Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

AKUNTANSI PPN & PPnBM

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

FAKTUR PAJAK STANDAR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pajak Pertambahan Nilai-nya sebagai Pengusaha Kena Pajak dengan

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Nilai PT TCI. Maka penulis memberi simpulan sebagai berikut:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN S.E. DJP NO.: SE-32/PJ.3/1988 TANGGAL 28 JULI 1988 CONTOH PENGHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI DAN KENAIKAN

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Analisis Atas Prosedur Pajak Pertambahan Nilai. PT. IBH merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan

Prinsip Umum. Pengkreditan Pajak Masukan. PajakMasukanTidakDapat Dikreditkan. Prinsip Umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

PER - 3/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI YANG DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENY

Penggantian ke 2 (dua) :

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. dan bergerak dalam bidang industri dan distribusi tali kipas (v-belt & fan belt) untuk

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM :

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

Sistem Kredit PPN. PPN Keluaran. Ketika PPN Keluaran. Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan

Transkripsi:

Bab 4 PEMBAHASAN merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang kegiatan utamanya sebagai distributor langsung untuk atap baja ringan. PT. XYZ menjual asesoris untuk pembuatan atap, dinding dan lantai bangunan, bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan atap baja ringan dan asesorisnya adalah zincalume. Zincalum merupakan sejenis seng yang dilapisi almunium agar tahan karat atau tahan dari korosi. menjual prouk ke industri unuk pembuatan gudang pabrik atau bangunan. Saat pajak terutang adalah saat penyerahan Barang Kena Pajak, sedangkan untuk tempat terutang adalah sesuai dengan tempat dimana perusahaan dikukuhkan sebagai berikut : 1. Memungut Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%(sepuluh persen) atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). 2. Membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). 3. Melakukan setoran pajak yang terutang pada akhir bulan berikut setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. 4. Menyampaikan laporan perhitungan pajak dengan Surat Pemberitahuan Masa pada akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. 5. Menyimpan Faktur Pajak dengan rapih dan tertib. 6. Menyelenggarakan pencatatan dalam pembukuan perusahaan mengenai perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). 7. Melampirkan Daftar Ringkasan Pembelian dan Daftar Ringkasan Penjualan pada Surat Pemberitahuan Masa jika diminta. 37

4.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai 4.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) atas pembelian Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pajak Masukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan adalah pajak masukan atas perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha dari BKP/JKP yang dijual. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan memiiki syarat yaitu : Syarat formal : 1. Tercantum dalam faktur pajak dan dalam dokumen yang dilakukan sebagai faktur pajak dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Belum dilakukan pemeriksaan. Syarat material : 1. Berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. 2. Belum dibebankan sebagai biaya. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan Pasal 9 ayat (8) Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai ditegaskan bahwa Pengkreditan Pajak Masukan sebagai mana yang dimaksut pada Pasal 9 ayat (2) tidak dapat dikreditkan bagi pengeluaran untuk : 1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 38

2. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha. 3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan. 4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. 5. Memberikan kepastian hukum bahwa Pajak Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan. 6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak. 7. Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. 8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan. Pembelian yang dilakukan oleh menghasilkan Pajak Masukan pada Januari Desember tahun 2010 sebesar Rp565.754.379.,- pada tahun 2011 sebesar Rp1.454.077.689,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp1.102.470.292,- 39

Tabel 4.1 Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak DPP Pajak Masukan Jumlah Januari 396.434.735 39.643.474 436.078.209 Februari 567.615.828 56.761.583 624.377.411 Maret 437.274.296 43.727.430 481.001.726 April 348.180.792 34.818.079 382.998.871 Mei 519.560.650 51.956.065 571.516.715 Juni 321.306.890 32.130.689 353.437.579 Juli 172.685.847 17.268.585 189.954.432 Agustus 566.501.355 56.650.136 623.151.491 September 274.691.856 27.469.186 302.161.042 Oktober 818.147.088 81.814.709 899.961.797 November 381.537.314 38.153.731 419.691.045 Desember 853.607.139 85.360.714 938.967.853 Total 5.657.543.790 565.754.379 5.905.204.348 Dari tabel 4.1 diatas,dapat dilihat besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh dari pembelian kepada supplier sebesar Rp5.657.543.790,- menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp565.754.379,- dengan total pembelian pada tahun 2010 sebesar Rp5.905.204.348,- Pada bulan Oktober perusahaan melakukan pembelian yang cukup banyak yaitu sebesar Rp818.147.088,- dan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp81.814.709,- jadi total pembelian dibulan Oktober sebesar Rp899.961.797,- 40

Tabel 4.2 Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak DPP Pajak Masukan Jumlah Januari 1.020.712.067 102.071.206 1.122.783.273 Februari 662.660.059 66.266.005 728.926.064 Maret 1.503.043.453 150.304.345 1.653.347.798 April 942.837.629 94.283.762 1.037.121.391 Mei 783.439.864 78.343.986 861.783.850 Juni 213.307.242 21.330.724 234.637.966 Juli 1.285.384.206 128.538.420 1.413.922.626 Agustus 3.270.801.464 327.080.146 3.597.881.610 September 2.614.150.348 261.415.034 2.875.565.382 Oktober 889.814.856 88.981.485 978.796.341 November 488.248.475 48.824.847 537.073.322 Desember 866.377.292 86.637.729 953.015.021 Total 14.540.776.955 1.454.077.689 15.994.854.644 Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan Perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar Rp14.540.776.955,- dan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp1.454.077.689,- maka kas yang harus dibayarkan oleh perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp1.454.077.689,- dengan total pembelian ditahun 2011 sebesar Rp15.994.854.644,- termasuk dengan Pajak Pertambahan Nilai. Di bulan Agustus 2011 melakukan pembelian yang cukup banyak dikarenakan untuk mencukupi persediaan barang yang akan dijual dengan total pada bulan Agustus sebesar Rp3.597.881.610,- sudah termasuk Pajak Masukan sebesar 41

10%. Dan dibulan Agustus membeli kembali dengan jumlah yang lebih besar Rp5.814.615.378,- termasuk dengan Pajak Masukan. Dibulan berikutnya yaitu dibulan September perusahaan melakukan pembelian kembali dalam jumlah yang cukup banyak yaitu sebesar Rp2.614.150.348,- dengan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp261.415.034,- dan total pembelian pada bulan September sebesar Rp2.875.565.382,- Tabel 4.3 Pajak Masukan Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak DPP Pajak Masukan Jumlah Januari 1.328.909.563 132.890.951 1.461.800.514 Februari 888.006.817 88.800.680 976.807.497 Maret 835.109.241 83.510.921 918.620.162 April 1.199.368.024 119.936.800 1.319.304.824 Mei 852.618.186 85.261.815 937.880.001 Juni 569.617.624 56.961.765 626.579.389 Juli 859.675.379 85.967.538 945.642.917 Agustus 818.251.203 81.825.117 900.076.320 September 707.347.873 70.734.785 778.082.658 Oktober 786.771.087 78.677.105 865.448.192 November 1.564.452.622 156.445.256 1.720.897.878 Desember 614.575.612 61.457.559 676.033.171 Total 11.024.703.231 1.102.470.292 12.127.173.523 Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa besarnya Pajak Masukan yang dibayarkan oleh Perusahaan dari pembelian kepada supplier sebesar 42

Rp11.024.703.231,- dan menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp1.102.470.292,- dengan total pembelian dalam tahun 2012 sebesar Rp12.127.173.523,- termasuk dengan Pajak Pertambahan Nilai. Dalam tahun 2012 terlihat ada 3 bulan yang melakukan pembelian dalam jumlah besar yaitu bulan Januari, April adn November. Pada bulan Januari jumlah pembelian sebesar Rp1.328.909.563,- dengan Pajak Masukan sebesar Rp132.890.951, dan total pembelian sebesar Rp1.461.800.514,- Pada bulan April pembeliannya sebesar Rp1.199.368.024,- dan Pajak Masukan sebesar Rp119.936.800,- total pembelian bulan April sebesar Rp1.319.304.824,- Untuk bulan November pembelian sebesar Rp1.564.452.622,-menghasilkan Pajak Masukan sebesar Rp156.445.256,- dengan total pembelian di bulan November sebesar Rp1.720.897.878,- Dari penjabaran diatasa, bahwa terjadi penurunan pembelian pada di tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar hampir 24%, dikarenakan masih banyaknya persediaan bahan yang belum digunakan sebelumnya. Untuk mengetahui besarnya Pajak Masukan yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak terhadap Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak yaitu menggunakan Faktur Pajak Standar. Untuk setiap transaksi pembelian Perusahaan harus menerima bukti penerimaan atau invoice dan Faktur Pajak Standar dari perusahaan yang menyerahkan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak akan menentukan besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Faktur pajak Masukan yang nantinya akan di kreditkan dengan Pajak Keluaran perusahaan dan menentukan besarnya Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar, Lebih Bayar atau Nihil. Faktur Pajak Standar harus memenuhi sebagai berikut : 43

1. Nama, Alamat dan NPWP yang melakukan penyerahan atau pembelian BKP/JKP 2. Jenis barang / jasa, jumlah harga jual atau penggantian dan potongan harga 3. PPN yang dipungut 4. PPnBM yang dipungut 5. Kode, no seri, tanggal pembuatan Faktur Pajak 6. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak Berdasarkan hasil penelitian pada dokumen berupa SPT Masa tahun 2010, 2011, 2012, Faktur Pajak Masukan. Hasil wawancara penulis untuk faktur pajak tidak ditemukan masalah dikarenakan perusahaan sudah mengikuti Undang-Undang nomor 42 tahun 2009. Perusahaan mengakui sebelum diberlakukannya Undang-Undang no 42 tahun 2009, Faktur Pajak sering tidak diisi dengan lengkap dan jelas, hanya ada nama perusahaan dan NPWP tapi dikarenakan penulis menganalisis perusahaan XYZ mulai dari tahun 2010 jadi tidak membahas Faktur Pajak cacat di tahun 2009. Perusahaan harus tetap teliti saat menerima Faktur Pajak dan jika Perusahaan menerima Faktur Pajak yang tidak lengkap perusahaan harus langsung meminta Faktur pajak pengganti pada Perusahaan Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut. 4.1.2 Analisis Penyerahan Barang Kena Pajak (Pajak Keluaran) Pada tahun 2010, 2011, 2012, telah melakukan transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dan melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan yang dilakukan kepada pelanggan. Pemungutan yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengalikan tarif Pajak Pertambahan Nilai yang diterapkan dengan besarnya Dasar Pengenaan Pajak atas transaksi penyerahan. Perusahaan yang bertugas 44

sebagai pemungut wajib membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutan yang dilakukan atas penyerahan Barang Kena Pajak. Pembuatan Faktur Pajak yang dilakukan adalah saat pembayaran atau paling lambat satu bulan setelah berakhirnya Masa Pajak. Dilihat dari segi tanggal pembuatan, Faktur Pajak Keluaran yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Masa Pajak Pertambahan Nilai sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. menerbitkan Faktur Pajak ketika terjadi pembayaran uang muka yang diterima dan membuka Faktur Pajak lagi saat pelunasan. juga menerbitkan Faktur Pajak saat barang dikirimkan. Pajak Keluaran yang berasal dari penjualan pada tahun 2010 sebesar Rp795.905.213,- tahun 2011 sebesar Rp1.656.562.621,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp1.363.320.335,- 45

Tabel 4.4 Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Jumlah Januari 458.171.076 45.817.108 503.988.184 Februari 1.693.573.870 169.357.387 1.862.931.257 Maret 541.750.886 54.175.089 595.925.975 April 458.524.895 45.852.490 504.377.385 Mei 311.185.000 31.118.500 342.303.500 Juni 525.805.980 52.580.598 578.386.578 Juli 200.715.702 20.071.570 220.787.272 Agustus 681.208.924 68.120.892 749.329.816 September 256.789.803 25.678.980 282.468.783 Oktober 962.740.104 96.274.010 1.059.014.114 November 862.642.656 86.264.266 948.906.922 Desember 1.005.943.227 100.594.323 1.106.537.550 Total 7.959.052.123 795.905.213 8.754.957.336 Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui besarnya Pajak Keluaran yang diterima oleh perusahaan atas penjualan pada konsumen sebesar Rp7.959.052.123,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp795.905.213,- dan total penjualan tahun 2010 sebesar Rp8.754.957.336,- Penjualan terbesar di tahun 2010 ini terlihat pada bulan Februari dengan total penjualan pada konsumen sebesar Rp1.862.931.257,- sudah termasuk Pajak Keluaran. Dan pada bulan Oktober Penjualan perusahaan sebesar 46

Rp962.740.104,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp96.274.010,- dan total penjualan pada bulan Oktober sebesar Rp1.059.014.114,- Tabel 4.5 Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Jumlah Januari 1.063.422.318 106.342.231 1.169.764.549 Februari 867.473.627 86.747.362 954.220.989 Maret 1.850.970.759 185.097.075 2.036.067.834 April 1.338.137.995 133.813.799 1.471.951.794 Mei 930.876.050 93.087.605 1.023.963.655 Juni 225.650.652 22.565.065 248.215.717 Juli 1.553.985.998 155.398.599 1.709.384.597 Agustus 3.326.828.570 332.682.857 3.659.511.427 September 2.875.765.093 287.576.509 3.163.341.602 Oktober 902.382.906 90.238.290 992.621.196 November 746.557.791 74.655.779 821.213.570 Desember 883.574.509 88.357.450 971.931.959 Total 16.565.626.268 1.656.562.621 18.222.188.889 Dari tabel 4.5 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp16.565.626.268,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp1.656.562.621,- dan total penjualan pada tahun 2011 sebesar Rp18.222.188.889,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada 47

tahun 2011 diantara bulan-bulan lain bulan Juni 2011 penjualannya tidak begitu besar jika dibandingkan dengan bulan berikutnya atau bulan sebelumnya, melakukan penjualan sebesar Rp225.650.652,- dan menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp22.565.065,- dan total penjualannya sebesar Rp248.215.717,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Dan pada tahun 2011 ada 3 bulan yang penjualannya paling tinggi yaitu bulan Maret, Agustus dan September. Pada bulan Maret penjualan perusahaan sebesar Rp1.850.970.759,- dan menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp185.097.075,- total penjualan dibulan maret sebesar Rp2.036.067.834,- pada bulan Agustus adalah puncak tertinggi penjualan perusahaan pada tahun 2011 yaitu sebesar Rp3.326.828.570,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp332.682.857,- dan total penjualan sebesar Rp3.659.511.427,- diikuti dibulan September penjualan masih tergolong tinggi sebesar Rp2.875.765.093 dengan Pajak Keluaran sebesar Rp287.576.509 dan total penjualan bulan September sebesar Rp3.163.341.602,- Tabel 4.6 Pajak Keluaran Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak DPP Pajak Keluaran Jumlah Januari 1.598.048.942 159.804.895 1.757.853.837 Februari 840.808.716 84.080.871 924.889.587 Maret 668.554.490 66.855.450 735.409.940 April 1.202.496.369 120.249.638 1.322.746.007 Mei 796.589.425 79.658.944 876.248.369 Juni 684.499.452 68.449.945 752.949.397 Juli 1.023.794.136 102.379.414 1.126.173.550 Agustus 1.226.152.003 122.615.200 1.348.767.203 48

September 888.684.808 88.868.480 977.553.288 Oktober 837.693.098 83.769.310 921.462.408 November 2.298.003.399 229.800.341 2.527.803.740 Desember 1.567.878.455 156.787.847 1.724.666.302 Total 13.633.203.293 1.363.320.335 14.996.523.628 Dari tabel 4.6 diatas, dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran yang diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen sebesar Rp13.633.203.293,- menghasilkan Pajak Keluaran sebesar Rp1.363.320.335,- dan total penjualan pada tahun 2012 sebesar Rp14.996.523.628,- termasuk Pajak Pertambahan Nilai. Pada bulan November melakukan penjualan yang cukup besar yaitu sebesar Rp2.298.003.399,- dengan Pajak Keluaran sebesar Rp229.800.341,- dan total penjualan pada bulan November 2012 adalah sebesar Rp2.527.803.740,- 4.2 Analisis Perhitungan Besarnya Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar/Lebih Bayar Perhitungan besarnya Pajak Pertambahan Nilai yang Kurang Bayar atau Lebih Bayar dapat dilihat dari data-data Pajak Masukan dan Pajak Keluaran yang ditampilkan pada tabel diatas. Jika Pajak Masukan lebih kecil dari Pajak Keluaran maka Kurang Bayar dimana perusahaan wajib membayar kekurangannya kepada kas negara. Dan jika Pajak Masukan Lebih Besar dari Pajak Keluaran berarti Lebih Bayar, dimana Perusahaan berhak memilih apakah Lebih bayar tersebut akan direstitusikan atau dikompensasi untuk Masa Pajak berikutya. 49

Tabel 4.7 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2010 Kurang/ Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan kompensasi (Lebih)Bayar Januari 45.817.108 39.643.474 6.173.635 Februari 169.357.387 56.761.583 112.595.804 Maret 54.175.089 43.727.430 10.447.659 April 45.852.490 34.818.079 11.034.410 Mei 31.118.500 51.956.065 (20.837.565) Juni 52.580.598 32.130.689 20.837.565 (387.626) Juli 20.071.570 17.268.585 387.626 2.415.360 Agustus 68.120.892 56.650.136 11.470.757 September 25.678.980 27.469.186 (1.790.205) Oktober 96.274.010 81.814.709 1.790.205 12.669.097 November 86.264.266 38.153.731 48.110.534 Desember 100.594.323 85.360.714 15.233.609 Total 795.905.213 565.754.379 Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran pada tahun 2010 sebesar Rp795.905.213,- dan Pajak Masukan pada tahun 2010 sebesar Rp565.754.379,- dan adanya kompensasi atas Lebih Bayar pada bulan Juni sebesar Rp20.837.565,- dan pada bulan Juli juga mengalami Lebih Bayar sebesar Rp387.626,- dan juga pada bulan Oktober sebesar Rp1.790.205,- 50

Tabel 4.8 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan Kompensasi Kurang/(Lebih)Bayar Januari 106.342.231 102.071.206 4.271.025 Februari 86.747.362 66.266.005 20.481.357 Maret 185.097.075 150.304.345 34.792.730 April 133.813.799 94.283.762 39.530.037 Mei 93.087.605 78.343.986 14.743.619 Juni 22.565.065 21.330.724 1.234.341 Juli 155.398.599 128.538.420 26.860.179 Agustus 332.682.857 327.080.146 5.602.711 September 287.576.509 261.415.034 26.161.475 Oktober 90.238.290 88.981.485 1.256.805 November 74.655.779 48.824.847 25.830.932 Desember 88.357.450 86.637.729 1.719.721 Total 1.656.562.621 1.454.077.689 Dari data di tabel 4.8 dapat dilihat besarnya Pajak Keluaran perusahaan pada tahun 2011 sebesar Rp1.656.562.621,- dan Pajak Masukan perusahaan tahun 2011 sebesar Rp1.454.077.689,- pada Tahun 2011 ini tidak ada kompensasi karena setiap bulannya perusahaan mengalami Kurang Bayar. 51

Tabel 4.9 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Pajak Keluaran Pajak Masukan kompensasi Kurang/(Lebih)Bayar Januari 159.804.895 132.890.951 26.913.944 Februari 84.080.871 88.800.680 (4.719.809) Maret 66.855.450 83.510.921 (4.719.809) (21.375.280) April 120.249.638 119.936.800 321.838 (21.062.442) Mei 79.658.944 85.261.815 (21.062.442) (26.665.313) Juni 68.449.945 56.961.765 11.488.180 (15.177.133) Juli 102.379.414 85.967.538 15.177.133 1.234.743 Agustus 122.615.200 81.825.117 40.790.083 September 88.868.480 70.734.785 18.133.695 Oktober 83.769.310 78.677.105 5.092.205 November 229.800.341 156.445.256 73.355.085 Desember 156.787.847 61.457.559 95.330.288 Total 1.363.320.335 1.102.470.292 Berdasarkan tabel 4.9 diketahui besarnya Pajak Keluaran sebesar Rp1.363.320.337,- dan Pajak Masukan sebesar Rp1.102.470.292,- dan,- Dilakukan kompensasi atas Lebih Bayar pada bulan April sebesar Rp321.838,- bulan Juni sebesar Rp11.488.180,- dan pada bulan Juli sebesar Rp.15.177.133,- 52

4.3 Analisis Ketepatan atau Keterlambatan Dalam Melakukan Setor Pajak Tabel 4.10 Keterlambatan Setor Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Tanggal Setor Keterlambatan Januari 01 Februari 2010 - Februari 16 April 2010 1 bulan Maret 16 April 2010 - April 17 Mei 2010 - Mei 18 Juni 2010 - Juni 20 Juli 2010 - Juli 18 Agustus 2010 - Agustus 27 September 2010 - September 14 Oktober 2010 - Oktober 24 November 2010 - November 26 Januari 2011 1 bulan Desember 31 Januari 2011 - Berdasarkan Tabel 4.10 diatas perusahaan seharusnya melakukan setor pajak paling lambat di akhir bulan berikutnya, jika perusahaan melakukan keterlambatan pembayaran tentu akan dikenakan denda sesuai dengan peraturan Undang-Undang no 42 tahun 2009. Pada bulan Februari perusahaan terlambat setor. Seharusnya perusahaan setor paling lambat tanggal 31 Maret 2010 tapi perusahaan baru setor tanggal 16 April 2010 maka perusahaan terlambat setor 1 bulan. Dan pada bulan November perusahaan terlambat lagi seharusnya perusahaan menyetorkan pajak 53

paling lambat 31 Desember namun perusahaan baru setor tanggal 26 Januari 2011 maka terlambat 1 bulan. Tabel 4.11 Keterlambatan Setor Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Tanggal Setor Keterlambatan Januari 28 Februari 2011 - Februari 01 Maret 2011 - Maret 29 April 2011 - April 19 Mei 2011 - Mei 15 Juli 2011 1 bulan Juni 15 Juli 2011 - Juli 19 September 2011 1 bulan Agustus 19 September 2011 - September 18 Oktober 2011 - Oktober 29 Nopember 2011 - November 22 Desember 2011 - Desember 18 Januari 2012 - Pada Tabel 4.11 perusahaan melakukan keterlambatan setor di bulan Mei dan Juli Perusahaan terlambat menyetorkan pajak 1 bulan. Masa Mei seharusnya dibayarkan paling akhir bulan Juni tapi baru disetorkan pada bulan Juli. 54

Tabel 4.12 Keterlambatan Setor Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Tanggal Setor Keterlambatan Januari 20 Februari 2012 - Februari 18 Maret 2012 - Maret 18 April 2012 - April 18 Mei 2012 - Mei 18 Juni 2012 - Juni 10 Juli 2012 - Juli 10 Agustus 2012 - Agustus 03 Oktober 2012 1 bulan September 15 Oktober 2012 - Oktober 19 Nopember 2012 - November 10 Desember 2012 - Desember 11 Januari 2013 - Dilihat dari Tabel 4.12 Perusahaan terlambat menyetorkan pajaknya untuk Masa Pajak bulan Agustus. Perusahaan baru menyetorkan kekurangan pajaknya pada 3 Oktober 2012 yang seharusnya disetorkan paling lambat 30 September 2012 maka dari itu perusahaan terlambar 1bulan 55

4.4 Analisis Ketepatan atau Keterlambatan Dalam Melakukan Pelaporan SPT Masa Tabel 4.13 Keterlambatan Pelaporan Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Tanggal Lapor Keterlambatan Januari 19 Maret 2010 1 bulan Februari 19 April 2010 1bulan Maret 19 April 2010 - April 20 Mei 2010 - Mei 18 Juni 2010 - Juni 20 Juli 2010 - Juli 18 Agustus 2010 - Agustus 20 September 2010 - September 20 Oktober 2010 - Oktober 29 Nopember 2010 - November 31 Januari 2011 1bulan Desember 31 Januari 2011 - Pada Tabel 4.13 terlihat keterlambatan perusahaan dalam melakukan pelaporan pajak yang sebelumnya telah disetorkan. batas akhir untuk pelaporan sama seperti setor yaitu akhir bulan berikutnya. Jadi bisa dilihat perusahaan terlambat melaporkan pajaknya pada bulan Januari, Februari dan November. Seharusnya untuk Masa Pajak Januari Pelaporan dilakukan paling akhir tanggal 28 Februari 2010 dan perusahaan baru melaporkan SPT pada 19 Maret 2010, perusahaan terlambat 1 bulan. 56

Dan Masa Pajak Februari perusahaan baru melaporkan SPT pada 19 April 2010 yang seharusnya dilaporkan pada akhir bilan Maret. Terjadi kembali keterlambatan lapor dibulan November, perusahaan terlambat 1 bulan dalam pelapora SPT Masa. Tabel 4.14 Keterlambatan Pelaporan Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Tanggal Lapor Keterlambatan Januari 13 April 2011 2 bulan Februari 19 April 2011 1 bulan Maret 19 Mei 2011 1 bulan April 19 Mei 2011 - Mei 22 Agustus 2011 2 bulan Juni 22 Agustus 2011 1 bulan Juli 13 Oktober 2011 2 bulan Agustus 13 Oktober 2011 1 bulan September 25 Nopember 2011 1 bulan Oktober 27 Januari 2012 2 bulan November 27 Januari 2012 1 bulan Desember 27 Januari 2012 - Dapat dilihat dari tabel 4.14 hampir di setiap bulannya perusahaan mengalami keterlambatan pelaporan SPT Masa. Pada Januari perusahaan terlambat 2 bulan yang seharusnya dilaporkan paling lambat tanggal 28 Februari 2011 tapi SPT baru dilapokan pada 13 April 2011. Hanya untuk SPT Masa bulan April dan Desember saja yang tidak terlambat dalam pelaporannya. 57

Tabel 4.15 Keterlambatan Pelaporan Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Tanggal Lapor Keterlambatan Januari 12 Maret 2012 1 bulan Februari 18 April 2012 1 bulan Maret 18 April 2012 - April 18 Juni 2012 1 bulan Mei 18 Juni 2012 - Juni 30 Juli 2012 - Juli 07 Agustus 2012 - Agustus 15 Oktober 2012 1 bulan September 15 Oktober 2012 - Oktober 19 Nopember 2012 - November 12 Desember 2012 - Desember 30 Januari 2013 - Terlihat 4 bulan yang terlambat dalam Pelaporan SPT Masanya yaitu bulan Januari, Februari, April, dan Agustus. Pada 4 bulan ini perusahaan terlambat masingmasing 1 bulan dalam melaporkan SPT Masanya. 58

4.5 Analisis Denda Pajak Akibat Keterlambatan Setor Pajak Tabel 4.16 Denda Terlambat Setor Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Denda Januari - Februari 2.251.916 Maret - April - Mei - Juni - Juli - Agustus - September - Oktober - November 289.186 Desember - Dilihat dari Tabel 4.16 berisikan kolom pengenaan denda. Berdasarkan Undang-Undang no 42 tahun 2009 batas akhir untuk Setor adalah akhir bulan berikutnya. Dan setiap keterlambatan ada denda yang dikenakan. Denda tersebut dikenakan 2% dikalikan dengan lamanya bulan terlambat setor dikali dengan pajaknya. Pada bulan Februari dikenakan denda karena terlambat setor sebesar Rp2.251.916,- dari hasil perhitungan 2% X 1(bulan) X Rp112.595.804,- dan pada 59

bulan November dikenakan denda sebesar Rp289.186,- dari hasil 2% X 1(bulan) X Rp14.459.302,- Tabel 4.17 Denda Terlambat Setor Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak denda Januari - Februari - Maret - April - Mei 294.872 Juni - Juli 537.204 Agustus - September - Oktober - November - Desember - Dari Tabel 4.17 perusahaan dikenakan denda pada bulai Mei sebesar Rp294.872,- dari perhitungan 2% X 1(bulan) X Rp14.743.619,- dan bulan Juli sebesar Rp537.204,- terlambat 1 bulan. Perhitunganya adalah 2% X 1(bulan) X Rp26.860.179,- 60

Tabel 4.18 Denda Terlambat Setor Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Denda Januari - Februari - Maret - April - Mei - Juni - Juli - Agustus 815,802 September - Oktober - November - Desember - Dalam Tabel 4.18 terlihat perusahaan terlambat setor untuk bulan Agustus dan dikenakan denda untuk bulan Agustus denda 2% X 1(bulan) X Rp40.790.083,- maka yang harus dibayar oleh perusahaan sebesar Rp815.802,- 61

4.6 Analisis Denda Pajak Akibat Keterlambatan Pelaporan Tabel 4.19 Denda Terlambat Lapor Periode Januari s/d Desember 2010 Masa Pajak Denda Januari 500.000 Februari 500.000 Maret - April - Mei - Juni - Juli - Agustus - September - Oktober - November 500.000 Desember - Berdasarkan Tabel 4.19 diatas dapat dilihat perusahaan dikenakan denda akibat keterlambatan pelaporan SPT Masa untuk tiap keterlambatan masa dikenakan denda sebesar Rp500.000,- perusahaan terlambat lapor dibulan Januari, Februari dan November. Maka di tahun 2010 perusahaan harus membayar denda dengan total Rp1.500.000,- 62

Tabel 4.20 Denda Terlambat Lapor Periode Januari s/d Desember 2011 Masa Pajak Denda Januari 500.000 Februari 500.000 Maret 500.000 April - Mei 500.000 Juni 500.000 Juli 500.000 Agustus 500.000 September 500.000 Oktober 500.000 November 500.000 Desember - Dari Tabel 4.20 diketahui hampir setiap bulan perusahaan dikenakan denda karena terlambat lapor. Jika perusahaan tidak memperbaiki ketaatan dalam pelaporan tentu perusahaan akan dikenakan denda terus menerus, tentu merugikan perusahaan. Dalam tahun 2011 hanya bulan April dan Desember saja yang pelaporannya tepat waktu maka jika dijumlah perusahaan harus membayar denda sebesar Rp5.000.000,- tentu pembayaran tidak digabungkan tapi dibayarkan tiap Masanya. 63

Tabel 4.21 Denda Terlambat Lapor Periode Januari s/d Desember 2012 Masa Pajak Denda Januari 500.000 Februari 500.000 Maret - April 500.000 Mei - Juni - Juli - Agustus 500.000 September - Oktober - November - Desember - Keterlambatan pelaporan terjadi kembali di tahun 2012. Dilihat dari Table 4.21 perusahaan terlambat melaporkan SPT Masa pada bulan Januari, Februari, April dan Agustus. Denda yang dikenakan sebesar Rp500.000,- meskipun seandainya bulan Januari perusahaan baru melaporkan dibulan April, berarti perusahaan terlambat 2 bulan, maka denda yang dikenakan sebesar Rp500.000,- 64