BAB II KONSEP KETERAMPILAN GERAK DASAR MANIPULATIF DAN PERMAINAN MODIFIKASI. sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal

dokumen-dokumen yang mirip
A. Latar Belakang Masalah

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

ANALISIS MATERI. Pentingnya meningkatkan perkembangan motorik, diantaranya :

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI SEBAGAI DASAR MENUJU PRESTASI OLAH RAGA. Endang Rini Sukamti, MS FIK-UNY

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY

RINGKASAN MATERI. Pengembangan gerak dasar adalah merupakan suatu proses untuk memperoleh gerak yang senantiasa berkembang berdasarkan :

PENGERTIAN Cara yg digunakan untuk mempelajari suatu keterampilan motorik sangat berpengaruh terhadap kualitas keterampilan yg dipelajari. Meskipun se

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

KAJIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK DI KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

PEMBELAJARAN TEHNIK DASAR PERMAINAN BOLA VOLLI OLEH SUARDI. B

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. mendorong, membimbing mengembangkan dan membina kemampuan

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

Berbagai Bentuk dan Kombinasi Gerak Dasar Anak Usia dini

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

ASPEK PERKEMBANGAN MOTORIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN ASPEK FISIK DAN INTELEKTUAL ANAK. Isnin Agustin Amalia. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN Test of Gross Motor Development 2 (TGMD-2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERMAINAN MODIFIKASI UNTUK STIMULASI KETERAMPILAN GERAK DASAR MANIPULATIF ANAK USIA 2-4 TAHUN

bab 1 gerak dasar kata kunci berjalan memutar melempar berlari mengayun menangkap melompat menekuk menendang

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

KONSEP GERAK DASAR UNTUK ANAK USIA DINI

BAB 1 GERAK DASAR KATA KUNCI BERJALAN MEMUTAR MELEMPAR BERLARI MENGAYUN MENANGKAP MELOMPAT MENEKUK MENENDANG

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS III - SEMESTER 2

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

Al-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

Perilaku gerak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) kontrol gerak, (2) pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

Analisis SKKD Gerak. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

PERMAINAN YANG BERORIENTASI PERKEMBANGAN UNTUK ANAK TAMAN KANAK-KANAK

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014

BENTUK-BENTUK LATIHAN MULTILATERAL

Pendidikan Jasmani dan Olahraga

BAB VIII RENANG. 150 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

(Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Riyadush Sholihin Margahayu Kota Bandung) Oleh: Devi Nawang Sasi

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi harapannya. Menurut Rusli Lutan (1988: 96), mengatakan bahwa

AKTIVITAS PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

Permainan Bola Voli. 1. Sejarah Permainan Bola Voli. 2. Pengertian Bola Voli. 3. Lapangan Bola Voli

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuti Kartini, 2014 Meningkatkan motorik kasar anak melalui pembelajaran dengan bermain media bola

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

DETEKSI DINI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya. Cabang olahraga ini banyak dilakukan oleh anak-anak, remaja, orang

Perilaku gerak pada anak sudah muncul saat masih dalam kandungan ibu dan bulan

PENGARUH PERMAINAN MODIFIKASI BOLA BASKET TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

Transkripsi:

BAB II KONSEP KETERAMPILAN GERAK DASAR MANIPULATIF DAN PERMAINAN MODIFIKASI A. Konsep Perkembangan Motorik 1. Pengertian Perkembangan Motorik Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan Thomshon tahun 1956 (dalam Yusuf, 2002: 101) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu: a. sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; b. otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik; c. kelenjar endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis; dan d. struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan proposi. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 2000: 150). Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak, seperti yang diungkapkan Petterson (dalam http://www.motor_development.net/materi/ks-1203-29.pdf): Mirawati, 2012. Pendekatan Inkuiri Dalam Pemahaman Konsep Tubuh Anak Tunanetra Tingkat Dasar Universitas Pendidikan Indonesia upi.edu digilib.upi.edu repository.upi.edu

15 During middle childhood, the body and brain undergo important growth changes, leading to better motor coordinator, greater strength and more skilfull problem-solving. Health and nutrition play an important part in these biological developments. Pada usia ini, kesehatan fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maskimal dari pada usia sebelumnya, seperti yang diungkapkan oleh Peterson (2000): The period of middle childhood, from age six to age twelve is, also remarkably free from desease. The average child suffers fewer bouts of illness than during the years before school entry, and the risk of death for a contemporary Australian or New Zealand child is lower than at any earlier or later period during the life span. (Petterson, 2000 dalam dalam http://www.motor_development.net/materi/ks-1203-29.pdf) 2. Lingkup Perkembangan Motorik Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus. Deskripsi mengenai kedua kemampuan motorik tersebut antara lain (Hurlock 2000: 150; Santrock, 2007: 210-216): a. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. b. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda

16 dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan motorik tersebut merupakan bekal anak untuk melakukan gerak dasar serta gerakan lainnya yang lebih kompleks dan terkoordinasi. Kedua kemampuan motorik ini juga sangat penting agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal (Hurlock, 2000: 150; Samsudin, 2005: 5-8). 3. Prinsip Perkembangan Motorik Berdasarkan hasil studi longitudinal mengenai perkembangan motorik, terdapat beberapa prinsip perkembangan motorik antara lain sebagai berikut (Hurlock, 2000: 151-153): a. Perkembangan Motorik Bergantung pada Kematangan Otot dan Syaraf Perkembangan motorik sejalan dengan perkembangan daerah sistem syaraf dan otot, misalnya perkembangan refleks yang terjadi pada usia 0-2 tahun. Ketika lahir anak sudah dikaruniani refleks yang berguna bagi kehidupannya, seperti refleks menghisap, berkedip, dan lain sebagainya. Gerakan terampil belum dapat anak kuasai sebelum mekanisme otot anak berkembang (Hurlock, 2000: 151).

17 b. Belajar Keterampilan Motorik Bergantung pada Kematangan Anak Keterampilan motorik belum dapat berkembang sebelum sistem syaraf dan otot anak berkembang dengan baik dan mencapai kematangan, sehingga upaya dalam mengajarkan keterampilan motorik pada anak yang belum mencapai kematangan tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan atau tidak akan berarti apa-apa. Saat yang tepat untuk mengajarkan keterampilan motorik, terutama kegiatan yang terkoordinasi adalah ketika anak sudah mencapai kematangan organ-organ yang berpengaruh terhadap perkembangan motorik, seperti kematangan otot dan syaraf (Hurlock, 2000: 152). c. Perkembangan Motorik Mengikuti Pola yang Dapat Diramalkan Perkembangan motorik mengikuti pola perkembangan, antara lain sebagai berikut (Hurlock, 2000: 152; Suyanto, 2000: 51-52): a) Continuity (bersifat kontinyu), artinya perkembangan motorik dimulai dari gerakan yang sederhana menuju ke gerakan yang lebih kompleks, seiring dengan bertambahnya usia. b) Uniform sequence (memiliki pola tahapan yang sama), dalam hal ini semua anak memiliki pola tahapan perkembangan motorik yang sama meskipun laju perkembangan setiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda.

18 c) Maturity (kematangan), perkembangan motorik dipengaruhi oleh perkembangan sel syaraf dan berlangsung terus sampai beberapa tahun kemudian. d) Gerak yang bersifat umum ke khusus, gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagiannya. Hal ini disebabkan karena otot-otot besar berkembang lebih dahulu dibandingkan otot-otot halus. e) Dimulai dari gerak refleks ke gerak yang terkoordinasi. Tiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki gerak refleks, seperti menangis bila lapar. Gerak refleks tersebut akan menjadi gerak yang terkoordinasi dan bertujuan seiring dengan usia kematangan anak. f) Bersifat chepalo-caudal direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang terlebih dahulu dibanding bagian yang mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu daripada otot kaki. g) Bersifat proximo-distal, artinya bahwa yang mendekati sumbu tubuh (tulang belakang) berkembang lebih dahulu daripada otot yang jauh dari tulang belakang. h) Koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilangan. Misalnya pada saat anak TK melempar bola tenis, tangan kanan terayun, disertai ayunan

19 kaki kanan. Berbeda dengan orang dewasa, justru kaki kiri yang maju, diikuti ayunan tangan kanan. Menurut Hurlock (2000:152) dalam pola perkembangan motorik yang berbeda, ada tahap yang dapat diramalkan. Perkembangan motorik dapat diramalkan ditunjukan dengan bukti bahwa suatu kemampuan motorik akan berjalan konsisten dengan laju perkembangannya. Misalnya dalam kemampuan berjalan, ketika anak yang mencapai kemampuan duduk lebih awal maka ia akan berjalan lebih awal dibandingkan dengan anak yang mencapai kemampuan duduk lebih lambat. d. Norma Perkembangan Motorik dapat Ditentukan Prinsip perkembangan motorik sebelumnya telah menjelaskan bahwa awal perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan, agar perkembangan tersebut sesuai dengan hukum arah perkembangan, maka diperlukan adanya norma perkembangan motorik. Norma perkembangan tersebut dapat diketahui dari umur rata-rata anak yang dikorelasikan dengan kegiatan motorik yang telah dicapai, hal itu dibutuhkan sebagai petunjuk untuk mengetahui keterampilan motorik yang telah dicapai dan juga digunakan untuk menilai kenormalan perkembagan anak (Hurlock, 2000: 152).

20 e. Perbedaan Individu dalam Laju Perkembangan Motorik Laju perkembangan motorik pada setiap individu mengalami perbedaan, meskipun mengikuti pola perkembangan yang serupa. Hal tersebut mempengaruhi waktu dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan motorik pada setiap individu. Sebagian kondisi dapat mempercepat laju perkembangan motorik atau sebaliknya (Hurlock, 2000: 153). 4. Tahap Perkembangan Motorik Studi eksperimen mengenai perkembangan motorik (dalam Hurlock, 2000:153) mengungkapkan adanya pola pencapai pengendalian otot yang normal dan dapat menunjukkan rata-rata pada umur berapa anak mampu mengendalikan bagian badan yang berbeda (tahapan perkembangan motorik). Tahap-tahap perkembangan motorik antara lain sebagai berikut (Hurlock, 2000; Santrock, 2007): a. Perkembangan Motorik 0-2 Tahun Bayi yang baru lahir tidak sepenuhnya tak berdaya. Bersama dengan hal hal yang mendasar yang lain, bayi memiliki beberapa refleks. Refleks merupakan reaksi alami terhadap stimulus, yang mengatur gerakan bayi, yang bersifat otomatis, dan diluar kendali bayi. Refleks adalah mekanisme pertahanan hidup yang dibawa secara genetik. Refleks memungkinkan bayi untuk bereaksi adaptif terhadap lingkungannya sebelum bayi memiliki kesempatan untuk belajar. Refleks

21 yang dimiliki oleh bayi antara lain refleks berkedip, babinski, menggenggam, Moro (kaget), refleks ujung syaraf, refleks melangkah, refleks berenang, refleks menghisap, dan refleks tonic neck (Santrock, 2007: 208-209). Selain Perkembangan refleks, beberapa indikator kemampuan perkembangan motorik anak usia 0-2 tahun (Yusuf, 2002:152) antara lain: Tabel 2.1 Perkembangan Motorik Anak Usia 0-2 Tahun Usia 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 18 Bulan 24 Bulan Tahap Perkembangan Gerakan reaksi negatif, positif dan spontan Memutar ke kanan dan ke kiri Menarik-narik selimut dan baju Menegakkan kepala ke arah dua belah tangan Menelungkup selama beberapa menit Mengamati mainan yang dipegang Menarik kepala ke arah depan Duduk beberapa menit Dapat duduk sendiri Merangkak Berdiri sendiri Mulai dapat berjalan Dapat berjalan dengan baik dan dapat menaiki kursi atau tangga Dapat naik-turun tangga dan berlari b. Perkembangan Motorik Usia 3-5 Tahun Anak usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindahpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang sangat aktif. Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi

22 lebih lama. Kemampuan mereka untuk berfikir dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada tugas-tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan (Yusuf 2002: 164-165; Solehuddin, 2002: 61-65). Pamela (2000: 31) mendeskripsikan perkembangan fisik anak usia 3-5 tahun sebagai berikut: Tabel 2.2 Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5 Tahun Usia Tahap Perkembangan 3 Tahun a. Berdiri di atas salah satu kaki selama 5-10 detik b. Berdiri di atas kaki lainnya selama beberapa saat c. Menaiki dan menuruni tangga, dengan berganti-ganti dan berpegangan pada pegangan tangga d. Berlari berputar-putar tanpa kendala e. Melompat ke depan dengan dua kaki 4 kali f. Melompat dengan salah satu kaki 5 kali g. Melompat dengan sebelah kaki lainnya dalam satu lompatan h. Menendang bola ke belakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki i. Menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada j. Mendorong, menarik dan mengendarai mainan beroda atau sepeda roda tiga k. Mempergunakan papan luncur tanpa bantuan l. Membangun menara yang terdiri dari 9 atau 10 kotak m. Menjiplak garis vertikal, horizontal dan silang n. Menjiplak lingkaran o. Mempergunakan kedua tangan untuk mengerjakan tugas. p. Memegang kertas dengan satu tangan dan menggunakan gunting untuk memotong selembar kertas berukuran 5 inci persegi menjadi dua bagian.

23 4 Tahun a. Berdiri di atas satu kaki selama 10 detik b. Berjalan maju dalam satu garis lurus dengan tumit dan ibu jari sejauh 6 kaki c. Berjalan mundur dengan ibu jari ke tumit d. Lomba lari e. Melompat ke depan 10 kali f. Melompat kebelakang sekali g. Bersalto/ berguling ke depan h. Menendang secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan. i. Dengan dua tangan menangkap bola yang dilemparkan dari jarak 3 kaki j. Melempar bola kecil dengan kedua tangan ke pada seseorang yang berjarak 4-6 kaki darinya k. Membangun menara setinggi 11 kotak l. Menggambar sesuatu yang berarti bagi anak tersebut. Dapat dikenali orang lain m. Mempergunakan gerakan-gerakan jemari selama permainan jari n. Menjiplak gambar kotak o. Menulis beberapa huruf 5 Tahun a. Berdiri di atas kaki yang lainnya selama 10 detik b. Berjalan di atas besi keseimbangan ke depan, ke belakang dan ke samping c. Melompat ke belakang dengan dua kali berturut-turut d. Melompat dua meter dengan salah satu kaki e. Mengambil satu atau dua langkah yang teratur sebelum menendang bola f. Menangkap bola tennis dengan kedua tangan g. Melempar bola dengan memutar badan dan melangkah ke depan h. Mengayun tanpa bantuan i. Menangkap dengan mantap j. Menulis nama depan k. Membangun menara setinggi 12 kotak l. Mewarnai dengan garis-garis m. Memegang pensil dengan benar antara ibu jari dan 2 jari n. Menggambar orang beserta rambut dan hidung o. Menjiplak persegi panjang dan segi tiga p. Memotong bentuk-bentuk sederhana.

24 5. Keterampilan Motorik Keterampilan motorik (motor skill) merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mampu melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu (Hurlock, 2000: 154-155). Keterampilan semacam ini melibatkan kekuatan otot, urat syaraf, dan persendian manusia. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan lancer tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan. Keterampilan motorik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, seorang anak yang memiliki keterampilan motorik sempurna, ia mampu merawat dirinya sendiri dan bergerak secara efektif dan efisien, misalnya seorang anak kecil yang belajar berjalan tegak, menaiki tangga, memegang dan mengambil benda dan sebagainya. Berkembangnya kemampuan motorik tersebut didapatkan dari hasil belajar dan latihan. Dengan belajar dan latihan tersebut akan membuat fungsi otot dan persendian menjadi lebih kuat (Hurlock, 2000: 158; Yusuf, 2002: 104-105). 6. Pengaruh dan Fungsi Keterampilan Motorik Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh

25 perkembangan keterampilan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (2000: 150) sebagai berikut: a. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan. b. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. c. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris. d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan). e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.

26 Pentingnya mempelajari keterampilan motorik bagi anak usia dini dikarenakan keterampilan motorik memiliki fungsi dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Menurut Hurlock (2000: 163) berdasarkan fungsi tersebut keterampilan motorik dibagi ke dalam empat kategori, yaitu: a. Keterampilan Bantu Diri Keterampilan Bantu diri diperlukan untuk mencapai kemandirian. Keterampilan tersebut memungkinkan seorang anak untuk melakukan semua kegiatan bagi diri mereka sendiri, misalnya keterampilan merawat diri. Penguasaan keterampilan tersebut harus dapat membuat anak mampu merawat diri sendiri dengan tingkat keterampilan dan kecepatan seperti orang dewasa. b. Keterampilan Bantu Sosial Keterampilan bantu sosial ini harus dimiliki oleh setiap anak jika mereka ingin diterima menjadi anggota kelompok sosial baik dalam anggota keluarga, sekolah maupun sebagai anggota masyarakat, untuk mendapatkan keterampilan tersebut diperlukan keterampilan tertentu, seperti membantu pekerjaan rumah atau pekerjaan sekolah. c. Keterampilan Bermain Keterampilan ini bertujuan agar anak dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya untuk dapat meknghibur diri di luar kelompok sebaya.

27 d. Keterampilan Sekolah Keterampilan ini bermanfaat untuk membantu anak dalam mencapai prestasi akademis dan non akademisnya. Seperti halnya menulis, dikarenakan pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan sekolah melibatkan keterampilan motorik seperti halnya menulis. Kedua, keterampilan motorik menyediakan landasan bagi perkembangan kognitif dan afektif. Untuk dapat melakukan keterampilan motorik secara tepat diperlukan proses pengamatan terhadap obyek, sehingga akan meningkatkan kemampuan berfikir. 7. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik Amung dan Yudha (2000: 70-71) mengemukaan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi keterampilan motorik pada anak, antara lain: a. Faktor Proses Belajar-Mengajar (Learning Process) Proses pembelajaran keterampilan motorik harus diciptakan berdasarkan tahapan-tahapan yang digariskan oleh teori belajar yang diyakini kebenarannya dan dipilih berdasarkan manfaatnya. Proses belajarmengajar dapat mempengaruhi keterampilan motorik anak. Melalui proses pembelajaran, anak akan mengalami suatu perubahan yang signifikan sesuai dengan harapan dan pencapaian tugas-tugas perkembangannya dalam berbagai aspek perkembangan, termasuk keterampilan motorik.

28 b. Faktor Pribadi (Personal Factor) Faktor pribadi yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik ini sesuai dengan prinsip perkembangan motorik, bahwa setiap individu memiliki perbedaan dalam laju perkembangan motoriknya. Kemampuan dan bakat dari masing-masing individu juga memberikan kontribusi tersendiri dalam perkembangan motorik. Anak yang dikarunia bakat dalam perkembangan motorik, tentunya akan lebih terampil dalam melakukan aktivitas-aktivitas motorik, atau sebaliknya. c. Faktor Situasional (Situational Factor) Faktor situasional merujuk pada lingkungan belajar anak berkaitan dengan perkembangan motoriknya. Faktor situasional meliputi metode pembelajran, peralatan atau media yang digunakan, serta kondisi lingkungan pembelajaran. Selain faktor di atas, menurut Hurlock (2000:154) terdapat beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi laju perkembangan motorik anak, antara lain sebagai berikut: a. Sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan. b. Kondisi pasca lahir yang menyenangkan khususnya gizi makanan sang Ibu. c. Adanya kerusakan otot disebabkan kelahiran yang sukar. d. Kemampuan intelekual (IQ) yang tinggi akan mempercepat laju perkembangan motorik daripada anak yang memiliki IQ dibawah normal. e. Adanya rangsangan dorongan dan kesempatan untuk menggerakkan bagian tubuh.

29 f. Perlindungan yang berlebihan dari orang tua akan memperlambat perkembangan motorik anak. g. Adanya cacat fisik yang diderita anak akan memperlambat perkembangan motorik. h. Adanya motivasi dari dalam diri anak untuk mempraktekkan keterampilan motorik akan mempercepat laju perkembangan motoriknya.. 8. Hal Penting dalam Mempelajari Keterampilan Motorik Menurut Hurlock (2000: 150) keterampilan motorik tidak dapat berkembang dengan optimal, jika tidak memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kesiapan Belajar Jika pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar maka hal yang dipelajari dalam waktu dan usaha tertentu yang sama maka anak yang sudah siap akan lebih unggul dari pada anak yang belum siap untuk belajar, begitu pun ketika anak akan mempelajari keterampilan motorik tertentu. Anak yang memiliki kesiapan yang lebih matang akan lebih mudah untuk mempelajari keterampilan motorik, termasuk keterampilan gerak dasar manipulatif. b. Kesempatan Belajar Banyak anak yang tidak memiliki kesempatan mempelajari motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut anaknya mengalami kecelakaan ketika belajar atau bermain.

30 c. Kesempatan Berpraktik/Latihan Anak harus diberi waktu melakukan praktik atau latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu gerakan. Meskipun demikian, kualitas praktik atau latihan jauh lebih penting dibandingkan kuantitasnya. d. Model yang Baik Pada saat mempelajari motorik, meniru suatu model memiliki peran yang penting. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu gerakan dengan baik maka anak harus memperoleh contoh yang baik pula, baik dari orang tua maupun pendidik atau orang dewasa lainnya. e. Bimbingan Untuk dapat meniru suatu model dengan benar, siswa membutuhkan bimbingan yang mengarah kepada perbaikan suatu kesalahan. Gerakan yang salah namun sudah terlanjur dipelajari dengan baik mengakibatkan perbaikan ke arah yang lebih baik akan sulit dilakukan. f. Motivasi Sumber motivasi anak adalah kepuasan pribadi yang diperoleh dari kegiatan belajar, kemandirian, gengsi yang diperoleh dari kelompok sebayanya, dan kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain khususnya dalam tugas sekolah. Oleh karena itu, motivasi

31 belajar penting untuk mempertahankan dan meningkatkan minat dari ketertinggalan selama anak belajar. B. Konsep Keterampilan Gerak Dasar Manipulatif 1. Pengertian Gerak Dasar Gerakan-gerakan dasar merupakan gerak pengulangan yang dilakukan terus-menerus dari kebiasaan serta menjadikannya sebagai dasar dari pengalaman dan lingkungan mereka (Depdikbud, Penjas Unit 2: 2). Pengembangan gerak dasar adalah merupakan suatu proses untuk memperoleh gerak yang senantiasa berkembang berdasarkan: a. Proses pengembangan syaraf dan otot yang juga dipengaruhi oleh keturunan; b. Akibat dari pengalaman gerak sebelumnya; c. Pengalaman gerak saat ini; d. Gerak yang digambarkan dalam kaitannya dengan pola gerak tertentu. 2. Perkembangan Gerak Dasar Perkembangan gerak merupakan sebuah perubahan dalam perilaku gerak yang mampu merefleksikan adanya interaksi dengan kematangan organisme seseorang dengan lingkungannya. Perkembangan gerak akan merubah kompetensi gerak manusia yang diawali sejak masa bayi hingga dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku seseorang, proses perkembangan tersebut akan terjadi secara terus menerus dan berhenti pada

32 saat kematian. Perkembangan gerak sangat bersifat spesifik, setiap individu mempunyai gerak yang berbeda dengan individu lain, karena dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, kemampuan afektif, faktor lingkungan dan faktor biologis dari individu yang bersangkutan (Samsudin, 2005: 16-19). Perkembangan gerak dasar dan penyempurnaannya merupakan hal penting di masa kanak-kanak. Semua anak normal mampu mengembangkan dan mempelajari berbagai macam gerak dan yang lebih rumit. Perkembangan gerak dasar tentunya berkaitan dengan perkembangan anak dalam aspek fisikmotorik. Perkembangan kemampuan fisik pada anak bisa diidentifikasikan dalam beberapa hal. Menurut Sukamti (2011: 4-5) sifat-sifat perkembangan fisik yang dapat diamati adalah sebagai berikut: a. Terjadi perkembangan otot-otot besar cukup cepat pada 2 tahun terakhir. Hal ini memungkinkan anak melakukan berbagai gerakan yang lebih leluasa yang kemudian bisa dilakukannya bermacammacam keterampilan gerak dasar. Beberapa macam gerak dasar misalnya: berlari, meloncat, berjengket, melempar, menangkap, dan memukul berkembang secara bersamaan tetapi dengan irama perkembangan yang berlainan. Ada yang lebih cepat dikuasai dan ada yang baru dikuasai kemudian. b. Dengan berkembangnya otot-otot besar, terjadi pulalah perkembangan kekuatan yang cukup cepat, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Antara usia 3 sampai 6 tahun terjadi peningkatan kekuatan sampai mencapai lebih kurang 65%.

33 c. Pertumbuhan kaki dan tangan secara proporsional lebih cepat dibanding pertumbuhan bagian tubuh yang lain, menghasilkan peningkatan daya ungkit yang lebih besar di dalam melakukan gerakan yang melibatkan tangan dan kaki. Daya ungkit yang makin besar akan meningkatkan kecepatan dalam bergerak. Hal ini sangat menunjang terbentuknya bermacam-macam keterampilan gerak dasar. d. Terjadi peningkatan koordinasi gerak dan keseimbangan tubuh yang cukup cepat. Koordinasi gerak yang meningkat dan disertai dengan daya ungkit kaki dan tangan yang makin besar, menjadikan anak makin mampu menggunakan kekuatannya di dalam melakukan aktivitas fisik. Sedangkan meningkatnya keseimbangan tubuh meningkatkan pula keleluasaan rentangan gerak dalam melakukan gerakan keterampilan. e. Meningkatnya kemungkinan dan kesempatan melakukan berbagai macam aktivitas gerak fisik bisa merangsang perkembangan pengenalan konsep dasar objek, ruang, gaya, waktu dan sebab-akibat. Melalui gerakan fisik anak kecil mulai mengenali konsep dasar objek yang berada di luar dirinya. Bagi anak, aktivitas gerak fisik dan pengalaman yang diperoleh bukan hanya bermanfaat untuk perkembangan fisik, perkembangan fungsi organorgan tubuh, perkembangan kemampun gerak, melainkan juga bermanfaat untuk perkembangan intelektualnya atau kognitifnya (Sukamti, 2011: 5).

34 Anak prasekolah dan sekolah dasar tingkat awal pada hakikatnya memiliki kemampuan dalam melakukan pola gerak dasar. Pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi ke dalam tiga bentuk gerak sebagai berikut (Agustin, 2008: 2-3): a. Gerak lokomotor (gerakan berpindah tempat) dimana bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah tempat: misalnya jalan, lari, dan loncat. b. Gerak non-lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) di mana sebagian anggota tubuh tertentu saja yang digerakkan namun tidak berpindah tempat: misalnya mendorong, menarik, menekuk, memutar. c. Manipulatif, di mana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya melempar, menangkap, menyepak, memukul, dan gerakan lain yang berkaitan dengan lemparan dan tangkapan sesuatu. Gerakan lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif bisa tampak dengan berbagai kombinasi, misalnya lari sambil melempar dan menangkap bola. Dengan demikian, pola gerak adalah gerak dasar yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu tugas tertentu. Oleh karena itu, banyak anak yang bisa melaksanakan pola gerak dasar dengan kecakapan yang bermacammacam (Samsudin, 2005: 11-13).

35 3. Keterampilan Gerak Dasar Manipulatif Anak Usia 2-4 Tahun Keterampilan gerak manipulatif merupakan keterampilan gerak dasar yang berkaitan dengan keterampilan memanipulasi objek tertentu melalui koordinasi tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. Gerak manipulatif juga sering diartikan sebagai gerakan yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitarnya (Samsudin, 2005: 12). Keterampilan manipulatif melibatkan tindakan mengontrol suatu objek khususnya dengan tangan dan kaki. Terdapat dua klasifikasi dari keterampilan manipulatif, yaitu reseptif dan propulsif (Samsudin, 2005: 96). Keterampilan reseptif adalah keterampilan menerima suatu objek, sedangkan keterampilan propulsif merupakan gerakan yang memiliki ciri pengerahan gaya atau kekuatan terhadap suatu objek. Beberapa gerakan yang termasuk di dalam gerakan manipulatif antara lain (Samsudin, 2005: 96-117): a. Menggelindingkan Bola Menggelindingkan atau rolling, meliputi pengarahan gaya atau tenaga terhadap suatu objek yang mempertahankan kontaknya dengan permukaan tempat benda tersebut bergerak atau gerakan yang menerapkan gaya terhadap suatu benda dan benda tersebut harus tetap menyentuh landasannya. Menurut Samsudin (2005) gerakan menggelindingkan objek seperti bola, merupakan gerakan manipulatif yang paling mendasar yang dapat dilakukan oleh anak-anak untuk belajar bagaimana mengontrol kecepatan dan arah suatu benda. Gerakan menggelindingkan bola ini bisa diposisikan

36 dalam sikap duduk atau berdiri. Tahapan gerakan menggelindingkan bola antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 96-97): 1) Tahap Awal a) Posisi tubuh berdiri atau duduk mengangkang. b) Bola dipegang oleh tangan pada sisinya oleh dua tangan dengan posisi telapak tangan saling berhadapan. c) Bengkokkan pinggang dengan tajam dengan gerakan lengan dalam posisi ke belakang atau terbalik. d) Mata mengawasi ke arah bola yang akan digelindingkan. e) Lengan depan mengayun dan mengangkat beban sambil melepas bola. 2) Tahap Dasar a) Posisi tubuh berdiri mengangkang. b) Bola dipegang dengan dua atau satu tangan disamping bawah dan tangan yang lain berada di atas. c) Lengan belakang mengayun tanpa memindahkan berat badan ke belakang. d) Batasi bengkokkan lutut. e) Ayunkan tangan yang memegang bola ke arah depan dengan membatasi gerakan ikutan. f) Bola dilepaskan di antara sasaran dan bola.

37 Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan menggelindingkan bola antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 98): 1) Ketidakberhasilan saat memindahkan berat badan ke kaki belakang selama gerakan menggelindingkan bola dilakukan. 2) Ketidakberhasilan saat mengontrol tangan secara langsung di bawah bola. 3) Melepaskan bola di atas pinggang. 4) Ketidakberhasilan saat melepaskan bola dari gerakan ayunan yang sebenarnya, menyebabkan bola menyimpang ke satu sisi. 5) Kurang gerakan ikutan yang akhirnya menghasilkan putaran yang lemah. 6) Mengayunkan lengan terlalu jauh ke belakang atau keluar dari badan. 7) Ketidakberhasilan untuk menjaga panadangan mata ke sasaran. 8) Ketidakberhasilan untuk melangkah ke depan dengan kaki berlawanan dengan tang yang memegang bola. 9) Ketidakmampuan untuk membawa bola ke samping badan. b. Melempar Melempar merupakan keterampilan manipulatif yang rumit yang menggunakan satu atau dua tangan untuk melontarkan objek menjauhi badan ke udara. Gerakan melempar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran tubuh anak, ukuran objek, dan lain sebagainya. Gerakan

38 melempar dapat di lakukan di bawah tangan, di atas kepala, di atas lengan atau di samping. Tahapan gerakan melempar antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 99-100): 1) Tahap Awal a) Gerakan melempar dilakukan terutama dari siku. b) Siku tangan untuk melempar berada di depan badan, gerakan menyerupai dorongan. c) Jari-jari tangan berada dalam keadaan rileks. d) Lakukan gerakan ke atas dari arah bawah. e) Bagian atas tubuh diusahakan tegak lurus ke arah sasaran. f) Lakukan gerakan rotasi sedikit selama melempar. g) Berat badan diposisikan berada di belakang untuk memelihara keseimbangan selama melempar. h) Posisi kaki diusahakan seimbang. 2) Tahap Dasar a) Tahap persiapan, tangan diayunkan ke atas, ke samping dan ke belakang dalam posisi pelenturan siku-siku. b) Bola dipegang di belakang badan. c) Tangan diayunkan di depan bahu. d) Ibu jari berotasi selama gerakan persiapan. e) Bahu berotasi selama lemparan menyamping.

39 f) Badan bagian atas hendaknya dalam keadaan fleksibel ke arah depan tujuan atau sasaran lemparan di depan lengan. g) Sebagian berat badan menumpu ke arah depan. h) Kaki melangkah ke depan pada sisi yang sejajar dengan lemparan tangan. Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan melempar antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 101): 1) Gerakan ke arah depan dari posisi kaki sama arahnya. 2) Ragu-ragu untuk melakukan ayunan dari belakang. 3) Kelalaian untuk memutar pingggul, sehingga lemparan tangan diayun dari belakang. 4) Kelalaian melangkahkan kaki berlawanan dengan lemparan tangan. 5) Lemah dalam koordinasi ritmik gerakan tangan dengan gerakan kaki. 6) Tidak bisa melepaskan bola pada lintasan yang dinginkan. 7) Kehilangan keseimbangan ketika gerakan melempar dilakukan. 8) Rotasi cenderung dilakukan di atas tangan. c. Menangkap Menangkap merupakan gerakan dasar manipulasi yang melibatkan penghentian suatu objek yang terkontrol oleh satu atau kedua tangan. Pada tahap awal biasanya objek akan dihentikan dengan satu bagian atau

40 beberapa bagian anggota tubuh. Penguasaan koordinasi mata dan tangan akan memudahkan bagi anak untuk menangkap objek yang melayang ke hadapannya (Samsudin, 2005). Tahapan gerakan menangkap antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 102-103): 1) Tahap Awal a) Dalam gerakan menangkap reaksi penghindaran seperti memalingkan wajah atau melindungi wajah dengan tangan seringkali terjadi, sehingga dibutuhkan motivasi dan kegiatan yang dapat membuat anak rileks. b) Berikan pelindung untuk menahan bagian depan tubuh anak, supaya anak merasa aman. c) Penggerakkan badan didekatkan hingga kontak terjadi dengan objek (bersentuhan dengan objek yang akan ditangkap oleh anak). d) Gerakan menangkap mirip dengan kegiatan pengkedukan. e) Telapak tangan menahan ke atas. f) Jari-jari diulurkan dan menahan berat atau massa benda yang ditangkap. g) Dalam tahap awal ini, tangan kurang banyak dimanfaatkan dalam kegiatan menangkap.

41 2) Tahap Dasar a) Reaksi penghindaran yang dilakukan oleh anak lebih berkurang, misalnya hanya menutup mata ketika melakukan kontak dengan objek yang ditangkap. b) Siku menahan ke arah samping dengan menekuk hingga mendekati 90 derajat. c) Ketika usaha awal dalam melakukan kontak dengan objek tidak berhasil (terutama ketika tahap awal), tangan anak pada tahap dasar ini akan terdorong untuk menangkap bola dengan tepat. d) Tangan menahan dalam posisi kedua tangan berlawanan ibu jari menahan ke atas. e) Ketika melakukan kontak dengan objek, tangan diusahakan menekan objek dalam waktu sebentar dengan gerak tidak merata. Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan menangkap antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 104): 1) Kelalaian pemeliharaan kontrol terhadap objek. 2) Kelalaian untuk memberikan operan. 3) Kurang menjaga kekuatan jari dan kekuatan dalam pengaturan objek. 4) Kelalaian untuk pengaturan posisi tangan dengan tinggi dan lintasan dari objek.

42 5) Ketidakmampuan untuk merubah pola penangkapan untuk objek yang berbeda lebar dan kuatnya. 6) Melepaskan pandangan dari objek. 7) Menutup mata ketika objek datang. 8) Ketidakmampuan memfokuskan atau mengarahkan objek. 9) Beban mental yang tidak patuh menyebabkan kehilangan keseimbangan penangkapan gerak cepat objek. 10) Menutup tangan terlalu awal atau sebaliknya terlalu akhir (terlambat). 11) Kelalaian menjaga badan saat berbatasan dengan bola. d. Menendang Menendang merupakan keterampilan manipulatif yang menggunakan kaki untuk menggerakan objek. Menendang bola diam adalah dasar untuk menendang bola yang bergerak atau drop kick. Tahapan gerakan menendang antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 105-106): 1) Tahap Awal a) Gerakan terbatas selama menendang. b) Tubuh tetap tegak. c) Tangan dipergunakan untuk menjaga keseimbangan. d) Gerakan kaki yang menendang pada objek belum sepenuhnya tepat.

43 e) Gerakan menendang pada tahap awal lebih kepada dorongan bukan suatu pukulan (masih lemah). 2) Tahap Dasar a) Ayunan belakang awal dipusatkan pada tubuh. b) Kaki untuk menendang cenderung tetap bengkok selama menendang. c) Proses lanjutan tetap terbatas pada gerakan lutut depan. d) Satu atau lebih langkah kaki lebih hati-hati ditujukkan pada objek. Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan menendang antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 107): 1) Kurangnya atau tidak adanya ayunan ke belakang. 2) Ketidakberhasilan untuk melangkah ke depan tanpa kaki yang tidak menendang. 3) Kecenderungan untuk menendang dengan satu kaki. 4) Ketidakmampuan untuk menendang dengan satu kaki. 5) Ketidakmampuan untuk mengubah kecepatan objek yang ditendang. 6) Pemusatan pandangan pada objek tanpa lanjutan. 7) Kurangnya posisi berlawanan dari lengan dan kaki.

44 8) Ketidakmampuan untuk menggunakan sejumlah tenaga dari tubuh untuk menyokong kekuatan tendangan. 9) Ketidakmampuan untuk menggunakan sejumlah tenaga dari tubuh untuk menyokong kekuatan tendangan. 10) Ketidakmampuan untuk kontak dengan objek atau kehilangan objek secara keseluruhan (mata tidak terfokus pada objek). 11) Ketidakmampuan untuk mendapatkan jarak yang cukup (kurangnya gerakan kelanjutan dari perolehan tenaga pada gerakan awal tendangan). e. Menerima dan Mengontrol Bola (Trapping) Trapping adalah keterampilan manipulatif dalam menerima dan mengontrol objek (dalam hal ini bola) dengan badan bagian bawah, tungkai dan kaki. Berkenaan dengan bola bawah, bola harus dihentikan atau diturunkan kecepatannya, Adapun tahapan dalam gerakan trapping ini antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 108-109): 1) Tahap Awal a) Tubuh tetap diam. b) Belum memperlihatkan respon pada objek ketika bersentuhan. c) Belum mampu untuk menahan gaya dari bola. d) Masih menunjukkan kesulitan mendapat posisi sejajar dengan objek.

45 2) Tahap Dasar a) Masih terlihat kurang dalam dalam penglihatan jejak kaki. b) Memberi respon dengan bola namun gerakannya lambat dan tidak berurutan. c) Dapat mennerima bola yang bergulir dengan gerakan yang masih kaku. d) Masih terlihat tidak yakin untuk menggerakkan bagian tubuh yang digunakan dalam gerakan trapping. e) Gerakan masih belum stabil. Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan menerima dan mengontrol objek (trapping) antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 110): 1) Ketidakberhasilan dalam mengatur posisi tubuh yang tepat dengan objek. 2) Ketidakberhasilan dalam mengawasi objek. 3) Ketidakberhasilan untuk memberi respon saat objek mengenai bagian tubuh. 4) Ketidakberhasilan saat memandang objek yang jatuh pada kaki. 5) Memberikan gerakan tubuh yang menyambut objek, bukan sebaliknya. 6) Ketidakmampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika menerima objek dalam posisi canggung atau tidak biasa.

46 f. Memukul Gerakan memukul, misalnya memukul bola, dilakukan dengan cara sebagai berikut: mula-mula anak berusaha mengayunkan tangannya dengan lengan lurus ke arah depan atas. Selanjutnya gerakan akan berkembang dan mampu memukul dari samping ke arah depan serta memukul bola di atas kepala. Perkembangan kemampuan memukul bola mulai tampak pada usia yang makin bertambah, dan kemampuan memukul akan semakin timbul dan berkembang apabila anak memperoleh kesempatan untuk melakukannya berulang-ulang. Tahapan gerakan memukul antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 111-112): 1) Tahap Awal a) Gerakan dari belakang menuju ke depan. b) Kaki dalam keadaan seimbang. c) Tubuh menghadap ke arah bola. d) Siku benar-benar dalam keadaan lentur. e) Tidak ada perputaran tubuh. f) Kekuatan datang dari peruasan kelenturan tulang sendi yang semakin menurun. 2) Tahap Dasar a) Tubuh berbelok ke sisi dimana diduga adanya lemparan bola. b) Perubahan berat ke bagian kaki depan sebelum menyentuh bola.

47 c) Kombinasikan tubuh dan perputaran pinggul. d) Siku dilenturkan pada ketajaman sudut yang lebih kecil. e) Kekuatan datang dari perlunasan kelenturan tulang sendi. Perputaran tubuh dan gerakan ke depan dalam sebuah bidang miring. Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan memukul antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 113): 1) Gagal mengawasi bola. 2) Ketidakmampuan dalam menetapkan jalannya bola dan waktu yang tepat untuk pergerakan tubuh. 3) Gagal menjaga jari dan pergelangan tangan tetap kencang. 4) Gagal memperpanjang seluruh keselarasan sampai persentuhan bola. 5) Ketidakmampuan untuk menerima bola dengan kedua tangan secara serempak. 6) Posisi tubuh yang kurang baik dibawah bola. g. Memantulkan Bola Gerakan memantul-mantulkan bola bisa dilakukan anak apabila ia memperoleh kesempatan bermain-main dengan bola. Gerakan ini terbentuk mula-mula dari gerakan menjatuhkan bola yang dipegang. Apabila bola itu memantul ke atas maka, ia akan berusaha menangkapnya.

48 Pada mulanya ia belum berhasil menangkapnya, tetapi dengan melakukan berulang-ulang ia akan berhasil. Begitu berhasil, ia akan makin senang mengulanginya. Kemampuan memantul-mantulkan bola berulang kali tanpa menangkap berkembang sejalan dengan kemampuan mengontrol kekuatan tangan dan arah tegaknya bola. Pada mulanya anak berusaha memantulmantulkan bola menggunakan satu tangan. Penguasaan gerakan memantulmantulkan bola menggunakan satu tangan berkembang lebih awal dibanding menggunakan dua tangan. Penggunaan dua tangan lebih sukar dibanding menggunakan satu tangan karena cara tersebut membutuhkan koordinasi dan sinkronisasi antara tangan kanan dan tangan kiri serta masih sulitnya anak mengatur posisi badan. Besarnya bola yang digunakan ada pengaruhnya terhadap tingkat penguasaan gerakan. Hal ini berkaitan dengan ukuran dan kekuatan tangan. Tahapan gerakan memantulkan bola antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 114-115): 1) Tahap Awal a) Bola dipegang dengan kedua tangan. b) Tangan ditempatkan disisi bola, dengan telapak tangan saling berhadapan. c) Gerakan mendorong ke bawah dengan kedua lengan. d) Bola yang bersentuhan dengan permukaan lantai di dekat tubuh mungkin mengenai kaki.

49 e) Variasi yang baik pada ketinggian lambungan. f) Ulangi lambungan dan tangkap (ingkat) polanya. 2) Tahap Dasar a) Bola dipegang dengan kedua tangan, satu tangan berada di bagian atas dan satu lagi berada di bagian dasar. b) Abaikan sandaran ke depan, dengan bola dibawa sejajar dada untuk memulai aksi. c) Gerakan mendorong ke bawah dengan kedua lengan. d) Kekuatan mendorong ke bawah tidak konsisten. e) Tangan menepuk bola untuk lambungan berikutnya. f) Pergelangan tangan melentur dan diulurkan serta telapak tangan menyentuh bola tiap lambungan. g) Adanya monitor bola secara visual. h) Keterbatasan kontrol bola saat dribbling. Masalah umum yang sering dihadapi ketika melakukan gerakan memantulkan bola antara lain sebagai berikut (Samsudin, 2005: 116): 1) Lebih menepuk bola daripada mendorong bola ke bawah. 2) Kekuatan yang tidak tetap pada dorongan ke bawah. 3) Kesalahan memfokus dan arah/jurusan bola tidak efisien. 4) Tidak mampu memantulkan dengan kedua tangan. 5) Tidak mampu memantulkan tanpa melihat bola.

50 C. Konsep Permainan Modifikasi 1. Konsep Dasar Bermain Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial. Sugianto (1995) menyatakan bahwa bermain adalah kegiatan yang terjadi secara alamiah pada anak, anak tidak perlu dipaksa untuk bermain. Sudono (1995) menyatakan bermain sebagai suatu kegiatan yang dilakukan anak dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Kurniati, 2008: 1-6). Sedangkan menurut Hurlock (2000: 320) bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar. Menurut Mulyadi (dalam Kurniati, 2008: 4) terdapat beberapa karakteristik bermain, antara lain sebagai berikut: a. Bermain adalah sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif bagi anak. b. Bermain tidak memiliki tujuan ekstrinsik namun motivasinya lebih bersifat intrinsik. c. Bersifat spontan dan sukarela tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih anak. d. Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak. e. Memilik hubungan sistematik khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti misalnya kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan lain sebagainya.

51 Menurut Solehuddin (2000: 77-78), karakteristik bermain diantaranya bersifat voluntir, bebas, terfokus pada proses, memberikan ganjaran secara intrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel. Vygotsky menyatakan bahwa bermain berkonstribusi terhadap perkembangan sejumlah fungsi mental yang cukup tinggi (dalam Kurniati, 2008: 9). Terdapat beberapa pengaruh bermain menurut Vygotsky, antara lain sebagai berikut: a. Pengaruh Bermain terhadap Nalar Bermain dapat membantu anak untuk mengembangkan nalar, misalnya bermain fantasi dapat membantu anak memahami makna suatu hal atau objek. b. Pengaruh Bermain terhadap Imjinasi dan Kreativitas Pada hakikatnya berdasarkan imajinasi anak mampu memasuki dan melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukannya dalam kehidupan nyata. Bermain imajinatif ini dapat membantu mengembangkan kreativitas anak. c. Pengaruh Bermain terhadap Memori Suasana ketika anak bermain sebagian besar dapat mempengaruhi daya ingat anak. Bermain dapat menghasilkan ingatan yang lebih baik bagi anak daripada sekedar dalam tugas memberi nama atau menyentuh objek dalam keadaan terbatas.

52 d. Pengaruh Bermain terhadap Bahasa Bermain yang melibatkan interaksi dengan orang lain pada dasarnya akan membantu meningkatkan perkembangan bahasa bagi anak. e. Pengaruh Bermain terhadap Perilaku Sosial Dalam kegiatan bermain, anak dikondisikan untuk melatih pengendalian dirinya yang merupakan suatu prasyarat dalam berperilaku sosial positif. Maxim (dalam Kurniati 2008:10) menjelaskan peranan bermaian terhadap perkembangan anak, antara lain sebagai berikut: a. Fisik Bermain dapat mengembangkan otot-otot besar dan kecil. Misalnya mengangkat balok, melempar bola, melukis, menggunting dan lain sebagainya. b. Keterampilan Intelektual Bermain dapat meningkatkan aktivitas berfikir anak melalui bahasa, mengamati objek seperti warna dan bentuk, meningkatkan kemampuan anak untuk memecahkan masalah, dan lain sebagainya. c. Keterampilan Sosial Bermain dapat mengembangkan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam kegiatan bermain anak belajar

53 untuk diterima, terlibat kerjasama, dan mengembangkan empatinya terhadap orang lain. d. Emosi Bermain dapat mengembangkan ekspresi anak, mengendalikan emosi, menghadapi ketegangan, ketakutan dan frustasi. 2. Konsep Dasar Permainan Setiap orang khususnya anak-anak sangat menggemari permainan, karena permainan mendatangkan kesenangan dan kepuasan terhadap masingmasing individu. Adapun fungsi permainan antara lain sebagai berikut (Depdikbud, Modul 3 Gerak dan Permainan: 24-25): a. Fungsi Permainan terhadap Pengembangan Jasmaniah Pengembangan jasmaniah yang dimaksud adalah untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik, yaitu dengan cara mengembangkan kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan kelentukan. b. Fungsi Permainan terhadap Pengembangan Kejiwaan Dalam hal ini, permainan dapat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak antara lain: 1) Berkembangnya rasa percaya diri, hal ini muncul karena melalui permainan selain seorang anak mengenal orang lain, ia juga dapat mengenal dirinya sendiri. Melalui bimbingan yang terarah maka

54 kepercayaan terhadap diri sendiri mudah untuk dikembangkan dan juga rasa rendah diri dapat dihilangkan. 2) Berkembangnya jiwa sportivitas, hal ini dapat dilatih ketika melakukan permainan beregu, individu diharuskan mentaati peraturan-peraturan, melakukan aktivitas yang dengan jujur, wajar dan adil, atas dasar inilah maka melalui permaianan dapat dipupuk rasa sportivitas bagi pelakunya. 3) Pengembangan keseimbangan mental, hal ini dikarenakan permainan mempunyai nilai-nilai untuk rehabilitasi, perkembangan serta kesehatan mental, sehingga mental akan tetap seimbang. 4) Pengembangan kecepatan proses berfikir, hal ini dapat dilihat ketika seorang anak sedang melakukan permainan, dalam permainan itu anak tersebut dituntut untuk memiliki daya sensitivitas dan daya persepsi yang tinggi terhadap situasi yang dihadapi. Mereka harus berfikir dan bertindak cepat dan tepat agar tidak ketinggalan oleh lawan bermainnya. 5) Berkembangya kemampuan untuk memimpin (kepemimpinan), hal ini dapat dilihat dari berlangsungya suatu permainan yang berkelompok. Karena di dalam suatau permainan berkelompok, pasti ada salah seorang yang memimpin permainan. Pada kesempatan inilah kemampuan anak dalam hal kepemimpinan dapat berkembang sedikit demi sedikit.

55 6) Pengembangan kecintaan terhadap olahraga. Permainan merupakan salah satu aktivitas untuk pengisian waktu luang. Atas dasar inilah maka sangat penting sekali diberikannya sebuah pengertian kepada anak, bahwa olahraga permainan itu sangat penting bagi perkembangan dirinya sendiri maupun sebagai anggota masyarakat dan juga sebagai pengisi waktu luang yang positif. c. Fungsi Permainan terhadap Pengembangan Sosial. Permainan mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk rasa bermasyarakat, antara lain: 1) Permainan merupakan permulaan pendidikan kemasyarakatan bagi anak. 2) Permainan melatih anak untuk mengikuti peraturan. 3) Permainan melatih kerjasama. 4) Permainan melatih solidaritas dan sportivitas. 3. Permainan Modifikasi a. Definisi Permainan Modifikasi Permainan modifikasi adalah suatu versi khusus dari permainan yang beberapa aturan tertentu telah berubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pemainnya, pengalaman-pengalaman khusus para pemain, dan fasilitas dan perlengkapan yang tersedia (Deni, 2011: 191).

56 Dalam Bacharudin M & Chaedar A (2008:37) mengatakan bahwa Permainan yang sesungguhnya belum bisa dilaksanakan pada anak usia dini, sehingga perlu dimodifikasi agar anak dapat bermain sesuai dengan perkembangan kemampuan anak. Sejalan dengan pernyataan di atas, Tinning (dalam Deni, 2011: 193) menyatakan: With any education innovation there is a good deal of modification of the original ideas as it is implemented at the individual school and classroom level. The original notion of daily physical education as outlined by the south Australian materials has been modified in many ways Pernyataan tersebut bermaksud bahwa semakin meningkatnya inovasi pendidikan saat ini memungkinkan kalangan praktisi pendidikan, khususnya pendidikan jasmani untuk melakukan modifikasi dalam pembelajaran untuk disesuaikan dengan kondisi sekolah ataupun peserta didik. Modifikasi tersebut timbul berdasarkan tuntutan pengembangan untuk memecahkan beberapa masalah yang dijumpai di lapangan seperti kejenuhan anak, kurang tereksploitasinya kemampuan gerak anak, dan karakteristik anak usia dini yang berbeda dengan anak dewasa, modifikasi tersebut dapat berupa perubahan luas lapangan, alat yang digunakan, peraturan yang digunakan, dan lain-lain, hal ini senada dengan pernyataan Lutan (dalam Deni, 2011: 193): Modifikasi diartikan sebagai perubahan dari keadaan lama menjadi keadaan baru. Perubahan itu dapat berupa bentuk, fungsi cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan karakteristik semula. Ngasmain & Soeparto (dalam Deni, 2011: 193) juga menyatakan bahwa permainan modifikasi adalah perubahan dalam permainan dari