OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nama : Eka Rezeki Amalia NIM : Matkon IV A

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

Emotional Intelligence (EI) Compiled by : Idayustina

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Untuk membina

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Interpersonal Communication Skill

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

Pengembangan Kecerdasan Emosional Dan Spiritual Melalui Pembelajaran Apresiasi Seni Tari Di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

KECERDASAN SPIRITUAL, EMOSIONAL, DAN INTELEKTUAL DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

BAB I PENDAHULUAN. dan musik meningkatkan mutu hidup manusia. (dalam Anggraeni, 2005)

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mengambil. 1. Konsepsi kecerdasan emosional dan spiritual didasari oleh konsep bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

MENGENAL KECERDASAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL ANIMASI EDUKASI SI OTAK KANAN DAN SI OTAK KIRI. Suzanna Romadhona ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya sangat memudahkan seorang mahasiswa dalam mengembangkan ilmu

PERSPEKTIF PENDIDIKAN BERKUALITAS BAGI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

PERTEMUAN 3 MENGEMBANGKAN DIRI

HUBUNGAN INTELEGENSI, STABILITAS EMOSI, DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA N 7 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kualitas kinerja pegawai pemerintahan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

I. PENDAHULUAN. ataupun tidaknya suatu pendidikan pada bangsa tersebut. Oleh karena itu, saat ini

SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DALAM HIDUP MEMBIARA Rohani, Januari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

Antara IQ, EQ, dan SQ

Interpersonal Communication Skill

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MEMBANGUN MOTIVASI DIRI MELALUI IQ, EQ, AQ DAN SQ (Dalam Diklat Teknis Substantif DI Bdk Padang) Oleh: Drs. H. ELDISON, M.Pd.I

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAGAIMANA MELEJITKAN 10 POTENSI KECERDASAN ANAK?

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengembangan Potensi Olahraga Anak Sekolah Dasar. Wawan S. Suherman FIK UNY 2009

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

Pertemuan 3 MENGEMBANGKAN DIRI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) TERHADAP. PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) APJ DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam matematika adalah proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkembangkan potensi

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 49. Angkasa 2008), hlm Amsal Amri, Pedagogik Transformatif Aceh (Aceh: FKIP Universitas Syah Kuala 2008),

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

TUGAS 2 STANDAR LAYANAN PEMBELAJARAN. OLEH : LENI YUMIATI, S.Kom., M.Kom UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan yang terus berkembang membuat banyak teori-teori

Penerapan Multiple Intelligences Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

KESEIMBANGAN INTELIGENSIA, EMOSIONAL, DAN SPIRITUAL ANAK USIA DINI. Tadkiroatun Musfiroh Pusdi PAUD Lemlit UNY, FBS UNY, PGTK UNY

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

Transkripsi:

OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN Drs. MUNAWAR RAHMAT, M.Pd. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN DINAS PENDIDIKAN September 2003

BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN

BELAHAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN Belahan Otak Kiri menekankan:: Belahan Otak Kanan menekankan:: - Kata-kata - Ritme - Logika - Irama - Angka - Musik - Matematika - Gambar - Urutan - Imajinasi

Kedua belahan otak kiri dan kanan ini dihubungkan oleh corpus callosum, hyppocampus, dan comisura anterior. Secara fungsional, ketiga penghubung tersebut menjadi alat/media untuk mengirim informasi dan memungkinkan terjadinya kerja sama atau kolaborasi dan integrasi dari dua belahan otak. Hubungan ini melibatkan ratusan juta kabel yang berfungsi menjembatani interaksi antar sel-sel saraf (neuron) dari belahan satu dengan belahan lainnya

BERAGAM KECERASAN SIAPA ORANG CERDAS ITU? Sejak dahulu banyak orang percaya bahwa sukses hidup seseorang banyak ditentukan oleh kecerdasan-nya. Namun apa itu kecerdasan dan bagaimana bentuk kecerdasan itu masih merupakan misteri kotak hitam. Meskipun demikian, para ahli telah berupaya mengembangkan berbagai kecerdasan.

The Seven Liberal Art diyakini sebagai subyek yang dapat mengembangkan kecerdasan, tatapi hasilnya menunjukkan ternyata hanya segelintir orang yang mampu menguasai ketujuh subyek itu, sehingga orang-orang yang cerdas pada waktu itu hanya merupakan devian saja.

I Q Tahun 1870, Francis Galton menelaah 5.000 orang jenius di Inggris. Kesimpulannya adalah bahwa kecerdasan itu diturunkan atau bersifat herediter (fixed). Temuan ini kemudian menjadi inspirasi bagi Alfred Binet yang pada tahun 1905 menyusun suatu tes kecerdasan (intelegensi) yang kemudian dikenal sebagai tes IQ (Intelligence Quotient). Sampai di sini, kecerdasan merupakan suatu domain kemampuan intelektual (intellectual abilities) manusia yang berkenaan dengan kemampuannya untuk melakukan suatu kegiatan secara tepat, cepat, dan cermat.

UNDER ACHIEVER Moh. Surya (1979) dalam disertasinya di IKIP Bandung menemukan sejumlah murid yang under-achiever, yaitu ber-iq tinggi namun tidak memiliki prestasi belajar yang baik, bahkan rendah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menyaksikan sejumlah orang yang sukses, namun ternyata IQ-nya hanya biasa-biasa saja.

C Q Tahun 1950-an yang kemudian mencapai puncaknya pada tahun 1980-an ditemukanlah jenis kecerdasan lain, yakni kecerdasan kreatif atau Creativity Quotient (CQ). Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang baru. Pada CQ, kontruksi kecerdasannya berbeda. Jika pada IQ lebih mengandalkan kemampuan berfikir memusat (konvergen) dan mendalam (vertikal), maka CQ justru lebih menekankan kemampuan berpikir menyebar

AQ Tahun 1997 Paul G. Stoltz memperkenalkan jenis kecerdasan baru yaitu Kecerdasan Adversitas atau Adversity Quotient (AQ). Stoltz menempatkan AQ sebagai faktor paling penting dalam meraih kesuksesan hidup. Dengan tegas ia mengatakan bahwa sejumlah orang memiliki IQ yang tinggi tapi gagal meraih sukses hidup. IQ dan EQ memang memainkan suatu peran. Tapi pertanyaannya, mengapa ada orang yang mampu bertahan, sementara yang lainnya mungkin sama-sama brilian dan pandai bergaul malah gagal, dan masih ada lagi lainya yang menyerah? AQ menjawab pertanyaan ini.

Dalam komentarnya, Dr. Gerald Pepper, seorang profesor komunikasi dari University of Minnesota menyatakan bahwa AQ menyajikan sebuah argumen yang mengesankan tentang perlunya merumuskan kembali apa yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan. AQ merupakan ukuran sekaligus falsafah. Sebagai ukuran, AQ mempersatukan riset psikologi kognitif, psikoneoroimunologi dan neurofisiologi untuk membentuk suatu gambaran lengkap tetang bagaimana caranya kita mendekati sebuah kesulitan atau tantangan dan untuk membingkai kembali kehidupan kita.

A Q AQ merupakan logika untuk bergerak maju, menjadikan diri kita lebih baik daripada sekarang, dan memegang kendali ke mana kita akan pergi. Orang-orang yang ber-aq tinggi adalah the early adopter yaitu orang-orang pertama yang merespons secara proaktif peluang-peluang baru (new opportunities). AQ can learned, demikian ungkapan Stoltz. Dia sangat yakin bahwa hanya orang-orang yang ber-aq tinggi saja yang akan meraih sukses hidup.

Multiple Intelligences Pada tahun 1994, Thomas Amstrong dalam bukunya Multiple Intelligences in the Classroom berhasil menidentifikasi adanya 8 (delapan) aspek atau tipe kecerdasan manusia, yaitu: (1) Kecerdasan verbal (linguistic intelligence) (2) Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial intelligence) (3) Kecerdasan logika-matematis (logicomathematical intelligence) (4) Kecerdasan ritmik (musical intelligence) (5) Kecerdasan kinestetik (bodily intelligence ) (6) Kecerdasan interpersonal (interpersonal I ntelligence) (7) Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence) (8) Kecerdasan naturalis (natural intelligence)

Dengan teori Multiple Intelligences dari Amstrong ini, maka kecerdasan seseorang makin berkembang sehingga dapat mematahkan mitos bahwa kecerdasan itu adalah sesuatu yang sudah built-in dari Sang Maha Pencipta atau diturunkan. Namun justru dengan berkembangnya teori ini maka kecerdasan itu adalah suatu hal yang dapat dipelajari.

E Q Tahun 1995 Daniel Goleman berhasil menyodorkan teori baru tentang kecerdasan, yaitu Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ) melalui buku best-seller di dunia, Emotional Intelligence: Why it Can Matter More Than IQ?. Dengan beraninya Goleman berkesimpulan bahwa IQ hanya memberikan kontribusi 25% terhadap kesuksesan hidup manusia, sementara 75% sisanya ditentukan oleh kecerdasan lainnya dianyaranya adalah kecerdasan emosi (EQ)-nya.

Sekilas elaborasi kecerdasan emosional adalah bagaimana membawa emosi kita menjadi cerdas. Ilmu-ilmu psikologi modern menyebutnya sebagai metamood untuk melukiskan kesadaran seseorang akan emosinya sendiri yang menurut Goleman disebut sebagai kesadaran emosi diri (self-awareness). Dengan menyadari eksistensi emosi ini, kita tidak lagi dikuasai dan diperbudak oleh emosi. Justru sebaliknya, kita dapat mengendalikan atau menguasai emosi, yang menurut kearifan orang Yunani kuno diberikan terminologi sophrosyne, yakni keseimbangan dan kebijaksanaan emosi yang terkendali.

SQ Memasuki milenium ketiga, ternyata teori kecerdasan terus mengalami perkembangan yang pesat sejalan dengan berbagai penemuan dan penelitian para ahli tentang otak manusia. Maka pada tahun 2000, seorang psikolog yang juga ahli geologi dari Harvard University Danah Zohar, dan isterinya Ian Marshall dari Oxford University memperkenalkan Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) sebagai the ultimate intelligence atau puncak dari segala kecerdasan manusia. Sungguh memukau!

Secara literal, kecerdasan spiritual adalah spiritual quotient atau SQ. Jika IQ bersandar nalar dan rasio-intelektual, EQ bersandarkan pada emosional, maka SQ berpusat pada ruang spiritual (spiritual space). Theodore Rotzck, ahli teknologi-spiritualis yang memberi pengantar pada buku Small is Beautiful karya ahli ekomoni pembangunan dunia, E.F. Schumacher manarik kesimpulan, bahwa dalam diri setiap manusia ada ruang spiritual, yang jika tidak diisi dengan hal-hal yang lebih tinggi, maka ruang itu secara otomatis akan terisi oleh hal-hal yang lebih rendah, yang ada dalam diri manusia. Kecerdasan spiritual hendak membawa ruang spiritual alam diri manusia untuk menjadi cerdas.

TAMAT ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN