KARYA TULIS ILMIAH NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : EBNU HANGGA NURSITO J KARYA TULIS ILMIYAH

dokumen-dokumen yang mirip
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

Disusun Oleh : DIAN ISMIA WARDANI J KARYA TULIS ILMIAH

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Koping individu tidak efektif

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

NASKAH PUBLIKASI. ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr. W DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. M DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUANG SUMBODRO RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

NASKAH PUBLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB III TINJAUAN KASUS

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

UPAYA PENINGKATAN KOMUNIKASI PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.E DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG ARJUNA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Ny. J DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

KARYA TULIS ILMIAH. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh : ARIS SETYAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DIRUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. Y DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG AMARTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI-SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN DI BANGSAL ABIMANYU RSJD SURAKARTA

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SUMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang No. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, mampu memberikan kontribusi pada komunitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KARYA TULIS ILMIAH. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapai Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENGLIHATAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB II TINJAUAN TEORI

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. A DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Transkripsi:

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : EBNU HANGGA NURSITO J 200 090 014 KARYA TULIS ILMIYAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Ebnu Hangga Nursito J. 200.090.014 Latar Belakang: Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa fisik, mental dan sosial atau status kesehatan seseorang sejalan dengan perkembangan teknologi dapat dikatakan makin banyak masalah yang harus dihadapi dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan hidup. Tujuan: Penulis menggunakan metode diskripsi, adapun sampelnya adalah Tn. S sedangkan proses pengumpulan datanya dengan cara wawancara, observasi, dan mengecek data status klien. : Hasil: dilakukan pengkajian selama empat hari, diagnosa keperawatan yang muncul pada : Setelah Tn. S adalah resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri dan gangguan isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah. Setelah dilakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan selama empat hari sesuai rencana tindakan keperawatan Klien mampu berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi, klien dapat membina hubungan saling percaya, klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri, klien mampu smenyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian bila tidak berinteraksi dengan orang lain, klien mampu melaksanakan interaksi sosial secara bertahap serta klien mampu mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penulisan tersebut maka penulis menyimpulkan saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial menarik diri perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, Kata Kunci : Isolasi Sosial : Menarik Diri

ABSTRACT NURSING EDUCATION ON Mrf. S WITH DISTURBING OF SOCIAL ISOLATION: INTROVERT ON MASPATI ROOMS ON THE SOUL HOSPITAL OF SURAKARTA REGENCY Ebnu Hangga Nursito J. 200.090.014 Background of study: Development of culture have many influences on human life style. Every situational changes of her/his self such positive or negative can be influences of physic, mentality and social or healthy balancing according to development of technology. It can say that more of the problem complexity which depend and solve for itself and it have difficulty to reach for prosperous. This situation has much of influences about healthy and its mean will be ti increase of account of insane patient. Goals: The researcher using of descriptive method, and the sample is Mr. S and the process of collecting data with interview, observes and checking client data status. Result: After the researcher doing examine during four hours, the nursing diagnose which occur on Mr. S is risk of the differences sensory perception; Imagination which has correlation with introvert and disturb of social isolation: Introvert has the correlation with disturbing of self concept. Low of self values. After the researcher doing arrange of nursing education during eleven hours according of planning client nursing action which doing interaction with the other peoples so not happed imagination, client can be believing relationship with the other, the client should has mention of sources why he/she become introvert, client can show the advantages of interaction with the other and disadvantages if not interaction with the other, the client should has doing of social interaction according to continue and the client has capable to should her/his feeling after doing interaction with the other. Conclusion: according to the result of this research, the researcher can be show the conclusion that the moment on giving nursing education on the patient with disturbing social isolation introverts needed doing phenomenological to continually, Keyword: Social Isolation, Introvert

Latar Belakang Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial atau status kesehatan seseorang sejalan dengan perkembangan teknologi dapat dikatakan makin banyak masalah yang harus dihadapi dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan hidup. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa Menurut penelitian yang telah dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2007) di berbagai negara menunjukkan, sebesar 20-30 % pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi. Berdasarkan grafik kunjungan pasien rawat jalan di rumah sakit jiwa seluruh indonesia tercatat sejak 2005 hingga 2009 pasien bertambah. Pada 2005 tercatat ada 9.841 pasien. Pada 2006 menjadi 11.675 pasien. Setahun kemudian, tercatat ada 14.064 pasien. Pada 2008 ada 17.822 pasien. Sedangkan pada 2009, meningkat lagi menjadi 19.936 pasien. Berdasarkan arsip Rekam Medik RSJD Surakarta, didapatkan data dari bulan Januari-Maret 2012 tercatat jumlah pasien rawat inap 698 orang, dan terdiri dari pasien dengan halusinasi 324 orang, perilaku kekerasan 147 orang, isolasi sosial: menarik diri 112 orang, harga diri rendah 90 orang, dan defisit perawatan diri 25 orang Berdasarkan hal-hal di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang gangguan isolasi sosial: menarik diri dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul: Asuhan Keperawatan Pada Tn.S dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri di Ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum : Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan isolasi sosial : menarik diri di Ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Tujuan khusus : a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial: menarik diri b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial: menarik diri c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial: menarik diri d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial: menarik diri e. Melakukan evaluasi tindakan pada klien dengan gangguan jiwa isolasi sosial : menarik diri

Tinjauan Teori A. Pengertian Menarik diri adalah suatu sikap di mana idividu menghindari diri dari interaksi dengan orang lain.individu merasa bahwa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dinifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan dengan orang lain. (Balitbang, 2007) Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhdap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. (Dalami dkk, 2009) B. Etiologi Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Untuk membina klien dengan gangguan hubungan sosial menarik diri digunakan pendekatan proses keperawatan. Tahap pertama adalah pengkajian yang meliputi: 1. Faktor predisposisi a. Fak Faktor Biologis b. Faktor perkembangan c. Fator Sosial Budaya 2. Faktor Presipitasi a. Stresor Sosial Budaya b. Stresor Psikologis C. Tanda dan Gejala Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial:menarik diri akan ditemukan data objektif meliputi apatis (acuh terhadap

lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih), afek tumpul, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri, komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat, menyendiri. Klien terlihat memisahkan diri dari orang lain, misalnya pada saat makan, tidak atau kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya, pemasukan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feces, aktivitas menurun, kurang energy, harga diri rendah, menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. (Fitria, 2009) D. Patofisiologi Menurut Dalami (2009), salah satu gangguan berhubungan sosial dengan diantaranya menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga,dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan. Perasan tidak berharga menyebabkan semakin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya menjadi regresi atau kemunduran, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurang perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Perjalanan dari tingkah laku masa lalu serta tingkah laku menyendiri yaitu pembicaraan yang austitik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi

Tinjauan Kasus A. Pengkajian Umum Pasien Pengkajian di lakukan pada tanggal 09 Mei 2012, jam 09.00WIB di ruang Maespati Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan data sebagai berikut: 1. Identitas a. Identitas Pasien Nama : Tn. S Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Pendidikan Terakhir : Tamat SD Alamat : Sragen Sumber Informasi : Dari klien dan status klien b. Identitas penanggung jawab Nama : Tn. P Umur : 40 tahun Jenis kelamin : Laki laki Pekerjaan : Tani Alamat : Sragen 2. Riwayat Kesehatan a. Alasan Masuk Sebelum masuk rumah sakit, klien 2 hari mengamuk, verbal kacau mondar mandir, teriak-teriak dan klien pernah dirawat di RSJD Surakarta dengan keluhan yang sama, keluarga membawa klien ke RSJD Surakarta., keluarga dulu sudah melakukan pengobatan ke rumah sakit jiwa tapi pengobatan kurang berhasil karena setelah pulang dari rumah sakit klien

tidak melanjutkan pengobatan karena keterbatasan biaya dan rumah klien jauh dari rumah sakit jiwa. 1. Analisa Data Dari pengkajian data pada tanggal 9 Mei 2012, maka dapat dibuat analisa data sebagai berikut : NO DATA ETIOLOGI MASALAH 1 Data Subyektif : klien mengatakan sering menyendiri dan jarang bergaul dengan tetangga Isolasi sosial: menarik diri Resiko tinggi perubahan persepsi sensori : halusinasi Data Obyektif : a. klien tampak masih ngalamun di tempat tidur. b. klien kadang senyum sendiri 2 Data Subyektif : a. klien mengatakan suka diam dan menyendiri di tempat tidurnya. b. klien susah untuk memulai pembicaraan. c. Klien mengatakan apabila klien tidak ditanya klien tidak mau memulai pembicaraan terlebih dahulu dan Gangguan konsep diri : harga diri rendah Isolasi sosial: menarik diri

jawaban klien saat ditanya klien menjawab secara singkat. Data Obyektif : a. kontak mata kurang b. klien kadang menunduk c. klien menjawab pertanyaan secara singkat d. jika terlalu lama berkomunikasi ferbal kacau. 2. Pohon Masalah Risiko Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi akibat Isolasi Sosial: Menarik diri Core problem Gangguan Konsep diri: Harga diri Rendah penyebab 3. Diagnosa Keperawatan a. Resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri. b. Gangguan isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Pembahasan Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi (Kaliat, 2006). Setelah dilakukan pengkajian tanggal 9 mei 2012 pada Tn. S maka didapatkan analisa data yaitu : analisa pertama yang penulis peroleh adalah data subyektif: klien mengatakan lebih suka menyendiri, klien jarang berbicara dan sering menyendiri, sedangkan data obyektifnya; afek tumpul, klien juga terlihat sering menyendiri, sering melamun. Berdasarkan data-data yang ditunjukkan Tn. S sudah cukup mewakili batasan karakteristik pada konsep dasar, maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan resiko gangguan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial: menarik diri. Adapun kendala yang dihadapi penulis dalam melakukan tindakan keperawatan TUK 3 dan TUK 4 adalah kurang kooperatifnya klien dalam melakukan apa yang sudah diajarkan dan tidak mau mempraktekan sehingga penulis selalu mengulang-ulang apa yang sudah diajarkan dan memotivasi klien. Interaksi implementasi TUK 5 dan TUK 6 tidak dilakukan karena klien kurang kooperatif dan tidak ada keluarga atau kerabat saat melakukan tindakan Adapun sedikit kendala bagi penulis melakukan tindakan TUK 2 karena klien tidak mau mengungkapkan perasaanya penyebab menarik diri dari lingkungan/kelompok, sehingga penulis harus terus memotivasi klien agar mampu mengungkapkan perasaanya sehingga pada hari ke dua klien mau mengungkapkan penyebab menarik diri setelah berhubungan dengan orang lain. Pada intervensi TUK 5 dan TUK 6 diagnosa keperawatan pertama yaitu gangguan resiko persepsi sensori halusinasi berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri tidak dapat dilakukan karena selama penulis

melakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga klien tidak ada yang menjenguk, menurut Nasir dan Muhith (2011), pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa dapat dipandang dari berbagai segi. keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpesonal dengan lingkunganya dan keluarga merupakan institusi pendidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku. Diagnosa keperawatan kedua tidak dapat dilakukan karena waktu praktek yang tidak mencukupi sehingga penulis melakukan pendelegasian pada perawat ruangan Maespati untuk melanjutkan proses keperawatan pada Tn. S. agar asuhan keperawatan yang penulis terapkan pada klien terdapat kesinambungan, sehingga asuhan keperawatan tersebut dapat terselesaikan. Delegasi dapat diartikan penyelesaian pekerjaan melalui orang lain.

Simpulan Dan Saran A. SIMPULAN Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan interaksi sosial : menarik diri, maka dapat disimpulkan : 1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi sosial menarik diri perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan. 2. Dalam memberikan perawatan pada klien menari diri, perlu diajarkan sosialisasi secara bertahap dan terapi aktifitas kelompok untuk meningkatkan interaksi dan sosialisasi klien. 3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan menarik diri, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat/petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. B. SARAN Dari beberapa simpulan di atas penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu sebagai berikut : 1. Bagi perawat Hendaknya dalam merawat klien dengan isolasi sosial menarik diri dilakukan secara itensif dengan melakukan interaksi yang singkat tapi sering sehingga masalah masalah yang dialami klien menarik diri dapat teratasi dengan baik. 2. Bagi klien dan keluarga Hendaknya sering berlatih dan melaksanakan interaksi sosial secara bertahap, serta perlunya pemahaman keluarga tentang perawatan klien

dengan isolasi sosial menarik diri dirumah secara tepat agar klien selalu dapat berinteraksi dengan orang lain. 3. Bagi instansi rumah sakit Banyak klien dirumah sakit jiwa yang jarang dikunjungi keluarga, hendaknya pihak rumah sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA Dalami, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : TIM Erlinafsiah. 2010. Modal Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media. Fitria N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperaewatan (LP&SP). Jakarta : Salemba Medika. Keliat dan Akemat. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. Nasir, Abdul dan, Abdul, Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Sjafriani, Ririn. 2010. Gawat, Penderita Gangguan Jiwa Terus Bertambah. http://www.republika.co.id. Diakses tanggal 23 Mei 2012, jam 19.00WIB Stuart, Gail.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi V. Jakarta: EGC. Walujani, M. Atika, 2007. Pelayanan Sensitif Budaya. http://www.prakarsarakyat.org. Diakses tanggal 23 mei 2012, jam 19.00 WIB. Yosep I. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama.