BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. global dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak. Penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB I PENDAHULUAN. Asia, khususnya di Indonesia, setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Stroke juga merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (2001) stroke adalah tanda tanda klinis mengenai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab utama kematian di. Indonesia (Sagita, 2013). Adapun stroke adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PERILAKU DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI WILAYAH KERJA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTIM PERSARAFAN : STROKE HEMORAGIK DI RUANG ANGGREK I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

MANFAAT AKUPUNKTUR PADA PENDERITA STROKE HEMORRAGIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT ANGGOTA GERAK ATAS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. atau lebih. Kelumpuhan adalah cacat paling umum dialami oleh penderita stroke.

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. P DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK (SNH) DI RUANG SINDORO RSUD BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyakit penyebab kecacatan nomor satu di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORETIS

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien stroke terbesar di

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang mendasari timbulnya penyakit penyakit tersebut. Mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan. kesehatan manusia, salah satu diantanranya stroke.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini sering terjadi bahwa perawatan tubuh pada pasien Cerebro Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai nutrisi (Fundamental, 2002). Stroke sebagai salah satu penyakit gangguan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan cacat fisik yang disebut hemiplegy (kelumpuhan separo), sehingga ukuran kebersihan atau penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. 80-85% penderita stroke adalah stroke tipe iskemi yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disatu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. (Rosjidi, 1998). Penderita CVA akan kehilangan kontrol volunteer terhadap gerakan motorik. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain. Penderita stroke juga memerlukan bantuan keluarga dalam memenuhi perawatan diri (personal hygiene). Kemunduran fisik akibat stroke menyebabkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan mobilisasi atau perawatan diri (Pudjiastuti, 2003). Setiap tahun, kurang lebih 15 juta orang di seluruh dunia terserang CVA. Dalam skala global, berdasarkan data Word Health Organisation (WHO) stroke, diseluruh dunia tahun 2002 diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat stroke dan diperkirakan tahun 2020 penyakit jantung dan 1

2 stroke menjadi penyebab menjadi penyebab utama kematian di dunia. Awalnya stroke cenderung menyerang usia di atas 40 tahun, namun kini stroke juga telah menyerang orang dengan usia yang lebih muda. Di Indonesia, CVA merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004, CVA merupakan pembunuh nomor satu di rumah sakit (RS) pemerintah seluruh Indonesia. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa angka kejadian CVA di Indonesia sebesar 6% atau 8,3 per 1000 penduduk dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus CVA di masyarakat telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan. Angka kejadian CVA tertinggi ditemukan di Nangroe Aceh Darusalam (16,6 per 1000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1000 penduduk). Data tersebut menunjukkan bahwa di Indonesia, jumlah rata-rata dalam setiap 1000 penduduk, terdapat 8 orang yang menderita CVA.Hal ini merupakan angka yang cukup besar dan mengkhawatirkan (Widyanto dan Tribowo 2013). Berdasarkan rekap data RSUD Dr. Harjono Ponorogo jumlah kasus stroke Januari-Desember 2012 sebanyak 814 kasus dan pada tahun 2013 jumlah penderita stroke menurun sebanyak 720 kasus. Jumlah rata-rata penderita CVA 52 per bulan (Rekam Medis RSUD Dr. Harjono Ponorogo, 2013). CVA timbul akibat tersumbatnya peredaran darah pada otak dengan gejala spontan. CVA merupakan ancaman sumber cacat setelah usia 45 tahun. Sebagai akibatnya banyak penderita yang menjadi invalid atau tidak

3 mampu mandiri lagi. Seperti diketahui, otak membutuhkan banyak oksigen yanf kira-kira sekitar 18% dari stok melalui peredaran darah. Tanpa oksigen fungsi peredaran darah jadi tidak berguna. Karena tidak memiliki cadangan, otak hanya mengandalkan oksigen pada peredaran darah tiap detik. Jika suplai terhenti sampai 10 detik akan terjadi radang fungsi otak, jika terjadi lebih lama lagi bisa menimbulkan pusing, pingsan sampai lumpuh. CVA bisa terjadi lagi pada penderita dengan kondisi yang lebih parah ini terjadi pada penderita yang kurang kontrol. Hal ini terjadi ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh darah serebral akan berkontriksi derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekana darah meningkat akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot serebral. Akibatnya diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap sehingga pembuluh darah serebral tidak dapat berdilatasi atau berkontriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasidari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi jaringan otak tidak adekuat sehingga menyebabkan iskemik serbral. Sebaliknya bila terjadi kenaikan terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Tanda utama stroke atau cerebrovascular accident (CVA) adalah munculnya secara mendadak satu atau lebih defisit neurologik fokal. Defisit tersebut mungkin mengalami perbaikan dengan cepat, mengalami perburukan progresif, atau menetap. Gejala umum berupa baal atau lemas mendadak di wajah, lengan, atau tungkai, terutama di salah satu sisi tubuh;

4 gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata; bingung mendadak; tersandung selagi berjalan; pusing bergoyang; hilangnya keseimbangan atau koordinasi; dan nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas. Dari tanda-tanda stroke atau cerebrovaskular accident (CVA) tersebut masih banyak pasien CVA yang mengalami gangguan personal hygiene (Price dan Wilson, 2006). Proses terjadinya gangguan personal hygiene diakibatkan oleh kerusakan otak pada pusat-pusat di motorik, hal ini sesuai dengan kehilangan motorik, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih. Penderita stroke pada awal terkena stroke perlu penanganan secara cepat dan tepat agar tidak menyebabkan keadaan yang lebih parah atau bahkan kematian. Pada fase lanjutan atau perawatan lanjutan, diperlukan penangan yang tepat karena dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan personal hygiene maka keluarga dan perawat tetap menjaga kebersihannya biar tidak terjadi komplikasi (Widyanto dan Triwibowo, 2013). Personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tak terlain juga pada anak-anak maupun dewasa, sedangkan kebutuhan dasar manusia merupakan fokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan, maka kemungkinan ada satu atau beberapa kebutuhan dasarnya tang akan terganggu, termasuk kebutuhan personal hygiene. Sementara itu yang terjadi di rumah sakit yang dalam satu ruangan terdapat banyak pasien dengan kondisi yang hampir sama yaitu

5 mengalami gangguan kebutuhan personal hygiene, mereka tidak mendapatkan perhatian yang serius terutama dari orang terdekat yaitu keluarga pasien. Keluarga hanya mementingkan obat untuk pasien tanpa mendukung upaya kesembuhan pasien yang salah satunya dengan cara memenuhi kebutuhan personal hygiene pasien. Biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena keluarga pasien menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum ( Isro in, L dan Andarmoyo, S, 2012). Dalam pemenuhan personal hygiene CVA peran anggota keluarga sangat penting untuk mengasuh dan membantu penderita CVA, terutama dalam beraktifitas sehari-hari. Oleh karena itu keluarga sebagai orang terdekat yang merawat pasien perlu mengetahui perannya agar keluarga itu sendiri dapat mengerti betapa pentingnya personal hygiene.dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Peran Keluarga Dalam Pemenuhan Kebutuhan Personal Hyiene Pada Pasien CVA 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka merumuskan masalah adalah sebagai berikut: Bagaimana peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien CVA di ruang Aster RSUD dr. Harjono Ponorogo.

6 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien CVA. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis 1.4.1.1. Bagi Iptek Dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan penelitian selanjutnya tentang bagaimana peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene. 1.4.1.2. Bagi Profesi Sebagai bahan sumber data untuk penelitian berikutnya khususnya yang berkaitan dengan profesi keperawatan yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 1.4.1.3. Bagi Institusi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Penelitian diharapkan bermanfaat dan untuk Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo sebagai hasil dari pelaksana riset keperawatan serta dapat dijadikan salah satu sumber dari mahasiswa dan dosen tentang peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien CVA.

7 1.4.1.4. Bagi Rumah Sakit Sebagai pemasukan bagi rumah sakit guna pelaksanaan yang efektif dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien CVA yang dirawat di ruang aster RSUD dr. Hardjono Ponorogo. 1.4.2. Manfaat teknis atau praktisi 1.4.2.1. Bagi keluarga Menambahkan pengetahuan keluarga dan dapat dijadikan sebagai pengalaman bagaimana dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien CVA. 1.5. Keaslian Penelitian 1. Rendra Subiantoro (2012), meneliti tentang Pengaruh Latihan ROM Terhadap Perubahan Mobilisasi Pada Pasien Stroke di Ruang Mawar B RSUD dr. Harjono Ponorogo Peneliti ini bertujuan untuk mengobservasi kemampuan mobilisasi sebelum dilakukan latihan ROM dan mengobservasi kemampuan mobilisasi sesudah dilakukan latihan ROM, kemudian diuji dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test. Dari hasil penelitian didapatkan hasil uji statistik T hitung < T tabel (45,5 < 52), dari hasil itu artinya bahwa Ho ditolak atau ada pengaruh antara latihan ROM terhadap perubahan mobilisasi pada pasien stroke. sedangkan penelitian yang saya lakukan adalah mengetahui pratik peran keluarga dalam pemenuhan personal hygiene. 2. Penelitian yang berjudul Pengalaman Keluarga Merawat Penderita Paska Stroke di Wilayah Pesisir Kota Semarang yang diteliti oleh Pindi Kurniawati pada tahun 2010 menghasilkan penelitian sebagai

8 berikut: pengalaman caregiver merawat penderita paska stroke menunjukkan dampak positif. Dampak positif berupa peningkatan pemahaman diri mengenai arti sebuah hidup, menambah pengetahuan dan pengalaman serta membalas budi sebagai wujud kewajiban sebagai keluarga. Dukungan keluarga dan masyarakat menjadi faktor penting dalam membantu memberikan perawatan. Dukungan yang diberikan berupa informasi dan bantuan perawatan secara langsung. Penelitian yang dilakukan oleh Pindi Kurniawati menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan menggunakan metode in-depth interview untuk mengumpulkan data. Sedangkan penelitian yang saya lakukan dengan metode Diskriptifyang saya teliti bagaimana cara keluarga merawat pasien CVA waktu dirumah sakit. 3. Penelitian yang berjudul Kajian Kebutuhan Perawatan di Rumah Bagi Klien Dengan Stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur yang diteliti oleh Hana Rizmadewi Agustina pada tahun 2009 menghasilkan penelitian sebagai berikut: pasien membutuhkan bantuan dalam hal pengaturan nutrisi, perawatan diri, serta melatih bicara bagi sebagian pasien yang mengalami gangguan bicara pasca stroke. Keluarga membutuhkan informasi yang jelas dari pihak rumah sakit khususnya dari tenaga kesehatan tentang cara perawatan klien di rumah. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif dengan metode wawancara dan pengukuran kekuatan otot dengan penilaian barthel index sedangkan penelitian yang saya

9 lakukan menggunakan metode Diskriptif untuk menggali gambaran praktik peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene.