BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007). Sebagaimana dalam hirarki kebutuhan Maslow, kenyamanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

EFFECT OF WARM COMPRESSES DECOCTION OF GINGER TO DECREASE OSTEOARTHRITIS PAIN IN TECHNICAL SERVICES UNIT SOCIAL HOMES OF ELDERLY JOMBANG

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan kondisi fisik. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 40%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DENGAN MODALITAS MICROWAVE DIATHERMI DAN TERAPI LATIHAN DI RSUD SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

PERBEDAAN PENGARUH KOMPRES JAHE EMPRIT

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

Nora Haryani, Gambaran Pengetahua

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB l PENDAHULUAN. yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

Yenny Safitri Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik-biologik, mental maupun sosial-ekonomis. Semakin lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan (disability) pada penderita sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur yang mengakibatkan perubahan yang kumulatif, menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008). Kekuataan muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun dengan suatu kemunduran yang di percepat setelah usia 60 tahun. Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia adalah nyeri sendi, pendengaran berkurang, penglihatan kabur, dan terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, asam urat dan osteoartritis (Stanley, 2006). Osteoartritis (OA) adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi dan penyebab utama dari rasa nyeri dan cacat yang menurunkan status kesehatan (Allen & Golightly, 2015). Prevalensi ini meningkat dengan bertambahnya usia dan berkaitan erat dengan obesitas. Sekitar sepersepuluh dari populasi dunia yang berusia lebih dari 60 tahun diperkiraan memiliki masalah yang berkaitan dengan osteoartritis (Cooper, 2013). Dari 168 orang yang menderita osteoartritis didapatkan kualitas hidup mengalami penurunan yang dikaitkan dengan 47% rasa nyeri, 41% bemasalah dengan berjalan dan 30% bermasalah dengan mobilitas keterbatasan yang berdampak pada 1

2 hubungan sosial penderita menjadi berkurang sehingga berdampak pada penurunan kualitas hidup (Jakobson dan Hallberg, 2006). Angka kejadian OA di dunia terbilang cukup tinggi. WHO menyebutkan pada tahun 2008 sekitar 25% orang berusia 65 tahun menderita OA. Prevalensi osteoartritis di Indonesia berdasarkan gejala atau diagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu sebanyak 24,7% dari penduduk di Indonesia (Riskesdas, 2013). Riset Kesehatan Dasar (2013) menemukan angka untuk penyakit sendi di Sumatera Barat sebesar 12,7% yang berada di urutan ke 4 dari provinsi lainnya. Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2014, sekitar 8% dari sepuluh penyakit terbanyak di Kota Padang adalah penyakit radang sendi termasuk osteoartritis yang berada pada urutan ke empat dari sepuluh penyakit tersebut. Wilayah Puskesmas Andalas adalah wilayah kunjungan tertinggi, di bulan Maret 2016 sekitar 9,6% dari 15 penyakit terbanyak di Puskesmas Andalas Padang adalah penyakit rematik yang berada pada urutan ke empat dari penyakit lainnya (Puskesmas Andalas Padang, 2014). Faktor-faktor yang menyebabkan semakin meningkatnya prevalensi osteoartritis seperti usia, kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin. Wanita menderita osteoarthritis lebih tinggi dibandingkan pria. Pria yang menderita osteoartritis pada usia dibawah 55 tahun lebih sedikit dari pada wanita. Wanita menderita osteoartritis pada usia lebih dari 55 tahun karena mereka akan mengalami usia menopause (Heidari, 2011). Kegemukan berhubungan erat dengan osteoartritis sendi lutut, disebabkan karena adanya tambahan stress mekanik dan peningkatan massa tulang subkondrium yang mengakibatkan kekakuan serta beban yang

3 ditransmisisikan lebih besar di kartilago artikuler sehingga tulang tersebut lebih rentan cidera (Smeltzer, 2002). Kerusakan pada kartilago sendi yang bersifat progresif menyebabkan timbulnya nyeri dan kaku secara intemitten dan kemudian persisten. Menurut Stanley (2006) nyeri merupakan salah satu keluhan yang dialami oleh pasien osteoartritis. Pada awalnya nyeri terjadi bersama gerakkan kemudian nyeri juga dapat terjadi saat istirahat. Nyeri mengenai sendi penyangga beban tubuh sehingga mengalami keterbatasaan gerak dalam mobilitas (Sudoyo et al, 2007). Peningkatan rasa nyeri diiringi oleh kehilangan fungsi secara progresif. Kekakuan terjadi pada pagi hari atau sesudah bagun tidur yang berlangsung lebih kurang dari 30 menit (Smeltzer, 2002). Gejala lain dari osteoartritis adalah sendi berbunyi atau berderak apabila digerakkkan (krepitasi), adanya kontraksi otot yang menghambat gerakan, bengkak, dan peradangan. Jika menyerang tangan, dapat mengubah bentuk sendi, menjadi merah, bengkak, lunak dan akhirnya mati rasa. Gejala akan memburuk jika postur tubuh yang buruk, kegemukan, dan adanya tekanan pekerjaan atau stress fisik (Wijayakusuma, 2006) International Association for the Study of Pain mendefinisikan nyeri sebagai perasaan tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang timbul akibat dari kerusakaan jaringan. Serangan nyeri yang terus menerus dan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan kelemahan sehingga mereka tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari, seperti memasak, mandi, berjalan, dan lain-lain (Sahar, 2001).

4 Akibatnya lansia menjadi tidak produktif, padahal pemerintah dalam UU No. 23 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 19, mencantumkan bahwa kesehatan usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif. Karena nyeri merupakan masalah utama pada pasien dengan osteoartritis, maka penatalaksanaan penyakit ini berfokus pada upaya mengurangi rasa nyeri. Menurut American Collage Rheumatology, penangganan untuk osteoartritis dapat meliputi terapi farmakologi (obat-obatan), nonfarmakologi dan tindakan operasi. Pada terapi obat, obat Anti Infalamasi Non Steroid (OAINS) seringkali diberikan oleh pelayanan medis untuk menghilangkan nyeri pada penderita osteoartritis. Namun pemakaian OAINS secara terus menerus dapat berefek samping yang berat (Sudoyo et all, 2006). Efek yang paling ringan berupa mual, nyeri lambung, dispepsia sampai yang paling serius seperti timbul lesi, pendarahan bahkan perforasi pada saluran pencernaan (Altman & Marcussen, 2001). Perawat sebagai sebuah profesi yang melakukan perawatan kepada pasiennya, memiliki wewenang dan tanggung jawab terhadap terapi nonfarmakologi untuk meringankan atau mengurangi nyeri sehingga dapat memberikan kenyamanan pada kliennya, seperti terapi komplementer. Undang-Undang No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan Pasal 30 ayat 2 yaitu melakukan penatalaksanaan keperawatan komplementer dan alternatif merupakan bagian dari penyelenggaraan praktik keperawatan dengan memasukkan atau mengintegrasikan terapi komplementer dan

5 alternatif ke dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. (UU Keperawatan No.38 tahun 2014). Menurut Potter dan Perry (2010) terapi alternatif untuk mengurangi nyeri pada osteoartritis dapat dilakukan dengan stimulasi kutaneus. Stimulasi kutaneus yang dapat dilakukan yaitu kompres hangat rebusan jahe (Zingiber Officinale). Penggunaan kompres hangat menimbulkan terjadinya respon fisiologis tubuh, yaitu meningkatkan aliran darah, relaksasi otot, dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan. Daftar prioritas WHO, jahe (Zingiber Officinale) merupakan tanaman obat yang paling banyak digunakan di dunia, rimpangnya yang mengandung zingiberol yang terbukti berkhasiat mengurangi peradangan dan nyeri sendi (Haghighi, et al, 2005). Menurut Swarbrick dan Boylan (2002), dikutip dari Masyhurrosyidi (2013) mengatakan jahe memiliki sifat pedas, pahit dan aromatik dari oleoresin seperti zingaron, gingerol dan shogaol. Oleoresin memiliki potensi antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Kandungan air dan minyak yang tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat meningkatkan permeabilitas. Oleoresin dapat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau kerusakan hingga sirkulasi perifer. Menurut Therkleson (2014) ketika dilakukan kompres air hangat jahe (Zingiber Officinale) maka stratum korneum menjadi lebih permeable, sehingga terjadi ekspansi dan meningkatkan pembukaan ruang intraseluler. Terjadinya permeabilitas stratum korneum menjadikan penggunaan aplikasi eksternal jahe dengan bahan aktif

6 gingerol dan shogaol melewati kulit, masuk ke sirkulasi sistemik dan memberikan efek terapi antiinflamasi. Pengaruh kompres hangat rebusan jahe (Zingiber Officinale) pada 20 orang lanjut usia dengan osteoartritis lutut di Puskesmas Arjuna Malang Jawa Timur selama 4 hari terhadap skala nyeri menunjukkan ada perbedaan yang signifikan tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian kompres hangat rebusan jahe (Masyhurrosyidi, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Tessa Therkleson (2010) tentang Ginger compress therapy for adults with osteoarthritis kepada 10 responden yang menderita penyakit osteoartritis lebih kurang satu tahun mengatakan bahwa kompres jahe terbukti dapat menurunkan skala nyeri pada penderita osteoartritis sehingga perawat dapat mempertimbangkan terapai kompres jahe sebagai bagian dari terapi nonfarmakologis untuk orang dengan gejala osteoartritis. Tessa Therkleson juga melakukan penelitian di Australia tahun 2011 berjudul Topical Ginger Treatment With a Compress or Patch for Osteoarthritis Symptoms menyimpulkan pengobatan kompres hangat rebusan jahe dapat meringankan gejala penderita osteoartritis, meningkatkan kesejahteraan kesehatan secara keseluruhan, dan meningkatkan kemandirian penderita osteoartritis yang kronis. Penelitian yang dilakukan Arief Bachtiar tentang pengaruh ekstrak jahe (Zingiber Officinale) terhadap tanda dan gejala osteoartritis pada pasien rawat jalan di Puskesmas Pandanwangi Kota Malang tahun 2010 menyimpulkan terdapat perbedaan

7 nyeri yang signifikan antara kelompok perlakuan yang diberi ekstrak jahe dan kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak jahe. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Andalas Padang, melalui wawancara peneliti dengan 10 penderita osteoartritis, bahwa 8 orang penderita osteoartritis mengeluhkan nyeri, kekakuan dan terjadi perubahan pada sendi, yang mengakibatkan penurunan kemampuan aktifitas sehari-hari, serta mengganggu pekerjaan sehari-hari dan 2 penderita osteoartritis masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal. Rata-rata klien merasakan nyeri pada pagi hari dengan durasi 30 menit. Kemudian peneliti menanyakan tentang terapi kompres hangat rebusan jahe yang dapat menurunkan nyeri osteoartritis, mereka belum pernah mendengar terapi kompres hangat rebusan jahe yang dapat menurunkan nyeri osteoartritis. Berdasarkan penjelasan diatas dan didukung oleh berbagai data dan sumber, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kompres Hangat Rebusan Jahe (Zingiber Officinale) terhadap Intensitas Nyeri pada Penderita Osteoartritis di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang tahun 2016. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah pengaruh kompres hangat rebusan jahe (Zingiber Officinale) terhadap intensitas nyeri pada penderita osteoartritis di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang.

8 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui pengaruh kompres hangat rebusan jahe (Zingiber Officinale) terhadap intensitas nyeri pada penderita osteoartritis di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui intensitas nyeri pretest dan posttest pada kelompok intervensi. b. Diketahui intensitas nyeri pretest dan posttest pada kelompok kontrol. c. Diketahui pengaruh kompres hangat rebusan jahe (Zingiber Officinale) terhadap intensitas nyeri pasien osteoartritis. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Pelayanan Penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat dan tenaga kesehatan untuk dapat menjadikan kompres hangat rebusan jahe (Zingiber Officinale) sebagai terapi nonfarmakologi dalam menanggani keluhan nyeri yang dialami penderita osteoartritis. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan referensi bagi mahasiswa dan institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas mengenai terapi komplementer dalam mengurangi nyeri pada pasien osteoartritis.

9 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai rebusan jahe (Zingiber Officinale) dalam menurunkan intensitas nyeri penderita osteoarthritis.

10