BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS III SDN 59 KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

PROFIL TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL PEJAGOAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG. 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila

BAB IV GAMBARAN UMUM. Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

PROFIL TK PGRI KEBAGORAN KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN. TK PGRI KEBAGORAN Alamat: Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan diawali dengan mendeskripsikan lokasi penelitian, faktor-faktor penyebab

VISI, MISI DAN TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN. A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Nama dan Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB III KEADAAN MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAJIRIN PALEMBANG. A. Sejarah Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Muhajirin Palembang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Paju Ponorogo

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda-beda. Bakat dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Kooperatif dengan Penerapan Teknik Nominal Group.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

PROPOSAL PERMOHONAN PENGURUKAN HALAMAN SEKOLAH TAHUN ANGGARAN 2018

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kalinya/dimulainya pembangunan pada tahun 1997 dan mulai beroperasi pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dulamayo Barat. Pada saat itu sebagai pimpinan sekolah adalah Bapak Usman Harun.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH. : Observasi/wawancara/dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diambil penulis dilapangan menunjukkan keadaan serta

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. SMK Dewi Sartika terletak di Jl. Tanjung Duren Barat 1 Komplek Green

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo merupakan salah satu sekolah yang ada di Kota Gorontalo beralamat Jalan Farid Liputo Kel. Bugis. SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya berdiri Tahun 198 dan diresmikan pada tanggal 17 juli 003 terletak di Kelurahan Bugis Kecamatan Dumbo Raya dengan luas areal 3.107 M dan berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Nasional. Dalam proses pembelajaran di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, para Siswa umumnya sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Kerjasama dan saling mendukung antar siswa sangat tinggi dalam berbagai kegiatan, seperti penyelesaian tugas-tugas/pr dari Guru, tugas-tugas kelompok maupun lomba berbagai bidang dalam kegiatan ekstrakurikuler. Lingkungan sekitar sekolah juga cukup mendekati kebisingan, gangguan dan pengaruh-pengaruh langsung dan suatu situasi sosial yang kurang menguntungkan. Perhatian masyarakat terhadap keamanan dan ketertiban sekolah dapat dikatakan cukup tinggi dilihat dari masyarakat ikut berpartisipasi mengawasi kemungkingan terjadi gangguan terhadap sekolah, terutama di malam hari.

7. Visi Misi Sekolah Dasar Negeri No.59 Dumbo Raya Dalam suatu lembaga pendidikan pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam menjalankan proses pendidikannya, hal ini tertuang pada visi dan misi sekolah. Sekolah Dasar Negeri No.59 Dumbo Raya ini bertujuan untuk membina peserta didik agar berkualitas, kreatif dan berguna bagi bangsa Negara dan masyarakat. Adapun Visi Misi Sekolah Dasar Negeri 59 Dumbo Raya sebagai berikut: a. Visi Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar. b. Misi 1. Menanamkan keyakinan / akidah melalui pengamalan ajaran Agama. Menyiapkan generasi unggul yang memiliki poytensi dibidang,imtaq dan IPTEK 3. Membentuk sumber daya manusia yang kreatif,inovatif sesuai dengan perkembangan zaman. 4. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercayai masyarakat. 3. Keadaan Guru Kemampuan Guru tentunya berkaitan erat dengan potensi diri yang dimiliki, baik secara fisik maupun psikis yang dilihat dari segi kemampuan profesional yaitu terdiri dari kemampuan intelektual, sikap dan prestasinya dalam bekerja. Kemampuan profesional ini bisa ditunjukan dengan kemampuan guru dalam menguasai

8 pengetahuan tentang materi yang diajarkan termasuk upaya untuk selalu memperkaya dan meremajakan pengetahuannya tersebut. Kemampuan yang dimiliki oleh seorang Guru sangat ditentukan oleh pengalaman dan pendidikan yang diperoleh, oleh sebab itu seorang guru harus memiliki tingkat pendidikan yang disyaratkan. Hal ini akan membantu dalam peningkatan kualitas kinerja Guru di sekolah, sehingga dapat menjalankan tugas mulia sebagai seorang Guru. Tabel 1 : Keadaan Guru SDN No. 59 Dumbo Raya Kec. Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 No Status/Jabatan Jumlah Personil yang lulus sertifikasi Jumlah Tahun 1 Kepala Sekolah 1 01 Guru PNS 7 009,010,011,01 3 Guru Sukwan/Honda 1 007 Sumber Data: Profil SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tampilan tabel di atas, menunjukkan bahwa Guru di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo Tahun 013/014 berjumlah 9 orang Guru yang terdiri Berdasarkan golongan terdapat 08 orang Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) mulai dari golongan IV/a hingga golongan II/b. Sementara 1 orang lainnya berstatus sebagai honor daerah. 4. Keadaan Siswa Keadaan Siswa dalam suatu sekolah merupakan hal yang terpenting dari seluruh program dan kegiatan pembelajaran yang hendak dilakukan. Adapun keadaan

9 Siswa di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel : Keadaan siswa SDN No. 59 Dumbo Raya Kec. Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 Tahun Pelajaran No Kelas 01-013 013-014 Jumlah Rombel Jumlah Rombel 1 I 7 49 II 50 49 3 III 3 4 IV 35 44 5 V 35 1 58 VI 45 34 1 Jumlah 301 11 3000 11 Sumber Data: Profil SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tampilan tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah Siswa di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo pada Tahun 013/014 secara keseluruhan dari kelas I sampai dengan kelas VI berjumlah 3000 orang siswa. 5. Keadaan Kurikulum Pengelolaan proses belajar sangat berkaitan dengan bagaimana kemampuan Guru dalam mengelola elemen-elemen yang berkaitan dengan proses belajar, di dalam kelas terdapat sejumlah Siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan dan pengalaman yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, perbedaan ini tentunya akan mempengaruhi proses belajar Siswa itu sendiri, sebagai seorang Guru hendaknya dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

30 SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo telah menggunakan kurikulum 00 yakni KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dari kelas I sampai dengan kelas VI untuk semua mata pelajaran. Kurikulum SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sudah diberlakukan sejak Tahun 00 dan masih digunakan dan dikembangkan hingga saat ini. Adapun struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 : Struktur Kurikulum SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 Komponen A. Mata Pelajaran 1. PAI. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya Keterampilan 8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan B. Muatan Lokal 1. Bahasa Inggris Kelas dan Alokasi Waktu I II III IV V VI. Budi Daya Tanaman - - - - - - Jumlah 8 8 30 30 30 30 *) Ekuivalen Jam Pelajaran Sumber Data: KTSP SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa struktur kurikulum di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo terdiri dari 08 Mata Pelajaran, dan 01 Muatan Lokal. Selanjutnya muatan kurikulum SDN No. 59 Dumbo 3 3 3 3 5 3 5 3 5 3 5 3

31 Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo terdiri atas: mata pelajaran yang mengacu pada standar isi dengan keputusan Mendiknas No. tahun 00, maka mata pelajaran yang wajib dikembangkan di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo meliputi: 1) PAI, ) Pendidikan Kewarganegaraan, 3) Bahasa Indonesia, 4) Matematika, 5) Ilmu Pengetahuan Alam, ) Ilmu Pengetahuan Sosial, 7) Seni Budaya, 8) Pendidikan Jasmani olahraga dan Kesehatan. Selanjutnya muatan lokal, muatan lokal di SDN No.59 Dumbo Raya Kota Gorontalo meliputi: Budi Daya Tanaman.. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan adalah fasilitas atau perlengkapan yang dibutuhkan dan berfungsi untuk membantu, memberi kemudahan dalam pelaksanaan pendidikan. Sarana pendidikan sebagai semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sementara prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini.

3 Tabel 4 : Keadaan sarana prasarana di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 Kondisi Fasilitas Sekolah Kondisi Fasilitas No. Jumlah Jenis Fasilitas Baik Rusak Rusak Yang Ada Ringan Berat 1 Meja Siswa 300 13 4 - Kursi Siswa 300 13 5-3 Meja Guru 8 7 1-4 Kursi Guru 8 7 1-5 Lemari 8 5 1 Komputer 1-1 7 Printer 1-1 8 Ruang Belajar 11 - - 9 Ruang Kepala Sekolah 1 1 - - 10 Ruang Dewan Guru 1 1 - - 11 KM/WC 1 1 - Sumber Data: Profil SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dan fasilitas yang dimiliki SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo dapat dikatakan cukup baik bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Keadaan sarana dan prasarana SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo secara umum dapat penulis kemukakan bahwa gedung yang ditempati saat ini pada dasarnya baik untuk digunakan dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran. Di samping faktor gedung SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang pelaksanaan pembelajaran. Fasilitas-fasilitas dimaksud antara lain seperti sarana penunjang pendidikan, fasilitas olaraga, ruang guru dan ruang tata usaha, kamar

33 mandi/wc dan tempat cuci tangan, semuanya dalam kondisi memadai. Sementara untuk ruang kantor pimpinan, ruang UKS dan ruang perpustakaan masih perlu pengembangan. Namun sampai saat ini SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo masih dapat melangsungkan proses belajar mengajar dengan baik. 4. Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui penyebaran angket (butir-butir pertanyaan disajikan pada lampiran 1). Dalam pengambilan kembali angket yang telah disebar ternyata 3 orang responden dapat mengembalikan seluruh angket tersebut dan menjawab semua butir pertanyaan terkait faktor-faktor penyebab perilaku menyontek pada siswa kelas III SDN 59 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sebagai berikut: 1. Faktor Diri Siswa Bagi seorang siswa dunianya adalah sekolah, dan tugas-tugas siswa yang utama adalah tugas sekolah. Gambaran dan penilaian siswa tentang keadaan diri sendiri pada saat sekarang dan keinginan di masa mendatang akan mempengaruhi cara siswa melaksanakan tugas-tugas sekolah. Ragu-ragu akan akan mempengaruhi perilaku siswa dan berperan dalam menentukan cara yang dilakukan siswa dalam usaha meraih prestasi begitu pula ragu dalam menjawab soal.

34 Hasil Penelitian penyebab perilaku menyontek pada siswa dengan indikator faktor siswa ditampilkan pada hasil analisis angket pada tabel-tabel berikut ini: a. Siswa masih ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1: Siswa Ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 30 93.75 Tidak.5 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 1, Desember 013. Data pada tabel 4.1 di atas menggambarkan bahwa sebesar 93.75% responden menyatakan siswa ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru, 19.35% responden menyatakan sering,.5% responden menyatakan siswa ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa factor siswa merupakan penyebab siswa menyontek di SDN No. 59 Dumbo Raya masalah siswa ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Konsep diri yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang untuk dapat menjadi lebih baik lagi dan tidak ragu-ragu dalam mengerjakan soal ulangan.

35 b. Siswa menyontek karena takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4. berikut: Tabel 4. : Siswa menyontek karena takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 7 84.37 Tidak 5 15. Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir, Desember 013. Data pada tabel 4. di atas menggambarkan bahwa sebesar 84.37% responden menyatakan siswa menyontek karena takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus, 15.% responden menyatakan siswa tidak terdapat tekanan dari berbagai pihak khususnya guru. Gambaran jawaban responden faktor guru merupakan penyebab siswa menyontek, tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ulangan atau ujian semester merupakan factor utama.. Faktor Guru Guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang menyontek dengan mempergunakan hukuman (memberi rangsangan ang tidak menyenangkan). Penghentian (menahan penghargaan yang diharapkan), dan penarikan (menarik

3 penghargaan dari peserta didik. Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensikonsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyontek, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum perilaku menyontek, perilaku tersebut cenderung tidak diteruskan. Hasil penelitian penyebab perilaku menyontek pada siswa dengan indikator faktor guru ditampilkan pada hasil angket pada tabel-tabel berikut ini : a. Siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3: Siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 8.75 Tidak 10 31.5 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 3, Desember 013. Data pada tabel 4.3 di atas menggambarkan bahwa sebesar 8.75% responden menyatakan siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa, 31.5% responden menyatakan siswa dalam kegiatan mengajar mengerti penjelasan guru. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan penyebab siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Hal ini tentunya merupakan refleksi bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar.

37 b. Soal yang diberikan oleh guru selalu berorientasi pada hafalan. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4: Soal yang diberikan oleh guru selalu berorientasi pada hafalan. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 31 9.87 Tidak 1 3.1 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 4, Desember 013. Data pada tabel 4.4 di atas menggambarkan bahwa sebesar 9.87% responden menyatakan siswa menyontek karena soal yang diberikan oleh guru selalu berorientasi pada hafalan, 3.1% responden menyatakan siswa tidak. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan penyebab siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru umumnya bersifat hafalan. Hal ini tentunya merupakan refleksi bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar 3. Faktor Orang Tua atau Keluarga Orangtua harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana siswa berkembang dalam suasana ramah, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, sebaliknya sulit untuk menumbuhkan sikap-sikap yang baik pada siswa dikemudian hari, bilamana siswa tumbuh dan berkembang dalam suasana dimana siswa hidup dalam pertikaian, pertengkaran antara sesama anggota keluarga. Menurut Ngalim (00) Sifat-sifat dan watak adalah

38 hasil interaksi antara pembawaan keturunan dan lingkungan. Dalam pembentukan kepribadian siswa, lingkungan keluarga yang banyak berperan. Di lingkungan keluarganya siswa belajar, bagaimana bertingkah laku, berbicara, berbuat berdasarkan disiplin. Dalam semua hal ini, yang menjadi teladan utama bagi siswa adalah orang tuanya. Hasil penelitian penyebab perilaku menyontek pada siswa dengan indikator faktor orang tua atau keluarga ditampilkan pada hasil angket pada tabel-tabel berikut ini : a. Orang tua dalam memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5: Orang tua dalam memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 8 87.5 Tidak 4 1.5 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 5, Desember 013. Data pada tabel 4.5 di atas menggambarkan bahwa sebesar 87.5% responden menyatakan orang tua dalam memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya, 1.5% responden menyatakan Orang tua tidak memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya.

39 Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa factor orangtua dan keluarga dalam hal penyebab siswa menyontek dilator belakangi oleh paksaan agar siswa memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran. b. Para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4. berikut: Tabel 4.: Para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 18 5.5 Tidak 14 43.75 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir, Desember 013. Data pada tabel 4. di atas menggambarkan bahwa sebesar 5.5 responden yang menyatakan para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut, 43.75% responden menyatakan Para orang tua tidak mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa factor penyebab siswa menyontek tidak menunjukkan para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut.

40 c. Orang tua tidak membimbing siswa belajar di rumah Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7: Orang tua tidak membimbing siswa belajar di rumah Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 1 37.5 Tidak 0.5 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 7, Desember 013. Data pada tabel 4.7 di atas menggambarkan bahwa sebesar tidak ada responden menyatakan selalu, 37.5% responden menyatakan orang tua tidak membimbing siswa belajar di rumah.5% responden Orang tua selalu membimbing siswa belajar di rumah.. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa Orang tua selalu membimbing siswa belajar di rumah baik mengerjakan Pekerjaan rumah maupun mengawasi siswa belajar. 4. Faktor Sistem Pendidikan Muatan materi dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhitnya menyebabkan para peserta didik menganggap mudah setiap materi yang diberikan. Hal itu bukan menjadikan para peserta didik menjadi dapat menguasai materi melainkan menjasikan peserta didik menjasi bodoh karena kebosanan. Walaupun secara sepintas seorang individu menunjukkan persamaannya dengan individu-individu lainnya, tapi secara lebih

41 mendetail dapat dikatakan hampir tidak ada dua individu yang identik atau tepat sama. Hasil penelitian faktor sistem pendidikan yang telah dihasilkan ditampilkan pada hasil analisis angket pada tabel-tabel berikut ini : a. Materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8: Materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 3 71.87 Tidak 9 8.1 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 8, Desember 013. Data pada tabel 4.8 di atas menggambarkan bahwa sebesar 71.87% responden menyatakan Materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek, 8.1% responden menyatakan materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa faktor sistem pendidikan turut menjadi sebab siswa menyontek yaitu materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek.

4 b. Buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9: Buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 7 84.37 Tidak 5 15.3 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 9, Desember 013. Data pada tabel 4.9 di atas menggambarkan bahwa sebesar 84.37% responden menyatakan buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. 15.3% responden menyatakan buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa buku yang menjadi sumber belajar siswa sering mengalami perubahan sehingga soal yang disusun guru pun diambil dari buku lainnya. Hal ini menyebabkan siswa menyontek. c. Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

43 Tabel 4.10: Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 30 93.75 Tidak.5 Jumlah 3 100 % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 10, Desember 013. Data pada tabel 4.10 di atas menggambarkan bahwa sebesar 93.75% responden menyatakan muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek,.5% responden menyatakan muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih tidak mempengaruhi siswa menyontek. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan faktor sistem pendidikan berkenaan dengan Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek 4. Pembahasan Perilaku menyontek masih banyak dilakukan dalam dunia pendidikan Indonesia. Perilaku menyontek terjadi karena masyarakat memiliki pandangan bahwa prestasi belajar tercermin dari pencapaian nilai yang tinggi, sehingga membuat siswa terpaku untuk memperoleh nilai tinggi dengan cara apa pun Masyarakat cenderung semakin permisif sehingga menyebabkan perilaku menyontek semakin sulit dihilangkan.

44 Faktor siswa merupakan penyebab siswa menyontek di SDN No. 59 Dumbo Raya yaitu masalah siswa masih ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Konsep diri yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Penyebab siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Hal ini tentunya merupakan refleksi bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Usia siswa sekolah dasar kelas III juga menjadi faktor penyebab siswa menyontek, menurut teori piaget bahwa perkembangan moral siswa pada usia ini memandang bahwa bahwa bila suatu aturan yang dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan, sehingga tuntutan orangtua harus mendapatkan nilai tinggi selalu membayangi siswa bila mendapatkan nilai rendah pasti akan mendapatkan hukuman. Hal inilah yang menjadi penyebab siswa menyontek. Perkembangan moral dan sosial pada siswa usia Sekolah Dasar. Pertama sekali siswa belajar mengikuti aturan-aturan yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-0aturan tersebut.dalam mempelajari moral,ada 4 elemen penting,yaitu peran hukum,tata karma dan aturan,peran kata hati,peran perasaan malu serta peran interaksi sosial.keempat elemen ini penting dalam perkembangan moral; seorang siswa. Perkembangan moral tidak bias dilepaskan dari lingkungan.ketika kecil lingkungan keluargalah yang berperan,namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang,siswa mengikuti aturanaturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.misalnya,agar disukai teman

45 sebaya atau orang disekelililngnya siswa mengikuti aturan-aturan yang diharapkan lingkungannya. Dalam perkembangan moral,disiplin mempunyai peran penting. Melalui disiplin siswa beljar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. siswa pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalm masyarakat. Dalam menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin, siswa pun belajr memahami mengapa perilakunya salah dan siswa tidak akan mengulangi perilaku tersebut. Demikian pula dengan penghargaan, adanya penghargaan siswa akan belajar mengulangi perilaku yang diterima lingkungannya. pemberian hukuman dan penghargaan atau penanaman disiplin haruslah secara konsisten. Faktor orangtua dan keluarga dalam hal penyebab siswa menyontek dilator belakangi oleh paksaan agar siswa memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran. Faktor sistem pendidikan berkenaan dengan Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek. Buku yang menjadi sumber belajar siswa sering mengalami perubahan sehingga soal yang disusun guru pun diambil dari buku lainnya. Hal ini menyebabkan siswa menyontek.