BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam. peningkatan gizi remaja. Obesitas merupakan salah satu masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan bisa menjadi dambaan tetapi juga musibah apabila kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan terhadap wanita usia produktif. AKI merupakan jumlah kematian

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa dijalan yang melibatkan kendaraan atau pemakai jalan lainnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

ABSTRAK PREVALENSI GANGGUAN CEMAS PADA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 1 DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin. Pada tahun 2025 diperkirakan akan terdapat 1,2 milyar lansia yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Sejalan dengan definisi kesehatan menurut UU Kesehatan. RI Nomor 23 tahun 1992, menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. anak - anak dan sebelum dewasa yaitu dari usia Menurut WHO,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health organization (WHO) pada tahun 2012, depresi. konsentrasi yang buruk. Sementara itu depresi merupakan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization mengidentifikasikan masa remaja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan depresi merupakan penyebab utama terjadinya penyakit dan kecacatan pada remaja usia 10-19 tahun, sedangkan bunuh diri menjadi penyebab nomor tiga kematian remaja (WHO, 2014). WHO juga memperkirakan depresi akan menjadi masalah kesehatan nomor dua dari berbagai macam penyakit pada tahun 2020 (World Federation Mental Health, 2012). Prevalensi gangguan depresi pada remaja secara umum sekitar 3-9% dan meningkat menjadi 20-25% pada masa remaja akhir (Dulcan and Lake, 2012). Hasil dari survey CDC di Amerika menyatakan selama tahun 2009-2012, kejadian depresi pada usia 12-17 tahun sebanyak 7,6% (Pratt and Brody, 2014). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat tertinggi di DI Yogyakarta yaitu 2,7 per-mil, diatas prevalensi gangguan jiwa berat nasional 1,7 per-mil. Prevalensi gangguan mental emosional (depresi, cemas dan stress) pada penduduk usia 15 tahun keatas di DI Yogyakarta sebesar 8,1%, diatas prevalensi nasional yaitu 6,0%. Pada kelompok usia 15-24 tahun prevalensinya sebanyak 5,6% (Kemenkes RI, 2013a). Prevalensi gangguan mental emosional pada usia 15-24 tahun di DI Yoyakarta mempunyai angka yang lebih tinggi dari angka nasional yaitu 9,5%. Gangguan mental emosional di Kota Yogyakarta memiliki prevalensi lebih tinggi diatas nasional maupun Propinsi DI Yogyakarta yaitu 11,4% (Kemenkes RI, 2013b). Permasalahan tentang kesehatan mental emosional di DI Yogyakarta adalah kurangnya pengetahuan dan perhatian masyarakat umum tentang kesehatan mental emosional dan deteksi dininya (RKPD DIY, 2013). Pemberdayaan keluarga dan dukungan pemerintah sangat diperlukan dalam pelayanan kesehatan jiwa (Marchira, 2011). Apabila kesehatan mental emosional remaja tidak diperhatikan, akan menyebabkan remaja sehat secara fisik, tetapi rentan terhadap 1

2 stress dan tekanan hidup, sehingga dapat mengalami masalah dalam sosial emosional dan perilaku seperti depresi, kesulitan belajar, kenakalan remaja dan ketergantungan obat (Santrock, 2007). Survey Demografi Kesehatan Indonesia Kesehatan Reproduksi remaja tahun 2012 menyebutkan 74,20% remaja laki-laki merokok, 30% remaja laki-laki minum alkohol, dan 3,40% remaja mengkonsumsi obat terlarang (BPS et al., 2012b). Hasil survey kekerasan pada usia 10-18 tahun di Provinsi Yogyakarta terdapat 50,8% kasus kekerasan yang dilakukan oleh teman sebaya. Kasus kekerasan pada usia 11-18 tahun mempunyai angka yang lebih tinggi. Laki-laki lebih banyak mengalami kekerasan di sekolah dibandingkan dengan perempuan yaitu 44,4% pada laki-laki dan 41,0% pada perempuan (BPPM, 2014). Depresi merupakan gangguan mental umum yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, harga diri yang rendah, susah tidur, penurunan atau peningkatan nafsu makan, perasaan kelelahan dan kurang konsentrasi (World Federation Mental Health, 2012). Apabila masalah depresi tidak diketahui sedini mungkin dapat menimbulkan masalah mental emosional yang lebih berat antara lain gangguan fungsi sosial, kualitas hidup penderita hingga kematian karena ancaman bunuh diri (Amir, 2004). Pada tahun 2014 terjadi 89 kasus rencana bunuh diri pada anak dan remaja. Sembilan kasus di antaranya usia 5 sampai 10 tahun, 39 kasus pada anak usia 12 sampai 14 tahun, 27 kasus usia 15 sampai 18 tahun. Dari jumlah kasus bunuh diri tersebut 12 di antaranya meninggal dunia (Komisi Nasional Perlindungan Anak, 2015). Remaja membutuhkan safe and suportive environment yaitu perhatian dan lingkungan yang mendukung (WHO, 2012). Dukungan yang paling besar bagi remaja berasal dari orang tua dan keluarga karena keluarga merupakan tempat yang utama dan pertama bagi perkembangan remaja baik secara fisik, kognitif dan sosial emosional. Kualitas hubungan antara orang tua dan remaja dapat dilihat dalam hal keakraban, rasa aman, kepercayaan, kasih sayang dan ketanggapan (Lestari, 2012).

3 Penelitian yang dilakukan di Belanda menunjukkan bahwa kerenggangan orang tua dan remaja dapat meningkatkan terjadinya depresi pada remaja (Hwang et al., 2010). Penelitian lain yang dilakukan di Australia menyatakan hubungan yang baik antara orang tua dengan remaja dapat menurunkan depresi dan kecemasan pada remaja (Yap et al., 2014a). Sebaliknya, kurangnya kehangatan, adanya konflik orangtua, keterlibatan yang berlebihan dan kurang pengawasan orang tua dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan pada remaja (Yap et al., 2014b). Sebagai pusat perekonomian, 84,30% masyarakat di Kota Yogyakarta bekerja dibidang perdagangan, angkutan, jasa perusahaan dan jasa perorangan (RKPD Kota Yogyakarta, 2014).Tingkat pendidikan perempuan lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan laki-laki (DinKes Kota Yogyakarta, 2013). Perubahan sosial membawa perubahan gaya hidup, sehingga banyak perempuan yang bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Hal ini menyebabkan kurangnya kemampuan orang tua untuk memberikan perhatian dan kebersamaan bersama keluarga (Andayani and Koentjoro, 2014). Penelitian yang dilakukan di Turki menunjukkan bahwa kelompok sosial ekonomi menengah memiliki tingkat depresi lebih rendah secara signifikan jika dibandingkan dengan sosial ekonomi rendah dan tinggi. Ibu dengan tingkat sosial rendah dan tinggi memiliki waktu yang lebih sedikit dengan remaja mereka (Anlı and Karslı, 2010). Kemajuan arus globalisasi, banyaknya tempat wisata dan pusat perbelanjaan di Kota Yogyakarta menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya, sehingga keakraban atau kedekatan dengan orang tua menjadi renggang. (Subrahmanyam and Greenfield, 2008) menyebutkan remaja semakin banyak menghabiskan waktu dengan alat komunikasi, dekat dengan teman sebaya sehingga komunikasi dan kedekatan dengan orang tua berkurang. Data dari Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta menunjukkan terjadi peningkatan 14,32% kunjungan klinik jiwa dari 11.433 pada tahun 2012 menjadi 13.071 pada tahun 2013. Gangguan kesehatan mental emosional yang dialami

4 remaja cukup besar yaitu sebanyak 13,52% dari jumlah kasus yang ada. Jenis gangguan kesehatan mental remaja paling banyak pada depresi, kecemasan dan schizophrenia. Selanjutnya data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta juga menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kasus kesehatan mental episode depresi secara umum, yaitu 318 kasus tahun 2012 dan 333 kasus pada tahun 2013. B. Rumusan Masalah Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke dewasa, usia yang labil dan sangat rentan dalam menghadapi berbagai perubahan fisik, perkembangan psikologis, sosial emosional dan suasana hati. Seperti tuntutan untuk mencapai kemandirian, konflik dengan orang tua, keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama teman-teman sebaya, lebih berminat pada karir, pacaran dan eksplorasi identitas (Santrock, 2007). Orang tua dalam hal ini ayah dan ibu diharapkan dapat beradaptasi, bersikap bijaksana, memberikan perhatian dan dukungan pada remaja, sehingga remaja merasa memiliki, merasa akrab dan dekat dengan keluarga, terutama dengan orang tua (Lestari, 2012). Stress interpersonal yang terjadi dalam hubungan keluarga dapat meningkatkan risiko depresi pada remaja dan dewasa (Sheets and Craighead, 2014). Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan kejadian depresi pada remaja SMA yang akrab dan tidak akrab dengan orang tua di Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui perbedaan kejadian depresi pada remaja SMA yang akrab dan tidak akrab dengan orang tua di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui kejadian depresi pada remaja SMA di Kota Yogyakarta. b. Mengetahui keakraban orang tua-remaja SMA di Kota Yogyakarta.

5 c. Membandingkan proporsi depresi pada remaja yang akrab dan tidak akrab dengan orang tua dikontrol dengan jenis kelamin, status pekerjaan orang tua dan status sosial ekonomi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi remaja dan pihak sekolah, dapat memberikan informasi tentang pentingnya keakraban orang tua-remaja. b. Bagi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga agar dapat melakukan sosialisasi kepada sekolah tentang pentingnya keakraban orang tua-remaja. c. Bagi penulis dan Balai Pelatihan Kesehatan Yogyakarta, memberikan informasi dan kontribusi tentang kesehatan mental remaja. 2. Manfaat teoritis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan tentang kesehatan mental remaja khususnya keakraban orang tua dan depresi pada remaja. b. Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang terkait dengan kesehatan mental remaja. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain: 1. Hwang et al. (2010) melaksanakan penelitian tentang Acculturative family distancing (AFD) and depression in Chinese American Families. Tujuan penelitian untuk mengetahui proses akulturatif atau kerenggangan yang terjadi antara orang tua dan remaja. Sampel dalam penelitian ini adalah 105 remaja SMA. Persamaan dengan penelitian ini ada pada variabel terikat dan desain penelitian yaitu cross sectional. Perbedaan penelitian terdapat pada variabel bebas, teknik pengumpulan data dan lokasi penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konflik dalam keluarga sebagai mediasi hubungan dengan orang tua, kerenggangan yang terjadi antara orang tua dan remaja dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi.

6 2. Landman-Peeters et al. (2005) melakukan penelitian yang berjudul Gender differences in the relation between social suport problems in parents offspring communication, and depression and anxiety. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan gender dalam hubungan antara dukungan sosial, masalah dalam komunikasi orang tua anak terhadap depresi. Sampel penelitian sebanyak 504 remaja. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat dan desain penelitian cross sectional. Sedangkan perbedaan penelitian pada variabel bebas, sampel penelitian dan lokasi penelitian di Belanda. Hasil penelitian menunjukkan anak perempuan mendapatkan keuntungan lebih dari dukungan sosial dalam komunikasi dengan orang tua. Gejala depresi terutama berkaitan dengan masalah dalam komunikasi ayah dan remaja. 3. O'Shea et al. (2014) melaksanakan penelitian tentang Interpersonal factors associated with depression in adolescent: are these sonsistent with theories underpinning interpersonal psychotherapy? Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah remaja depresi berbeda dari remaja yang tidak depresi dalam hal konsisten dalam melaksanakan psikoterapi interpersonal. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikat dan karakteristik sampel. Perbedaan penelitian adalah variabel bebas, desain penelitian case control dan lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan depresi pada remaja lebih banyak terjadi pada keluarga dengan peristiwa kehidupan yang negatif, tingkat yang lebih rendah dari keterampilan sosial dan kualitas yang kurang dalam hubungan dengan orang tua. 4. Pratiti (2000) melaksanakan penelitian tentang Pengaruh keakraban orang tua remaja terhadap kecenderungan antisosial pada remaja pelajar SMU Muhammadiyah I Kotamadya Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh keakraban orang tua-anak terhadap kecendrungan antisosial pada remaja. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas desain penelitian dan lokasi penelitian. Perbedaan penelitian ini adalah variabel terikat dan sampel. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara keakraban orang tua dengan perilaku antisosial pada remaja.