BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BERITA RESMI STATISTIK

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTANSI VERTIKAL KEMENTERIAN AGAMA

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/241/2016 TENTANG DATA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PER AKHIR DESEMBER TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

Otonomi Daerah : Implementasi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan bangsa secara

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

DAFTAR PENERIMA SURAT Kelompok I

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

PEMBANGUNAN MANUSIA BERBASIS GENDER TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

Mewujudkan Profesionalisme ASN dengan Perangkat & kewenangan yang terbatas?

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia Disparitas produk..., Raja Iskandar Rambe, FE UI, 2010.

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROPINSI SUMATERA UTARA

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016


I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. faktor penyebab kemiskinan yang paling penting menurut World Bank (2004)

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan Milenium sebagai tujuan pertumbuhan global. Tujuan MDG berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia dan diupayakan untuk lebih mengakomodasi nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing negara, sehingga lebih mudah untuk diaplikasi. Dalam konteks inilah negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi MDG sebagai acuan dalam kebijakan pertumbuhan nasional. MDG mempunyai tujuan : 1) Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) Menuntaskan pendidikan dasar, 3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) Mengurangi kematian anak, 5) Meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan, 6) Mengatasi HIV/AIDS, malaria dan berbagai penyakit lainnya, 7) Menjamin kelestarian lingkungan hidup, dan 8) Membentuk kemitraan global dalam pelaksanaan pertumbuhan. Sekalipun PBB merupakan lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya, tetapi MDG bukan tujuan PBB. MDG adalah tujuan dan tanggung jawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan. Salah satu tujuan MDG s Yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, upaya mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia 1

2 dituangkan dalam kebijakan nasional dan ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pertumbuhan Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Sebelumnya telah pula tercantum dalam GBHN 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pertumbuhan Nasional (PROPENAS 2000-2004), yang dipertegas melalui Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pertumbuhan Nasional. Dalam melaksanakan PUG sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, seluruh departemen maupun lembaga pemerintah non departemen, pemerintah provinsi maupun di kabupaten/ kota, melakukan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan mempertimbangkan permasalahan kebutuhan serta aspirasi perempuan dalam pertumbuhan. Menurut Hatta (2007;86), peran masyarakat baik laki-laki dan perempuan sangat penting dalam keberhasilan pembangunan, sebagai pelaku dan pemanfaat hasil pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya laki-laki, kaum perempuan harus dilihat sebagai subyek, agen perubahan, pendorong, yang merupakan potensi dan aset yang sangat berharga di dalam mengisi pertumbuhan Pemberdayaan perempuan dan kesetaraan dan keadilan gender merupakan kunci dan alat dalam mencapai berbagai program pertumbuhan yang ada. Meski berbagai instrumen hukum dan kebijakan yang menjamin kesetaraan dan keadilan bagi perempuan dan laki-laki sudah dimiliki, namun pada kenyataannya diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan di semua bidang masih tetap berlangsung. Diskriminasi itu terjadi di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya, seperti bidang ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan berbagai

3 sektor publik serta lingkup keluarga. Hal yang paling merugikan dari ketidaksetaraan gender adalah menurunnya kualitas kehidupan. Dengan menahan akumulasi sumber daya manusia di rumah dan di pasar tenaga kerja, serta dengan sistematis mengecualikan perempuan atau laki-laki dari akses ke sumber daya, jasa publik, atau aktifitas produktif, maka diskriminasi gender mengurangi kapasitas suatu perekonomian untuk tumbuh serta mengurangi kapasitas untuk meningkatkan standar kehidupan (World Bank, 2000 dalam Todaro, 2003;157). Selama ini, indikator Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan PDB per Kapita masih dipercaya sebagai indikator keberhasilan pertumbuhan ekonomi. UNDP sejak tahun 1990 mengajukan indikator lain yang dianggap lebih baik guna mengukur keberhasilan pertumbuhan yaitu Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Namun IPM belum mencakup ukuran yang menyeluruh tentang pertumbuhan manusia. Indeks pertumbuhan yang berkaitan dengan gender berupa Gender-related Development Index (GDI) atau Indeks Pembangunan Gender (IPG) diperkenalkan dalam Laporan Pembangunan Manusia 1995 (Human Development Report, 1995;77). IPG mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dengan HDI, tetapi menangkap ketidaksetaraan dalam pencapaian antara perempuan dan lakilaki. Selain itu, digunakan pula Gender Empowerment Measure (GEM) atau Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang mengukur ketidaksetaraan gender dalam partisipasi politik dan pengambilan keputusan (UNDP, 2004;134). Dalam Human Development Report 2005, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia pada tahun 2003 berada pada peringkat ke-87 dari 140 negara. Dibanding dengan negara ASEAN lainnya, nilai IPG Indonesia tersebut masih relatif lebih rendah jika dibandingkan dari pada Malaysia (peringkat ke-50),

4 Thailand (peringkat ke-57), Philipina (peringkat ke-63) dan Vietnam (peringkat ke-83). Tabel 1.1. IPM, IPG, Gap Antara IPM dan IPG Beberapa Provinsi di Indonesia Tahun 2008 No. Provinsi IPM Peringkat IPM IPG Peringkat IPG Persen IPG thd IPM Persen Gap IPG thd IPM 1 DKI Jakarta 77.03 1 72.70 1 94.38 5.62 2 Yogyakarta 74.88 4 71.50 2 95.49 4.51 3 Sumatera Utara 73.29 8 68.87 3 93.97 6.03 4 Kalimantan Tengah 73.88 7 68.31 4 92.46 7.54 5 Sumatera Barat 72.96 9 67.46 5 92.46 7.54 6 Sulawesi Utara 75.16 2 67.32 6 89.57 10.43 7 Bali 70.98 16 67.08 7 94.51 5.49 8 Bengkulu 72.14 11 67.05 8 92.94 7.06 9 Maluku 70.38 19 66.75 9 94.84 5.16 10 Riau 75.09 3 65.41 10 87.11 12.89 11 Sumatera Selatan 72.05 12 64.80 11 89.94 10.06 12 Jawa Tengah 71.60 14 64.66 12 90.31 9.69 13 Sulawesi Barat 68.55 27 64.18 13 93.63 6.37 14 Nanggroe Aceh D 70.76 17 64.12 14 90.62 9.38 15 Kalimantan Selatan 68.72 26 63.80 15 92.84 7.16 16 Nusa Tenggara Timur 66.15 31 63.44 16 95.90 4.10 17 Jawa Timur 70.38 18 62.97 17 89.47 10.53 18 Maluku Utara 68.18 28 62.87 18 92.21 7.79 19 Kalimantan Barat 68.17 29 62.78 19 92.09 7.91 20 Kepulauan Riau 74.18 6 62.50 20 84.25 15.75 21 Jambi 71.99 13 62.49 21 86.80 13.20 22 Sulawesi Tenggara 69.00 25 62.48 22 90.55 9.45 23 Lampung 70.30 20 62.18 23 88.45 11.55 24 Jawa Barat 71.12 15 61.81 24 86.91 13.09 25 Banten 69.70 23 61.49 25 88.22 11.78 26 Sulawesi Tengah 70.09 22 61.42 26 87.63 12.37 27 Papua 64.00 33 61.40 27 95.94 4.06 28 Sulawesi Selatan 70.22 21 61.04 28 86.93 13.07 29 Bangka Belitung 72.19 10 59.69 29 82.68 17.32 30 Kalimantan Timur 74.52 5 58.12 30 77.99 22.01 31 Irian Jaya Barat 67.95 30 57.36 31 84.42 15.58 32 Nusa Tenggara Barat 64.12 32 55.60 32 86.71 13.29 33 Gorontalo 69.29 24 55.25 33 79.74 20.26 INDONESIA 70.59 66.38 94.04 5.96 Sumber Meneg PP, Tahun 2010

5 Berdasarkan data terakhir dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia tahun 2008, nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indonesia adalah 66,38. Ditingkat nasional, Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama dengan nilai IPG adalah 72,70, diikuti D.I. Yogyakarta (peringkat ke-2, nilai 71,50), Sumatera Utara (peringkat ke-3, nilai 68,87), Kalimantan Tengah (peringkat ke-4, nilai 68,31) dan Sumatera Barat (peringkat ke-5, nilai 67,46). Mengutip pernyataan UNDP tahun 2004, kesenjangan antara nilai IPM dan IPG menunjukkan, bahwa keberhasilan pertumbuhan secara keseluruhan belum sepenuhnya diikuti dengan keberhasilan dalam pertumbuhan gender. Sesuai dengan Tabel 1.1, dengan membandingkan selisih antara nilai IPM dan IPG beberapa provinsi di Indonesia tampak, bahwa kesenjangan antara IPM dan IPG di Provinsi Sumatera Utara adalah 6,03 persen, masih lebih besar dari rata-rata nasional yang hanya sebesar 5,96 persen Dengan dasar khusus inilah penelitian dibatasi pada lokasi penelitian di Provinsi Sumatera Utara disamping dengan pertimbangan karena saat ini penulis bertempat tinggal di Provinsi Sumatera Utara, maka penelitian ini hanya mencakup lokasi penelitian di kabupaten/ kota se-provinsi Sumatera Utara. Jika dibandingkan indikator pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, Indeks Pertumbuhan Manusia (IPM) dan Indeks Pertumbuhan Gender (IPG) di kabupaten/kota se-provinsi Sumatera Utara, sebagai berikut :

6 Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi (PE), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten/ Kota se-provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 No Kabupaten/ Kota Pertumbuhan Ekoonomi Peringkat Peringkat Peringkat IPM IPG PE (Persen) IPM IPG 1 Nias 4,70 18 67.07 24 67.2 14 2 Mandailing Natal 6,14 3 69.51 22 68.4 12 3 Tapanuli Selatan 5,79 5 72.96 11 72.3 5 4 Tapanuli Tengah 5,68 7 70.01 21 68.7 11 5 Tapanuli Utara 5,44 11 72.99 10 73.1 3 6 Toba Samosir 5,17 15 75.33 4 74.3 1 7 Labuhan Batu 5,33 12 72.54 14 65.2 17 8 Asahan 4,44 19 71.16 19 58.8 23 9 Simalungun 4,76 17 72.13 16 66.8 15 10 Dairi 4,28 20 71.49 18 71.1 6 11 Karo 4,96 16 74.01 6 73.7 2 12 Deli Serdang 5,45 10 73.76 9 62.6 21 13 Langkat 2,88 24 71.83 17 63.0 20 14 Nias Selatan 3,99 22 65.06 25 59.7 22 15 Humbang Hasundutan 5,77 6 70.79 20 70.7 7 16 Pakpak Barat 5,66 8 69.47 23 69.7 8 17 Samosir 4,02 21 72.87 12 73.0 4 18 Serdang Bedagai 6,22 2 72.20 15 63.8 19 19 Kota Sibolga 5,22 14 73.93 7 67.2 14 20 Kota Tanjung Balai 3,54 23 72.80 13 57.1 24 21 Kota Pematang Siantar 5,96 4 76.52 1 69.5 9 22 Kota Tebing Tinggi 5,33 12 75.27 5 66.5 16 23 Kota Medan 7,76 1 76.22 2 68.0 13 24 Kota Binjai 5,32 13 75.51 3 69.3 10 25 Kota Padang Sidempuan 5,49 9 73.79 8 63.9 18 SUMATERA UTARA 6.90 72.78 68.2 Sumber : BPS (2008;507)

7 Dari Tabel 1.2 tampak bahwa suatu daerah kabupaten/ kota dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tidak selalu memperlihatkan IPG yang tinggi demikian sebaliknya, IPG yang tinggi tidak selalu pertumbuhan ekonominya tinggi. Namun demikian, ditemukan pula beberapa daerah yang memiliki kesesuaian antara pertumbuhan ekonomi dengan IPG, misalnya : Kabupaten Tapanuli Selatan (peringkat ke-5 dan ke-5), kabupaten Nias Selatan (peringkat ke- 22 dan ke-22), Kabupaten Pakpak Barat (peringkat ke-8 dan ke-8), dan Kota Sibolga (peringkat ke-14 dan ke-14). Dalam Tabel 1.2 tersebut juga terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi, IPM yang tinggi tidak berarti memiliki IPG yang tinggi. Kota Medan yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi (peringkat ke-1) dan IPM yang tinggi (peringkat ke-2) namun memiliki IPG hanya peringkat ke-13. Begitupun sebaliknya kabupaten Toba Samosir memiliki IPG tertinggi (peringkat ke-1) dan IPM peringkat ke-4, namun pertumbuhan ekonominya hanya pada peringkat ke- 15. Berdasarkan deskripsi tersebut, kiranya sangat menarik untuk membahas lebih lanjut bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesetaraan gender di Provinsi Sumatera Utara. Pembangunan gender merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan. Hasil-hasil pembangunan yang semula ditujukan untuk memberi manfaat menyeluruh kepada masyarakat, perempuan maupun laki-laki, pada kenyataannya belum bias dinikmati secara merata antara perempuan dan laki-laki (bias gender). Oleh karenanya, kebijakan pembangunan tidak terlepas dari permasalahan kesetaraan gender. Dari uraian dan penjelasan diatas dan atas dasar pemikiran tersebut, penulis merasa terdorong untuk mendalami dan meneliti masalah Kesetaraan

8 Gender dalam Pertumbuhan Pendapatan Perkapita pada 25 Kabupaten/ Kota di Sumatera Utara? 1.2. Rumusan Masalah Pertumbuhan ekonomi berperspektif gender memiliki cakupan yang luas, untuk keperluan penelitian ini, fokus masalah adalah : Bagaimana pengaruh kesetaraan gender dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan terhadap pertumbuhan pendapatan perkapita pada 25 kabupaten/ kota di Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kesetaraan gender dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan terhadap pertumbuhan ekonomi. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan yang meliputi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan. Pertama, pada aspek pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat berperan dalam menambah khasanah empiris dari teori-teori ekonomi. Kedua, pada aspek kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pengambilan keputusan bagi perencana dan perencanaan pertumbuhan, sehingga tujuan pertumbuhan yakni kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.