BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya model pembelajaran kooperatif. Secara bahasa kooperatif berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran ini. Meskipun dianggap penting, banyak siswa yang mengeluh kesulitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Charlina Ribut Dwi Anggraini

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI. 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN TEORI. yang terjadi baik fisik manpun non fisik, merupakan suatu aktifitas.

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika (Wahyudi dan Kriswandani, 2013:13). Wahyudi dan Kriswandani juga berpendapat matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan disekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah. Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran matematika SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan Matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Permendiknas No 22 Tahun 2006, mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi tiga aspek yaitu : a. Aljabar Materi aljabar terdiri dari sistem operasi bilangan, yaitu penjumlahan (+), pengurangan (-), perkalian (x), dan pembagian (:), materi 5

6 aljabar kelas IV meliputi: sifat-sifat operasi hitung, KPK, FPB, bilangan Romawi dan pengurutan bilangan pecahan dan bilangan bulat. b. Geometri Materi geometri kelas IV meliputi: sudut tak baku dan baku, konversi satuan waktu, panjang dan berat, satuan kuantitas, keliling dan luas jajar genjang dan segitiga, sifat bangun ruang sederhana, jarring-jaring kubus dan balok, serta simetri dan pencerminan. 2. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Menurut Teori Belajar Konstruktivistik Pengertian belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya (Asri Budiningsih, 2004 : 64). Pandangan lain dari belajar berdasarkan teori konstruktivistik dikemukakan oleh Paul Suparno (2001: 61), yang mana mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lainlain. Selain definisi tersebut Paul Suparno juga mendefinisikan bahwa belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Ciri-ciri belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah sebagai berikut (Suparno,2001: 61). 1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang dimiliki siswa. 2) Konstruksi arti, yang artinya proses secara terus-menerus. 3) Belajar bukanlah kegiatan pengumpulan fakta, melainkan suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. 4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. 5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungan (Bettencourt, 1989).

6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui oleh pelajar yang meliputi konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses aktif pelajar untuk mengkonstruksi dan mengembangkan suatu pengetahuan atau pengertian melalui proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai sebelumnya. b. Pengertian Hasil Belajar Matematika Arikunto (2006) mengungkapkan pengertian hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian seseorang untuk mengetahui sejauh mana materi yang sudah diterima. Selain itu, Gagne (Hamzah, 2011) mengungkapkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran yang terdiri dari lima jenis yaitu: (a) siswa dapat menggunakan simbol; (b) siswa menyatakan konsep atau pengertian; (c) siswa memecahkan suatu masalah dengan cara-cara tertentu; (d) siswa menggunakan alat-alat tertentu; (e) siswa memilih perbuatan atau perilaku tertentu. Pendapat lain dari Sukiman (2012) hasil belajar merupakan akibat dari adanya evaluasi belajar dan evaluasi belajar belajar dilakukan untuk mengetahui ekmampuan yang telah dicapai siswa setelah menerima pelajaran, evaluasi belajar ini berupa tes. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar yang ditunjukan dengan hasil evaluasi belajar, yang dapat berupa tes untuk mengetahui kemampuan yang telah dicapai siswa setelah menerima pelajaran matematika. Menurut The International Studi of Achievmen in Mathematic seperti yang dikutip Gunartono (Ratri, 2013), menetapkan sepuluh kecakapan dasar sebagai kemampuan dalam mengukur hasil belajar matematika. Kesepuluh kemampuan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Mengingat dan mengungkapkan definisi, notasi, operasi dan konsep. 2) Kecermatan, ketepatan mengitung, dan memanipulasi simbol. 3) Menterjemahkan data kedalam simbol. 4) Menginterpretasikan data yang muncul dalam bentuk simbol. 5) Mengikuti alur suatu penalajarn atau pembuktian. 6) Menyusun suatu pembuktian. 7

8 7) Menetapkan konsep pada masalah matematis. 8) Menggunakan konsep pada masalah-masalah non matematis. 9) Menganalisis masalah dan menentukan operasi yang mungkin digunakan. 10) Menentukan keumuman (generalisasi) matematis. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Purwanto (1990:107) faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor yang berada dalam diri individu (faktor internal) maupun yang berasal dari luar dirinya (faktor eksternal).purwanto (1990 :107) mengungkapkan bahwa faktor internal dibagi menjadi dua, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi yang merupakan kondisi fisik, dan psikologi yang meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif. Faktor yang berasal dari luar diri individu disebut sebagai faktor eksternal. Purwanto (1990: 107) menyatakan faktor eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan dan instrumental. Hasil belajar siswa akan dipengaruhi dari lingkungan yaitu dari alam dan sosial. Faktor instrumental juga mempengaruhi hasil belajar yang mencakup kurikulum, guru, sarana dan fasilitas, administrasi atau manajemen. 3. Model Pembelajaran Kooperatif Istilah kooperatif digunakan dalam tulisan ini karena kooperatif memiliki makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif (Agus Suprijono, 2009:55). Selain itu menurut Agus Suprijono pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok yang lebih dipimpin oleh guru atau di arahkan oleh guru. Sejalan dengan itu, Sanjaya (Rusman, 2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara membentuk kelompokkelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Sejalan dengan Suprijono dan Sanjaya, Slavin mengungkapkan (2005: 4) pembelajaran kooperatif merajuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membentu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Lie (2002: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok, terdapat unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

9 Roger dan David Johnson (Lie,2002 : 30) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut. 1) Saling ketergantungan positif, unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. 2) Tanggung jawab individual, jadi setelah mengikuti kelompok belajar bersama anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. 3) Tatap muka, setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Tujuan tatap muka ini adalah. a. saling membantu secara efektif dan efesien, b. saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, c. memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien, d. saling mengingatkan, e. saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, f. saling percaya, g. saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4) Komunikasi antar anggota, keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. 5) Evaluasi proses kelompok, yangbertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Berdasarkan pada pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode dimana para siswa bekerja aktif, saling membantu satu sama lain di dalam kelompoknya untuk mempelajari materi dan tentunya dengan arahan guru dimana guru juga berperan untuk menyiapkan bahan-bahan dan informasi untuk membantu para siswa dalam menyelesaikan masalah.

10 a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) 1) Pengertian TGT TGT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh David DeVries dan Keith (Slavin, 2005:13) untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran. Slavin mengungkapkan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-sklill dasar, pencapaian, interaksi positif antarsiswa, harga diri, dan sikap penerimaan pada siswa-siswa lain yang berbeda. Menurut Slavin (2010), model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung permainan dan reinforcemen (bertukar informasi). TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individual, di mana siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor tertinggi. Jadi,Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran yang menitik beratkan belajar dengan kelompok dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara bersama-sama. Siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, karena akan dituntut tanggungjawab setiap individu dan tanggung jawab kelompok akan mengikuti game pada akhir pokok bahasan pembelajaran. Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Dengan model pembelajaran tipe TGT diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, lebih bisa bekerjasama dengan temanteman lain, lebih bertanggungjawab dan membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Sehinga dengan model pembelajaran TGT akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan pemahaman sejumlah materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal. 2) Kompenen TGT Menurut Robert E Slavin (2005) komponen-komponen dalam TGT adalah penyajian materi, tim, game, dan turnamen dan penghargaan kelompok, yaitu:

11 a. Presentasi kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Di samping itu, guru juga menyampaikan tugas, tujuan, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game/ turnamen karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Belajar kelompok (tim), guru membagi siswa dalam kelompok kecil. Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 4-6 orang anggotanya heterogen. Dengan adanya heterogenitas antar kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa belajar secara kompetitif sengat menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game/turnamen. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan modul. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan bersama, saling memberikan jawaban dan mengkoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. c. Persiapan permainan atau pertandingan, guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi dengan nomor, skor, pertanyaan, dan jawaban mengenai materi. Game dimainkan oleh tiga siswa pada sebuah meja, dan masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda yang dipilih secara acak. Secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.1.

12 pembaca Penantang Penantang II Gambar 2.1 Skema aturan permainan untuk 3 tim (Slavin, 2005) d. Turnamen, merupakan struktur game yang dimainkan. Biasanya diselenggarakan pada akhir pekan atau unit, setelah guru melaksanakan penyajian materi dan tim telah berlatih dengan lembar kerja. Turnamen 1, guru menempatkan siswa ke meja turnamen, tiga siswa terbaik pada hasil belajar yang lalu pada meja 1, tiga siswa berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang sama ini memungkinkan siswa dari semua tingkat pada hasil belajar yang lalu memberikan konstribusi pada skor timnya secara maksimal jika mereka melakukan yang terbaik. Secara skematis model pembelajaran TGT ditunjukan pada Gambar 2.2 TEAM A A1 A2 A3 A4 Meja Turnamen Meja Turnamen Meja Turnamen Meja Turnamen B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3 C4 TEAM B TEAM C Gambar 2.2 Skema pertandingan atau tournament TGT (Slavin, 2005) Keterangan: A1, B1, C1 = siswa berkemampuan tinggi A(2,3,4), B(2,3,4), C(2,3,4) = siswa berkemampuan sedang A5, B5, C5 = siswa berkemampuan rendah e. Rekognisi tim/penghargaan kelompok, tim dimungkinkan mendapat sertifikat dan pengharaan lain apabila skor rata-rata mereka melebihi kriteria tertentu.

13 Langkah-langkah Team Game Tournament (TGT) menurut Mulyatiningsih dalam Hardian (2012), adalah sebagai berikut. a. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi di kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah dan tanya jawab. b. Pembentukan kelompok (team) Peserta didik dibagi dalam kelompok. c. Game Guru menyiapkan pertanyaan (game) untuk menguji pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok peserta didik memilih nomor game dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat skor, kemudian skor tersebut dikumpulkan untuk turnamen selanjutnya. d. Turnamen Turnamen dilakukan seminggu sekali atau setiap satu satuan materi pelajaran telah selesai dilaksanakan. Peserta didik melakukan permainan (game) akademik yaitu dengan cara berkompetisi dengan anggota tim yang memiliki kesamaan tugas/materi yang dipelajari. Guru menyiakan beberapa meja turnamen. Setiap meja diisi oleh tiga peserta didik yang memiliki kemampuan setara dari kelompok yang berbeda(peserta didik yang pandai berkompetisi dengan peserta didik pandai dari kelompok lainnya, demikian pula peserta didik yang kurang pandai juga berkompetisi dengan peserta didik yang kurang pandai dari kelompok lain). Dengan cara demikian, setiap peserta didik memiliki peluang sukses sesuai dengan tingkat kemampuannya. Akuntabilitas individu dijaga selama kompetisi supaya sesama anggota tim tidak saling membantu. e. Rekognisi Tim Tim yang menunjukan kinerja paling baik akan mendapat penghargaan atau sertifikat. Seperti layaknya lomba, tim yang paling banyak mengumpulkan poin atau skor akan mendapat

14 predikat juara umum, kemudian juara berikutnya berurutan sesuai dengan jumlah poin atau skor yang berhasil diraihnya. Berikut tahapan-tahapan pembelajaran TGT dan perlakuan guru menurut Mulyatiningsih dalam Hardian (2012), tahapantahapan tersebut tercantum pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran TGT No Langkah Pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa 1 Penjelasan Guru Artinya guru menjelaskan materi dalam TGT 2 Tim (pembentukan kelompok) Artinya guru membagi siswa dalam tim yang beranggotakan 4-5 3 Game Artinya guru mempersiapkan pertanyaan pertanyaan yang kontennya relevan dan dirancang untuk mengetahui kemampuan siswa serta menyiapkan media dalam permainan. Guru menjelaskan materi bilangan Romawi Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya Guru membagi siswa dalam kelompok, dimana setiap kelompok sudah ditentukan oleh guru. Guru mengarahkan siswa untuk berkelompok dengan kelompoknya. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru menarik perhatian siswa agar terpacu untuk menjawab pertanyaan Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan guru Siswa bertanya kepada guru jika ada yang kurang dimengeri Siswa bergabung dalam kelompok Siswa merencanakan tugas yang akan mereka pelajari, kemudian berdiskusi mengumpulkan informasi dan membuat kesimpulan. Siswa berdiskusi dengan serius

15 4 Turnamen Artinya guru menempatkan posisi siswa sesuai dengan kemampuan yang setara. 5 Rekognisi tim Artinya guru melakukan perhitungan skor dan mengumumkannya serta memberikan penghargaan pada tim yang mengumplkan skor paling tinggi Guru membri arahan tentang tata cara berturnamen Guru memanggil siswa dari setiap kelompok yang berkemampuan sama untuk mengikuti turnamen, dilakukan secara berulangkali sampai semua anggota kelompok terpanggil. Guru melakukan penghitungan skor dari lembar penilaian yang dilakukan oleh masingmasing kelompok. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mengumpulkan skor tertinggi. Siswa memperhatikan penjelasan guru Siswa menempatkan diri sesuai posisi yang telah ditetapkan oleh guru dalam tournament Siswa menerima penghargaan 3) Keunggulan dan Kelemahan TGT Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon beragam oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini, pembelajaran kooperatif dengan TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis bagi siswa. Menurut Istiqomah (2006) TGT mempunyai kelebihan diantaranya lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas; mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu; dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam; proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa; mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain; motivasi belajar lebih tinggi; hasil belajar lebih baik.

16 TGT juga mempunyai kelemahan yaitu sulitnya mengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen, untuk itu guru harus teliti dalam membagi kelompok.; cukup menghabiskan waktu; kelas cenderung ramai; terdapat siswa yang berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainya, untuk itu guru harus membimbing siswa yang berkemampuan akademik tinggi agar dapat menularkan pengetahuannya kepada siswa lain. b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) 1) Pengertian NHT Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (Lie, 2002:59) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Numbered Head Together (NHT) atau dalam bahasa Indonesia Penomoran Berpikir Bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, dan untuk menanamkan rasa tanggung jawab siswa dalam menelaah materi yang diajarkan. Menurut Anita Lie (2002:59). Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran, dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Ciri pembelajaran NHT ini adalah di mana guru akan mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, yang kemudian akan diselesaikan bersama oleh siswa dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang, baru kemudian guru memanggil salah satu nomor siswa secara acak, dan siswa tersebut harus menjawab pertanyaan guru, terlepas dari jawaban benar atau salahnya. Jadi model pembelajaran NHT adalah suatu model pembelajaran yang mengarah pada pembagian nomor yang berbeda pada setiap kelompok, pembagian pertanyaan pada kelompok dan berfikir bersama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah yang berbeda. Salah satu siswa dipanggil secara acak untuk menjawab pertanyaan, jadi semua anggota kelompok harus paham dengan jawaban kelompok tersebut. Hal itu membuat siswa lebih bertanggung jawab dan dan memacu setiap siswa untuk memahami materi

2) Komponen NHT Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dikembangkan oleh Kagen dalam Lie (2002: 60), adalah sebagai berikut. a. Persiapan, dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelejaran dengan membuat skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe (NHT). b. Pembentukan kelompok, dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran tipe NHT. Guru mebagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari segi latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. d. Diskusi masalah, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagian bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban, dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. f. Memberi kesimpulan, guru bersama siswa menyimpilkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Secara lebih rinci Trianto (2007:63) pembelajaran NHT dijabarkan dalam Tabel 2.2. 17

18 Tabel 2.2 Sintak pembelajaran NHT No Langkah pembelajaran Kegiatan guru Kegiatan siswa 1 Penomoran Artinya guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang. 2 Mengajukan pertanyaan Artinya Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas diambil dari materi pelajaran tetentu yang sedang dipelajari 3 Berpikir bersama Artinya Siswa dalam kelompok-kelompok kecil tersebut berembuk untuk menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu. 4 Menjawab Artinya Guru memanggil salah satu nomor tertentu. Guru membagi siswa dalam kelompok, dimana setiap kelompok sudah ditentukan oleh guru. Guru mengarahkan siswa untuk berkelompok dengan kelompoknya. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa Guru memacu siswa untuk terdorong mendiskusikan pertanyaan dengan kelompoknya Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi. Siswa berdiskusi menyatukan pendapat mereka, setiap anggota kelompok harus paham dengan hasil jawabannya Guru memanggil nomor tertentu dan siswa yang dipanggil nomornya akan menjawab pertanyaan untuk seliuruh kelas Siswa menempatkan diri kedalam kelompok mereka Siswa memahami pertanyaan dari guru Siswa mengidentifikasi masalah dan merencanakan tugas yang akan mereka pelajari, kemudian berdiskusi mengumpulkan informasi Siswa menarik kesimpulan dari beberapa informasi yang telah didapat. Setiap siswa harus memahami jawaban akhir dari tim. Siswa yang dipanggil oleh guru kemudian menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan jawaban akhir dari tim.

3) Keunggulan dan Kelemahan NHT Menurut Anita Lie (2002:59) keunggulan dan kelemahan dari pembelajarn NHT ialah sebagai ikut. Keunggulan NHT dijabarkan antara lain. a. memudahkan dalam pembagian tugas, b. memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya, c. miningkatkan semangat kerja siswa, d. siswa dapat saling berbagi ide-ide Kelemahan pembelajaran NHT dijabarkan antara lain: a. kurang cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama, dan b. tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan model pembelajaran kooperatif TGT atau NHT dengan konvensional. Berikut beberapa penelitian yang membandingkan model pembelajaran kooperatif dengan kovensional. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Bagus Manuaba (2012) dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Dan Konvensional Pada Siswa Kelas VII SMP Mater Alma Materi Pokok Segitiga dan Segiempat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Turnament) lebih efektif dan nilai hasil belajar lebih tinggi dibanding pembelajaran dengan model konvensional. 2. Penelitian Tri Sugiarto (2012) yang melakukan penelitian dalam bentuk eksperimen dengan judul Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Together) dan Model Pembelajaran Konvensional Kelas VIII di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil Penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan nilai t adalah 2,673 dengan probabilitas signifikasi 0,011 < 0,05. 19

20 Selain membandingkan TGT atau NHT dengan konvensional, terdapat penelitian yang membandingkan TGT dengan NHT. Berikut penelitian membandingkan antara model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan tipe NHT. 1. Penelitian Rahmawan dan Pramukantoro yang melakukan penelitian dalam bentuk eksperimen dengan judul Perbandingan Hasil Belajar Menerapkan Dasar-Dasar Kelistrikan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan Kooperatif Tipe NHT di SMKN 3 Jombang. Hasil pennelitian menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Penelitian Noviana Dini Rahmawati (2011) yang melakukan penelitian dalam bentuk skripsi eksperimen dengan judul Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT) dan Number Head Together Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri SE-Kabupaten Grobogan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Model pembelajaran TGT menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran NHT. (2) Prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang beraktivitas rendah, prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas sedang lebih baik dibanding dengan siswa beraktivitas rendah, prestasi belajar matematika pada siswa beraktivitas tinggi sama baiknya dibanding dengan siswa beraktivitas sedang. (3) Pada masing-masing kategori aktivitas (rendah, sedang dan tinggi), model pembelajaran TGT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT. (4) Pada masing-masing model pembelajaran TGT dan NHT prestasi belajar siswa beraktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa beraktivitas rendah dan prestasi belajar siswa beraktivitas sedang sama baiknya dibanding dengan siswa beraktivitas tinggi. Sebagaimana ketiga penelitian tersebut penelitian ini juga membandingkan antara model pembelajaran. Jika penelitian sebelumnya melibatkan variabel aktivitas belajar, pada penelitian ini hanya akan melibatkan variabel hasil belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika pada siswa yang diberi perlakuan model

21 pembelajaran kooperatif tipe TGT dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. C. Kerangka Berfikir Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil belajar matematika di SD dalam Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang yang menduduki peringkat terakhir dari pelajaran lainnya. Setelah dilakukan observasi di 2 SD yang berbeda, ternyata proses pembelajaran didominasi oleh guru sementara siswa pasif. Guru sudah melakukan usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa serta diadakan diskusi kelompok,tetapi di dalam diskusi kelompok hanya di dominasi beberapa siswa saja sementara yang lain hanya mengikuti saja. Maka dari itu pada penelitian ini menerapkan model pembelajaran kooperatif. Beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui Team Game Turnament(TGT)dan Number Head Together (NHT). Kedua tipe model pembelajaran ini menekankan pada siswa dalam berkelompok serta melakukan diskusi. Diharapkan dengan menerapkan tipe model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dan mengaktifkan siswa. Tipe model pembelajaran ini siswa ditekankan pada kegiatan pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa, juga mengandung permainan akademik dan reinforcement (bertukar informasi). Team Games Tournament (TGT) merupakan salah model pembelajaran kooperatif yang dinilai lebih efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran, TGT ini dikembangkan berdasarkan pada teori belajar konstruktivisme. Melalui adanya kerja kelompok dan diskusi, maka akan membuat siswa lebih mudah dalam memahami bahan pelajaran yang dianggap sulit. Pembelajaran disini akan lebih menyenangkan karena adanya game dan Tournament. Setelah dilakukan proses pembelajaran siswa diberikan posttest untuk mengetahui keterkaitan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika pada materi bilangan Romawi Number Head Together (NHT) juga termasuk model pembelajaran kooperatif,dimana pembelajaran ini juga menuntut keaktifan. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Karena guru akan memanggil salah satu nomor

22 dari setiap kelompok, maka setiap kelompok dalam NHT harus memahami dan mengetahui materi yang diberikan Meskipun model pembelakaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keaktifan siswa, namun model pembelajaran kooperatif tipe TGT jauh lebih dapat mengaktifkan siswa, karena adanya game dan tournament yang mana setiap siswa sudah dipastikan mengikuti tournament, sehingga rasa tanggung jawab dan dorongan untuk memahami materi jauh lebih dalam. Berdasarkan uraian tersebut, besar kemungkinan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran tipe TGT akan lebih baik dari siswa yang mengikuti proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran NHT. Berdasarkan uraian tersebut, maka skema kerangka berpikir seperti tampak pada gambar 2.5. 1. Siswa sulit memahami materi 2. Guru menggunakan model pembelajaran yang monoton (ceramah dan drill) 3. Pembelajaran matematika menjadi membosankan Siswa kurang aktif; hasil belajar siswa rendah; dan adanya hasil penelitian terdahulu mengenai perbedaan hasil belajar siswa menggunakan cooperative learning tipe TGT dan NHT yang saling kontradiksi Menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Hasil belajar baik Gambar 2.5 Skema kerangka berpikir

23 D. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir yang diajukan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa kelas IV SD Negeri Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang tahun ajaran 2013/2014, diduga hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

24