan proses sains terlatihkan dengan baik melalui penerapan model pembelajaran learning cycle 7-E, hasil belajar siswa ranah keterampilan proses. Penelitian ini berlangsung selama dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama yang membahas mengenai faktor konsentrasi dan suhu terhadap pergeseran arah kesetimbangan kimia, sedangkan pertemuan kedua yang membahas mengenai faktor volume dan tekanan serta katalis terhadap pergeseran arah kesetimbangan kimia. Keterampilan proses sains yang dilatihkan pada kedua pertemuan tersebut yaitu meliputi menyusun hipotesis, merencanakan investigasi, memproses data, serta menganalisis investigasi. Keterampilan proses sains tersebut dilatihkan melalui LKS pada setiap pertemuan. Guru melatihkan komponen tersebut Kegiatan tersebut dalam fase explore dan elaborate sesuai siklus model Learning Cycle 7-E. Guru melatihkan keterampilan menyusun hipotesis dengan cara memberikan klarifikasi dalam menyusun hipotesis harus mencakup variabel maniupulasi dan variabel respon. Saat melatihkan keterampilan menyusun hipotesis, siswa dibimbing oleh guru untuk mengamati fenomena dalam LKS, kemudian siswa diminta untuk berkelompok dalam menyusun hipotesis. Indikator hipotesis yang benar yaitu hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan dan menunjukkan pengaruh yang terjadi dari variabel manipulasi terdapat variabel respon [5]. Berdasarkan hasil data postest keterampilan proses sains, siswa memperoleh skor rata-rata sebesar 3,21 dengan predikat B+ pada komponen menyusun hipotesis. Komponen kedua keterampilan proses sains yang dilatihkan yaitu merencanakan investigasi yang meliputi mengidentifikasi masalah serta merancang percobaan (langkah percobaan), 77

sedangkan alat dan bahan telah disediakan guru dalam LKS. Merencanakan investigasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabelvariabel yang dimanipulasi dan direspon dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel, hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang dilaksanakan [3]. Mayoritas siswa belum dapat mengidentifikasi variabel dengan tepat, karena siswa belum memahami definisi variabel manipulasi, variabel kontrol, dan variabel respon dengan benar. Saat melatihkan keterampilan merencanakan investigasi, siswa diminta untuk mengamati fenomena yang terdapat pada LKS, selanjutnya siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan variabel percobaan dan langkah percobaan yang akan dilaksanakan. Hasil data postest keterampilan proses sains menunjukkan skor rata-rata siswa sebesar 3,25 dengan predikat B+ pada keterampilan proses sains untuk komponen merencanakan investigasi. Keterampilan proses sains selanjutnya yang dilatihkan pada penelitian ini yaitu memproses data. Pada komponen ini, siswa memproses data dengan membuat tabel hasil pengamatan dengan benar. Guru menekankan kepada siswa untuk membuat tabel hasil pengamatan mengandung variabel manipulasi dan variabel respon. Memproses data merupakan jenis pemrosesan yang dapat mengubah data menjadi sebuah informasi [5]. Kegiatan guru dalam membimbing keterampilan memproses data yaitu mengklarifikasi tabel data pengamatan yang menggambarkan keadaan sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil data postest keterampilan proses sains, siswa memperoleh skor rata-rata sebesar 3,43 dengan predikat A- pada komponen memproses data. Menganalisis investigasi merupakan komponen keterampilan proses sains terakhir yang dilatihkan oleh guru. Pada komponen menganalisis investigasi yaitu siswa diminta untuk menjawab seluruh pertanyaan, menghubungkan jawaban tersebut dengan teori yang telah dipelajari siswa sebelumnya sehingga dapat membuat kesimpulan dengan tepat. Kegiatan guru dalam melatihkan keterampilan menganalisis investigasi yaitu dengan melakukan tanya jawab dan mengarahkan siswa kepada jawaban yang tepat. Cara guru menggunakan pertanyaan dapat membantu siswa berpikir proses sehingga siswa mampu mengembangkan pemahaman dari proses kognitifnya [6]. Menganalisis merupakan keterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan terpecahkannya permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasar [3]. Hasil data postest keterampilan proses sains menunjukkan bahwa skor rata-rata siswa sebesar 3,29 dengan predikat B+ pada keterampilan proses sains untuk komponen menganalisis investigasi. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains telah terlatihkan dengan baik yang dibuktikan dengan perolehan skor seluruh komponen keterampilan proses sains pada saat postest telah mencapai 2,67 dan lebih tinggi dari skor pretest serta persentase ketuntasan klasikal telah mencapai 75%. Hasil belajar ranah pengetahuan Hasil belajar adalah perubahan, terjadi peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya dan yang tidak tahu menjadi tahu [7]. Hasil belajar siswa ranah pengetahuan diperoleh dari skor postest setelah penerapan model pembelajaran learning cycle 7-E. Jumlah soal yang dikerjakan siswa berupa 10 soal multiple choice mengenai submateri faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia. Selama proses pembelajaran dengan 78

model learning cycle 7-E guru menjelaskan submateri pergeseran arah kesetimbangan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor secara lebih jelas sehingga siswa dapat memahami materi tersebut, melalui pengalaman belajar siswa secara langsung dengan pelaksanaan percobaan, maupun dengan pencarian informasi secara mandiri yang dilakukan oleh siswa. Sejalan dengan teori pemrosesan informasi bahwa pembelajaran secara berulang-ulang akan membawa informasi yang diperoleh siswa dari pengalaman belajarnya tidak hanya berhenti sampai di memori jangka pendek, namun dapat diteruskan menuju ke memori jangka panjang sehingga pembelajaran yang diperoleh siswa dapat bertahan lama. Berdasarkan data hasil postest siswa ranah pengetahuan sebanyak 33 dari jumlah keseluruhan 36 siswa dikatakan telah tuntas dengan perolehan skor ratarata hasil belajar siswa ranah kogntif sebesar 2,92 dengan predikat B. Persentase ketuntasan klasikal untuk hasil belajar ranah pengetahuan sebesar 91,67% dan telah mencapai batas ketuntasan klasikal yaitu 75%. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dengan memperhatikan rumusan masalah, maka dapat dituliskan simpulan penelitian yaitu melatihkan keterampilan proses sains pada materi kesetimbangan kimia kelas XI IPA 4 SMA Negeri 12 Surabaya melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7-E. 1. Hasil belajar ranah keterampilan proses sains siswa setelah penerapan model pembelajaran learning cycle 7- E pada materi kesetimbangan kimia telah mencapai skor 2,67 dan telah dilatihkan dengan baik. Sebanyak 80,56% siswa telah dikatakan tuntas untuk hasil belajar keterampilan proses sains. Skor rata-rata untuk komponen menyusun hipotesis, merencanakan investigasi, memproses data, dan menganalisis investigasi secara berturut-turut sebesar 3,21; 3,25; 3,43; 3,29 dengan predikat B+ dan A-. 2. Hasil belajar ranah pengetahuan siswa sesudah menerapkan model learning cycle 7-E pada materi kesetimbangan kimia telah mencapai skor ketuntasan yang diharapkan, yaitu 2,67. Skor rata-rata hasil belajar ranah pengetahuan yaitu sebesar 2,92 dengan predikat B sedangkan ketuntasan klasikal siswa sebesar 91,67%. Saran Saran bagi guru maupun peneliti lain untuk menerapkan model learning cycle 7-E dalam melatihkan keterampilan proses yaitu agar lebih memperhatikan alokasi waktu yang diberikan sehingga dapat mengatur waktu supaya proses pembelajaran dengan menerapkan model Learning Cycle 7-E dapat berjalan dengan efektif sehingga keterampilan proses sains siswa dapat terlatihkan secara maksimal serta siswa dapat memahami materi dengan baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 2. Rambuda, A. 2004. Perception of Teacher of The Application of Science Process Skills in The Teaching of Geography in Secondary Schools in The free state Provnce. South African Journal of Education, 10-17. 3. Subiyanto, 1988. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 79

4. Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2005. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pengajaran Sains/Kimia. Malang: FMIPA Kimia 5. Nur, Mohamad. 2011. Modul Keterampilan-keterampilan Proses Sains. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya 6. Arends, R. I. 2012. Learning to Teach ninth edition. New York : McGraw-Hill Companies, inc 7. Oemar Hamalik. 2007. Dasardasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya 80