Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS INDONESIA STUDI KETAHANAN KOROSI MATERIAL SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J DAN HC-276 DALAM LARUTAN ASAM ASETAT YANG MENGANDUNG ION BROMIDA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

PENGARUH PERLAKUAN MEDIA PENDINGINAN TERHADAP KOROSI BAJA COR ACI CF-8M DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT. Intisari

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Sedangkan rumus kimia dari asam asetat sendiri adalah:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV DATA DAN HASIL PENELITIAN

Beberapa unsur paduan dalam baja tahan karat :

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Lampiran 1. Pembutan kurva kalibrasi Logam Fe, Cr dan Ni

STUDI KETAHANAN KOROSI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK UNTUK MATERIAL ORTOPEDI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

BAB IV HASIL YANG DICAPAI PENELITIAN

PENGARUH INHIBITOR SODIUM NITRIT DAN DMEA TERHADAP KETAHANAN KOROSI PADA BAJA TULANGAN S.13 DI LINGKUNGAN AIR LAUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH WAKTU TERHADAP KECEPATAN KOROSI LOGAM Fe, Ni, DAN Cr PADA BAJA SS 304 DALAM MEDIUM ASAM SULFAT (H 2 SO 4 ) 1M SKRIPSI NUR ASMI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI HASIL ELEKTROPLATING Zn PADA COLDROLLED STEEL AISI 1020

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

1 BAB IV DATA PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

PELAPISAN BAJA DENGAN SILIKA SECARA ELEKTROFORESIS UNTUK MENCEGAH KOROSI

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Hasil dan Pembahasan

KARAKTERISASI BAJA SMO 254 & BAJA ST 37 YANG DI-ALUMINIZING

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB IV HASIL PENGUJIAN

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

MODEL LAJU KOROSI BAJA KARBON ST-37 DALAM LINGKUNGAN HIDROGEN SULFIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Melimpahnya aluminium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

- 0,1% NaOCl TERHADAP KETAHANAN KOROSI BAJA GALVANIS PADA PIPA AIR MINUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Jurusan Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

STUDI EFEKTIFITAS LAPIS GALVANIS TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DI DALAM TANAH (UNDERGROUND PIPE) SKRIPSI

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

Diagram Fasa. Latar Belakang Taufiqurrahman 1 LOGAM. Pemaduan logam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Pengembangan Tanah (Swelling) Lempung Ekspansif tanpa Metode Elektrokinetik

BAB II DASAR TEORI. H 2 + 2OH - evolusi hidrogen dalam basa M e - M deposisi logam M 3+ + e - M 2+ reduksi ion logam

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENGERJAAN DINGIN TERHADAP KETAHANAN KOROSI AISI 1020 HASIL ELEKTROPLATING Zn DI MEDIA NaCl. Oleh : Shinta Risma Ingriany ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Nama Kelompok : Adik kurniyawati putri Annisa halimatus syadi ah Alfie putri rachmasari Aprita silka harmi Arief isnanto.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ir. Hari Subiyanto, MSc

LAJU KOROSI BAJA SS 304 DALAM MEDIA HCL DENGAN INHIBITOR KININA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

ANALISA LAJU KOROSI DUPLEX SS AWS 2205 DENGAN METODE WEIGHT LOSS

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PROSES TEMPERING PADA HASIL PENGELASAN BAJA TERHADAP MECHANICAL PROPPERTIES DAN SIFAT KOROSI

Transkripsi:

63 BAB V PEMBAHASAN 5. 1. KETAHANAN KOROSI SUS 316L 5.1.1 Uji Celup SUS 316L Baja tahan karat mendapatkan ketahanan korosi hasil dari terbentuknya lapisan pasif pada permukaan logam. Lapisan pasif adalah produk korosi dan lapisan ini melindungi logam dibawahnya karena lapisan ini menjadi penghalang (barrier) yang mencegah lingkungan korosif kontak dengan logam dibawah lapisan pasif. Indikasi terbentuknya lapisan pasif dapat dilihat dari hasil pengukuran potensial selama uji celup dilakukan kemudian dengan menggunakan diagram potensial-ph diagram maka akan didapat diprediksi reaksi yang terjadi dan lapisan pasif apa yang terbentuk. Gambar 5.1 menunjukan grafik hasil pengukuran potensial SUS 316L dan hasil perhitungan laju korosi yang terjadi selama dilakukan uji celup selama 7 hari sedangkan gambar 5.2 adalah diagram potensial-ph pourbaix gabungan dari unsur-unsur logam paduan SUS 316L yaitu kromium(cr), molibdenum(mo) dan nikel(ni). Pada gambar 5.1 potensial SUS 316L mengalami kenaikan potensial dari 0,1 volt vs SHE (titik-1) menjadi 0,5 volt vs SHE (titik-2) kemudian turun menjadi 0,33 volt vs SHE (titik-3). Ketiga titik tersebut kemudian diplot ke diagram potensial-ph pourbaix gabungan kromium, molibdenum dan nikel pada gambar 5.2. Peristiwa apa yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada titik-1: ph larutan berdasarkan pengukuran <1 dan potensial sebesar 0,05 volt- SHE maka berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix pada gambar 5.1, SUS 316L berada pada daerah korosi dan mengalami korosi dengan reaksi sebagai berikut: Fe Fe 2+ + 2e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2)

64 Pada titik-2: Potensial logam pada jan ke-132 tiba-tiba mengalami kenaikan dari 0,05 volt menjadi 0,45 volt-she, berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix (gambar 5.2), SUS 316L mengalami transisi dari daerah korosi ke daerah pasivasi dimana logam yang awalnya terjadi korosi kemudian terjadi pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam dengan reaksi yang terjadi sebagai berikut: Mo Mo 3+ + 3e - (5.3) Mo 3+ + 3H 2 O MoO 3 + 6H + + 3e - (5.4) Pada titik-3: Potensial logam mengalami penurunan dari 0,45 volt manjadi 0,28 volt- SHE. Berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix (gambar 5.2), SUS 316L bergeser dari daerah pasivasi ke garis kesetimbangan: MoO 3 + 6H + + 3e - Mo 3+ + 3H 2 (5.5) Pada daerah kesetimbangan reaksi terbentuknya lapisan pasif sama cepatnya dengan laju terdisolusinya lapisan tersebut. Pada saat terjadi kerusakan lapisan pasif maka SUS 316L akan mengalami korosi kembali dimana reaksi (5.1) dan (5.2) bisa terjadi lagi. Gambar 5.1 Grafik hubungan antara waktu celup dan potensial logam (standar hydrogen elektrode) untuk material SUS 316L

65 Gambar 5.2 Posisi SUS 316L pada diagram potensial-ph pourbaix gabungan dari kromium, molybdenum dan nikel Pengukuran laju korosi pada hari ke-1, 3 dan 7 pada gambar 5.1 menunjukkan terjadinya penurunan laju korosi. Pada hari pertama SUS 316L mengalami laju korosi sebesar 43.2 mpy dengan potensialnya rata-rata sebesar 0,10 volt-she, berada pada daerah terkorosi. Reaksi yang terjadi berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix pada gambar 5.2 adalah reaksi (5.1) dan (5.2). Pada hari ke-3 perhitungan laju korosi hasilnya adalah sebesar 34.2 mpy dengan potensialnya sebesar 0,10 volt-she. Berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix maka SUS 316L pada daerah terkorosi dan reaksi (5.1) dan (5.2) juga terjadi. Penurunan laju korosi pada hari ke-3 dibandingkan pada hari ke-1 terjadi

66 kemungkinan disebabkan karena adanya produk korosi yang masih menempel pada permukaan yang memperlambat terjadinya reaksi. Pada hari ke-7 perhitungan laju korosi sebesar 29.5 mpy. Terjadi penurunan laju korosi dibandingkan pada hari ke-1 dan ke-3 yang disebabkan karena pembentukan lapisan pasif seperti pada reaksi (5.3) yang ditandai dengan naiknya potensial pada jam ke-132 dari 0,10 volt vs SHE (titik-1) menjadi 0,45 volt-she (titik-2) dimana berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix pada gambar 5.2 terjadi transisi dari daerah korosi ke daerah pasivasi. 5.1.2 Uji Polarisasi Siklik SUS 316L Uji polarisasi siklik pada SUS 316L akan memberikan informasi tentang ketahanan korosi sumuran. Ketahanan korosi sumuran dilihat dari besarnya selisih antara potensial pitting dan potensial proteksi. Semakin besar nilainya maka akan semakin tahan terhadap korosi sumuran. Hasil pengujian polarisasi siklik anodik untuk material SUS 316L ditunjukkan pada gambar 5.3. Hasil kurva polarisasi menunjukan karakteristik dari logam aktif-pasif. Saat awal dinaikan potensial logam, terjadi korosi yang ditandai dengan naiknya arus korosi seiring dengan naiknya potensial tapi kemudian terbentuk lapisan pasif yang ditunjukan tidak naiknya arus saat potensial dinaikan. Saat potensial terus dinaikan terjadi kerusakan pada lapisan pasif yang ditandai dengan naiknya arus. Potensial dimana arus mulai naik ini disebut sebagai potensial pitting dan nilai sebesar 0,335 volt. Hal ini mengindikasikan bahwa SUS 316L masih tidak tahan terhadap korosi sumuran dalam larutan mother liquor terephthalic acid plant. Potensial kemudian diturunkan dan perpotongan kurva terjadi pada potensial 0,300 volt dan disebut sebagai potensial proteksi (E prot ) dan rapat arus korosi sebesar 3,467 µa/cm 2. Potensial proteksi adalah potensial dimana lapisan pasif mulai terbentuk kembali. Semakin tinggi nilai perbedaan antara potensial pitting dan potensial korosi menunjukan semakin tinggi ketahanan logam terhadap korosi sumuran. Selisih E pit dan E c adalah sebesar 0,595 Volt.

67 Gambar 5.3 Kurva polarisasi siklik SUS 316L 5. 2. KETAHANAN KOROSI SUS 317L 5.2.1 Uji Celup SUS 317L Cara yang sama untuk melihat pembentukan lapisan pasif dan reaksi apa yang terjadi pada saat uji celup SUS 316L dilakukan juga untuk SUS 317L. Gambar 5.4 menunjukan grafik hasil pengukuran potensial SUS 317L dan hasil perhitungan laju korosi yang terjadi selama dilakukan uji celup selama 7 hari sedangkan gambar 5.5 adalah diagram potensial-ph pourbaix gabungan dari unsur-unsur logam paduan SUS 317L yaitu kromium(cr), molibdenum(mo) dan nikel(ni). Pada gambar 5.4 potensial SUS 317L mengalami kenaikan potensial pada jam ke-82 dari 0,1 volt vs SHE (titik-1) menjadi 0,42 volt vs SHE (titik-2) kemudian naik menjadi 0,49 volt vs SHE (titik-3). Ketiga titik tersebut kemudian diplot ke diagram potensial-ph pourbaix gabungan kromium, molibdenum dan nikel pada gambar 5.5. Peristiwa apa yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut:

68 Gambar 5.4 Grafik hubungan antara waktu celup dan potensial logam (standar hydrogen elektrode) untuk material SUS 317L Pada titik-1: ph larutan berdasarkan pengukuran <1 dan potensial sebesar 0,10 volt- SHE maka berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix (gambar 5.5), SUS 317L berada pada korosi dan reaksi yang terjadi adalah: Fe Fe 2+ + 2e - (5.6) 2H + + 2e - H 2 (5.7) Pada titik-2: Potensial logam pada jam ke-82 tiba-tiba mengalami kenaikan dari 0,10 volt menjadi 0,37 volt-she, berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix (gambar 5.5) terjadi transisi dari daerah korosi ke daerah pasivasi dimana transisi ini terjadi karena pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam dengan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Mo Mo 3+ + 3e - (5.8) Mo 3+ + 3H 2 O MoO 3 + 6H + + 3e - (5.9)

69 Pada titik-3: Potensial logam mengalami kenaikan dari 0,37 volt (titik-2) menjadi 0,45 volt-she (titil-3) hal ini menunjukkan logam sedikit menjadi lebih mulia yang disebabkan lapisan pasif semakin baik. Gambar 5.5 Posisi SUS 317L pada potensial-ph diagram dari Molibdenum digabungkan dengan Cromium saat dilakukan uji celup. Pada gambar 5.4 hasil perhitungan laju korosi hari ke-1, 3 dan 7 menunjukan terjadi kenaikan laju korosi dari 12.6 mpy pada hari ke-1, menjadi 19,2 mpy pada hari ke-3 dan terjadi penurunan kembali menjadi 16,3 mpy pada hari ke-7. Pada hari ke-1 potensial SUS 317L sekitar 0,10 volt-she, berdasarkan

70 pourbaix diagram pada gambar 5.5, SUS 317L pada daerah korosi dimana terjadi reaksi (5.5) dan (5.6). Pada hari ke-3 terjadi kenaikan laju korosi dari 12,6 mpy pada hari ke-1 manjadi 19,2 mpy pada hari ke-3. Hal ini terjadi karena reaksi (5.1) dan (5.2) terjadi lebih cepat yang ditandai dengan turunnya potensial dari 0,15 volt (hari ke- 1) menjadi 0,10 volt vs SHE (hari ke-3). Pada hari ke-7 perhitungan laju korosi sebesar 16,3 mpy. Terjadi penurunan laju korosi dibandingkan pada hari ke-1 dan ke-3 yang disebabkan karena pembentukan lapisan pasif seperti pada reaksi (5.7) yang ditandai dengan naiknya potensial pada jam ke-82 dari 0,10 Volt-SHE (titik-1) menjadi 0,43 volt- SHE (titik-2) dimana berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix pada gambar 5.2 terjadi transisi dari daerah korosi kedaerah pasivasi. 5.2.2 Uji Polarisasi Siklik SUS 317L Hasil pengujian polarisasi siklik anodik untuk material SUS 317L dapat ditunjukan pada gambar 5.15. Hasilnya didapat nilai potensial pitting sebesar 0,380 volt. Hal ini mengindikasikan bahwa SUS 316L masih tidak tahan terhadap korosi sumuran dalam larutan mother liquor terephthalic acid plant. Potensial proteksi sebesar 0,350 volt dan rapat arus korosi sebesar 3,625 µa/cm 2. Selisih E pit dan E c SUS 317L adalah sebesar 0,645 Volt, lebih besar jika dibandingkan dengan SUS 316L yang memiliki selisih E pit dan E c yang hanya sebesar 0,595 Volt. Semakin besar selisih antara E pit dan E c mengindikasikan ketahanan korosi sumuran yang semakin baik sehingga dapat disimpulkan berdasarkan uji polarisasi ketahanan korosi sumuran SUS 317L lebih baik dibandingkan SUS 316L.

71 Gambar 5.6 Kurva polarisasi siklik SUS 317L 5. 3. KETAHANAN KOROSI SUS 329J 5.3.1 Uji Celup SUS 329J Gambar 5.7 menunjukan grafik hasil pengukuran potensial SUS 329J dan hasil perhitungan laju korosi yang terjadi selama dilakukan uji celup selama 7 hari sedangkan gambar 5.8 adalah diagram potensial-ph pourbaix gabungan dari unsur-unsur logam paduan SUS 329J yaitu kromium(cr), molibdenum(mo) dan nikel(ni). Pada gambar 5.7 potensial SUS 329J paling tinggi pada jam ke-130 sebesar 0,78 volt vs SHE dan yang terendah adalah pada jam ke-132 sebesar 0,23 volt vs SHE dan rata-rata adalah 0,45 volt. Berdasarkan diagram potensial-ph pourbaix gabungan kromium, molibdenum dan nikel pada gambar 5.8, SUS 329J berada pada daerah pasivasi dan berada pada garis kesetimbangan reaksi: MoO 3 + 6H + + 3e - Mo 3+ + 3H 2 (5.8) Kondisi SUS 329J tepat pada daerah perbatasan dimana reaksi pembentukan lapisan pasif :

72 Mo 3+ + 3H 2 O MoO 3 + 6H + + 3e - (5.9) Dan reaksi rusaknya lapisan pasif adalah: MoO 3 + 6H + + 3e - Mo 3+ + 3H 2 O (5.10) Pada saat lapisan pasif terbentuk, potensial SUS 329J akan naik dan saat terjadi reaksi rusaknya lapisan pasif terjadi, potensial akan turun dan hal ini terlihat pada gambar 5.7 dimana potensial SUS 329J cenderung tidak stabil. Kondisi pasif-aktif terjadi terus menerus dan ini berakibat laju korosi yang naik dan turun dimana hari ke-1 laju korosi 9,0 mpy kemudian terjadi penurunan menjadi 6,6 mpy pada hari ke-3 dan naik lagi menjadi 12,9 mpy pada hari ke-7. Gambar 5.7 Grafik hubungan antara waktu celup dan potensial logam dengan menggunakan elektroda standar Ag/AgCl (1M KCl) SUS 329J

73 Gambar 5.8 Posisi SUS 329J pada potensial-ph diagram dari Molibdenum digabungkan dengan Cromium saat dilakukan uji celup. 5.3.2 Uji Polarisasi Siklik SUS 329J Hasil pengujian polarisasi siklik anodik untuk material SUS 329J dapat ditunjukan pada gambar 5.16 dan hasilnya didapat arus korosi sebesar 3,162 (A/cm 2 ). Berbeda dengan hasil uji polarisasi SUS 316L dan SUS 317L hasil polarisasi SUS 329J tidak menunjukan adanya potensial pitting dan potensial proteksi. Hal ini mengindikasikan ketahanan korosi sumuran SUS 329J cukup baik dalam cairan mother liquor terephthalic acid plant.

74 Gambar 5.9 Kurva polarisasi siklik SUS 329J 5. 4. KETAHANAN KOROSI HASTELLOY C-276 5.4.1 Uji Celup Hastelloy C-276 Material lain yang diuji sebagai material alternatif pengganti SUS 316L adalah HC-276. Pada gambar 5.10 terlihat laju korosi dari HC-276 adalah 0 mpy atau dapat dikatakan logam ini tidak mengalami korosi. Hal ini terjadi karena lapisan pasif yang terbentuk terjadi dengan cepat dan sangat stabil yang ditunjukkan dari hasil pengukuran potensial pada gambar 5.10 yang menunjukan bahwa HC-276 dengan semakin lamanya waktu kontak, potensial dari HC-276 perlahan lahan naik dari +0,70 V pada jam ke-1, menjadi +80 V pada jam ke-168. Berdasarkan diagram pourbaix gabungan kromium, molibdenum dan nikel pada gambar 5.11, maka HC-276 berada pada daerah pasivasi dengan reaksinya adalah: Mo 3+ + 3H 2 O MoO 3 + 6H + + 3e - (5.11)

75 Gambar 5.10 Grafik hubungan antara waktu celup dan potensial logam HC-276 Gambar 5.11 Posisi HC-276 pada potensial-ph diagram dari Molibdenum digabungkan dengan Nikel saat dilakukan uji celup.

76 5.4.2 Uji Polarisasi Siklik Hasteloy C-276 Hasil pengujian polarisasi siklik anodik untuk material HC-276 dapat ditunjukan pada gambar 5.12 dan hasilnya didapat arus korosi sebesar 2,152 A/cm 2. Hasil polarisasi HC-276 tidak menunjukan adanya potensial pitting dan potensial proteksi. Hal ini mengindikasikan ketahanan korosi sumuran HC-276 cukup baik dalam cairan mother liquor terephthalic acid plant. Gambar 5.12 Kurva polarisasi siklik HC-276 5. 5. PENGARUH KOMPOSISI LOGAM TERHADAP KETAHANAN KOROSI SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J DAN HC-276 Pada tabel 5.1 ditunjukkan komposisi dari SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J dan HC-276. Setelah dikalkulasi nilai PREN berdasarkan komposisi, hubungan antara nilai PREN dan laju korosi dapat dilihat pada gambar 5.13. Terlihat bahwa semakin besar nilai PREN maka laju korosi akan semakin kecil. Nilai PREN dihitung berdasarkan persamaan: PREN = %Cr +3.3%Mo + %N (5.12)

77 Dari persamaan diatas maka komponen yang paling berperan adalah kromium dan molibdenum sedangkan komposisi Nitrogen diabaikan. Pada gambar 5.14 ditunjukkan hubungan antara laju korosi dengan konsentrasi molibdenum dimana terlihat semakin besar konsentrasi molibdenum maka laju korosi logam akan semakin rendah. HC-276 yang memiliki kandungan molibdenum paling tinggi (17,43%) laju korosinya 0 mpy sedangkan SUS 316L yang kandungan molibdenumnya paling rendah (2,03%), laju korosinya paling tinggi yaitu sebesar 29,5 mpy. Hal ini menunjukan peranan molibdenum dalam meningkatkan ketahanan korosi logam. Molibdenum dalam lingkungan asam akan membentuk lapisan MoO 3 dengan reaksi sebagai berikut: Mo 3+ + 3H 2 O MoO 3 + 6H + + 3e - (5.13) Pada gambar 5.15 ditunjukkan hubungan antara laju korosi dan kandungan kromium dimana tidak terlihat hubungan antara kandungan kromium dengan laju korosi. SUS 329J yang memiliki kandungan kromium tertinggi (23,22%) tidak menunjukkan ketahanan korosi yang paling baik. Pada ph yang rendah kromium akan mengalami korosi dengan reaksi sebagai berikut: 2Cr + 3H 2 O Cr 2 O 3 + 6H + + 6e - (5.14) Cr 2 O 3 + 6H + 2Cr 3+ + 3H 2 O (5.15) Tabel 5.1 Komposisi logam SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J dan HC-276 Material KOMPOSISI (%) Fe Ni Cr Mo Mn Co Cu SUS 316L 62.88 11.55 16.71 2.08 1.16 0.46 0.28 SUS 317L 60.93 13.38 17.85 2.91 0.81 0.35 0.11 SUS 329J 61.57 5.79 23.22 3.07 0.82 0.13 0.14 HC-276 5.86 59.43 15.42 17.43 0.61 0.15 0.1

78 35 30 SUS 316L Laju Korosi (mpy) 25 20 15 SUS 317L SUS 329J 10 5 0 15 25 35 45 55 65 75 85 PREN HC 276 Gambar 5.13 Grafik hubungan antara nilai PREN dan laju korosi 80 70 72.94 HC 276 PREN Molibdenum (%) 20 18 PREN 60 50 40 30 20 10 0 17.43 SUS 329J 3.07 33.35 SUS 317L 27.45 22.86 SUS 316L 2.91 2.08 0 5 10 15 20 25 30 35 Laju Korosi (mpy) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Molibdenum (%) Gambar 5.14 Grafik hubungan antara laju korosi dengan kandungan Molibdenum

79 80 72.94 PREN Kromium (%) 25 PREN 70 60 50 40 30 15.42 HC 276 23.22 33.35 17.85 27.45 16.71 22.86 20 15 10 Kromium (%) 20 10 0 SUS 329J SUS 317L SUS 316L 0 5 10 15 20 25 30 35 Laju Korosi (mpy) 5 0 Gambar 5.15 Grafik hubungan laju korosi dengan kandungan kromium Potensial SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J dan Hastelloy C-276 dapat dilihat pada gambar 5.16. dengan ph lingkungan yang sama (<1) maka dengan memplot nilai potensial logam pada potensial-ph diagram pourbaix maka akan dapat diprediksi ketahanan korosi dari masing-masing logam tersebut seperti dapat dilihat pada gambar 5.17. Pada gambar 5.16 diperbandingkan hasil pengukuran potensial dari SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J dan hastelloy C-276. HC-276 yang memiliki kandungan molibdenum paling tinggi (Mo=17,43%), transisi aktif menjadi pasif terjadi dengan sangat cepat dan stabil, diikuti berturut turut SUS 329J (Mo=3,07%) yang juga sudah mengalami transisi aktif-pasif pada jam ke-1 dan SUS 317L (Mo=2,91%) yang baru mengalami transisi dari aktif menjadi pasif pada jam ke-82 sedangkan SUS 316L yang kandungan molibdenumnya paling rendah (Mo=2,03%), baru mengalami transisi kondisi aktif menjadi pasif pada jam ke-132. Berdasarkan gambar 5.17 potensial akhir dari SUS 316L (0,37 volt- SHE), SUS 317L (0,43 volt-she), SUS 329J (0,43 volt-she) dan hastelloy C-

80 276 (0,78 volt-she) menunjukkan bahwa semua logam berada pada daerah pasivasi. Semakin tinggi potensial logam maka makin tahan terhadap korosi. Berdasarkan nilai potensial HC-276 adalah yang paling tahan terhadap korosi diikuti SUS 329J, SUS 317L dan yang paling lemah adalah SUS 316L. Hal ini diperkuat dengan hasil pengamatan foto mikro (perbesaran 100x) pada gambar 5.18 yang menunjukan SUS 316L mengalami korosi pada permukaan logam, terutama pada batas butirnya (gambar 5.18a). Hal sama juga terlihat pada permukaan SUS 317L (gambar 5.18b) akan tetapi tidak sebanyak pada SUS 316L, kerusakan akibat korosi lebih sedikit terjadi. Pada permukaan SUS 329J tidak terjadi korosi, tetapi terlihat adanya korosi sumuran pada permukaan logam (gambar 5.18c) sedangkan pada HC-276 permukaan logam terlihat bersih, tidak menunjukan terjadinya korosi pada permukaannya (gambar 5.18d). 0.85 0.80 0.75 0.70 0.65 Potensial (Volt) SHE 0.60 0.55 0.50 0.45 0.40 0.35 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68 72 76 80 84 88 92 96 100 104 108 112 116 120 124 128 132 136 140 144 148 152 156 160 164 168 0 4 Waktu Uji Celup (Jam) Potensial SUS 316L Potensial SUS 317L SUS 329J HC 276 Gambar 5.16 Grafik potensial logam SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J dan HC- 276 selama uji celup

81 Gambar 5.17 Plot potensial SUS 316L, SUS 317L, SUS 329J dan HC-276 dalam potensial-ph diagram pourbaix

82 (a) (b) (c) (d) Gambar 5.18 Foto struktur mikro logam setelah dilakukan uji celup selama 7 hari (a) SUS 316L (b) SUS 317L (c) SUS 329J dan (d) HC-276