Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

dokumen-dokumen yang mirip
Physics Communication

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

Jurnal Einstein 3 (1) (2015): 1-8. Jurnal Einstein. Available online

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

Secara umum teknik pengukuran magnetik ini pada setiap stasiun dapat dijelaskan sebagai berikut :

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

Pengolahan awal metode magnetik

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan Daerah Prospek Panas Bumi Gunungapi Hulu Lais Lereng Utara dengan Menggunakan Metode Magnetik

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

3. HASIL PENYELIDIKAN

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA LAPANGAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI DATA ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN TELUK TOLO SULAWESI

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 2 (2017), Hal ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH PEMALONGAN, BAJUIN TANAH LAUT

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Oleh Alanda Idral Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan, Pusat Sumberdaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

MENGIDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON DI KEPULAUAN ARU SELATAN, PAPUA BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET. Tri Nurhidayah, Muhammad Hamzah, Maria

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah yang sangat luas Indonesia

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

PEMODELAN 3-D SUSEPTIBILITAS MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT PERAIRAN LANGSA, SELAT MALAKA-SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Journal of Creativity Students

BAB III METODE PENELITIAN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal ISSN :

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Kata Kunci : Metode Geomagnet, suseptibilitas magnetik, perbandingan

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

AKUISISI DATA SELF POTENTIALS (SP) UNTUK MENENTUKAN KEDALAMAN POTENSI MASSIVE SULFIDA DI DESA BABAN KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI.

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

ANALISIS MODEL DATA ANOMALI MAGNETIK UNTUK MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI DASAR LAUT PERAIRAN FLORES

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

Abstrak

INTERPRETASI MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DESA CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Kata kunci: Bukitbakar, Ulurabau, Solok, geomagnetik, anomali, gamma

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

Transkripsi:

PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua arat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a* a Jurusan Fisika, FMIP Universitas Tanjungpura, Jalan Prof. r. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia b Politeknik Negeri Pontianak, Jalan hmad Yani, Pontianak, Indonesia *Email : jokosampurno@physics.untan.ac.id bstrak Penelitian mengenai identifikasi sesar di Perairan Misool dengan menggunakan metode magnetik telah dilakukan. ata yang digunakan berupa data distribusi medan magnet total. Proses penelitian ini dimulai dengan mengkoreksi data menggunakan koreksi IGRF (International Geomagnetic Reference Field) dan koreksi Tie-line Levelling untuk mendapatkan distribusi medan magnet lokal. ari distribusi medan magnet lokal dipilih tiga buah zona anomali. Pada ketiga zona ini, dibuat sebuah sayatan 1 untuk mengidentifikasi kemungkinan keberadaan sesar dibawah permukaannya (lintasan -, - dan - ). erdasarkan hasil pemodelan inversi pada ketiga lintasan, diketahui bahwa di bawah lintasan - ditemukan keberadaan sesar dengan posisi yang membentang dari arat Laut ke arah Tenggara dan berada pada kedalaman 25 hingga 75 meter dari dasar permukaan laut. Kata Kunci : Metode magnetik, Perairan Misool, Sesar 1. Latar elakang Perairan Misool Kabupaten Raja mpat, Provinsi Papua arat merupakan salah satu daerah di kawasan Indonesia Timur yang sangat potensial. Potensi itu berupa pertambangan dan energi yang tersimpan di dalam perairannya. Oleh karena itu, diperlukan informasi geologi bawah laut untuk menunjang pengembangan daerah tersebut. Informasi geologi yang menarik untuk dikaji adalah sesar atau patahan. Sesar merupakan zona di kulit bumi yang batuannya hancur. Zona ini ditandai oleh batuan yang tidak kompak dan mudah mengalami pergeseran [1]. danya proses pergeseran pada zona sesar menyebabkan timbulnya perangkap minyak bumi dan mineral yang bernilai ekonomis. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan untuk mengetahui informasi struktur bawah laut adalah metode magnetik. Metode magnetik merupakan metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet [2]. Variasi ini disebabkan oleh adanya variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Selain itu variasi medan magnetik bisa juga disebabkan oleh adanya perubahan struktur geologi setempat [3]. Kajian mengenai struktur geologi di perairan dengan metode magnetik pernah dilakukan oleh Nugraha [4]. Kemudian, dilakukan juga oleh Heryanto [5]. Kajian serupa yang dilakukan di daratan dengan menggunakan metode magnetik juga pernah dilakukan oleh Jumarang dan Zulfian [6]. Pada penelitian ini, metode magnetik diaplikasikan untuk mengidentifikasi sesar di Perairan Misool. Informasi mengenai keberadaan sesar di daerah penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam perencanaan pembangunan dan eksplorasi di daerah tersebut. 2. Metodologi 2.1. Lokasi penelitian dan Pengolahan ata Penelitian ini dilakukan di Perairan Misool Papua arat (Gambar 1) oleh P3GL andung. ata yang diperoleh di lapangan berupa data intensitas magnetik total yang kemudian digunakan dalam penelitian ini. Pada proses pengolahan data magnetik, data yang diperoleh dari lapangan harus dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh medan magnet bumi yang tidak diinginkan. Koreksi yang dilakukan dalam survei magnetik meliputi koreksi IGRF (international geomagnetic reference field) dan koreksi Variasi Harian. Koreksi IGRF merupakan koreksi secara regional yang dilakukan terhadap data magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi. Sedangkan, koreksi harian merupakan penyimpangan nilai magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari [6]. Pada penelitian ini koreksi harian digantikan dengan metode Tieline Levelling, dimana koreksi ini merupakan koreksi yang mereduksi perbedaan harga anomali magnet pada titik yang sama dari dua lintasan yang berpotongan [9]. Untuk mendapatkan nilai anomali magnetik lokal, digunakan persamaan : T Tobs TIGRF TVH (1) 83

PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 U Gambar 1 Lokasi Penelitian Perairan Pulau Misool [8] Gambar 2 Peta Kontur istribusi Medan Magnet Lokal 84

PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 dengan : T = medan magnet lokal (Tesla) T obs T IGRF T VH = harga medan magnet terukur (Tesla) = koreksi IGRF = koreksi Variasi Harian Untuk keperluan pemodelan, maka dibuat tiga buah lintasan atau penarikan penampang pada kontur distribusi medan magnet lokal yang dianggap mewakili zona anomali diduga sebagai keberadaan sesar. Zona anomali yang dimaksud adalah yang memiliki pola kontur cukup rapat dan kontras anomali yang cukup besar. Identifikasi keberadaan sesar menggunakan analisis nilai suseptibilitas batuan [10]. Hasil dari pembuatan penampang kemudian diinversi. 3. Hasil dan Pembahasan nomali magnetik merupakan intensitas medan magnet total yang dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet. Intensitas medan magnet total hasil pengukuran di lapangan (Tobs) kemudian dikoreksi dengan koreksi Variasi Harian yang digantikan dengan metode Tie_line Levelling dan koreksi IGRF. Hasil koreksi tersebut direpresentasiakan dengan peta kontur yang terlihat pada Gambar 2. esar nilai intensitas medan magnet lokal di lokasi penelitian menunjukan kontras yang cukup besar, antara -279,72 nt sampai dengan 128,86 nt. erdasarkan peta kontur distribusi medan magnet lokal pada Gambar 2 dipilih tiga buah zona anomali. Pada ketiga zona ini, dibuat sayatan 1 untuk mengidentifikasi kemungkinan keberadaan sesar di bawah permukaannya (lintasan -, - dan - ). Gambar 3 menunjukan profil medan magnet lintasan -, - dan -. Gambar 3 Grafik distribusi medan magnet lokal 1 di bawah lintasan -, - dan - 85

PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 (a) (b) (c) Gambar 4 Hasil interpretasi struktur bawah permukaan 2 (a) lintasan -, (b) lintasan - dan (c) lintasan - 86

PRISM FISIK, Vol. V, No. 3 (2017), Hal. 83-87 ISSN : 2337-8204 Hasil interpretasi lintasan -, - dan - diperlihatkan oleh Gambar 4. Gambar 4a memperlihatkan bahwa struktur di bawah permukaan lintasan - tersusun oleh empat lapisan batuan. atuan pertama adalah standstone (batu pasir) yang ditandai dengan simbol dan memiliki suseptibilitas 0,01 0,04 SI. atuan kedua adalah calcite (kalsit) yang ditandai dengan simbol memiliki suseptibilitas -0,05 SI. atuan ketiga limestone (batu gamping) yamg ditandai dengan simbol memiliki suseptibilitas 0,002 SI. Pada jarak 10.000 meter dari titik acuan terlihat bahwa standstone dan calcite memiliki struktur yang berhimpit seperti anak tangga dan saling memotong. Hal ini mengindikasikan bahwa di kedalaman 25 meter sampai dengan 75 meter dari permukaan laut pada daerah tersebut merupakan zona sesar. erdasarkan Gambar 4b dapat dilihat bahwa struktur di bawah permukaan lintasan - tersusun atas tiga lapisan batuan. Hasil pemodelan yang didapatkan dari penampang - tidak menunjukan adanya keberadaan sesar. nomali magnetik pada lintasan ini disebabkan oleh hadirnya batuan pengisi rekahan patahan. atuan tersebut diduga adalah batuan mineral. Rekahan patahan yang terisi oleh batuan intrusi menyebabkan lonjakan nilai intensitas medan magnet lokalnya. Hasil interpretasi lintasan - yang diperlihatkan oleh Gambar 4c menunjukan bahwa di bawah lintasan - tidak ditemukan adanya sesar. Hasil pemodelan juga menunjukan bahwa lapiasan batuan penyusun di bawah lintasan - adalah batuan yang memiliki nilai suseptibilitas yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan nilai intensitas medan magnet lokalnya lebih besar dari daerah disekitarnya. 4. Kesimpulan erdasarkan hasil pemodelan dapat disimpulkan bahwa, dengan memodelkan tiga buah lintasan -, - dan - yang dibuat di atas zona anomali medan magnet lokal. itemukan sebuah sesar yang terletak di bawah lintasan -. Posisi sesar tersebut membentang dari arat Laut ke arah Tenggara dan berada pada kedalaman 25 meter hingga 75 meter dari dasar permukaan laut. aftarpustaka [1] Puspita. P & Utami.., Identifikasi Struktur Geologi awah Permukaan Laut di Perairan Selat Malaka-Sumatera Utara erdasarkan Interpretasi Peta Kontur nomali Magnet. Skripsi S1 FMIP UPI andung. 2010. [2] bdullah, M. F. Sunaryo & Susilo,., Pendugaan Jenis atuan awah Permukaan aerah endungan Karangkates Menggunakan Metode Geomagnetik. Physics Student Journal. 2014; 2 No.1: p. 741-744. [3] Junaedy, M., Studi Mineralisasi Emas Menggunakan Metode Magnetik di Lokasi Tambang Emas Poboya. Online Journal of Natural Science. 2016; 5 No.2: p.209-222. [4] Nugraha, T., nalisis Model ata nomali Magnetik Untuk Menidentifikasi Struktur Geologi asar Laut Perairan Flores. Skripsi S1 UPI. andung. 2015. [5] Heryanto, S.T., Identifikasi Struktur Geologi awah Permukaan asar Laut erdasarkan Interpretasi ata nomali Magnetik di Perairan Teluk Tolo Sulawesi. Skripsi S1 UPI. andung. 2015. [6] Jumarang, M. I. & Zulfian., Identifikasi Sebaran ijih esi di aerah Gurun atar Kabupaten Solok Sumatra arat Menggunakan Metode Geomagnet. POSITRON. 2012; 4(1): p. 27-34. [7] Pamuji, E., Survei Geofisika engan Menggunakan Metode Magnetik. Skripsi. Fmipa Universitas Negeri Papua. Manokwari. 2015. [8] Misool. 129 0 30 131 0 00 T dan 1 0 30-2 0 30 LS. Google Map. Juli 09,2017. [9] Sahudin & Subarsyah., Penerapan Metode Tie-Line Levelling pada ata Magnet Lapangan Sebagai lternatif Pengganti Koreksi Harian. Jurnal Geologi Kelautan. 2012; 10 No.3: p. 157-166. [10] Telford, W.N., Geldard, L.P., Sherrif, R.E. & Keys,.., pplied Geophysics. 2nd ed. London: ambridge University Press; 1990. 87