SeminarNasionolPeternakan dan Vetenner 1997 MANFAAT BIOPLUS DALAM PENGGEMUKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) JANTAN DI KECAMATAN LELES KABUPATEN DT II GARUT NANDANG SUNANDAR ', D. SUGANDI I, BUDIMAN I, O. MARBUN ', WIDYAWATI2 date U. KUSNAD12 Balai Penelitian dan Pengkajan Teknologi Pertanian Lembang, Bandung Balai Penelitian Temak, P.O. Box 221, Ciawi Bogor RINGKASAN Keterpaduan usahaternak sapi potong dalam sistem usahatani di pedesaan adalah sebagai komponen penggtuta limbah pertanian dan sumber pupuk. Intensifnya usahatani tanaman pangan dan sempitnya lahan yang dimiliki petani tidak memungkinkan penyediaan lahan khusus untuk tanaman hijauan. Persaingan kebutulian lahan tersebut menyebabkan penyediaan hijauan pakan ternak banyak niengandalkan limbah dari tanaman pangan yang berkualitas rendali sehingga produktivitas sapi menjadi rendah. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi potong melalui transfer mikroba rumen yang disebut bioplus. Uii coba pada sapi Peranakan Ongole (PO) yang diberi pakan dasar jerami padi. pemberian bioplus niampu meningkatkan pertambahan berat badan harian sapi dari 0,7 kg menjadi 1,0 kg. Guna niengkaji manfaat bioplus dalam penggennlkan sapi Friesian Holstein (FH) jantan pada tingkat petani di pedesawt telah dilakukan pengkajian di Desa Kandang Mukti, Kecamatan Leles, Garut. Pengkajian diliktdcan selatna 97 liari, 7 itari menipakan mass adaptasi dan 90 hari mempakan taliap pengamatan dan pengurnpulan data. Pengkajian menggtmakan 10 ekor sapi yang dibagi ke dalam 2 kelompok, satu kelompok niendapat perlakuan pemberian bioplus pada awal penggemukan dengan rata-rata berat badan 303,9 kg dan satu kelompok lainnva merupakan kontrol dengan rata-rata berat awal 300,4 kg. Pakan diberikan secara ad libiium sesuai dengan kebiasaan peternak yang terdiri dari hijauan dan ampas talm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis penggunaan bioplus padi penggemukan sapi FH jantan meningkatkan pertambaltan berat badan harian sapi dari 0,97 kg menjadi 1.17 atau meningkat 20,62 /o. Secara ekonomis dengan menghitung besarnya keuntungan pemeliharaan yang diterinia peternak, penggemukan sapi FH jantan meningkatkan keuntungan dari Rp 208.300 pecekor per periode pemeliharaan menjadi Rp 278.500 per ekor atau meningkat 34,70%. Kata kunci : Penggenttdcan, FH, bioplus PENDAHULUAN Keterpaduan usahaternak sapi potong dalam sistem usahatani di pedesaan adalah sebagai komponen penggtma limbah pertanian dan sebagai surnber pupuk (KCISNADI, 1993). Tujuan utama usaha pemeliharaan sapi potong adalah untuk produksi daging yang diperoleh baik dari pertantbalian juntlah ternak Inaupun periambahan berat badan harian ntelalui penggemukan. Penggemukan sapi potong Inemerlukan pakan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik (GINAWAN, 1996). Padalial inetitlnn SIREGAR (1988), intensifrrya usahatani tanaman pangan dan sempitnya lahan yang dimiliki petani, kliususnya di Pulau Jawa, tidak memungkinkan penyediaan lahan kltusus untuk tanaman hijauan dengan kualitas dan kuantitas yang inemadai. Persaingan 505
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997 tersebut menyebabkan pen_vediaan hijauan pakan ternak banyak mengandalkan limbah dari tanaman pangan, rumput alam dan pangkasan pohon/ramban dari pinggiran hutan (SABRANi, 1996). Pemberian konsentrat sebagai pakan penguat dilakukan terbatas oleh petani yang memiliki tingkat kemampuan ekonomi yang baik (KUSNADI, 1993). Akibatnya secara umum produktivitas sapi potong yang dipelihara petani di pedesaan menjadi rendah. WINUGROHO (1994) melaporkan bahwa untuk meningkatkan proses pencernaan dalam rumen dan mengimbangi kesempurnaan pakan/khususnya pakan berkualitas rendah telah dicoba penggunaan pemacu proses metabolis berupa bioplus. Bioplus adalah isi rumen yang mengandung mikroba pilihan untuk mencerna serat kasar tinggi dalam bentuk kering. Pemberian bioplus untuk sapi potong Peranakan Ongole (PO) mampu memperbaiki pertambahan berat badan harian (PBBH) dari 0,7 kg menjadi 1,0 kg. Sementara itu uji coba di laboratorium terhadap sapi Brahman Cross (BX) asal Australia pemberian bioplus dapat meningkatkan pertambahan berat badan harian dari 0,88 kg menjadi 1,01. Guna mengkaji pengaruh pemberian bioplus terhadap produksi clan besarnya manfaat ekononus penggemukan sapi Friesian Holstein (FH) jantan dengan penerapan teknologi berupa pemberian bioplus pada tingkat peternak di pedesaan, maka dilakukan pengkajian di Desa Kandang Mukti, Kecamatan Leles, Kabupaten DT 11 Garut. MATERI DAN METODE Pengkajian dilakukan pada tingkat petani (on farm) di Desa Kandang Mukti, Kecamatan Leles, Kabupaten DT 11 Garut, selama 97 hari. Tahap I selama 7 hari merupakan pendahuluan dan, tahap II selama 90 hari merupakan tahap pengamatan dan pengumpulan data. Pengkajian menggunakan 10 ekor sapi Friesian Holstein (FH) jantan, yang dibagi ke dalam 2 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor sapi. Satu kelompok sapi mendapat perlakuan pemberian bioplus pada awal penggemukan clan sate kelompok lainnya merupakan kontrol. Pakan diberikan secara ad libitum sesuai dengan kebiasaan peternak yang terdiri dari hijauan dan ampas tahu. Parameter yang diamati meliputi berat.badan awal clan akhir, pertambahan berat badan harian, konsumsi hijauan' dall Indkanan penguat serta harga sapi. Berat badan diant<ati melalui penimbangan setiap dua minggu. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara teknis dan ekonomis. HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan ternak Keragaan produksi sapi FH jantan selama pengamatan yang meliputi, berat awal clan akhir sapi, pertambahan berat badan harian sapi, konsumsi hijauan clan ampas taltu serta konsumsi balian kering pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1, tampak bahwa konsumsi bahan kering oleh sapi FH jantan baik yang mendapat perlakuan bioplus maupun tidak adalah sama yaitu 2,5% dari berat badan sapi. Dengan demikian konsumsi bahan kering oleh sapi sudah sesuai dengan taraf kebutuhan sapi untuk berproduksi 506
Seminar Nasional Feternakan dan Veteriner 1997 secara optimum. Hal ini sejalan dengan pendapat FPuSCH dan VERCOE (1978) yang menyatakan bahwa seekoraapi mampu mengkonsumsi bahan kermg pakan sebanyak 2-3% dari berat badannya. Pada akhir pengkajian berat badan sapi yang mendapat perlakuan Bioplus adalah 409,4 kg, bertambah 105,5 kg, relatif-jebih baik.daripada sapi kontrol dengan berat badan akhir 387,6 kg, bertambah 87,2 kg atau meningkat 29,07% dari berat awal. Pertambahan berat badan harian (PBBH) untuk sapi yang mendapat perlakuan bioplus adalah 1,17 kg relatif lebih baik 20,62% daripada sapi kontrol dengan pertambahan berat badan harian sebesar 0,97 kg. Tabel 1. Keragaan produksi pelrggemukan.rsapifhjantan No. Uraian Bioplus Kontrol 1. Jumlah Sapi (ekor) 5 5 2. Rata-rata :Berat Badan'(kg) " Awal 303,9 300,4 " Akhir 409,4 387,6 Lama Pemeliharaan (hari) 90 90 3. Pertambahan Berat Badan-(kg) 105,5 87,4 4. Pertambahan Berat Badan Harian (kg/hari) 1,17 0,97 5. Konsumsi " Hijauan (kg/ekor/hari) 20 20 " Ampas Tahu (kg/ekor/hari) 27 27 6. Bioplus (kg) 1 7. Konsumsi Bahan Kering 7,547 7,547 " Hijauan(kg) 4,896 4,896 " Ampas Tahu (kg) 2,651 2,651 8. Persentase Konsumsi Bahan Kering terhadap Berat Badan (%) 2,5 2,5 Dengan demikian pemberian bioplus pada awal penggemukan memberikan pertambahan berat badan yang lebih baik daripada sapi yang dipelihara dengan cara petenak (kontrol). Analisa usaha peaggemukan sapi FH jantan Struktur biaya dan penerimaan usaha pengernukan sapi FHjantan dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa biaya yang hares dikeluarkan peternak selama satu periode penggemukan (3 bulan) adalah Rp 1.365.260 untuk sapi FH yang mendapat perlakuan pemberian bioplus pada awal penggemukan dan Rp 1.348.210 untuk sapi kontrol. Biaya untuk bakalan merupakan biaya paling besar, yakni sekitar 89'/" dan total biaya. Biaya tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp 75.000, merupakan biaya untuk tenaga sewaan untuk pengambilan dan pemberian pakan, membersihkan kandang dan memandikan sapi, dengan standar umum yang berlaku di lokasi pengkajian adalah Rp 25.000 per ekor per bulan.
Seminar Nasional Peternakan don Vetenner 1997 Penerimaan usaha penggemukan,sapi FH jantan yang benar-benar diterima oleh peternak adalah nilai dari penjualan sapi yang dihasilkannya. Dari Tabel 2, tampak :bahwa :penerimaan yang diperoleh petemak dari sapi FH jantan yang mendapat perlakuan bioplus pada awal penggemukan lebih besar daripada sapi yang dipelihara sesuai dengan kebiasaan petemak tkontrol), yakni masing-masing Rp 1.637.600 dan Rp 1.550.400 per ekor per periode pemeliharaan (3 bulan). Tabel 2. Analisa finansial usaha penggemukan sapi FHjantan (Rp/ekor/3 bulan). No Uraian Bioplus (Rp) Kontrol (Rp) A. Biaya 1. Bakalan 1.215.600 1.201.600 2. Tenaga Kerja Luar Keluarga 75.000 75.000 3. Ampas Tahu 40.500 40.500 4. Obat 15.000 15.000 5. Kandang 3.750 3.750 6. Peralatan Kandang 2.410 2.360 7. Transportasi 10.000 10.000 8. Bioplus 3.000 - Jumlah Biaya 1.365.260 1.348.210 B. Penerimaan Nilai Penjualan temak 1.637.600 1.550.400 C. Keuntungan (B-A) 272.340 202.190 D. Efisiensi (B/A) 1,20 1,15 Besamya manfaat penggunaan bioplus pada penggemukan sapi FH jantan dapat dilihat dari perbedaan keuntungan pemeliharaan yang diterima petemak seperti yang tertera pads Tabel 2. Keuntungan pemeliharaan dari sapi FH jantan yang dipelihara sesuai dengan kebiasaan peternak (kontrol) adalah Rp 202.190 per ekor per periode pemeliharaan (3 bulan), sedangkan sapi yang mendapat perlakuan bioplus memberikan keuntungan pemeliharaan Rp 272.340 per ekor per periode pemeliharaan (3 bulan). Dengan demikian penerapan teknologi berupa pemberian bioplus pads awal penggemukan sapi FH jantan, secara ekonomis marnpu meningkatkan keuntungan petemak sebesar 34,70%. Hal ini berarti pula terjadi peningkatan efisiensi usaha dari 1,15 menjadi 1,20 atau meningkat 4,35% (Tabel 2). KESIMPULAN Pemanfaatan bioplus dalam penggemukan sapi FH jantan secara teknis mampu meningkatkan kinerja temak dalam bentuk pertambahan berat badan harian sapi sebesar 20,62% dan meningkatkan keuntungan pemeliharaan sebesar 34,70%.
Seminar Nasional Peternakan dan Verermer 1997 DAFTAR PUSTAKA FRISCH, S.E. and J.E. VERCOE. 1978. Utilizing Breed Differences in Growth ofcattle in The Tropics. J. Anim. Sci. 25 :8-12. GUNAWAN, M. A. YUSRON, ARYoGi, dan A. RASYID. 1996. Peningkayan Produktivitas Pedet Jantan Sapi Perah Rakyat melalui Penambahan Pakan Konsentrat. Prosiding Seminar Nasional Peternakan -dan Veteriner. Jilid 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. KUSNADI, U., M. SABRANI, WILOETO, S. ISKANDAR, D. SUGANDI, SUBIHARTA, NANDANG, da11 WARTtNINGsnt" 1993. Hasil Penelitian Usahatani Ternak Terpadu di Dataran Tinggi Jawa Tengah, Balai Penelitian Ternak, Bogor. SABRANI, M., E. BASUNO, B. PRAWIRADIPUTRA, dan N. SUNANDAR. 1994. Deskripsi dan Analisis Sistem Agribisnis Persusuan di Pujon, Malang, Jawa Timur. Balai Penelitian Ternak, Bogor. SIREGAR, M. E. 1988. Produktivitas dan Kemampuan Menahan Erosi Spesies Rumput dan Leguminosa Terpilih yang ditanam pada Tampingan Teras Bangku di DAS Citandui, Ciamis. Tesis Doktor. WINUGROHO, M., I. HERNAMAN, HADI, TAUFIK, dan M. 'SABRANI. 1994. Transfer Cairan Rumen Kerbau Tingkatkan Pertumbuhan Sapi PO. Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi II. Puslitbang Bioteknologi LIPI, 6-7 September.