RANCANGAN HIPOTETIK LAYANAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA STRES AKADEMIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Faktor Penyebab Kecemasan Peserta Didik dalam Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 1 Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH RATIONAL-EMOTIVE BEHAVIORAL THERAPY TERHADAP PENINGKATAN STRATEGI COPING MENGATASI KECEMASAN MENGHADAPI PERKULIAHAN

EFEKTIVITAS STRATEGI COPING SKILLS UNTUK MENGURANGI KEJENUHAN BELAJAR (BURNOUT) SISWA

TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013

EMA SAFITRI

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helmi Rahmat, 2013

JURNAL OLEH: FAJAR KUSUMAJATI K

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

2015 EFEKTIVITAS PROBLEM FOCUSED COPING DALAM MEREDUKSI STRES AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu seringkali dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dan

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

/cc Prrl t^l,"s -L ARTIKEL ILMIAH. FAKTOR PE,I\TYEBAB TERJADINYA STRES SEKOLAH PESERTA DII}IK DI IVITs NI.GERI LUBUK BUAYA PADANG

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI MENGENAI DERAJAT STRES DAN COPING STRATEGY PADA KOAS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ANGKATAN 2009

PERANAN GURU BK DALAM MEMBENTUK KONSEP DIRI (SELF CONCEPT) PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh: Fitri Yumilda * Fitria Kasih ** Nofrita **

PROFIL KECEMASAN PESERTA DIDIK DALAM MERENCANAKAN ARAH KARIR PADA KELAS X DI SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL E JURNAL DORA VISIA NPM:

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

PROFIL THE PHYSICAL SELF OF WELLNESS MAHASISWA S1 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (Studi Deskriptif Pada Angkatan )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Kata kunci : wellness, emotional-mental wellness,intellectual wellness, physical wellness, social wellness, spiritual wellness.

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

SKRIPSI. Oleh Fera Praciliani NIM

BAB II LANDASAN TEORI

DESKRIPSI GEJALA STRES AKADEMIK DAN KECENDERUNGAN PILIHAN STRATEGI KOPING SISWA BERBAKAT

MASALAH-MASALAH PESERTA DIDIK PINDAH SEKOLAH KE SMA ADABIAH PADANG. Oleh: Sefriani. Fitria Kasih Yusnetti ABSTRACT

DAFTAR ISI. JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN... iii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

PENYEBAB KETIDAKHADIRAN PESERTA DIDIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 11 PADANG. Oleh. Mita Fauzia. Afrizal Sano. Ahmad Zaini ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

THE PROBLEM EXPERIENCED BY JUNIOR HIGH SCHOOL NUMBER 3 RUMBIO JAYA

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

DAFTAR ISI v. KATA PENGANTAR.. i ABSTRAK iii ABSTRACT iv. DAFTAR TABEL viii DAFTAR BAGAN... ix DAFTAR LAMPIRAN. x

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN TINGKAT BURNOUT BELAJAR SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 PEDAN

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. ii Universitas Kristen Maranatha

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI JURUSAN BK ANGKATAN 2008 FIP UNJ

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

STRATEGI MEMINIMASI STRES KERJA OPERATOR BERDASARKAN FAKTOR PEMICU STRES KERJA PADA PT AGRONESIA INKABA *

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DAN PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS XII DI SMK NEGERI 1 PAINAN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii. Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Bimbingan Konseling

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

Keefektifan Teknik Self Instruction dalam Konseling Kognitif-Perilaku untuk Meningkatkan Efikasi Diri Sosial Siswa SMKN 2 Malang

RISET TAHUN Hubungan antara subjective well-being dengan motif penggunaan kartu debit pada konsumen lanjut usia.

ABSTRAK. Kata kunci: deskriptif, attachment to God, siswa SMA. iii. Universitas Kristen Maranatha

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat, maka dapat

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

Transkripsi:

1 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training RANCANGAN HIPOTETIK LAYANAN KONSELING DENGAN MENGGUNAKAN PROBLEM SOLVING TRAINING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGELOLA STRES AKADEMIK (Penelitian deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 2 Garut Tahun Ajaran 2014/2015) Dita Mustika Wiati Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia dita_ mustika13@yahoo.com Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd. Dr. Anne Hafina, M.Pd. Abstrak. Stres akademik memungkinkan peserta didik mengalami perasaan cemas dan terancam ketika dihadapkan pada tuntutan akademik. Aktivitas belajar di sekolah yang dapat menjadi sumber stres bagi peserta didik diantaranya ulangan harian, ujian, mengerjakan tugas, tambahan waktu belajar, dan persaingan prestasi antar peserta didik. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran umum gejala stres akademik, dan kemampuan mengelola stres akademik, sebagai dasar dalam merancang layanan konseling untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Partisipan dalam penelitian adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Garut Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 242 peserta didik. Pengumpulan data menggunakan instrumen yang mengukur gejala stres akademik dan kemampuan mengelola stres akademik, berupa angket model force choice. Hasil penelitian (1) tingkat stres akademik berada pada kategori sedang, (2) kemampuan mengelola stres akademik berada pada kategori tinggi, (3) rancangan layanan konseling untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik dengan menggunakan problem solving training. Rekomendasi ditujukan kepada guru mata pelajaran, guru BK dan peneliti selanjutnya. Kata Kunci : Stres Akademik, Kemampuan Mengelola Stres Akademik, Problem Solving Training. Abstract. Academic stress allows students to experience feelings of anxiety and threatened when faced with academic demands. Activities in school can be a source of stress for students including daily tests, exams, work on assignments, extra time learning, and competition among students. The purpose of this study was to determine the general description of the symptoms of academic stress, and coping ability, as a basic for development of hypothetical design of counseling with problem solving training to improve coping of academic stress. The study used a quantitative approach with

2 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training descriptive method. Participants in this study were students of grade IX SMPN 2 Garut Academic Year 2014/2015, they were 242 learners. Force choice questionnaire was used as instruments for collecting data to measure academic stress symptoms and coping ability. The results of the study were: (1) The level of academic stress was in moderate category, (2) the level of coping ability was in high category, (3) the design of counseling services to improve coping ability by using problem solving training. Recommendations addressed to teachers, counselor, and next researchers. Keywords : Academic Stress, Coping of Academic Stess, Problem Solving Training PENDAHULUAN Pada saat memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), peserta didik berada pada rentang usia 13-15 tahun, yang termasuk pada kategori remaja, dimana pada masa ini individu mengalami transisi dari masa anak menuju dewasa. Senada dengan pendapat Santrock, masa remaja merupakan masa transisi atau perpindahan dari anak menuju dewasa, yang melibatkan berbagai perubahan kognitif, dan sosial emosional (Santrock, 2008). Ketika memasuki usia remaja, peserta didik dihadapkan pada berbagai perubahan, baik perubahan dalam diri maupun perubahan lingkungan. Dalam menghadapi perubahan selama masa remaja, tidak sedikit peserta didik yang mengalami hambatan, termasuk hambatan yang dialami di lingkungan sekolah. Rainham (dalam Suryani, 2012, hlm.2) menyatakan masa-masa sekolah di satu sisi mampu memberikan pengalaman berharga bagi peserta didik, namun di sisi lain peserta didik dihadapkan pada banyak tuntutan dan perubahan yang cepat, sehingga dapat membuat peserta didik mengalami masa-masa penuh stres. Senada dengan pernyataan Goodman dan LeRoy (dalam Mc.Kean & Misra, 2000, hlm. 41) peserta didik dapat mengalami stres, diantaranya stres yang bersumber dari masalah akademik, keuangan, pengelolaan waktu, dan masalah kesehatan. Aldwin dan Greenberger (dalam Rafidah dkk., 2009, hlm. 16) menyatakan masalah akademik merupakan sumber stres utama bagi peserta didik. Stres yang dialami peserta didik dalam konteks sekolah dikenal dengan istilah stres akademik. Hal ini senada dengan pendapat Calaguas (2011, hlm. 63), stres akademik merupakan stres yang dialami individu dalam setting sekolah. Peserta didik dikatakan mengalami stres akademik manakala peserta didik merasa tidak nyaman, takut, dan khawatir dengan adanya tuntutan-tuntutan akademik, dan menilai tuntutan-tuntutan tersebut dapat mengancam dan membahayakan dirinya. Salah satu penelitian mengenai stres akademik dilakukan oleh Rhabi Nabillah (2013) terhadap peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan dari 360 peserta didik, sebanyak 62 peserta didik atau 18,2 % menunjukkan gejala stres akademik pada kategori tinggi, 226 peserta didik atau 66,5 % menunjukkan gejala stres akademik pada kategori sedang, dan sebanyak 52 peserta didik atau 15,3 % menunjukkan gejala stres akademik pada kategori rendah. Peserta didik yang mengalami stres akademik menunjukkan perilaku cemas menghadapi ujian, tidak peduli terhadap materi belajar, tidak menguasai kompetensi, tidak betah di sekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat

3 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training berkonsentrasi di kelas, ingin pindah kelas, jenuh jika ada pelajaran tambahan, dan lelah mengikuti ekstrakurikuler (Nurdini, 2009). Menurut Helmi (dalam Safaria & Saputra, 2009, hlm. 29), terdapat empat jenis reaksi stres, yaitu reaksi kognitif, psikologis, fisiologis, dan perilaku. Dalam perwujudannya, reaksi stres ini dapat bersifat positif maupun negatif. Reaksi negatif dari stres akademik yang dikutip dari Yusuf (2006, hlm. 109) dan Helmi (dalam Safaria & Saputra, 2009, hlm. 29) adalah sebagai berikut : 1) Reaksi fisik (fisiologis), biasanya muncul dalam bentuk keluhan fisik seperti sakit kepala, jantung berdebar kencang, berkeringat dingin, sering buang air kecil, gangguan tidur, dan mengalami kelelahan fisik. 2) Reaksi pikiran (kognitif), biasanya terlihat pada gejala mudah lupa, sulit berkonsentrasi, berfikir negatif, merasa jenuh, tidak memiliki target, serta sulit menentukan prioritas. 3) Reaksi emosi (psikologis), terlihat dari munculnya kecemasan yang berlebihan, rasa takut, mudah marah, tidak merasakan kepuasan, mudah panik, dan merasa tidak bahagia. 4) Reaksi perilaku, ditandai dengan perilaku mengambil jalan pintas, menarik diri/ menghindar, menyalahkan orang lain, brsikap acuh, serta sulit mendisiplinkan diri. Pada dasarnya individu memiliki kemampuan mengelola stres atau coping, hanya saya kemampuan setiap individu dalam melakukan coping berbeda satu sama lainnya. Lazarus & Folkman (1984, hlm. 141) mendefinisikan coping sebagai proses kognitif dan perilaku dalam mengelola tuntutan yang dinilai melebihi batas kemampuan dan sumber daya yang dimiliki individu, baik internal maupun eksternal.(yudha, 2015). Stres akademik dapat menimbulkan konsekuensi positif maupun negatif, tergantung bagaimana peserta didik mengelolanya (Stevenson & Harper, 2006 dalam Nandamuri & Gowthami, 2013, hlm. 31). Peserta didik yang mengalami stres akademik dan tidak mampu mengelolanya, cenderung berfikir negatif dan merasa tidak mampu untuk menyelesaikan tuntutan akademik yang dibebankan kepadanya. Stres akademik yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan menurunnya kinerja akademik, dan meningkatkan kemungkinan penyalahgunaan zat terlarang, serta mendorong pada perilaku merusak lainnya (Richlin & Hoe dalam Busari, 2012, hlm. 138). Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan dari stres akademik, diperlukan suatu layanan yang dapat membantu peserta didik untuk mengatasi permasalahan stres akademiknya. Bimbingan dan Konseling memegang peranan penting dalam membantu peserta didik mengatasi permasalahan stres akademik. Li dan Yen (dalam Calaguas, 2013, hlm. 44) memaparkan peserta didik yang mengalami stres akademik membutuhkan suatu layanan konseling. Layanan konseling yang dapat diberikan kepada peserta didik yang mengalami stres akademik adalah dengan membantu peserta didik agar mampu mengelola stres akademik secara efektif. Jika mengacu pada kompetensi perkembangan peserta didik menurut ASCA pada tujuan sukses akademik menuju sukses hidup, peserta

4 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training didik kelas IX SMP seyogianya mampu menentukan sumber pemicu stres dan mengidentifikasi cara-cara dalam menghadapi stres (dalam Rusmana, 2009, hlm. 121). Salah satu teknik konseling yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres adalah problem solving training (D Zurrila dkk., 2004, hlm. 251). Problem solving training merupakan bagian dari Cognitive Behavior Therapy (CBT). Problem solving merupakan proses kognitif dan perilaku individu dalam mengidentifikasi atau menemukan solusi efektif atau adaptif dalam menghadapi suatu masalah serta stres dalam kehidupan sehari-hari (D'Zurilla & Nezu, 1999; Nezu, 2002, dalam Nezu, 2004, hlm. 3). Problem solving training bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak psikologis yang negatif dari masalah, dan meningkatkan positif well-being dengan membantu individu mengatasi stres secara lebih efektif (D Zurilla & Nezu, 2010, hlm. 198). METODE Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat stres akademik dan kemampuan mengelola stres akademik peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Garut Tahun Ajaran 2014/2015 yang selanjutnya dijadikan dasar penyusunan rancangan layanan konseling untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik dengan menggunakan problem solving training. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket berskala dua (falsh coice dengan alternatif jawaban ya, dan tidak. Pengujian validitas instrumen menggunakan program Mc Excel 2010. Hasil pengujian validitas instrumen gejala stres akademik dengan menggunakan rumus biserial titik, menunjukkan dari 42 item pernyataan, diperoleh 35 item pernyataan valid, dan 7 item pernyataan yang tidak valid. Sedangkan hasil pengujian validitas instrumen pengelolaan stres akademik peserta didik dengan menggunakan rumus biserial titik, menunjukkan dari 43 item pernyataan diperoleh 38 item pernyataan valid, dan 5 item pernyataan yang tidak valid. Hasil uji reliabilitas instrumen gejala stres akademik memiliki nilai reliabilitas 0.809, Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen pengelolaan stres akademik menunjukan nilai reliabilitas 0,757 dan termasuk pada kriteria tinggi. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil pengolahan data gejala stres akademik, dapat diketahui sebagian besar peserta didik, yaitu sebanyak 64,2% (181 peserta didik) menunjukkan gejala stres akademik pada kategori sedang. Sebagian lainnya, yaitu 19,8% (56 peserta didik) menunjukkan gejala stres akademik pada kategori rendah, dan 16,0% (45 peserta didik) menunjukkan gejala stres akademik pada kategori tinggi. Dengan demikian secara umum gejala stres akademik peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Garut berada pada kategori sedang. Artinya peserta didik mengalami gejala stres akademik pada sebagian indikator dari aspek gejala stres akademik, yaitu gejala pada aspek fisik (sakit kepala, jantung berdebar kencang, berkeringat dingin, sering buang air kecil, gangguan tidur, kelelahan

5 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training fisik), gejala pada aspek pikiran (mudah lupa, sulit berkonsentrasi, berfikir negatif, merasa jenuh, tidak memiliki target, sulit menentukan prioritas), gejala pada aspek emosi (cemas, takut, mudah marah, tidak merasakan kepuasan, mudah panik, merasa tidak bahagia), dan gejala pada aspek perilaku (mengambil jalan pintas, menarik diri/menghindar, menyalahkan orang lain, bersikap acuh, sulit mendisiplinkan diri) ketika dihadapkan pada situasi atau tuntutan akademik yang dipersepsi secara negatif. Berdasarkan hasil pengolahan data kemampuan mengelola stres akademik, dapat diketahui sebagian besar peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Garut, yaitu sebanyak 57,1% (161 peserta didik) memiliki kemampuan mengelola stres akademik pada kategori tinggi. Sebagian lainnya, yaitu sebanyak 41,8% (118 peserta didik) memiliki kemampuan mengelola stres akademik pada kategori sedang, dan sebanyak 1,1% (3 peserta didik) memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan secara umum kemampuan mengelola stres akademik peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Garut Tahun Ajaran 2014/2015 berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan sebagian besar peserta didik mampu menggunakan strategi pengelolaan stres (coping) ketika menghadapi hampir semua aktivitas dan situasi akademik yang dipersepsi negatif. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulannya sebagai berikut: 1) Sebagian besar peserta didik menunjukkan gejala stres akademik pada kategori sedang, sebagian lainnya menunjukkan gejala stres akademik pada kategori tinggi dan rendah. 2) Sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan mengelola stres akademik pada kategori tinggi, sebagian lainnya memiliki kemampuan mengelola stres akademik pada kategori sedang. Sebagian kecil peserta didik memiliki kemampuan mengelola stres akademik pada kategori rendah. 3) Berdasarkan temuan penelitian mengenai tingkat gejala stres akademik dan kemampuan mengelola stres akademik peserta didik kelas IX SMP Negeri 2 Garut Tahun Ajaran 2014/2015, disusun layanan konseling dengan menggunakan problem solving training untuk meningkatkan kemampuan mengelola stres akademik. Fokus pengembangan layanan konseling didasarkan pada peserta didik yang menunjukkan gejala stres akademik tinggi, serta memiliki kemampuan mengelola stres akademik yang rendah, yaitu 3 (tiga) peserta didik.

6 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training REFERENSI Busari. (2012). Identifying difference in perceptions of academic stress and reaction to stressors based on gender among first year university students. International Journal of Humanities and Social Science, 2 (14), hlm 138-146. Calaguas, G. (2011). Curriculum and sex-specific differences in academic stress arising from perceived expectations. International Journal of Human and Social Sciences, 6 (1), hlm. 63-66. Calaguas, G. (2013). Parents/ teachers and self-expectations as sources of academic stress. International Journal of Research Studies in Psychology, 2 (1), hlm. 43-52. D Zurilla, T.J. dkk. (2004). Social problem solving: theory and assessment, dalam Social Problem Solving: Theory, Research, and Training. Washington: American Psychological Association D Zurilla &. Nezu. (2010). Problem solving therapy. Dalam Dobson, K.S. (Penyunting), Handbook of cognitive-behavioral therapies (hlm. 197-225). New York : The Guilford Press. Lazarus & Folkman. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York: Springer Publishing Company. Mc.Kean & Misra. (2000). College Students Academic Stress and Its Relation to Their Anxiety, Time Management, and Leisure Satisfaction. American Journal of Health Studies, 16(1), pp. 41-51. Nandamuri, P.P. & Gowthami. (2013). Sources of academic stress a study on management students. ITM Business School: Hunter Road, Warangal: India. hlm. 31-42. Nezu, A.M. (2004). Problem solving and behavior therapy revisited. Association for Advancement of Behavior Therapy, (35), hlm. 1-33. Nurdini, K. (2009). Efektivitas konseling kognitif perilaku untuk mengelola stres akademik siswa smk. (Skripsi). Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, UPI. Rafidah, K. dkk. (2009). The impact of perceived stress and stress factors on academic performance of pre-diploma science student : a Malaysian study. International Journal of Scientific Research in Education, 2 (1), hlm. 13-26. Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah: metode, teknik, dan aplikasi. Bandung: Rizqi Press. Safaria, T. & Saputra, N.E. (2009). Manajemen emosi. Jakarta : Bumi Aksara. Santrock, J. W. (2008). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga. Suryani, Y. (2012). Program bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan siswa mengelola stres sekolah. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana UPI. Yudha, Eka Sakti.(2015) Bimbingan dan konseling di sekolah. Bandung. [ONLINE]. Tersedia: http://file.upi.edu/browse.php?dir=direktori/fip/jur._psikologi_p

7 Rancangan Hipotetik Layanan Konseling dengan Menggunakan Problem Solving Training END_DAN_BIMBINGAN/198308292010121004%20- %20Eka%20Sakti%20Yudha/ Yusuf, S. (2006). Mental hygiene. Bandung: Maestro.