BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan perorangan meliputi pelayanan, promotif, preventif, kuratif, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PERAWAT DI IRD RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Oleh karena itu, citra seorang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan suatu institusi yang terintegrasi dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai suatutujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres kerja adalah suatu keadaan emosional yang timbul karena adanya ketidaksesuaian antara beban kerja dengan kemampuan individu untuk mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Northwestern National Life, satu dari empat pekerja di Amerika berpendapat bahwa pekerjaan merupakan penyebab stres nomor satu dalam hidup mereka. Tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi membuat pekerja agar dapat bekerja secara cepat (Karima, 2014). Di Indonesia berdasarkan data Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, menyatakan bahwa dari jumlah populasi orang dewasa di Indonesia sebesar 150 juta jiwa sekitar 11,6 % atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa kecemasan dan depresi. Meskipun data tersebut bukan merupakan data khusus mengenai stres akibat kerja tetapi dapat memberikan gambaran mengenai jumlah kasus gangguan mental yang terjadi di Indonesia. Menurut data hasil penelitian menunjukan bahwa profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami stres, yaitu sekitar 43%. Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI 2006) dimana perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres, yaitu sekitar 50,9 %. Dengan gejala sering pusing, lelah dan tidak istirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu serta gaji yang rendah (Muthmainah, 2012). 1

Penelitian dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menetapkan perawat sebagai profesi yang berisiko sangat tinggi terhadap stres, karena perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Meningkatnya stres kerja juga karena dipacu harus selalu maksimal dalam melayani pasien. Dengan semakin bertambahnya tuntutan dalam pekerjaan maka semakin besar kemungkinan perawat mengalami stres kerja. Stres kerja pada perawat merupakan salah satu permasalahan dalam manajemen sumber daya manusia di rumah sakit (Widyasari, 2010). Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Seorang perawat dalam melaksanakan tugas setiap hari tidak hanya berhubungan dengan pasiennya, tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien, rekan kerja sesama perawat, berhubungan dengan dokter dan perawat, peraturan yang ada di tempat kerja, beban kerja yang kadangkala dinilai tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan emosionalnya. Dalam proposinya perawat mempunyai jam kerja yang panjang dan dituntut siap siaga setiap saat demi keselamatan pasien untuk melakukan pekerjaannya, serta membutuhkan kesabaran dan ketelatenan ketika berhadapan dengan pasien (Curiena, 2014). Menurut Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (meliputi promotif, preventif, kuratif, dan 2

rehabilitatif) dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Instalasi Gawat Darurat. Kegiatan yang menjadi tanggung jawab IGD adalah menyelengarakan pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan lanjutan dari pelayanan gawat darurat, yakni dengan merujuk kasus-kasus gawat darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif tersebut. Seperti Unit Perawatan Intensif (Intensive Care Unit) untuk kasus-kasus penyakit umum (Christra, 2013). Perawat merupakan ujung tombak bagi rumah sakit, karena dalam suatu rumah sakit peran perawat sangat penting. Perawat adalah tenaga kesehatan yang melakukan kontak dengan pasien paling lama selama 24 jam. Sehingga sangat dibutuhkan perawat-perawat yang handal untuk bekerja di instasi rumah sakit. Asumsi masyarakat tentang perawat yaitu orang yang berjasa, cekatan, perhatian kepada orang lain, bekerja dengan hati, dapat dipercaya dan bersahabat, profesi sebagai perawat juga mempunyai sebuah tanggung jawab besar dalam memberikan pelayanan yang profesional. Hal ini merupakan stressor yang kuat pada perawat di lingkungan kerjanya. Berdasarkan Peraturan Menkes Nomor/1239/MenKes/SK/XI/2001 menyebutkan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus menyelesaikan pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah perawat 3

di Indonesia menurun Badan PPSDM (Pendidikan dan Pengembangan Sumber daya Manusia) kesehatan pada tahun 2013 mencapai 288.405 ribu orang Menurut Swedarma (dalam Ummu, 2011), keterbatasan kapasitas perawat dibandingkan jumlah pasien menyebabkan perawat akan mengalami kelelahan dalam bekerja karena kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan lebih besar dari standar kemampuan perawat. Selain itu salah satu yang mempengaruhi stres kerja adalah locus of control (pengendalian diri). Locus of Control merupakan cara pandang (persepsi) seseorang terhadap kontrol diri dari setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup. Locus of Control terdiri dari Locus of control internal dan locus of control external, dimana apabila seseorang meyakini bahwa apa yang terjadi selalu berada dalam kontrolnya dan selalu mengambil peran serta bertanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan termasuk dalam locus of control internal, sedangkan seseorang yang meyakini bahwa kejadian dalam hidupnya berada diluar kontrolnya termasuk dalam locus of control external (Artiningsih, 2011). Hasil penelitian membuktikan bahwa internal locus of control ternyata lebih banyak menimbulkan akibat-akibat positif. Seperti yang dikemukakan oleh Lao bahwa status sosial ekonomi, kepercayaan diri, aspirasi serta harapan pada individu yang memiliki intrenal locus of control ternyata lebih tinggi. Menurut Pervin orang-orang internal lebih aktif mencari informasi dan 4

menggunakannya untuk mengontrol lingkungan. Demikian pula individu dengan locus of control internal lebih suka menentang pengaruh-pengaruh dari luar dan juga bertanggung jawab terhadap kegagalannya, sedangkan yang eksternal locus of control lebih bersikap conform terhadap pengaruhpengaruh tersebut dan memiliki anggapan bahwa kegagalannya berasal dari faktor lain diluar dirinya sendriri (Rifatul, 2012). Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RSUD Prof. DR.Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada tanggal 26 Februari 2015 didapatkan data jumlah perawat yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) berjumlah 30 orang dari karakteristik yang berbeda. Dari data pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo menunjukkan bahwa adanya jumlah kunjungan pasien sebanyak 12.772 jiwa tahun 2014. Hal ini dapat memicu stres kerja perawat dibagian instalasi gawat darurat dibandingkan instalasi rawat inap karena semua pasien yang masuk rumah sakit baik untuk yang rawat inap dan rawat jalan akan diberikan penanganan lebih awal di instalasi gawat darurat sehingga, adanya rasio perbedaan antara jumlah tenaga perawat dengan jumlah pasien perkunjungan. Menurut wawancara yang saya lakukan dengan kepala ruangan yang ada di IGD RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo dalam bertugas mereka dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan malam hari. Setiap shift dijaga oleh 4-6 perawat. Kepala raungan IGD RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo mengatakan setiap harinya jumlah pasien yang datang ke IGD ± 34 orang bahkan bisa lebih, sehingga satu orang perawat dapat 5

menangani sekitar 3-5 pasien bahkan lebih tergantung jumlah pasien yang datang ke IGD. Sedangkan untuk idealnya satu orang perawat itu menangani satu orang pasien. Sebagai tenaga perawat di tuntut untuk selalu memberikan yang terbaik kepada pasien demi kesembuhan dan keselamatan pasien, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan perawat mengalami stres kerja dan salah satu sumber stres di tempat kerja yang dapat menjadi penyebab stres kerja adalah locus of control. Atas dasar pertimbangan inilah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Locus Of Control dengan stres kerja perawat di ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Menurut data hasil penelitian menunjukan bahwa profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami stres, yaitu sekitar 43%. Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI 2006) dimana perawat Indonesia yang bekerja mengalami stres, yaitu sekitar 50,9 %. Dengan gejala sering pusing, lelah dan tidak istirahat karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu serta gaji yang rendah (Muthmainah, 2012). 2. Jumlah kunjungan pasien di Instalasi Rawat Darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloe Saboe Kota Gorontalo tahun 2014 yaitu sebanyak 12.772 jiwa. Dengan jumlah tenaga keperawatan yang bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) berjumlah 30 orang. 6

3. Kurangnya kapasitas perawat dibandingkan jumlah pasien menyebabkan perawat akan mengalami kelelahan dalam bekerja karena kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan lebih besar dari standar kemampuan perawat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : Bagaimana hubungan locus of control dengan stres kerja pada perawat di ruang instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloe Saboe Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan locus of control dengan stres kerja pada perawat di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.4.2.1 Mengidentifikasi locus of control pada perawat di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2.2 Mengidentifikasi stres kerja pada perawat di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2.3 Menganalisa hubungan locus of control dengan stres kerja pada perawat di instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 7

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat diadakannya penelitian ini : 1.5.1 Bagi Rumah Sakit Sebagai bahan masukan untuk institusi rumah sakit tentang hubungan locus of control dengan stres kerja perawat di ruang instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo, dan bahan pertimbangan untuk pemberian beban kerja yang dapat mempengaruhi stres kerja pada perawat. 1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan 1) Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan SDM perawat agar nantinya dapat mengurangi stres kerja perawat. 2) Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa dalam menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan locus of control dengan stres kerja perawat. 1.5.3 Bagi Profesi Keperawatan Sebagai bahan untuk penguatan teori dan menambah pengetahuan tentang hubungan locus of control dengan stres kerja perawat di ruang instalasi gawat darurat (IGD) RSUD Prof. DR. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.5.4 Bagi Peneliti Sebagai bahan rekomendasi dan pertimbangan serta acuan peneliti yang hendak melakukan penelitian yang sama di tempat yang berbeda. 8