BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODOLOGI Variabel-Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini, yaitu: B. Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. variabel keaktifan bertanya dengan berpikir kreatif siswa. dan berpikir kreatif sebagai variabel dependen (terikat).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, dengan dua variabel X dan Y. Kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai variabel-variabel penelitian (definisi operasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Adapun variabel yang dimaksud, sebagai berikut: : Stereotip daya tarik fisik dan kesepian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

Bab 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (definisi operasional dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Psikologi Univesitas

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Indriantoro (2009) populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

BAB 3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjelaskan variabel penelitian, hipotesis,

BAB 3 Metode Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 2. Perilaku prososial. B. Definisi Operasional

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai variabel dalam

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam

3. METODE PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

3. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka)

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di SDN Sukagalih Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih No. 108, Bandung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, maka permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif melalui analisis regresi linier berganda. Menurut. menguji hipotesis yang akan ditetapkan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. b. Kepribadian Narsisme. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment. kedua variabel tersebut normal atau tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling. 1. Berusia dewasa madya antara tahun.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini akan dilakukan di Restoran Metduck Paragon Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memaparkan mengenai subjek penelitian (populasi, sampel, dan metodologi pengambilan sampel), desain dari penelitian, definisi operasional variabel penelitian, setting lokasi, instrumen penelitian dan pengukuran, serta prosedur dari penelitian. 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Karakteristik Subjek Karakteristik subjek penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 18 tahun, minimal siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan bermain gim daring di kawasan Jakarta. Remaja dipilih karena fenomena kecanduan gim daring memang banyak terjadi pada tahapan perkembangan remaja (Wan & Chiou, 2006). Remaja bermain komputer dan video gim daring lebih sering dibanding orang dewasa (Griffiths, Davies, & Chappel, 2004, dalam Lemmens, Valkenburg, & Peter, 2009) serta lebih rentan untuk mengalami kecanduan gim dibandingkan orang dewasa (Griffiths & wood, 2000, dalam Lemmens, Valkenburg, & Peter, 2009). 3.1.2. Metode Pengambilan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah kelompok remaja yang bermain gim daring di kawasan Jakarta. Teknik penyampelan dalam penelitian ini dilakukan dengan penyampelan non-probabilitas, yakni accidental 36

37 nonprobabilty sampling. Metode nonprobability sampling melibatkan pemilihan responden berdasarkan kesediaan dan ketersediaan mereka dalam memberikan respon dan tidak ada jaminan bahwa setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Shaughnessy & Zechmeister, 2006). Penyampelan accidental yaitu berdasarkan kebetulan, siapa saja yang ditemui peneliti dan cocok digunakan sebagai sumber data, maka dijadikan responden penelitian. 3.2. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan berusaha untuk melihat hubungan antara penerimaan teman sebaya dan kesepian dengan kecanduan gim daring pada remaja. Tipe penelitian yang digunakan adalah non-eksperimental, dengan menggunakan kuesioner (Skala Likert) sebagai instrumen penelitian. Variabel dalam penelitian adalah sesuatu yang sudah terjadi dan tidak dapat dikontrol langsung, maka termasuk dalam desain non-eksperimental. Desain ini dipilih peneliti, karena dianggap mampu menjawab tujuan dari penelitian ini. Sementara tujuan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi korelasional, yaitu melihat hubungan antar variabel dalam situasi alamiah, dan melihat kemampuan prediksi satu atau lebih variabel (variabel prediktor) terhadap variabel lainnya (variabel kriteria/dependen). Berdasarkan tipe data yang diperoleh, paradigma penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif, karena data penelitian berupa angka dan akan diolah secara statistik.

38 3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian 3.3.1. Kecanduan gim daring Secara konseptual kecanduan gim dinyatakan sebagai keterlibatan yang menetap dan berlebihan dengan komputer atau video gim yang tidak dapat dikendalikan dan terkait masalah sosial dan atau emosional (Lemmens, Valkenburg, & Peter, 2010). Secara operasional kecanduan gim daring diukur dengan melihat skor total dari kuesioner Game Addiction Scale (GAS). 3.3.2. Kesepian Secara konseptual kesepian dinyatakan sebagai ekspresi perasaan negatif dari hilangnya suatu hubungan dan terjadi pada individu dari berbagai tahapan usia (De Jong Gierveld & Van Tilburg, 2006). Secara operasional diukur dengan melihat dari skor total kuesioner The De Jong Gierveld Loneliness Scale. 3.3.3. Penerimaan Teman Sebaya Secara konseptual penerimaan teman sebaya dinyatakan sebagai sejauh mana seorang anak atau remaja secara sosial diterima oleh teman sebayanya (dalam Encyclopedia of Children s Health). Secara operasional Penerimaan Teman Sebaya diukur dengan melihat skor total dari kuesioner self report PEERACC.

39 3.4. Setting Lokasi Pengambilan data dari penelitian dilakukan di warung warung internet, serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di kawasan Jakarta Selatan dan Barat. Warung Internet (Warnet) yang dikunjungi rata-rata memiliki kapasitas 10 150 buah komputer dan memiliki pendingin ruangan. Beberapa warung internet yang dijadikan tempat pengambilan sampel di Jakarta Barat adalah Level One, Emporium Syahdan, Euphoria Syahdan. Sementara Sekolah yang dijadikan sampel seperti SMAN 112. Beberapa warung internet yang djadikan tempat pengambilan sampel di Jakarta Selatan adalah Queen Net, Rizu Net, sementara sekolah yang dijadikan sampel seperti SMAN 63, SMK Puspita Persada, SMP Al Azhar 3. 3.5. Instrumen Penelitian Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan kuesioner self report. Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 4 bagian, yaitu 1. Gambaran Umum Responden Bagian pertama dari kuesioner ini berisi tentang informasi mengenai gambaran umum responden penelitian. Data ini selain berguna sebagai kontrol, juga digunakan sebagai bahan untuk analisa tambahan. Pertanyaan yang terdapat pada bagian pertama ini mencakup usia, jenis kelamin, pendidikan, game online yang sering dimainkan, waktu yang dihabiskan untuk bermain game online setiap minggunya, uang yang dihabiskan untuk

40 bermain game online setiap bulannya, jumlah sahabat dekat, dan sebagainya dapat dilihat pada bagian lampiran 4. 2. Kuesioner Game Addiction Scale (GAS) Game Addiction Scale (GAS) merupakan instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Lemmens, Valkenburg, dan Peter pada tahun 2009. Instrumen ini mengukur tingkat kecanduan remaja pada video gim dengan menanyakan seberapa sering individu menampilkan perilaku bermain gim tertentu dalam enam bulan terakhir. Pemberian waktu enam bulan didasarkan pada pernyataan Young (1998, dalam Lemmens, Valkenburg, & Peter, 2009) bahwa kecanduan hadir ketika seseorang memenuhi kriteria yang ditentukan dalam periode enam bulan terakhir. Game Addiction Scale (GAS) disusun dari dimensi yang diadaptasi dari kriteria pathological gambling dalam DSM oleh Griffiths. Dimensi yang dibuat oleh Griffiths (2005, dalam Griffiths, 2010) sebenarnya memiliki 6 buah dimensi, yaitu Salience, Tolerance, Mood Modification, Withdrawal, Relapse, dan Conflicts, namun dalam pengembangan alat ukur ini, dimensi Conflicts dibuat menjadi dua buah dimensi terpisah yaitu Dimensi Problems (Menyangkut masalah intrapersonal) dan Conflicts (Menyangkut masalah interpersonal). Dengan demikian 7 dimensi dalam GAS menjadi Salience, Tolerance, Mood Modification, Withdrawal, Relapse, Problems, dan Conflict. GAS terdiri dari 21 buah item dengan 3 buah item di masingmasing dimensi. Semua item dari GAS bersifat Favorable. GAS juga

41 memiliki versi singkatnya yaitu hanya terdiri dari 7 buah item dengan perwakilan 1 buah item di masing-masing dimensi. Peneliti mengadaptasi 21 buah item dari GAS dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia. Peneliti juga memodifikasi item dalam GAS dengan menambahkan kata online pada setiap item, karena fokus dari penelitian pada game online. Contoh memikirkan untuk bermain game sepanjang hari menjadi memikirkan untuk bermain game online sepanjang hari. Setelah uji coba alat ukur dilakukan, item yang bertahan untuk dilakukan pada pengambilan data lapangan adalah sebanyak 17 item dengan rincian sebagai berikut, Tabel 3.1. Dimensi & Nomor Item GAS Dimensi Nomor Item Jumlah Salience 1, 8, 12 3 Item Tolerance 2, 9, 16 3 Item Mood Modification 3, 10 2 Item Withdrawal 4, 11 2 Item Relapse 5, 15 2 Item Conflict 6, 13, 17 3 Item Problems 7, 14 2 Item Total 17 Item Sumber: Diolah oleh Penulis 17 item GAS ini memiliki internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,898. Data lengkap blueprint GAS dan Output SPSS pada uji coba dan studi lapangan alat ukur dapat dilihat pada Lampiran 1.

42 Skala respon yang digunakan pada instrumen ini adalah Likert dengan lima alternatif pilihan respon, Tidak Pernah, Jarang, Kadang- Kadang, Sering, hingga Sangat Sering. Pemberian skor pada item adalah 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang, 3 untuk kadang-kadang, 4 untuk sering, dan 5 untuk sangat sering. Rentang skor dari alat ukur ini berkisar dari 17 hingga 85, skor semakin tinggi menggambarkan tingkat kecanduan individu yang tinggi. 3. Kuesioner The De Jong Gierveld Loneliness Scale The De Jong Gierveld Loneliness Scale merupakan instrumen yang dikembangkan oleh De Jong Gierveld dan koleganya yaitu Van Tilburg serta Kamphuis sejak tahun 1980. The De Jong Gierveld Loneliness Scale disusun berdasarkan teori Weiss (1973) yang menyatakan kesepian terdiri dari dua dimensi yaitu social loneliness dan emotional loneliness. Walaupun disusun berdasarkan konsep teori Weiss yang membedakan kesepian menjadi 2 macam, namun instrumen ini dapat digunakan secara unidimensional yang memperlihatkan tingkat kesepian seseorang (De Jong Gierveld, 2006). Instrumen ini terdiri dari 11 buah item dengan 5 buah item yang mewakili dimensi social loneliness, kelimanya bersifat unfavorable. 6 buah item sisanya mewakili dimensi emotional loneliness, keenam itemnya bersifat favorable. The De Jong Gierveld Loneliness Scale juga memiliki versi singkat dengan hanya 6 buah item, masing-masing 3 item di setiap

43 dimensinya. Peneliti mengadaptasi 11 buah item dari The De Jong Gierveld Loneliness Scale dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia. Setelah uji coba alat ukur dilakukan, item yang bertahan untuk dilakukan pada pengambilan data lapangan adalah sebanyak 9 buah item dengan rincian sebagai berikut, Tabel 3.2. Dimensi & Nomor Item Loneliness Dimensi Nomor Item Jumlah Social Loneliness 1(UF), 3(UF), 5(UF), 7(UF), 8(UF) 5 Item Emotional Loneliness 2, 4, 6, 9 4 Item Total 9 Item Sumber: Diolah oleh Penulis 9 item The De Jong Gierveld Loneliness Scale ini memiliki internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,776. Data lengkap blueprint The De Jong Gierveld Loneliness Scale dan Output SPSS pada uji coba dan studi lapangan alat ukur dapat dilihat pada Lampiran 2. Instrumen ini mengukur tingkat kesepian seseorang dengan menggunakan skala respon Likert lima alternatif pilihan respon, dari sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju, hingga sangat setuju. Pemberian skor pada item yang bersifat favorable adalah 1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, 3 untuk netral, 4 untuk setuju, dan 5 untuk sangat setuju. Sementara pada item yang bersifat unfavorable, pemberian skor dibalik, yaitu 1 untuk sangat setuju, 2 untuk

44 setuju, 3 untuk netral, 4 untuk tidak setuju, dan 5 untuk sangat tidak setuju. Rentang skor dari alat ukur ini berkisar dari 9 hingga 45, skor semakin tinggi menggambarkan tingkat kesepian individu yang tinggi. 4. Kuesioner Peer Acceptance (PEERACC) Peer Acceptance Test (PEERACC) merupakan instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Maria Dhamayanti Santoso pada tahun 2008. Penerimaan teman sebaya menurut Brown (2008) dapat diukur melalui dua metode, yaitu secara sosiometri dan self report. Metode sosiometri dilakukan dengan meminta teman-teman dari individu untuk melakukan penilaian seberapa diterimanya individu tersebut dalam lingkungan temantemannya. Alat ukur ini menggunakan metode self report, yaitu dengan menanyakan perasaan individu, sejauh mana dirinya diterima oleh temanteman sebayanya. Konsep teori yang digunakan pada pengembangan alat ukur ini didasarkan pada teori Connell dan Wellborn (2004) yang menyatakan bahwa penerimaan dari teman sebaya merupakan kontribusi dari perasaan terkait/terhubung (feeling of relatedness) dan perasaan kebersamaan (feeling of belongingness). Feeling of relatedness dan feeling of belongingness ini menjadi 2 dimensi dari alat ukur PEERACC. Kemudian indikator-indikator dari feeling of relatedness dan feeling of belongingness diuraikan berdasarkan definisi teori dari Erich Fromm Peneliti hanya menggunakan dimensi dan indikator yang digunakan Santoso (2008) pada alat ukur ini, lalu membuat sendiri item-item soal yang

45 baru. Pada draf awal, peneliti mengajukan 28 buah item untuk dilakukan expert judgment. Kemudian setelah expert judgment dilakukan, 1 buah item gugur, sehingga menyisakan 27 buah item untuk dilakukan uji coba. Setelah uji coba alat ukur dilakukan, item yang bertahan untuk dilakukan pada pengambilan data lapangan adalah sebanyak 21 buah item dengan rincian sebagai berikut, Tabel 3.3. Dimensi & Nomor Item PEERACC Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Feeling of Relatedness Feeling of Belongingness Hubungan timbal balik 1, 9 2 Item yang saling memuaskan Empati 2, 10, 17 3 Item Pengertian 3, 11 (UF) 2 Item Mampu melakukan komunikasi mendalam 4, 12 2 Item Merasa diterima oleh 13, 18 2 Item kelompok Rasa memiliki kepastian 5, 7, 14 3 Item Rasa 6, 15, 19 3 Item berakar/rootedness Rasa keamanan 16, 20 2 Item Ketiadaan kecemasan karena kesendirian 8 (UF), 21(UF) 2 Item Total 21 Item Sumber: Diolah oleh Penulis 21 item Peer Acceptance Test (PEERACC) ini memiliki internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,862. Data lengkap blueprint Peer Acceptance Test (PEERACC) dan Output SPSS pada uji coba dan studi lapangan alat ukur dapat dilihat pada Lampiran 3.

46 Instrumen ini mengukur tingkat penerimaan teman sebaya individu dengan menggunakan skala respon Likert empat alternatif pilihan respon, dari sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, hingga sangat setuju. Pemberian skor pada item yang bersifat favorable adalah 1 untuk sangat tidak setuju, 2 untuk tidak setuju, 3 untuk setuju, dan 4 untuk sangat setuju. Sementara pada item yang bersifat unfavorable, pemberian skor dibalik, yaitu 1 untuk sangat setuju, 2 untuk setuju, 3 untuk tidak setuju, dan 4 untuk sangat tidak setuju. Rentang skor dari alat ukur ini berkisar dari 21 hingga 84, skor semakin tinggi menggambarkan tingkat penerimaan teman sebaya individu yang tinggi. 3.6. Pengukuran Pengukuran validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan baik pada uji coba maupun pada pengambilan data lapangan. Reliabilitas yang digunakan adalah Internal konsistensi dengan metode cronbach s alpha. Sementara untuk menguji validitas, dilakukan uji validitas konten atau isi. Validitas konten didasarkan pada sejauh mana suatu pengukuran mencerminkan maksud spesifik domain isi. Validitas isi ini mengukur apakah ada kecocokan antara isi alat ukur itu sendiri dengan isi sasaran yang ingin diukur. Untuk mengujinya, peneliti melakukan expert judgment kepada dosen pembimbing (pada 24 Oktober, 2011) pada ketiga alat ukur yang akan digunakan. Khusus alat ukur PEERACC expert judgment juga dilakukan oleh Ibu Esther Widhi Andangsari, M.Psi (pada 7 Desember, 2011) untuk melihat kesesuaian antara item dengan indikator. Selain itu akurasi dalam alat ukur juga dapat diketahui

47 melalui nilai koefisien korelasi item total yang dalam fungsinya sebagai pengungkap perbedaan antara orang yang mempunyai sifat yang kita ukur atau tidak. Item dengan koefisien korelasi negatif merupakan item yang menyesatkan atau merusak fungsi skala. Item yang mendekati angka nol tidak mampu memberikan informasi apapun tentang subjek. Sementara item yang bernilai positif mampu memberikan keterangan yang akurat tentang subjek dan mampu membedakan subjek yang mempunyai sikap tertentu dan subjek yang tidak mempunyai sikap tersebut. Menurut Sugiyono (2004, dalam Sujianto, 2009) bila korelasi tiap item positif dan besarnya 0,30 keatas, maka item tersebut merupakan konstruk yang kuat. Dengan demikian item yang mencapai nilai korelasi item-total mencapai 0,30 dianggap memuaskan dan dipertahankan, sementara item yang mendapat nilai dibawah itu sebaiknya dibuang atau direvisi. 3.6.1. Nilai korelasi item-total & Reliabilitas Alat Ukur GAS Pada alat ukur Game Addiction Scale (GAS), total item yang di uji coba adalah sebanyak 21 buah item dengan 3 buah item di masing-masing dimensi. Setelah uji coba terhadap 60 orang responden dilakukan, didapat internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,866 untuk 21 buah item. Sementara untuk nilai korelasi item-total, terdapat 4 buah item yang memiliki nilai dibawah 0,300 yaitu item nomor 4, 5, 10, dan 21. Item tersebut masing-masing berasal dari dimensi Withdrawal, Relapse, Mood Modification, dan Problems. Keempat item tersebut dibuang, kemudian dilakukan penghitungan internal konsistensi kembali terhadap 17 buah item yang tersisa. Hasilnya adalah alat ukur dengan 17 item tersebut memiliki

48 internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,898. Menurut Triton (2006, dalam Sujianto, 2009) nilai cronbach s alpha 0,81 1,00 berarti masuk ke dalam kategori sangat reliabel. Dengan demikian, dapat dikatakan alat ukur GAS ini memiliki keajegan dan taraf kepercayaan yang sangat baik. Output SPSS untuk alat ukur GAS dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.6.1. Nilai korelasi item-total & Reliabilitas Alat Ukur The De Jong Gierveld Loneliness Scale Pada alat ukur The De Jong Gierveld Loneliness Scale, total item yang di uji coba adalah sebanyak 11 buah item. Setelah uji coba terhadap 60 orang responden dilakukan, didapat internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,718 untuk 11 buah item. Sementara untuk nilai korelasi item-total, terdapat 2 buah item yang memiliki nilai dibawah 0,300 yaitu item nomor 2 dan 10. Kedua item tersebut berasal dari dimensi Emotional Loneliness. Kedua item tersebut dibuang, kemudian dilakukan penghitungan internal konsistensi kembali terhadap 9 buah item yang tersisa. Hasilnya adalah alat ukur dengan 9 item tersebut memiliki internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,776. Menurut Triton (2006, dalam Sujianto, 2009) nilai cronbach s alpha 0,61 0,80 berarti masuk ke dalam kategori reliabel. Dengan demikian, dapat dikatakan alat ukur The De Jong Gierveld Loneliness Scale ini memiliki keajegan dan taraf kepercayaan yang baik. Output SPSS untuk alat ukur The De Jong Gierveld Loneliness Scale dapat dilihat pada Lampiran 2.

49 3.6.1. Nilai korelasi item-total & Reliabilitas Alat Ukur Peer Acceptance Test (PEERACC) Pada alat ukur Peer Acceptance Test (PEERACC), total item yang di uji coba adalah sebanyak 27 buah item. Setelah uji coba terhadap 60 orang responden dilakukan, didapat internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,832 untuk 27 buah item. Sementara untuk nilai korelasi itemtotal, terdapat 9 buah item yang memiliki nilai dibawah 0,300 yaitu item nomor 5, 6, 9, 10, 13, 18, 20, 21, dan 27. Enam buah item dibuang, yaitu nomor 5, 6, 10, 18, 20, dan 21. Sementara 3 buah item yaitu nomor 9, 13, dan 27 dipertahankan karena alasan jumlah item di indikator tersebut yang kurang. Ketiga item tersebut kemudian direvisi dengan dilakukan wording atau penyusunan kembali kata-kata. Deskripsi revisi item tersebut sebagai berikut, Tabel 3.4. Revisi Item PEERACC Indikator Nomor Item Lama Item Baru Item Saya kesulitan Saya mudah menghubungi Memiliki rasa kepastian 27 menghubungi temanteman ketika saya membutuhkannya.(uf) teman teman ketika saya membutuhkannya. Saya tidak merasa Saya merasa tidak Ketiadaan kecemasan 9 kekurangan sesuatu ketika menghabiskan waktu luang dengan kekurangan sesuatu, ketika menghabiskan waktu senggang tanpa bersama

50 karena kesendirian aktivitas yang bersifat individual seperti main game, membaca buku. (UF) teman teman. (UF) 13 Saya merasa tidak kekurangan sesuatu ketika pergi jalan jalan sendiri. (UF) Saya merasa tidak kekurangan sesuatu, ketika pergi jalan jalan/nongkrong sendiri tanpa bersama teman teman. (UF) Sumber: Diolah oleh Penulis Setelah enam buah item dibuang, kemudian dilakukan penghitungan internal konsistensi kembali terhadap 21 buah item yang tersisa. Hasilnya adalah alat ukur dengan 21 item tersebut memiliki internal konsistensi dengan nilai cronbach s alpha sebesar 0,862. Menurut Triton (2006, dalam Sujianto, 2009) nilai cronbach s alpha 0,81 1,00 berarti masuk ke dalam kategori sangat reliabel. Dengan demikian, dapat dikatakan alat ukur PEERACC ini memiliki keajegan dan taraf kepercayaan yang sangat baik. Output SPSS untuk alat ukur Peer Acceptance Test (PEERACC) ini dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.7. Prosedur 3.7.1. Tahap Persiapan Penelitian dengan metode survei tentunya mengandalkan alat ukur, dalam hal ini berupa kuesioner sebagai instrumen utama penelitian. Untuk itu sebagai persiapan awal, peneliti mencari alat ukur yang dianggap mampu mengukur variabel yang diteliti dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

51 menggunakan 3 buah alat ukur, yaitu Peer Acceptance Test (PEERACC) yang domain dan indikatornya dikembangkan oleh Santoso (2008). Variabel kesepian diukur menggunakan The De Jong Gierveld Loneliness Scale yang dikembangkan oleh De Jong (2006). Variabel kecanduan gim daring diukur menggunakan alat ukur Game Addiction Scale yang dikembangkan oleh Lemmens (2009). Pada alat ukur Game Addiction Scale (GAS) dan The De Jong Gierveld Loneliness Scale, peneliti melakukan adaptasi dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil dari terjemahan kemudian di diskusikan bersama dosen pembimbing yang juga berlaku sebagai expert judgment untuk melihat face validity dan kesesuaian makna antara item dalam versi Bahasa Inggris dengan versi Bahasa Indonesia hasil terjemahan peneliti (pada 24 Oktober, 2011). Selain dosen pembimbing, peneliti juga berdiskusi dengan beberapa orang teman peneliti untuk melihat kesesuaian item dalam versi Bahasa Inggris dengan hasil terjemahan peneliti (pada 20 Oktober, 2011). Setelah semua item dinyatakan sesuai, maka alat ukur GAS dengan 21 buah item dan The De Jong Gierveld Loneliness Scale dengan 11 buah item siap untuk di uji coba. Pada alat ukur PEERACC, peneliti menggunakan domain dan indikator yang dikembangkan oleh Santoso (2008), namun item-item dalam alat ukur dibuat sendiri oleh peneliti. Langkah awal yang dilakukan adalah peneliti membuat sebanyak 28 buah item untuk alat ukur ini. Dalam menyusun item-item, peneliti juga berdiskusi dengan pembuat alat ukur asli, yaitu Maria Dhamayanti Santoso melalui email (pada 30 November, 2011).

52 Setelah draf awal siap, peneliti melakukan expert judgment kepada dosen pembimbing untuk melihat content validity. Selain dosen pembimbing, peneliti juga melakukan expert judgment kepada Ibu Esther Widhi Andangsari, M.Psi untuk melihat kesesuaian antara item dan indikator. Setelah dilakukan expert judgment, dari 28 item yang diajukan, hanya 1 item yang dibuang, sehingga menyisakan 27 untuk dilakukan uji coba. Setelah ketiga alat ukur siap, peneliti terlebih dahulu melakukan uji keterbacaan alat ukur kepada 3 orang remaja yang ditemui di daerah rumah sekitar peneliti. Hasil dari uji keterbacaan 3 orang remaja tersebut, terangkum sebagai berikut Tabel 3.5. Kritik & Saran Uji Keterbacaan No Kritik / Saran 1. Pada bagian pertama tentang data kontrol, soal nomor 7, jumlah pengeluaran setiap bulannya untuk bermain game online ditambah dari kurang dari Rp. 100.000 menjadi kurang dari Rp. 150.000 2. Pada alat ukur GAS, item dari domain Tolerance, yaitu dapat berhenti bermain game online sekalinya permainan dimulai, dikatakan sulit dimengerti, sehingga peneliti mengubahnya menjadi favorable menjadi sulit untuk berhenti sekalinya mulai bermain game online. Sumber: Diolah oleh Penulis

53 Setelah dilakukan uji keterbacaan dan dilakukan beberapa perubahan sesuai dengan saran/kritik, maka 3 buah alat ukur tersebut siap untuk dilakukan uji coba. 3.7.2. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap uji coba alat ukur dan pengambilan data lapangan. Tahap uji coba alat ukur dilakukan selama periode 9 Desember 2011 sampai dengan 17 Desember 2011 dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk hard copy dan secara online dengan bantuan web kwiksurvey.com (http://kwiksurveys.com/online-survey.php?surveyid=ommngm_4b804127) Uji coba alat ukur dilakukan terhadap 60 orang remaja di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Barat untuk mengetahui nilai konsistensi internal dan skor korelasi item-total dari instrumen yang digunakan. Detail pembahasan mengenai hasil uji coba masing-masing alat ukur dapat dilihat pada poin 3.6. Setelah uji coba dan mendapat nilai internal konsistensi dan skor korelasi item-total yang mencukupi, maka pengambilan data lapangan siap dilakukan. Pengambilan data lapangan dilakukan selama periode 30 Desember 2011 hingga 15 Januari 2012 dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk hard copy kepada responden. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 150 buah hard copy, namun setelah diperiksa kembali, hanya 133 buah kuesioner yang dapat diolah untuk dilakukan analisa. Beberapa alasan 17 kuesioner dibuang, karena data yang diisi tidak lengkap, serta pola jawaban yang terlihat tidak masuk akal.

54 3.7.3. Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan berdasarkan nilai skor total dari 3 buah instrumen yang digunakan. Skor total Game Addiction Scale (GAS), The De Jong Gierveld Loneliness Scale, maupun PEERACC didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari semua butir item dalam kuesioner. Kemudian, skor total PEERACC dan The De Jong Loneliness Scale dikorelasikan dan dihitung pengaruhnya dengan skor Game Addiction Scale (GAS). Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian linearitas, yaitu uji normalitas data dan bebas dari asumsi klasik yang meliputi multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas (Sujianto, 2009). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data normal. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik, asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut harus terdistribusi secara normal. Metode uji normalitas yang digunakan adalah melihat dari tabel kolmogorov-smirnov yang dihitung dengan bantuan peranti lunak SPSS 16.0. Selain itu, uji normalitas juga dilakukan dengan melihat grafik dari Normal P Plot test, juga dengan bantuan peranti lunak SPSS 16.0. Sementara uji asumsi klasik yang dilakukan adalah autokorelasi dan heteroskedastisitas, juga diolah dengan bantuan peranti lunak SPSS 16.0 Kemudian, untuk melakukan uji hipotesis peneliti menggunakan rumus analisis regresi. Analisis regresi berguna dalam menelaah hubungan dua variabel atau lebih dan terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna (Sujianto, 2009). Jenis analisis

55 regresi yang digunakan adalah hierarki regresi linear berganda yang dihitung dengan bantuan peranti lunak dalam SPSS versi 16.0. Rumus regresi linear berganda digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan hubungan dua atau lebih variabel. Sedangkan untuk melihat realibilitas alat ukur, digunakan rumus Alpha Cronbach yang dihitung dengan bantuan peranti lunak SPSS versi 16.0.