BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT. Key word: Nurse Service, Patient Satisfaction, Service Dimension RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan pada. Saudara/saudari di RSU Kardinah Kota Tegal, oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

NASKAH PUBLIKASI VENNY CHRISTY NIM I

BAB 1 PENDAHULUAN. memperhatikan sikap non-verbal saat berinteraksi. sekedar hubungan saling menguntungkan (mutualisme) tetapi juga kedua

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif korelasional. Desain korelasional dalam penelitian ini

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT CUT MUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI RS PKU MUHAMMADIYAH UNIT II YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh: ENDANG PANISIH J

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan era globalisasi, setiap perusahaaan akan berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Pada hakekatnya rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MUTU PELAYANAN DAN KOMUNIKASI TERAUPETIK YANG BAIK MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI RSI NU DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal 78-83

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. menganggap dokumentasi sebagai bagian yang penting dari praktek. mencerminkan perubahan pada praktek keperawatan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RUANG KELAS III RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PERILAKU CARING PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP

BAB 1 PENDAHULUAN. dan profesional kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Ruang Rawat Inap Kelas III

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif dan holistik) yang berfokus pada kepuasan pasien.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan sebagai bentuk pelayanan profesional merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 19-26

ejournal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2,Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien merasakan komunikasi yang sedang berjalan tidak efektif karena kesalahan

ISSN Vol 5, ed 2, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

ANALISIS HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN BALAI PENGOBATAN (BP) UMUM PUSKESMAS DI KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang

DAFTAR PUSTAKA. Anggraini, F. (2008). Hubungan komunikasi terapeutik perawat dalam tindakan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai oleh perawat melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti gugus

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk membina hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada klien. Kelemahan dalam berkomunikasi masih menjadi masalah bagi perawat maupun klien karena proses keperawatan tidak berjalan secara maksimal dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien. Pasien sering mengeluh terhadap pelayanan keperawatan dimana pelayanan yang kurang memuaskan dan membuat pasien jadi marah, hal tersebut terkadang disebabkan kesalahpahaman komunikasi dengan tenaga keperawatan yang tidak mengerti maksud pesan yang disampaikan pasien (Sya diyah, 2013). Komunikasi perawat yang baik, akan meningkatkan citra profesionalisme pada dirinya. Sebaliknya, jika komunikasi perawat kurang baik, hal ini akan berimbas pada penilaian klien terhadap perawat. Karena dalam komunikasi khususnya komunikasi terapeutik ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan dan memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik. Kejujuran (trustworthy) yang dimiliki oleh seorang perawat, ekspresif dalam dalam menyampaikan pesan, bersifat positif sehingga pasien merasa diperhatikan, memiliki sikap empati dan bukan simpati, mampu melihat permasalahn pasien dari sudut pandang pasien, sensitif terhadap perasaan pasien, tidak terpengaruh oleh masa lalu klien maupun diri perawat. Perbedaan komunikasi individu setiap perawat memiliki dampak langsung terhadap perilaku (Ivanovich, Konopaske, & Matteson, 2007). Gibson didalam Farida (2011) menjelaskan ada tiga variabel yang berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja seseorang, salah satunya variabel individu. Kinerja perawat yang dimaksud salah satunya adalah penerapan 1

2 komunikasi terapeutik. Kinerja pekerjaan menurun seiring bertambahnya usia. Usia juga mempengaruhi seseorang dalam berhubungan intrapersonal. Pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda secara unik. Secara fisik antara pria dan wanita berbeda, pola asuh berbeda, gaya bicara berbeda, bahkan intonasi suara pun berbeda. Pendidikan berpengaruh pada pola pikir individu dan pola pikir individu berpengaruh terhadap perilaku seseorang (Asmadi, 2008). Lama kerja berpengaruh terhadap perawat dalam mengembangkan keterampilan komunikasi karena pengalaman seumur hidup akan terus bertumbuh di sepanjang karir profesionalnya (Sheldon, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christy (2015) melakukan survey pada 7 pasien di Ruang Inap Rumah Sakit Sultan Mohammad Syarif Alkadrie. Sebanyak 2 orang pasien yaitu sebanyak 28,5% mengatakan komunikasi yang dilakukan perawat sudah baik, 4 orang yaitu sebnyak 57,1% mengatakan komunikasi perawat cukup baik dan 1 orang yaitu sebanyak 14,2% mengatakan belum puas dengan komunikasi oleh perawat. Sebanyak 2 orang pasien yaitu sebanyak 28,5% mengatakan lebih senang dengan komunikasi yang dilakukan oleh perawat wanita sedangkan lainnya mengataan tidak ada perbedaan. Sebanyak 3 orang pasien yaitu sebanyak 42,8% mengatakan lebih percaya dengan perawat yang lebih tua karena dianggap memiliki pengalaman lebih banyak sedangkan yang lainnya mengatakan tidak ada perbedaan. Pasien mengatakan lebih tenang dan nyaman dengan perawat yang bersikap ramah, sering menyapa dan mengecek keadaan mereka. Dari keempat pasien yang mengatakan komunikasi perawat cukup, pasien mengatakan jika perawat menjelaskan prosedur tindakan secara terperinci apabila ditanya terlebih dahulu, dan tidak semua perawat memperkenalkan diri. Pasien yang belum puas dengan komunikasi perawat menginginkan perawat lebih sering mengunjungi pasien, cepat tanggap bila dibutuhkan pasien sehingga ia dan keluarga lebih tenang jika keluhannya dapat cepat teratasi. Hal ini mengidentifikasikan komunikasi yang

3 tercipta diantara perawat dan pasien masih sebatas komunikasi sosial, belum mencapai komunikasi yang terapeutik. Kemampuan berkomunikasi perawat yang baik berdampak langsung pada kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan suatu tingkatan perasaan yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien tersebut membandingkan dengan apa yang diharapkannya. Kondisi tersebut akan berdampak tehadap rendahnya mutu pelayanan yang diberikan perawat dan beralihnya kepercayaan pasien. Maka salah satu bentuk upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh tidak dapat lepas dari komunikasi terapeutik yang baik. Terciptanya kepuasan pasien terhadap pelayanan perawat mempunyai hubungan yang erat dalam mendorong semangat dan usaha pasien untuk segera sembuh dari sakitnya. Beberapa alasan mengapa kepuasan pasien perlu dilakukan survei, antara lain : alasan yang pertama adalah penilaian kepuasan pasien mengandung informasi yang bermanfaat mengenai struktur, proses dan pelayanan, disamping itu penilaian tingkat kepuasan pasien merupakan tingkat evaluasi yang unik. Alasan yang kedua adalah bahwa tingkat kepuasan pasien mempunyai sikap produktif mengenai bagaimana pasien akan berprilaku (Machfoed 2009). Menurut data WHO, Di seluruh Amerika Serikat dan Eropa, kepuasan konsumen memainkan peran yang semakin penting dalam kualitas reformasi perawatan dan kesehatan. selama 10 tahun terakhir, ke proliferasi dari survei yang memfokuskan secara eksklusif pada pengalaman pasien, aspek yaitu dari pengalaman perawatan seperti waktu tunggu, kualitas dasar fasilitas, dan komunikasi dengan penyedia layanan kesehatan, yang semuanya membantu mengidentifikasi prioritas nyata bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Di antara tujuh belas negara, Italia berada di peringkat kedua oleh WHO. Tapi hanya 20 % penduduknya mengatakan mereka puas dengan sistem perawatan kesehatan mereka (Anonim, 2012).

4 Selain itu berdasarkan hasil hasil survey kepuasan pelanggan di Puskesmas yang dilakukan oleh oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2007 terhadap 265 responden didapatkan bahwa, sebagian besar responden (83,3%) merasa puas terhadap prosedur pelayanan yang ada di Puskesmas, sebagian besar (86,5%) merasa nyaman terhadap tata ruang, petunjuk ruangan, waktu pelayanan kesesuaian pelayanan serta keterjangkauan Puskesmas, sebagian besar (76,04) merasa puas dengan lingkungan disekitar Puskesmas, sebagian besar (94,0%) merasa senang terhadap sikap petugas yaitu bersedia mendengarkan keluhan pasien, terampil dalam memberikan pelayanan, ketersediaan melayani sesuai keluhan pasien dan bersikap ramah dalam memberikan pelayanan,dan sebagian besar (76,4%) responden merasa puas dengan hasil pelayanan yang diperoleh, serta secara umum sebagian besar (96,2%) responden merasa puas terhadap pelayanan Puskesmas yang ada di Kabupaten Cilacap (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, 2007). Dari hasil wawancara dengan kepala ruang rawat inap Puskesmas 1 Dayeuhluhur ada beberapa perawat yang jika dipanggil pasien belum dilaksanakan dengan baik, misal jika pasien memanggil untuk mengganti infus yang habis, perawat tidak langsung menggantinya sehingga infus menjadi blong, ada pasien yang mengeluh jika informasi yang diberikan tidak jelas sehingga pasien merasa bingung, ada informasi yang tersampaikan dibeberapa ruang rawat inap sehingga berakibat pada pasien tidak mendapat pelayanan dengan baik. Dari permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh dengan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik dan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016?.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik perawat, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016. b. Mengetahui karakteristik pasien, meliputi umur dan jenis kelamin di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016. c. Mengetahui pelaksanaan komunikasi terapeutik di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016. d. Mengetahui tingkat kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016. e. Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien rawat inap di Puskesmas 1 Dayeuhluhur tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perawat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pofesi keperawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan terhadap pasien dalam penerapan komunikasi terapeutik, dan mampu memahami karakteristik profesi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan motivasi perawat dalam memberikan asuhan kepada pasien dengan sebaik-baiknya, meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan di Puskesmas 1 Dayeuhluhur.

6 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan atau dasar bagi penelitian selanjutnya khususnya tentang komunikasi terapeutik dan karakteristik perawat yang menunjang untuk memperlancar tujuan asuhan keperawatan kepada pasien serta pengembangan sumberdaya manusia khususnya dalam meningkatkan kinerja perawat agar dapat memberikan kontribusi yang optimal kepada Puskesmas. 3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan praktek komunikasi terapeutik yang baik terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien, mampu mengetahui karakteristik perawat, serta dapat menambah khasanah keilmuan peneliti serta menerapkan ilmu yang telah diperoleh. E. Penelitian Terkait 1. Hajarudin (2014) Judul Penelitian Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non-eksperimen dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah pasien yang mendapatkan penanganan oleh perawat di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling berjumlah 30 orang pasien dan 10 orang perawat. Data diambil dengan menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan korelasi Chi Square. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa sebagian besar komunikasi terapeutik perawat berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) serta tingkat kepuasan responden di

7 Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta sebagian besar berada dalam kategori puas yaitu sebanyak 24 orang (80,0%). Hasil analisa bivariat pada uji statistik dengan menggunakan rumus analisis Chi Square menunjukkan nilai korelasi sebesar 0,536 dan nilai p sebesar 0,384 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dangan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Pleret Bantul Yogyakarta. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu komunikasi terapeutik dan variabel terikatnya yaitu kepuasan pasien, tempatnya di Puskesmas. Perbedaannya terletak pada variabel bebasnya di tambah lagi yaitu karakteristik perawat, jumlah sampel penelitiannya, metode penelitiannya deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan jumlah sampel penelitiannya. 2. Priscylia A.C (2013) Judul Penelitian Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di ruang Rawat Inap Irina RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Dari 67 responden menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi terapeutik perawat baik dan pasien merasa puas sebanyak 42 orang (91,3%), dan keterampilan komunikasi terapeutik perawat baik dan pasien merasa kurang puas sebanyak 4 orang (8,7%). Untuk keterampilan komunikasi terapeutik kurang baik dan pasien merasa puas sebanyak 5 orang (23,8%), dan keterampilan komunikasi terapeutik kurang baik dan pasien merasa kurang puas sebanyak 16 orang (76,2%). Hasil uji chi square diperoleh hasil nilai p value sebesar 0,000 (pv<0,05). Nilai 0,000 berada dibawah nilai alpha 5% (0,05). Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu komunikasi terapeutik dan variabel terikatnya yaitu kepuasan pasien.

8 Perbedaannya terletak pada variabel bebasnya di tambah lagi yaitu karakteristik perawat, tempatnya di Puskesmas, dan jumlah sampel penelitiannya. 3. Roatib. A (2007) Judul Hubungan antara karakteristik perawat dengan motivasi perawat pelaksanaan dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada fase kerja di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara karakteristik perawat dengan motivasi perawat pelaksana dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada fase kerja, dengan memandang karaktersitik perawat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama bekerja dan pelatihan. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sample penelitian adalah perawat pelaksana Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang sebanyak 47 orang dengan tehnik simpel random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung berada pada kategori tinggi (80,9%) dan diketahui bahwa karakteristik perawat mempunyai hubungan yang signifikan dengan motivasi perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada fase kerja yaitu pada dimensi pendidikan dengan signifikansi 0.000, pada dimensi pelatihan dengan signifikansi 0.000, pada dimensi umur dengan signifikansi 0.021, pada dimensi lama kerja dengan signifikansi 0.034, namun ada satu variable yang secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna yaitu pada dimensi jenis kelamin dengan signifikansi 0.135. Persamaan dengan peneliti yang dilakukan oleh peneliti adalah variabel bebas yaitu karakteristik perawat dan komunikasi terapeutik. Perbedaannya terletak pada variabel terikat yaitu kepuasan pasien, tempatnya di Puskesmas, jumlah dan sampel penelitiannya.