BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Trends In International Mathematics And Science Study (TIMSS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan sepanjang hayat (Rustaman, 2006: 1). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa salah satunya bergantung pada sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi dan sulit. Oleh karena itu sekolah harus mengimbanginya dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN. International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003 bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tersedianya cukup banyak buku baru yang diproduksi. Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) misalnya, dewasa ini hanya memproduksi tidak lebih dari 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH TURUNAN FUNGSI TRIGONOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol 02 No 01 Tahun 2013, 20-25

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. negara. Jika dalam suatu negara pendidikan semakin baik, maka dapat

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Wajib belajar 9 tahun menjadi kebutuhan mendasar bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siti Saadah Mulyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Abas Hidayat, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

I. PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan menjadi semakin ketat, dan ini harus diimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu mengenai cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi pendidikan bagi kemajuan suatu bangsa memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Intan Cahyaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siska Sintia Depi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Syah, 2008). Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM

I. PENDAHULUAN. karena melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan untuk mengoptimalkan. potensi peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran sepanjang hayat.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa depan bangsa sangat tergantung pada kondisi pendidikan karena pendidikan merupakan investasi masa depan bangsa dimana anak bangsa dididik agar bisa meneruskan gerak langkah kehidupan bangsa menjadi bangsa yang lebih maju dan berpendidikan serta bermoral. Kemajuan bangsa tidak hanya didorong oleh perkembangan teknologi dan industri saja namun juga perlu didorong oleh sumber daya manusianya (Setiawati, 2011). Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi, daya saing bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain cenderung kurang menggembirakan. Salah satunya, tercermin dalam perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Permasalahan pendidikan yang terjadi memperlihatkan berbagai kendala yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan seperti diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rendahnya mutu sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu penyebab dari hal ini. Problematika rendahnya mutu SDM ini dapat dilihat dari laporan The Global Competitiveness Report 2013-2014 dari World Economic Forum, yang menempatkan Indonesia pada peringkat 38 dari 148 negara dalam hal pencapaian Competitiveness Index (CI). Hasil penelitian United Nations for Development Programme di dalam Human Development Report 2013 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-108 dari 187 negara dalam hal pencapaian Human Development Index (HDI) ( Martin, et all, 2013). Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu SDM bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan. Hal ini juga dapat dilihat dalam hal literasi Matematika dan Sains, hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2007, hasilnya memperlihatkan 1

2 bahwa peserta didik Indonesia belum menunjukkan prestasi memuaskan. Literasi Matematika peserta didik Indonesia, hanya mampu menempati peringkat 36 dari 49 negara, dengan pencapaian skor 405, sedangkan untuk literasi Sains berada di urutan ke 35 dari 49 negara dengan pencapaian skor 433, dan masih di bawah skor rata-rata internasional yaitu 500 (Martin, et al, 2008). Dan terakhir tahun 2011 literasi matematika berada di urutan ke 38 dari 42 negara dengan skor 386 sedangkan untuk literasi sains berada diurutan ke 40 dari 42 negara dengan skor 406 masih di bawah rata-rata skor internasional. Rendahnya mutu pendidikan dapat pula dilihat dalam laporan studi Programme for International Student Assessment (PISA). Pada tahun 2003 literasi Sains, yang diikuti peserta didik usia 15 tahun berada di peringkat ke 38 dari 40 negara peserta, pada tahun 2006 peringkat ke 50 dari 57 negara, tahun 2009 peringkat 60 dari 65 negara, dan tahun 2012 peringkat 64 dari 65 negara (OECD, 2013). Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat diwujudkan dengan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dapat ditempuh melalui pengadaan pendidikan yang bermutu. Salah satu untuk meningkatan mutu pendidikan, dengan pengadaan buku-buku teks yang baik sebagai sarana kelengkapan sumber pembelajaran. Buku yang digunakan harus memiliki kualitas yang baik, mampu menyajikan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku, sesuai dengan perkembangan IPTEK dan mudah dipahami oleh pendidik dan peserta didik. Di Indonesia, telah mengalami beberapa perubahan kurikulum dari tahun 40-an hingga sekarang, setiap pembuatan buku teks harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sesuai dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), tetapi kebanyakan kualitas buku tidak sesuai dengan kenyataannya dilihat dari banyaknya penerbit buku teks sekolah menengah seperti Erlangga, Bailmu, Yudistira, Bumi Aksara, Tiga Serangkai dll. Setiap penerbit yang berbeda maka kualitas buku juga berbeda.

3 Kualitas buku teks yang beredar di sekolah-sekolah belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat keganjilan-keganjilan. (Muslich dalam Setiawati, 2011) menjelaskan keganjilan tersebut meliputi: a) masih terdapat buku teks yang tidak sesuai dengan pesan kurikulum; b) terdapat buku teks yang hanya berisi pokok-pokok materi (semacam ringkasan); c) terdapat buku teks yang uraiannya sangat teknis; d) terdapat buku teks yang tidak sesuai dengan pesan pola pikir siswa; dan e) terdapat buku teks yang kurang applicable. Menurut Adisendjaja (2009) dari aspek penyajian, kondisi buku teks pun memprihatinkan. Buku-buku pelajaran yang banyak beredar sejauh ini terlalu materialistik, kering, dan tidak menggugah kesadaran afektif ( emosional ) siswa. Meskipun berorientasi kognitif yang amat kental, namun secara intelektual tidak mampu menggerakkan daya kritis dan rasa ingin tahu pembacanya. Kriteria buku yang baik menurut Permen tersebut adalah buku yang dapat dipakai baik dari segi isi maupun fisik buku, dalam masa kurun waktu paling sedikit lima tahun, kurun waktu tersebut dimaksudkan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang bermakna dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertimbangan dari segi ekonomi pengguna. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008 dalam pasal ayat 4 ayat (1); Buku teks pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dinilai kelayakan pakainya terlebih dahulu oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan serta memiliki kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikkan yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dan peraturan Menteri No. 22 dan Tahun 2006. Standar kelayakan isi buku teks pelajaran menurut BSNP yaitu berisi materi yang mendukung tercapainya Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dari materi pelajaran tersebut. Kelayakan isi buku teks pelajaran dapat dilihat dari kelengkapan materi, keluasan materi, serta kedalaman materi yang terdapat di dalam buku tersebut (Mulyani, 2013). Kelengakapan materi, kedalaman materi, keluasan materi, yang dikembangkan dalam buku pelajaran yang di terbitkan oleh pemerintah dengan buku pelajaran yang diterbitkan oleh pihak lain tentu saja akan berbeda.

4 Perbedaan ini tentu saja akan memberikan khazanah ilmu pengetahuan yang berbeda pula pada guru dan siswa yang memakai buku pelajaran tersebut dan akan mempengaruhi kualitas pembelajaran. Buku yang bekualitas harus menyampaikan informasi tentang pengetahuan, konsep, ide-ide, fakta dan prinsip-prinsip untuk siswa, menyediakan bahan bagi siswa untuk menguasai keterampilan, menanamkan dan merangkul nilai-nilai dan sikap yang pada akhirnya diadopsi oleh siswa, buku teks menyajikan konten dalam cara yang jelas, sistematis dan logis, mengandung unsur penilaian seperti kegiatan dan praktek. Kualitas dari buku teks merupakan hal yang sangat kompleks dan tidak dapat langsung diketahui seperti apa. Buku teks yang bagus dapat diartikan sebagai sesuatu yang memiliki kemampuan untuk menunjang guru dan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran sainsnya (Ariningrum, 2013). Pop-Pacular dan Ciascai (2010) melakukan riset terhadap kualitas buku teks Biologi kelas 6, 7, dan 8 di Rumania yang meliputi kualitas konten ilmiah pada buku teks, kualitas perubahan pendidikan pada konten ilmiah, kualitas gambar dan kualitas ilustrasi. Berdasarkan hasil riset tersebut didapatkan bahwa rata-rata berada pada tingkat bagus, baik konten ilmiah maupun pengenalan metodologi dari buku teks. Kualitas buku tersebut berbeda-beda karena perbedaan kemampuan penulis yang meliputi kreativitas, pengalaman, pengetahuan ilmiah dan keahlian didaktik. Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Perbandingan Kelengkapan, Keluasan dan Kedalaman Isi Buku Teks Biologi SMA Indonesia dengan Buku Terbitan Cambridge pada Topik Biodiversitas agar pengetahuan mengenai materi ini semakin berkembang dan diharapkan dapat meningkatkan intelektual dari peserta didik, khususnya di Indonesia.

5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah pada penelitian adalah ditemukan : 1. Rendahnya sumber daya manusia bangsa Indonesia. 2. Kualitas pendidikan Indonesia masih rendah dalam kompetisi Internasional. 3. Buku-buku pelajaran yang banyak beredar sejauh ini terlalu materialistik, kering, dan tidak menggugah kesadaran afektif siswa. 4. Buku teks yang bagus dapat diartikan sebagai sesuatu yang memiliki kemampuan untuk menunjang guru dan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran sainsnya. 1.3 Batasan Masalah Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, penulis memberikan batasannya, yaitu: 1. Buku teks yang dianalisis adalah buku teks Biologi SMA terbitan Indonesia dan terbitan Cambridge pada topik Biodiversitas. 2. Konsep yang dibahas dalam penelitian adalah kelengkapan, keluasan, dan kedalaman materi Biodiversitas. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarakan latar belakang penelitian dan fokus penelitian di atas maka di kemukakan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan Kelengkapan isi materi Biodiversitas yang digunakan di Sekolah SMA Indonesia dengan buku terbitan Cambridge? 2. Apakah terdapat perbedaan Keluasan isi materi Biodiversitas yang digunakan di Sekolah SMA Indonesia dengan buku terbitan Cambridge? 3. Apakah terdapat perbedaan Kedalaman isi materi Biodiversitas yang digunakan di Sekolah SMA Indonesia dengan buku terbitan Cambridge? 4. Buku biologi terbitan manakah yang termasuk kualitas buku yang baik dalam topik Biodiversitas?

6 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kajian tentang kelengkapan materi pada buku teks Biologi SMA Indonesia dengan terbitan Cambridge mengenai materi Biodiversitas. 2. Melakukan kajian tentang keluasan materi pada buku teks Biologi SMA mengenai materi Biodiversitas. 3. Melakukan kajian tentang kedalaman materi pada buku teks Biologi SMA mengenai materi Biodiversitas. 4. Menjadi rekomendasi bagi guru, pemerintah, dan penerbit untuk memperbaiki sumber belajar. 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Memperoleh gambaran mengenai kelengkapan, keluasan dan kedalaman materi pada buku teks Biologi. b. Membantu guru untuk memilih buku pegangan siswa yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku di setiap Negara dan tingkat perkembangan intelektual siswa. c. Apabila akan menulis buku, hendaknya memperhatikan kelayakan materi sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2. Bagi Penerbit a. Mendapatkan gambaran mengenai kelayakan isi buku yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan tingkat perkembangan intelektual siswa. b. Membantu penerbit mengedit buku teks yang akan di terbitkan agar sesuai dengan tuntutan kurikulum dan tingkat perkembangan intelektual siswa.

7 3. Bagi Pemerintah a. Mendapatkan bahan pertimbangan untuk menunjuk penerbit yang menerbitkan buku teks Biologi yang akan didistribusikan ke sekolah-sekolah. b. Mendapatkan bahan pertimbangan untuk menyeleksi buku teks Biologi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. 1.7 Defenisi Operasional a. Kelengkapan adalah aspek yang menilai kelengkapan isi buku teks tersebut, apakah mencakup semua materi yang ditentukan SK dan KD. b. Keluasan adalah aspek yang menilai tentang keluasan isi buku teks yang mempunyai cakupan yang luas seperti memberikan contoh-contoh atau konteks bahasan yang tidak sedikit, bervariasi, memuat contoh soal yang banyak jenis masalah dan penyelesaiannya. Kedalaman adalah aspek yang menilai tentang kedalaman sebuah buku teks pelajaran yang menyajikan isi materi dengan lebih rinci, detail dan mengupas masalah-masalah sampai hal yang paling atau dalam.