Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS BEBAS DI SMK KESEHATAN JURUSAN FARMASI KABUPATEN KONAWE TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Dengan Pendekatan Regresi Logistik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMA X

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG SEKS PRANIKAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN PENCEGAHAN HIV/AIDS DI SMA NEGERI 10 PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DENGAN KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI DESA SUKOMULYO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada SMP X di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN HIV/AIDS TERHADAP SIKAP SEKSUAL REMAJA KELAS II DI SMA NEGERI 1 SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang gunakan adalah dengan menggunakan metode analitik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa Kelas XI SMAN Y Yogyakarta Tahun 2017 (N=114)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 ADIPALA CILACAP ARTIKEL SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN SEKSUAL TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS X TENTANG KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI SMA NEGERI 1 LUMBUNG KABUPATEN CIAMIS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENGARUH PERAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH DI STIKES KOTA SUKABUMI TAHUN Hj. Wati Mulyawati

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Susilawati, Maya Sonia Susi0580@yahoo.com Abstrak Perilaku seks pranikah remaja adalah orientasi seksual remaja, yang merupakan interaksi kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku gender yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah diantaranya pengetahuan, peran orang tua, peran teman sebaya, dan gaya hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja. Metode:Jenis penelitian korelasional denganpopulasi 247 dan sampel 153, menggunakan teknik purposive sampling. Uji validitas dengan Pearson Product Moment dan uji reliabilitas dengan Cronbach Alpha dinyatakan reliabel. Tekhnik pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis statistik menggunakan Coefficient Contingency. Hasil: hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku seks pranikah remaja lebih besar dipengaruhi oleh peran teman sebaya yaitu sebesar 5,3% dan gaya hidup yaitu 3,2%. Sedangkan pengetahuan dan peran orang tua tidak ada pengaruh terhadap perilaku seks pranikah. Kesimpulan: terdapat pengaruh peran teman sebaya dan gaya hidup terhadap perilaku seks pranikah remaja sehingga diharapkan bagi instansi terkait mengupayakan peningkatan program kesehatan reproduksi remaja dan bagi puskesmas dapat meningkatkan metode penyuluhan kesehatan reproduksi kepada remaja, orang tua dan lembaga pendidikan/ sekolah tempat remaja mendapatkan informasi. Kata Kunci : Perilaku seks pranikah, Remaja. 1

Pendahuluan Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam tahap-tahap perilaku seksual, dari tahap yang paling ringan hingga tahap paling berat yang dilakukan sebelum pernikahan yang resmi menurut hukum maupun agama. Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkandalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atasbaju,memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju dan melakukan senggama (Sarwono, 2010). Bentuk-bentuk perilaku ini umumnya bertahap, mulai dari tingkat yang kurang intim sampai dengan hubungan seksual. Remaja Usia 15-18 tahun banyak melakukan perilaku seksual pranikah, karena pada masa ini mereka sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa (Soetjiningsih, 2010). Berdasarkan survey kesehatan reproduksi yang dilakukan Badan Kesehatan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010, perilaku seksual yang dilakukan di kalangan remaja meliputi sekitar 92% remaja yang berpacaran dan saling berpegangan tangan, 82% yang saling berciuman, dan 63% remaja yang berpacaran tidak malu untuk saling meraba (petting) bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tidak dilakukan. Perilaku seks bebas pada remaja memiliki berbagai dampak yang tidak diharapkan. Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi, terjangkitnya penyakit menular seksual, resiko terkena kanker serviks dan HIV/AIDS, serta dampak psikologis merupakan berbagai hal yang terjadi sebagai dampak dari perilaku seks bebas pada remaja (Soetjiningsih, 2010). Pada usia remaja pada tahun 2010, WHO mengatakan bahwa setiap tahun terdapat 210 juta remaja yang hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta di antaranya melakukan aborsi yang diakibatkan karena selama pacaran tinggi tingkat seksualitasnya. Dampaknya terdapat 70.000 kematian remaja akibat melakukan aborsi tidak aman sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan dan kecacatan (Sofyan, 2010). Banyak faktor yang mengakibatkan para remaja melakukan perilaku seksual. Menurut Kusmiran (2012), Faktor-faktor penyebab perilaku seksual pada masa remaja terdiri dari perubahan biologis, pengaruh orangtua, pengaruh teman sebaya, perspektif akademik, perspektif sosial kognitif, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, penghayatan nilai keagamaan, sumber informasi dan gaya hidup. 2

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni (2014) dengan jumlah responden sebanyak 215 orang, didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja adalah gaya hidup dibandingkan dengan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi,dan peran teman sebaya. Salah satu faktor yang bisa mempengaruhi para kalangan remaja agar terhindar dari pengaruh seks pra nikah adalah lingkungan keluarga.komunikasi orang tua dan anak serta pola asuh orang tua dapat menentukan seberapa besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual. Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dalam masalah seksual, dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual (David G. Myers, 2012). Teman sebaya pun memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, tidak terkecuali dalam hal seksualitas. Jika seorang remaja memiliki teman yang aktif secara seksual maka akan semakin besar pula kemungkinan remaja tersebut untuk aktif secara seksual mengingat bahwa pada usia tersebut remaja ingin diterima oleh lingkungannya. Pengaruh teman sebaya membuat remaja mempunyai kecenderungan untuk memakai norma teman sebaya dibandingkan norma sosial yang ada (Sofia, 2010). Gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian besar remaja. Para remaja sangat rawan sekali dalam gaya hidupnya terutama yang mengarah pada gaya hidup bebas, hal ini dikarenakan sifat mereka yang rasa keingintahuannya masih sangat tinggi terhadap hal-hal yang belum mereka ketahui (Sofyan, 2010). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja kelas X di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi pada bulan Maret sampai Juli 2015. Jenis penelitian korelasionaldengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di kelas X SMK PGRI 1 Kota Sukabumi sebanyak 247 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa yang ada di kelas X SMK PGRI 1 Kota Sukabumi. Berdasarkan perhitungan ukuran sampel menurut slovin, maka didapatkan batas minimum jumlah responden yang akan diikutsertakan dalam penelitian ini berjumlah 153 responden. 3

Cara pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Purposive. Setelah dilakukan teknik Sampling Purposive, selanjutnya untuk mengetahui ukuran sampel yang dibutuhkan dari masing-masing unsur populasi maka dilakukan teknik Sampling Acak Kelompok (Cluster Random Sampling). Uji validitas menggunakan rumus Product Momentyang dikemukakan oleh Pearson (Hidayat, 2007). Uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbachdidapatkan nilai koefisien reliabilitas instrumen variabel pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yaitu 0,576 yang berarti reliabilitas cukup kuat, peran orang tua yaitu 0,587 yang berarti reliabilitas cukup kuat, peran teman sebaya yaitu 0,625 yang berarti reliabilitas cukup kuat, gaya hidup yaitu 0,693 yang berarti reliabilitas cukup kuat dan perilaku seksual yaitu 0,816 yang berarti reliabilitas kuat. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis deskriptif karakteristik responden berdasarkan usia, sebagian besar responden berusia 16 tahun dengan presentase 66,7% dan sebagian kecil responden berusia 14 tahun dengan presentase 1,3%, analisis deskriptif berdasarkan jenis kelamin yaitu sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan presentase 64,7% dan sebagian kecil responden berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 35,3%, analisis deskriptif berdasarkan status berpacaran yaitu sebagian besar responden memiliki pacar dengan presentase 54,2% dan sebagian kecil responden tidak memiliki pacar dengan presentase 45,8%,analisis deskriptif berdasarkan dengan siapa responden tinggal yaitu sebagian besar responden tinggal bersama orang tua dirumah dengan presentase 88,2% dan sebagian kecil responden tinggal di pesantren dengan presentase 2,6%, analisis deskriptif berdasarkan sumber informasi yaitu sebagian besar responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari media elektronik dengan presentase 41,8% dan sebagian kecil responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari media cetak dengan presentase 7,2%. Analisis bivariat dalam penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku seks pranikah remaja berdasarkan variabel pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, peran orang tua, peran teman sebaya, dan gaya hidup di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi adalah sebagai berikut : 4

Tabel 1.Tabulasi Silang Perilaku Seks Pranikah Remaja Berdasarkan Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Perilaku Seks Pranikah Tota Pengetahuan Tidak % Menyimpang % % l Menyimpang Baik 39 46,4 45 53,6 84 100 Cukup 25 47,2 28 52,8 53 100 Kurang 7 43,8 9 56,2 16 100 JUMLAH 71 82 153 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi adalah sebanyak 84 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikahtidak menyimpang yaitu sebanyak 45 responden (53,6%). Sedangkan sebagian kecil responden memiliki pengetahuan kurang tentang kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 16 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikah menyimpang sebanyak 7 responden (43,8%) Tabel 2 Tabulasi Silang Perilaku Seks Pranikah Remaja Berdasarkan Peran Orang Tua di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Perilaku Seks Pranikah Peran Orang Meny Tidak Tot Tua impa % Menyim % al % ng pang Berperan Baik 28 45,9 33 54,1 61 100 Cukup Berperan 39 44,8 48 55,2 87 100 Kurang Berperan 4 80,0 1 20,0 5 100 JUMLAH 71 82 153 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki orang tua yang cukup berperanyaitu sebanyak 87 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikah tidak menyimpang yaitu sebanyak 48 responden (55,2%). Sedangkan sebagian kecil responden memiliki orang tua yang kurang berperan yaitu sebanyak 5 responden yang cenderung memiliki perilaku seksual tidak menyimpang yaitu sebanyak 1 responden (20,0%). 5

Tabel 3 Tabulasi Silang Perilaku Seks Pranikah Remaja Berdasarkan Peran Teman Sebaya di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Perilaku Seks Pranikah Peran Teman Meny Tidak Tota Sebaya impa % Menyim % l % ng pang Berperan Baik 25 33,3 29 66,7 54 100 Cukup 39 44,0 45 56,0 84 100 Berperan Kurang 7 48,7 8 51,3 15 100 Berperan JUMLAH 71 82 153 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki teman sebaya yang cukup berperan yaitu sebanyak 84 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikah tidak menyimpang yaitu sebanyak 45 responden (56,0%). Sedangkan sebagian kecil responden memiliki teman sebaya yang kurang berperan yaitu sebanyak 15 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikah menyimpang yaitu sebanyak 7 responden (48,7%). Tabel 4 Tabulasi Silang Perilaku Seks Pranikah Remaja Berdasarkan Gaya Hidup di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Perilaku Seks Pranikah Gaya Meny Tidak Tota hidup impa % Menyim % l % ng pang Positif 27 37,0 46 63,0 73 100 Negatif 44 55,0 36 45,0 80 100 JUML AH 71 82 153 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki gaya hidup yang negatif mendekati gaya hidup menyimpang yaitu sebanyak 80 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikah menyimpang yaitu sebanyak 44 responden (55,0%). Sedangkan sebagian kecil responden memiliki gaya hidup yang positif tidak mendekati gaya hidup menyimpang yaitu sebanyak 73 responden yang cenderung memiliki perilaku seks pranikahtidak menyimpang yaitu sebanyak responden 46 (63,0%). 6

Tabel 5 Uji Hipotesis Pengaruh Antara Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Variabel Bebas Pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi Variabel Tak Bebas Perilaku Seks Pranikah Remaja Coeffitient Contingency P-value 0,19 0,971 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa setelah dilakukan hasil uji statistik dengan menggunakan koefisien kontingensi didapatkan nilai p-value 0,971 yang berarti H 0 diterima karena nilai p-value >0,05. Sehingga tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks pranikah remaja. Tabel 6 Uji Hipotesis Pengaruh Peran Orang Tua terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Variabel Bebas Peran Orang Tua Variabel Tak Bebas Perilaku seks Pranikah remaja Contingency P-value Coeffisient 0,008 0,919 Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan koefisien kontingensi didapatkan nilai p-value 0,919 yang berarti H 0 diterima karena nilai p-value >0,05. Sehingga tidak ada pengaruh antara peran orang tua terhadap perilaku seks pranikah remaja. Tabel 7 Uji Hipotesis Pengaruh Peran Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Variabel Bebas Variabel Tak Bebas Contingency Coefficient P- value Koef. Deter minasi Q Peran teman sebaya Perilaku seks pranikah remaja 0,230 0,036 5,3% 0,26 7

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan koefisien kontingensi didapatkan nilai p-value 0,036 yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima karena nilai p-value<0,05. Sehingga ada pengaruh antara peran teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah remaja. Sedangkan nilai koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh untuk variabel peran teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah yaitu 0,230 sehingga pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku seks pranikah remaja memiliki pengaruh yang rendah. Sedangkan nilai Q atau nilai keeratan antara variabel peran teman sebaya dengan perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar 0,26 sehingga memiliki keeratan kurang erat. Tabel 8 Uji Hipotesis Pengaruh Gaya Hidup terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Tahun 2015 Variabel Bebas Gaya hidup Variabel Tak Bebas Perilaku seks pranikah remaja Continge Koef. ncy P- Deter Q coeffisien value minasi t 0,178 0,026 3,2% 0,178 Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan koefisien kontingensi didapatkan nilai p-value 0,026 yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima karena nilai p-value<0,05. Sehingga ada pengaruh antara gaya hidup dengan perilaku seks pranikah remaja. Sedangkan nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh untuk variabel gaya hidup terhadap perilaku seks pranikah yaitu 0,178 sehingga pengaruh gaya hidup terhadap perilaku seks pranikah remaja memiliki pengaruh sangat rendah. Sedangkan nilai Q atau nilai keeratan antara variabel gaya hidup dengan perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar 0,178 sehingga memiliki keeratan kurang erat. Berdasarkan koefisien determinasi dengan perhitungan r 2 = 0,178 2 = 0,032 atau 3,2% maka diperoleh variabel gaya hidup dapat mempengaruhi variabel perilaku seks pranikah remaja sebesar 3,2% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. 8

Tabel 9 Nilai Koefisien Korelasi Variabel Yang Paling Berpengaruh Terhadap Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMK PGRI 1 Kota SukabumiTahun 2015 No Variabel Koefisien Determinasi 1 Peran Teman Sebaya 5,3% 2 Gaya Hidup 3,2% Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa peran teman sebaya mempunyai pengaruh paling besar karena mempunyai nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi yaitu sebesar 5,3% dibandingkan dengan variabel gaya hidup. Pembahasan Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan koefisien kontingensi didapatkan nilai p-value 0,19 yang berarti H 0 diterima dan H 1 ditolak karena nilai p-value>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks pranikah remaja. Hal ini sesuai dengan teori menurut Soetjiningsih (2010), dimana faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja diantaranya adalah hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, gaya hidup, religiusitas dan eksposur media pornografi. hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan coeffitient contingency yang dapat dilihat pada Tabel 4.6 didapatkan nilai p-value 0,919 yang berarti H 0 diterima dan H 1 ditolak karena nilai p-value>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara peran orang tua terhadap perilaku seks pranikah remaja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nuraeni (2014) menunjukan bahwa tidak ada pengaruh peran orang tua terhadap perilaku seksual remaja.hal tersebut tidak sesuai dengan teori menurut Soetjiningsih (2010) bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Menurut Rohmahwati (2008), Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. 9

Berdasarkan Tabel 4.7 juga menunjukkan nilai p-value 0,036 yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima karena nilai p-value<0,05. sehingga ada pengaruh antara peran teman sebaya dengan perilaku seks pranikah remaja. Hal ini sesuai dengan referensi dari Poltekes Depkes Jakarta 1 (2010) bahwa sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidup remaja merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya. Perilaku seks pranikah yang remaja lakukan memang tidak terlepas dari teman-teman sebayanya. Hal tersebut dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersama dengan teman-teman sebayanya dibanding dengan keluarga. Pemaparan diatas diperkuat oleh hasil penelitian dari Dinna (2013) yang menyatakan bahwa pengaruh teman sebaya sangatlah tinggi dalam mempengaruhi perilaku remaja. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja memang sangatlah menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Sebagai akibatnya,mereka akan merasa senang apabila diterima atau sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila di keluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya. Bagi remaja pandangan teman-teman terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting (Santrock, 2007). Maka, dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga. Hal ini kembali diperkuat oleh hasil penelitian Dinna (2013) yang menyatakan bahwa teman sebaya sangat cenderung berpengaruh dalam kehidupan remaja ketimbang keluarganya.semakin bertambah besar anak, maka keinginannya untuk bergaul diluar rumah semakin besar pula dan hal ini seiring dengan menurunnya peran orang tua. Hasil uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan koefisien kontingensi diperoleh nilai p-value 0,026 yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima karena nilai p- value<0,05. Sehingga ada pengaruh antara gaya hidup terhadap perilaku seks pranikah remaja. Hasil penelitian Nuraeni (2014) menunjukan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja adalah gaya hidup dibandingkan dengan peran teman sebaya. 10

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 153 remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi, dapat disimpulkan didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi adalah teman sebaya dibandingkan dengan gaya hidup. Saran Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam upaya peningkatan program kesehatan reproduksi remaja, seperti dimasukannya materi mengenai sex education kedalam program pengajaran disekolah sehingga pengetahuan dapat terus meningkat. Diharapkan juga pihak sekolah dapat melibatkan orang tua siswa dalam kegiatan sekolah, khususnya terkait dengan pembinaan siswa dan memotivasi siswa agar aktif dalam berbagai kegiatan positif.peran dari guru, BP/BK lebih di tingkatkan dalam pengawasan terhadap perilaku seks pranikah remaja. Diharapkan agar puskesmas dalam hal ini bagian PKPR dapat meningkatkan frekuensi program penyuluhan tentang kesehatan reproduksi ke berbagai sekolah secara merata dan berkesinambungan. Meningkatkan metode penyuluhan yang variatif seperti mengadakan perlombaan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan memasang poster yang berkaitan dengan perilaku seks pranikah di sekolah. 11

Referensi Arikunto, Suharsimi. ProsedurPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Depkes RI. 2010. Profil kesehatan. Dinkes Kota Sukabumi. Laporan Tahunan Jumlah Kejadian Seks Pranikah, Kehamilan Tidak Diinginkan di Kota SukabumiTahun 2014. Sukabumi : Dinkes Kota Sukabumi, 2014. Hartiningsih.Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: CV Sagung Seto, 2010 Hidayat, A.Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika, 2012 Imam Musbikin. Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Madiun : Zanafa. 2013. Kumalasari, Intan dan Iwan Andhayantoro. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika, 2012. Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika, 2011. Kozier, dkk.fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan praktik. Jakarta: EGC, 2011. Mu tadin, Z. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset, 2003. Nuraeni, Siti. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMP N 14 Kota Sukabumi, 2014 Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian iimu. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2011. Poltekes Depkes Jakarta I. KesehatanRemaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika. 2010. 12

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta, 2010. Sofyan S. W, M.Pd. Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta.2010. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. 2013. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya Jakarta: S.agung Seto, 2010 Widyastuti, Yani, Anita Rahmawati, dkk. Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta: Fitramaya.2009. www.beritanet.com. Gaya Hidup Remaja. 10 Maret 2015 http://www.bkkbn.go.id diakses tanggal 10 maret 2015 http://himikaung.wordpress.com.tahap-tahap perkembangan psikososial, diakses tanggal 27 April 2015. 13

14