PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PKn SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN LABUHANBATU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. satu file sehingga menghasilkan satu hasil yang dikehendaki. (Abdul Kadir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas kerja yang terpisah, tetapi berhubungan dan memberikan

PRESTASI KERJA. Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE.

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah pengertian dari perangkat lunak : Menurut Jogiyanto H.M (1992 : 420), perangkat lunak adalah program yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Manullang (2004:5) menyatakan bahwa : Manajemen adalah seni dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, karena suatu aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya yaitu

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan 2. Pengambilan Keputusan administratif 3. Keperluan perusahaan

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB II BAHAN RU JUKAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB II LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

Shirley Fakultas Psikologi Universitas Medan Area

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF PADA HOTEL GARUDA DI PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prestasi kerja karyawannya dalam melaksanakan pekerjaan. Karena karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni untuk menerapkan fungsifungsi

BAB II LANDASAN TEORI

personalia yang diambil tidak tepat. h. Diagnosa Disain Pekerjaan i. Kesempatan Kerja yang Adil internal diambil tanpa diskriminasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pengertian Manajemen dan Fungsi Manajemen Pengertian Manajemen

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Informasi pada suatu sistem meliputi masukan data (input) yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA COMPILED BY: IY

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. kedudukan sumberdaya manusia dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang masing-masing jabatan. Pekerjaan (job) terdiri dari sekelompok tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai

BAB II KAJIAN TEORITIK

Pertemuan 6. Nova Yanti Maleha, S.E.MM 07/10/2016

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Malayu S.P

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengelola suatu instansi/lembaga/perusahaan peran pegawai yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. karyawan selalu menyelesaikan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Tanpa

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja (prestasi kerja) menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001 :

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT SUMBER FAJAR INTI ABADI DI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia membahas dan mengemukakan bagaimana suatu organisasi mengolah

B A B I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi publik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

PSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: VI HR INTEGRATION. Hubungan antar manusia Teori-teori Motivasi Teori Kepemimpinan KKB dan Collective Bargaining

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MOTIVASI KERJA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI FAKULTAS DAKWAH IAIN AR-RANIRY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan, dan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

JURNAL Jurnal Pembelajaran Dan Ilmu Civic CIVITAS Kajian Pembelajaran Pendidikan PKN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PKn SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN LABUHANBATU PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi pada badan pelayanan perizinan terpadu Kabupaten Labuhanbatu Selatan) Agus Anjar Program Studi Pendidikan PKn, STKIP Labuhanbatu Email : agus_anjar.msi80@yahoo.co.id ABSTRAK Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pengaruh kepemimpinan dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah pegawai. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dengan pengaruh kepemimpian dan motivasi pemimpin yang baik pula. Kinerja merupakan cara yang diper oleh dari kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian terapan, yang berdasarkan metode penelitian evaluasi dengan tingkat eksplanasi besifat assosiatif dan analisis yang digunakan adalah data kuantitatif, dengan menggunakan analisis skala likert, rentang skala, hipotesis dengan analisis jalur (Path Analysis). Path Analysis digunakan untuk menguji besarnya pengaruh Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Langkah-langkah yang digunakan adalah merumuskan persamaan struktural, menghitung koefesien berdasarkan pada koefesien regr esi, gambar diagr am lengkap, menghitung koefesien regresi disetiap struktur, menghitung koefesien jalur (simultan dan individual), merangkum dalam tabel, dan kesimpulan. Kata Kunci: Pengaruh kepemimpinan

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia saat ini didorong oleh kemajuan per adaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Perkembangan ini dimulai sejak adanya kerjasama dan pembagian kerja diantara dua orang atau lebih. Pengelolaan Sumber Daya ini sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi melalui manajemen yang merupakan alat untuk mencapai tujuan tersebut. Manajemen yang baik akan memudahkan ter wujudnya tujuan perusahaan, pegawai, dan masyarakat. Dengan manajemen daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Dalam pencapaian tujuan perusahaan banyak unsur-unsur yang menjadi hal penting dalam pemenuhannya, diantaranya adalah unsur kepemimpinan atau pemimpin. Sumber Daya yang telah tersedia jika tidak dikelola dengan baik maka tidak akan memperoleh tujuan yang telah direncanakan, sehingga peranan pemimpin sangat penting yang dapat mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya untuk mencapai suatu tujuan. Dasarnya kepemimpinan merupakan pengaruh seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja efektif sesuai dengan perintahnya, dengan pengaruh kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin ini yang akan digunakan untuk bisa mengarahkan Sumber Daya Manusia dapat menggunakan semua kemampuannya dalam mencapai kinerja yang baik. Selain dari hal pengaruh kepemimpinan yang ditujukan seorang pemimpin untuk memberikan arahan kepada bawahan, hal penting lain yang harus dipahami oleh seorang pemimpin bahwa mengatur pegawai adalah hal yang sulit dan kompleks, karena mereka mempunyai pikiran. Perasaan, status, keinginan dan latar belakang yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi. Pegawai tidak dapat diatur dan dikuasai sepenunhnya seperti mengatur mesin, modal atau gedung, pegawai merupakan assets yang sangat berharga yang dimiliki oleh perusahan. Tujuan tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif pegawai meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfatnya bagi

perusahaan, jika peran aktif pegawai tidak diikutsertakan. Sehingga untuk bisa memadukan antara kepentingan perusahaan dan kebutuhan pegawai seorang pemimpin harus mengintegrasikan kedua hal tersebut, salah satunya dengan pember ian motivasi. Dengan motivasi ini pemimpin dapat mendorong atau menggerakan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secar a produktif berhasil dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan, perusahaan bukan saja menghar apkan pegawai mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Kemampuan dan kecakapan pegawai tidak ada artinya bagi perusahaan jika mereka tidak mau bekerja dengan giat. Kecanggihan peralatan yang didukung Sumber Daya Manusia yang terampil dan berkualitas akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan. Pengaruh kepemimpinan seorang pemimpin dan motivasi yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya sangat berpengaruh ter hadap kinerja bawahan dalam hal ini adalah pegawai. Kinerja yang baik dari bawahan dapat diperoleh dengan pengaruh kepemimpian dan motivasi pemimpin yang baik pula. Kinerja merupakan cara yang diperoleh dari kedua hal tersebut dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang dan suatu hal penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian pada badan pelayanan terpadu, untuk mengetahui pengaruh kepemimpian yang dilakukan oleh pemimpin, motivasi yang dilakukan atasan kepada bawahan (pegawai), serta mengetahui pengaruh pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai, untuk selanjutnya penelitian ini teruang dalam sebuah judul yaitu Pengaruh Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi kerja terhadap Kinerja Pegawai. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam hal ini penulis akan merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kepemimpinan badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan?

2. Bagaimana motivasi kerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan? 3. Bagaimana kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan? 4. Bagaimana pengaruh pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan? 5. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan? 6. Bagaimana hubungan pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh kepemimipinan badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan motivasi kerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan. 3. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan. 4. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh pengaruh kepimpinan ter hadap kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan. 5. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan pengaruh motivasi terhadap kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan. 6. Untuk mengetahui, menganalisis dan menjelaskan hubungan pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai badan pelayanan terpadu kabupaten Labuhanbatu Selatan. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri, pihak lembaga pendidikan dan pihak-pihak lain yang kiranya berkepentingan dengan masalah ini. Berikut ini penulis sampaikan mengenai kegunaan penelitian :

1. Bagi Peneliti a. Untuk mengaplikasikan dan membandingkan antara teori-teori yang ada dengan realitas yang ada dilapangan, dan untuk lebih memahami serta memperluas tentang manajemen pemasaran. 2. Bagi instansi Dengan adanya penelitian diharapkan dapat memberikan ide atau saran dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada instansi tersebut bersifat membangun bagi kemajuan instansi. 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 (satu) tahun dari bulan Februari 2015 sampai bulan Januari 2016 untuk mempermudah dalam penelitian ini. BAB II LANDASAN TEORI A. Pemimpin Pengertian pemimpin menurut Malayu S. P. Hasibuan (2005:169) adalah sebagai berikut : Pemimpin (leader = head) adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan menurut Robert Tanembuan dalam buku Malayu S. P. Hasibuan (2006:43) adalah sebagai berikut : Pemimpin adalah mer eka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan, dan mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan. Menurut Gibson et al. (1991, p. 364) dalam buku Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (2003:152) Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok. Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik berikut : 1. Tanggung jawab yang seimbang 2. Model peranan yang positif

3. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik 4. Memiliki pengaruh positif 5. Mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain Selain karakteristik seorang pemimpin yang baik harus dapat memainkan peranan pentingnya dalam melakukan tiga hal berikut, yaitu: 1. Mengatasi penolakan terhadap perubahan 2. Menjadi perantara bagi kebutuhan kelompok-kelompok di dalam dan di luar organisasi 3. Membentuk kerangka etis yang menjadi dasar operasi setiap pegawai dan perusahaan secara keseluruhan. B. Pengertian Pengaruh Kepemimpinan Cara/pengaruh/tipe/style kepemimpinan yang dikemukakan oleh para penulis berbeda, tetapi makna dan hakikatnya bertujuan untuk mendorong gairah kerja, keputusan kerja, dan produktivitas kerja pegawai yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal. Menurut Malayu S. P. Hasibuan ( 2005:170) pengaruh kepemimpinan ada tiga yaitu : 1. Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan Otoriter adalah jika kekuasaaan atau wewenang, sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dan kebijakan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Falsafah pimpinan ialah bawahan adalah untuk pemimpin/atasan. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana keputusan yang telah ditetapkan pimpinan. Pemimpin menganggap dirinya orang yang paling berkuasa, paling pintar, dan paling cakap. Pengarahan bawahan dilakukan dengan memberikan instruksi perintah, ancaman hukuman, serta pengawasan dilakukan secara ketat. Orientasi kepemimpinannya difokuskan hanya untuk peningkatan produktivitas kerja pegawai dengan memperhatikan perasaan dan kesejahteraan bawahan. Pimpinan menganut sistem menajemen tertutup ( closed management) kurang menginformasikan keadaan perusahaan pada bawahannya. Pengkaderan kurang mandapat perhatiannya.

1. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Falsafah pemimpin ialah pemimpin (dia) adalah untuk bawahan. Bawahan harus berpartisipasi memberikan saran, ide, dan pertimbangan-pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Keputusan tetap dilakukan pimpinan dengan mempertimbangkan saran dan ide yang diberikan bawahannya. Pemimpin menganut sistem menajemen terbuka (open management) dan desentralisasi wewenang. Pemimpin dengan pengaruh partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan. Dengan demikian, pemimpin akan selalu membina bawahan untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar. 2. Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijakan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan menger jakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap, menyerahkan, dan mengatakan kepada bawahan inilah perkerjaan yang harus Saudara kerjaan, saya tidak peduli, terserah Saudara bagaimana mengerjakannya asal pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawahan bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelasaikan pekerjaan tersebut. Bawahan dituntut memiliki kematangan dalam pekerjaan (kemampuan) dan kematangan melakukan sesuatu yang berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. 3. Pengertian Kinerja Menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:67) adalah sebagai berikut : Pengertian kinerja (pr estasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pengertian prestasi kerjas Menurut Malayu Hasibuan (2005:87) adalah: prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Menurut Veithzal Rivai (2009:549) mengemukakan bahwa Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Penilaian prestasi pegawai dikenal dengan istilah Performance rating, perfor mance apprisal, performance assessment, epmloyment evaluation, merit rating, effeciency rating, service rating. Pengertian penilaian prestasi pegawai menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:69) dari berbagai pendapat adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan keduanya. Pemimpin perusahaan yang menilai prestasi kerja pegawai, yaitu atasan, pegawai langsung, dan atasan tak langsung. Disamping itu pula, kepala personalia ber hak pula memberikan penilaian prestasi terhadap semua pegawainya sesuai data yang ada di bagian personalia. 3.1. Aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja Dari hasil studi Lazer dan Wikstrom (1997) yang dikutip dalam buku Veithzal Rivai (2008:324) bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam kinerja dapat dikelompokkan menjadi : 1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode, teknik, dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnnya. 2. Kemampuan konseptual, yaitu kemampuan untuk memahami kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing kedalam bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawabnya sebagai seorang pegawai. 3. kemampuan hubungan interpersonal, yaitu antara lain kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain,

memotivasi pegawai, melakukan negosiasi dan lain-lain. Sedangkan menurut hasibuan (2005:95) unsur-unsur yang dinilai didalam prestasi kerja adalah: 1. Kesetiaan Penilai mengukur kesetiaan pegawai terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan pegawai menjaga dan membela organisasi didalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang tidak bertanggung jawab. 2. Prestasi kerja Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan pegawai tersebut dari uraian pekerjaannya 3. Kejujuran Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakn tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada bawahannya. 4. Kedisiplinan Penilai menilai disiplin pegawai dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya. 5. Kreativitas Penilai menilia kemampuan pegawai dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna, 6. Kerja sama Penilai menilai kesediaan pegawai berpartisipasi dan berkerja sama dengan pegawai lainnya secara vertical atau horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik 7. Kepemimpinan Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif. 8. Kepribadian Penilai menilai pegawai dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar. 9. Prakarsa Penilai menilai kemampuan berpikir orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan

membuat keputusan penyelesaian masalah yang dihadapinya. 10. Kecakapan Penilai menilai kecakapan pegawai dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat didalam penyusunan kebijaksanaandan didalam situasi manajemen. 11. Tanggung jawab Penilai menilai kesediaan pegawai dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Unsur pr estasi pegawai yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yan dinilai itu mencakup seperti hal-hal di atas. 3.2. Tujuan Dan Kegunaan Penilaian Kinerja Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan pokok yaitu: 1. Manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja pegawai pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM di masa yang akan datang. 2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu pegawainya memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan antar manajer yang bersangkutan dengan pegawai. Selain itu penilaian kinerja dapat digunakan untuk: 1. mengetahui perkembangan, yang meliputi; a. identifikasi kebutuhan pelatihan b. umpan balik kinerja c. menentukan transfer dan penugasan d. identifikasi kekuatan dan kelemahan pegawai 2. pengambilan keputusan administrative, yang meliputi; a. keputusan untuk menetukan gaji, pr omosi, mempertahankan dan memberhentikan pegawai b. pengakuan kinerja pegawai c. pemutusan hubungan kerja d. mengidentifikasi yang buruk 3. keperluan perusahaan, yang meliputi; a. perncanaan SDM, menentukan kebuuhan pelatihan b. evaluasi terhadap sistem SDM

c. penguatan terhadap kebutuhan pengembangan perusahaan 4. dokumentasi, yang meliputi; a. kriteria untuk validasi penelitian b. dokumentasi keputusankeputusan tentang SDM c. membantu untuk memenuhi persyaratan hukum Kegunaan penilaian kinerja ditinjau dari berbagai perspektif pengembangan perusahaan, hususnya manajemen SDM, yaitu: 1. Posisi tawar. Untuk memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional dengan serikat buruh atau langsung dengan pegawai. 2. Perbaikan kinerja. Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi pegawai, manajer, dan spesialis personil dalam bentuk kegiatan unutk meningkatkan atau memperbaiki kinerja pegawai 3. Penyesuaian kompensasi. Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian gantirugi, menentukan siapa yang perlu dinaikan upah, bonus atau kompensasi lainnya. 4. Keputusan penempatan. Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan penurunan pangkat. 5. Pelatihan dan pengembangan, kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan. 6. Perencanaan dan pengembangan karir. Umpan balik penilaian kinerja dapat digunakan sebagai panduan dalam perencanaan dan pengembangan karir pegawai. 7. Evaluasi proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur Staffing departemen SDM. 8. Defesiensi proses penempatan pegawai. Kinerja yang baik atau buruk mencer minkan kekuatan atau kelemahan dalam prosedur penempatan pegawai di departemen SDM. 9. Ketidak akuratan informasi. Kinerja lemah menandakan adanya kesalahan didalam sistem informasi manajemen SDM. 10. Kesalahan dalam merancang pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin merupakan suatu gejaladari rancangan pekerjaan yang kurang tepat. 11. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian kinerja yang akurat terkait dengan pekerjaan dapat memastikan bahwa keputusanpenempatan internal tidak bersifat diskriminatif.

12. Mengatasi tantangan eksternal. Kadang kinerja diperanguhi oleh faktor diluar lingkungan pekerjaan, seperti keluarga,keuangan, kesehatan atau hal lain seperti ahl pribadi. 13. Elemen-elemen pokok sistem penilaian kinerja. Departemen SDM biasanya mengembangkan penilaian kinerja bagi pegawai di semua departemen. 14. Umpan balik ke SDM. Kinerja baik atau jelek di selur uh perusahaan, mengindikasikan seberapa baik departemen SDM berfungsi. 3.3.Faktor-Faktor Penghambat Penilaian Kinerja Penyedia sering kali tidak berhasil untuk meredam emosi dalam menilai prestasi kinerja pegawai, hal ini menyebabkan penilaian menjadi bias. Bias adalah distorsi pengukuran yang tidak akurat. Bias ini mungkin terjadi sebagai akibat ukuranukuran yang digunakan bersifat subjektif. Berbagai bentuk bias yang umum terjadi: 1. Kendala hukum/legal Penilaian kinerja har us bebas dari diskriminasi tidak sah atau tidak legal. 2. Bias oleh penilai (penyelia) Bentuk-bentuk bias yang biasanya terjadi adalah: a. Hallo effect. Terjadi ketika pendapat pribadi penilai mempengaruhi pengukuran kinerja baik dalam arti positif maupun negatif. b. Kesalahan kecenderungan terpusat. Beberapa penilai tidak suka menempatkan pegawai keposisi ekstrim. c. Bias karena terlalu lunak dan ter lalu keras. Bias ini terjadi ketika penilai cenderung begitu mudah atau terlalu ketat dalam mengevaluasi kinrja pegawai. d. Bias karena penyimpangan lintas budaya. Setiap penilai mempunyai harapan tentang tingkah laku manusia yang didasarkan pada kulturnya. e. Prasangka pribadi. Siakp tidak suka seorang penilai terhadap sekelompok orang tertentu dapat mengaburkan hasil penilaian seorang pegawai. f. Pengaruh kesan terakhir. Kiner ja pegawai dinilai berdasarkan penampilan kar yawan saat sekarang yang masih diingat oleh penilai.

3. Mengurangi bias penilaian Pelatihan untuk penilai perlu melibatkan tiga hal berikut: a. Penyimpangan dan penyebab mereka harus diterangkan b. Peran penilai kinerja dalam pengambilan keputusan terhadap pegawai harus diterangkan untuk menjaga kenetralan dan objektivitas; c. Dengan bantuan departemen SDM menemukan dan menggunakan teknik penilaian yang dipandang paling tepat, baik yang berorientasi pada prestasi kerja di masa lalu maupun yang ditujukan kepada kepentingan perusahaan dimasa depan. Selain faktor-faktor diatas yang menyebabkan terjadinya dalam penilaian kinerja, dalam praktiknya pendekatan penilaian harus dapat mengidentifikasi standar kinerja, mengukur criteria, dan kemudian memberi umpan balik kepada pegawai dan departemen SDM. 2.5.4. M etode-m etode Penilaian Kinerja Metode atau teknik penilaian kinerja pegawai dapat digunakan dengan pendekatan yang berorientasi masa lalu dan masa depan. 1. Metode penilain berorientasi masa lalu Ada beberapa metode untuk penilaian prestasi kinerja diwaktu yang lalu, dan hampir semua teknik tersebut mer upakan suatu upaya untuk meminimumkan berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam pendekatan ini.teknik penilaian ini meliputi: a. Skala peringkat (rating scale) b. Daftar pertanyaan (checklist) c. Metode dengan pilihan terarah ( forced choice methode) d. Metode peristiwa kritis (critical incident methode) e. Metode catatan prestasi f. Skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku (behaviorally anchored rating scale=bars) g. Methode peninjauan lapangan (fiel review methode) h. Tes dan observasi pr estasi kerja (performance test and observation) i. Pendekatan evaluasi komaratif BAB. III Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Penyedia sering kali tidak berhasil untuk meredam emosi dalam menilai

prestasi kinerja pegawai, hal ini menyebabkan penilaian menjadi bias. Bias adalah distorsi pengukuran yang tidak akurat. Bias ini mungkin terjadi sebagai akibat ukuran-ukuran yang digunakan bersifat subjektif. Soerjono Soekanto (1990), Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada Soetrisno, Loekman (1995), Menuju Masyarakat Partisipatif, Kanisius Yogyakarta B. Saran 1. Perlunya peningkatan disiplin antara atasan dan bawahan 2. Retensi yang belum diterapkan oleh instansi terkait Daftar Pustaka James A Christianson & Jerry W Robinson Jr (1989), Community Development in Prespective, Iowa State University Press Nurdin, Ali (2000), Identifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi partisipasi dalam pemeliharaan prasarana pasca program P3DT (Studi kasus : Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya). Tugas Akhir. Teknik Planologi ITB Purwatiningsih, A Ismani (2004), Faktorfaktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pembangunan Desa,Jurnall ilmiah Administrasi Publik FIA, Vol.IV, No.2, 1-24 Prasetyo, Indro (2009), Aspek Partisipasi Masyarakat dalam Implementasi PPIP di Desa Tonjong Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Tesis ITB