BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduknya di dunia. Program KB seharusnya menjadi prioritas. pembangunan di setiap daerah karena sangat penting untuk Human

1. BAB I PENDAHULUAN

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

Mitha Destyowati ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juga dipengaruhi oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

Grafik 1. Cakupan Laporan Kaltim FEBRUARI 24,86 FKB FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA PEMERINTAH. Grafik 2. Cakupan Laporan Kaltara FEBRUARI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara ke empat setelah Amerika Serikat. yang memiliki pertumbuhan penduduk terbanyak pada tahun 2000.

Grafik 1. Cakupan Laporan JANUARI 45,67 39,75 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang cukup tinggi. Hasil sensus publikasi BPS pada bulan Agustus 2010 antara lain jumlah penduduk indonesia adalah 237.556.363 orang, terdiri atas 119.507.600 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49 persen per tahun (Sulityawati, 2011). Pertambahan penduduk yang ada di Indonesia semakin lama semakin menunjukkan peningkatan perekonomian Negara. Petambahan penduduk di Indonesia lebih cepat, sedangkan perekonomian di Indonesia jauh lebih ketinggalan dari padanya. Kalau hal ini terus dibiarkan dan tidak segera diatasi maka akann berpengaruh buruk terhadap pembangunan Nasional, karena pemerintah bisa saja mengalami kewalahan menyediakan sarana perekonomian, fasilitas-fasilitas kesehatan, sarana pendidikan, tempat-tempat wisata dan sebagainya (Irianto, 2014). Dari masalah tersebut, pemerintah mengambil langkah antisipasi untuk mengurangi tingginya laju pertumbuhan penduduk dengan membuat sebuah badan yang spesifik dan khusus bertanggun jawab pada pengendalian pertumbuhan penduduk di Indonesia, yaitu Badan Koordinasi Keluarga 1

2 Berencana Nasional (BKKBN) yang diresmikan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1970 (Irianto Koes, 2014) Gerakan KB Nasional selama ini sudah berhasil mendorong dalam peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun sebuah keluarga kecil yang mandiri. Keberhasilan ini harus diperhatikan bahkan harus terus ditingkatkan karena pencapaiannya belum merata. Sementara itu gerakan KB Nasional masih sangat kurang dalam penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Terlihat pada data bulan Desember 2012 Peserta KB Baru secara nasional sebanyak 9.388.374 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 706.102 peserta IUD (7,52%), 131.053 peserta MOW (1,40%), 27.680 peserta MOP (0,29%), 766.461 peserta Kondom (8,16%), 806.532 peserta Implant (8,59%), 4.406.898 peserta Suntikan (46,94%), dan 2.543.648 peserta Pil (27,09%). (BKKBN, 2012) Di Jawa timur tercatat jumlah penduduknya pada akhir tahun 2015 sebanyak 33.270.207 jiwa dengan jumlah PUS 6.738.688 pasangan dan menempati luas wilayah 32.544,12 km2. Sedangkan yang tercatat sebagai peserta KB aktif hingga tahun 2012 di Jawa timur yaitu 5.403.576 dan 1.028.976 peserta KB baru, dengan rincian : 94.782 peserta IUD (9,2%), 24.722 peserta MOW (2,4%), 2.227 peserta MOP (0,2%), 52.380 peserta kondom (5,1%), 128.539 peserta implant (12,5%), 555.352 peserta suntikan

3 (54,0%), dan 170.974 peserta Pil (16,6%), jadi total peserta KB 6.432.552. Berarti jumlah PUS yang tidak ber KB ada sekitar 306.136 pasangan di seluruh Jawa timur (BKKBN, 2015). Hasil penelitian Anguzu (2014) menjeaskan masih rendahnya peran serta ibu sebagai akseptor KB IUD yang disebebakan rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi dan masih mempercayai mitos seputar alat kontrasepsi. Dari seluruh data tahun 2015 tersebut diambil data penduduk daerah Kabupaten Ngawi saja, yaitu dengan jumlah penduduk 838.762, dengan jumlah PUS 168.003, yang merupakan peserta KB aktif terdapat 133.565 dan peserta KB baru 25.159 orang dengan menggunakan berbagai metode KB antara lain : 3.803 peserta IUD (15,1%), 476 peserta MOW (1,9%), 23 peserta MOP (0,1%), 1.387 peserta Kondom (5,5%), 2.667 peserta Implant (10,6%), 13.992 peserta Suntikan (55,6%), dan 2.811 peserta Pil (11,2%) (BKKBN, 2016) Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada bulan Maret 2017 di Puskesmas Plosorejo I menunjukkan jumlah peserta KB aktif dan peserta KB baru dari 6 desa di wilayah kerja Puskesmas Plosorejo I sebanyak 5555 akseptor, dengan data sebagai berikut : 1.196 peserta IUD (21,53%), 424 peserta dan MOP (7,63%), 145 peserta Kondom (2,61%), 117 peserta Implant (2,11%), 3.100 peserta Suntikan (55,80%), dan 573 peserta Pil (10,32%). Desa Jagir sendiri data jumlah akseptor KB IUD hanya 143 orang atau hanya 19,3% dari pengguna KB yang ada.

4 Salah satu factor yang dapat mempengaruhi rendahnya akseptor KB IUD adalah masih kurangnya pengetahuan tentang KB IUD. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara kepada 8 ibu, 6 orang mengatakan tidak memilih IUD karena kurang paham mengenai kontrasepsi IUD, 2 orang mengatakan tidak memilih IUD karena belum mengenal kontrasepsi IUD. Penulis juga mewawancarai kader dan bidan desa, mereka mengatakan penyuluhan tentang penggunaan kontrasepsi sudah pernah dilakukan, tetapi untuk penyuluhan secara spesifik kontrasepsi IUD belum pernah dilakukan, metode yang digunakan biasanya ceramah saja tanpa adanya media lain sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan. Pemberian penyuluhan ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menarik minat masyarakat. Salah satunya metode simulasi yang ingin peneliti gunakan. Menurut Syaifuddin (2002), metode ceramah dan ditambah dengan memberikan media seperti leflet dan banner dapat digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehatan kontrasepsi. Berdasarkan latar belakang dari uraian yang telah dijelaskan diatas peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan alat kontrasepsi IUD pada ibu-ibu di Dusun Plosorejo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Adakah pengaruh

5 pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan alat kontrasepsi IUD pada ibu- ibu di Dusun Plosorejo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua tujuan, yaitu: 1. Tujuan umum mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan alat kontrasepsi IUD pada ibu- ibu di Dusun Plosorejo 2. Tujuan Khusus Penelitian ini mempunyai tujuan khusus, antara lainsebagai berikut: a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu- ibu tentang KB IUD di Dusun Plosorejo sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. b. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pendidikan kesehatan bagi ibuibu di Dusun Plosorejo. c. Untuk memberikan pendidikan kesehatan bagi ibu- ibu di Dusun Plosorejo tentang KB IUD. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Dapat memberikan rekomendasi untuk membekali para mahasiswa keparawatan dengan teknik atau cara penyampaian materi khususnya dalam bidang kesehatan dengan baik agar mudah dipahami oleh masyarakat.

6 2. Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang KB IUD sehingga motivasi masyarakat untuk penggunaan KB dengan metode IUD meningkat. Dan dapat meningkatkan kontribusi sikap masyarakat untuk hal tersebut. 3. Bagi penelitian yang akan datang Dapat berguna sebagai literatur penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran pustaka, peneliti menemukan beberapa penelitian tentang pendidikan kesehatan. Akan tetapi belum di jumpai penelitian dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan alat kontrasepsi IUD pada ibu- ibu di dusun Plosorejo. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu: 1. Dewi Haryani (2008), dengan menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan Studi Cross Sectionaltentang faktor- faktor yang mempengaruhi akseptor keluarga berencana dalam pemilihan penggunaan jenis kontrasepsi IUD (Intra Uterine Devices) di Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta. Sampel penelitian sebanyak 90 responden yang menggunakan kontrasepsi IUD, berdasarkan data PPKBD dan Sub PPKBD. Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap, dan pemilihan penggunaan kontrasepsi IUD dengan menggunakan

7 kuesioner yang telah di siapkan. Analisa data menggunakan uji Regresi, dan analisa statistikmenggunakan uji ttest dan uji ANOVA. 2. Destyowati Mitha (2012), dengan judul hubungan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian kontrasepsi IUD di desa Harjobinangun Kecamatan Grabak Kabupaten Purworejo Tahun 2011. Penelitian yang di gunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan survey, dan aseptor KB yaitu sebagai responden yang berjumlah sebanyak 47 responden dengan alat yang digunakan adalah kuisoner. Hasil dari penelitian tersebut bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang kontrasepsi IUD dengan minat pemakaian kontrasepsi IUD. 3. Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas (2009), Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Konseling KB dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Di Kelurahan Kartoharjo Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu deskriptif analitik dengan cara menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan cara mengisi kuesioner pengetahuan wanita usia subur tentang konseling KB, kuesioner pemilihan alat kontrasepsi IUD. Dan hasil dari penelitiannya adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang konseling KB dengan pemilihan IUD

8 4. Priyanka (2014) Assessment of Awareness and Beliefs Regarding Intra Uterine Device Amongst its Former Users Attending Tertiary Care Centre in Gujarat. Metode penelitian menggunakan deskrpitif korelatif dengan rancangan cross sectional. Sampel sebanyaki 110 ibu yang telah berkeluarga. Instrumen peneltiian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 50% responden masih mempunyai pengetahuan yang rendah tentang kontrasepsi IUD. 5. Albezrah (2017) Use of Modern Family Planning Methods Among Saudi Women in Taif. Metode penelitian adalah deskriptif dengan instrumen menggunakan kuesioner. Sampel sebanyak 250 orang ibu. Hasil penelitian menunjukan, alasan ibu tidak menggunakan kontrasepsi IUD adalah alasan agama 35,8%, kegagalan mengguanakan IUD masa lalu 28,4%, penolakan dari suami 24,7%, takut pada efek samping IUD 21 dan menginginkan jumlah anak kembali 18,5%.