BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dayamanusia yang berkualitas. Salah satu faktor utama yang dianggap paling relevan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan maupun kebudayaan menuntut setiap individu untuk mempunyai daya. pendidikan, pekerjaan maupun kebudayaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berjalansecara berkesinambungan, maka sangat dibutuhkan karyawan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam sebuah perusahaan, yang dapat mendorong perkembangan ilmu

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT SIME INDO AGRO DI SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Indonesia (CJFI) Indramayu. Adapun objek yang menjadi variabel bebas yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap organisasi beroperasi dengan mengkombinasikan sumber dayanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mengupayakan penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif)

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menginginkan agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai tepat pada

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan yang sudah ada. Disinilah dituntut adanya peranan. stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu kesatuan yang komplek yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berhenti maka perusahaan akan mengalami kerugian dan kerugian tersebut tidak

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

PETUNJUK PENGISIAN tanda ( ) Sangat Sering Sering Jarang Tidak Pernah tanda ( = )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu koordinasi yang baik antara fungsi-fungsi yang ada di dalam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. cabang Purbaleunyi adalah Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

a. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini berbagai sektor kehidupan telah mengalami perubahan

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan lingkungan organisasi harus lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berkurang. Menciptakan kepuasan kerja karyawan tidaklah mudah karena

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang mempunyai peranan penting bagi kelangsungan organisasi tersebut, sehingga

2015 PENGARUH GAJI TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PADA GURU HONORER SMK BINA WARGA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik organisasi dalam skala besar maupun kecil. Dalam organisasi berskala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembangnya dunia usaha, organisasi atau perusahaan berusaha untuk lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. penggerak dan penentu jalannya suatu organisasi. Dari sudut pandang manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. adalah Badan Usaha Milik

Kuesioner (Job Insecurity) A. Arti Penting Aspek Kerja 1. Sangat Tidak Penting (STP) 2. Tidak Penting (TP) 3. Tidak Tahu, Apakah penting atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi saat ini adalah berkaitan dengan kinerja karyawan. Dalam era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu meningkatkan kinerja sumber daya manusia. Dan dapat memajukan. perusahaan sehingga tujuan perusahaan bisa tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan dapat terwujud. Suatu perusahaan dapat maju ataupun hancur

BAB I PENDAHULUAN. industri terutama industri pulp dan kertas tumbuh rata-rata sebesar 3,74% per

KUESIONER PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. PT. Kereta Api (Persero) DAOP II Bandung dituntut agar selalu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sumber daya manusia memiliki posisi sangat strategis dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Fenomena pengangguran, pemutusan hubungan kerja, demonstrasi dan. unjuk rasa merupakan masalah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peralatan untuk kegiatan-kegiatan tersebut. Permasalahan umum yang ada di. beberapa pegawai yang malas-malasan dalam bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tertinggal dari masyarakat lainnya, pembangunan di. berdampak positif bagi peningkatan berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberi petunjuk bahwa hal-hal terpenting diperhatikan dalam pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. serta memegang peranan penting dalam fungsi operasional. Karyawan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau perusahaan berharap dan berusaha untuk tetap dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

Adapun Instrumen Penelitian adalah : Variabel Penelitian Motivasi Kerja (X1) A. Maslow, Mc. Clelland, Herzberg, McGregor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, demonstrasi dan unjuk rasa masih marak terjadi. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada jaman sekarang ini, banyak perusahaan berlomba-lomba mencari

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

2015 PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP LOYALITAS PEGAWAI DI KANTOR DINAS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. yang menggerakkan dinamika organisasi, semakin besar organisasi, masalah

BAB I PEDAHULUAN. Seperti diketahui, setiap perusahaan atau intansi-intansi ingin

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kelangsungan perusahaannya.

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dalam bidang properti dirasakan semakin maju dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin kompetitif. Situasi seperti ini akan terus memacu khususnya bagi industri keramik dalam meningkatkan kapasitas produksinya guna memenuhi permintaan keramik yang terus meningkat, sekaligus untuk mengurangi importasi keramik dari sejumlah negara. Adapun untuk mewujudkan semua tujuan itu perlu dilakukan upaya strategis yang dapat membawa industri keramik ke arah yang lebih produktif. Seiring dengan dihadapkannya pada kondisi yang cukup sulit yang terjadi akhir-akhir ini, seperti naiknya tarif dasar listrik dan harga gas, naiknya upah minimum tenaga kerja, adanya kendala pasok serta munculnya pesaingpesaing baru, membuat industri keramik dituntut untuk menerapkan manajemen yang lebih efektif agar mampu menjadi industri yang unggul dan bertahan ditengah situasi persaingan. Menurut Elly Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki), (dalam Bisnis, 2012), menyatakan bahwa prospek industri keramik masih akan positif pada tahun depan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan geliat industri properti yang masih akan terjaga. Pendapat tersebut

2 bisa dijadikan sebagai dorongan bagi industri keramik untuk lebih meningkatkan kinerjanya melalui pendayagunaan berbagai sumber daya yang dimiliki secara optimal. Selain dituntut untuk menggunakan teknologi canggih, memiliki cukup modal, menambah pasokan bahan baku dan sumber daya energi secara bijak, pengusaha pun harus mampu mendayagunakan potensi sumber daya manusianya dengan maksimal, karena mereka menempati posisi penting dan utama dalam suatu organisasi/perusahaan. Mereka yang memprakarsai terbentuknya organisasi, mereka yang membuat keputusan untuk semua fungsi, dan mereka juga yang menentukan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Sehingga patut disadari bahwa faktor sumber daya manusia harus dikelola sebaik mungkin agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai. Kegagalan dalam mengelola sumber daya manusia dapat mengakibatkan timbulnya gangguan dalam pencapaian tujuan perusahaan, baik dalam kinerja, perolehan keuntungan, maupun kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Rivai (2008:309) menyatakan bahwa: Di dalam dunia usaha yang berkompetisi secara global, perusahaan memerlukan kinerja tinggi. Pada saat yang bersamaan, karyawan memerlukan umpan balik atas hasil kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku di masa yang akan datang. Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa jika perusahaan ingin dapat berkompetisi secara global, maka kinerja karyawan dalam hal ini harus selalu diperhatikan. Bukan hanya dengan dibekali sejumlah pengetahuan, keterampilan, pelatihan, maupun bentuk input lain agar karyawan lebih baik lagi dalam

3 mencapai hasil kerja mereka. Akan tetapi, perusahaan pun harus mampu menanam nilai-nilai positif sebagai panduan bagi karyawan guna menciptakan sikap positif yang pada akhirnya akan membentuk perilaku yang diharapkan. Kondisi umum saat ini banyak perusahaan masih mencari berbagai metode atau cara untuk meningkatkan potensi karyawan mereka guna memperbaiki dan meningkatkan kinerja yang kurang maksimal. Hal ini tidak akan tercapai, jika mereka tidak dapat mengidentifikasi penyebab rendahnya kinerja karyawan tersebut, kurangnya pemahaman dan pengenalan terhadap sumber permasalahan, serta tanpa adanya rencana dan program yang baik dan tepat bagi karyawan. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan dituntut untuk membangun dan mengembangkan kinerja dalam lingkungan serta manajemen yang memadai untuk menghasilkan karyawan yang berkinerja tinggi. Karyawan yang memiliki kinerja tinggi adalah mereka yang bersedia dan mampu menyelesaikan tugas pekerjaannya dengan baik, mereka memahami apa yang seharusnya mereka kerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Selain itu, bagi mereka yang memiliki kinerja tinggi akan lebih mampu memberikan hasil kerja secara maksimal sesuai standar yang telah ditetapkan atau yang telah disepakati bersama. Namun, untuk menciptakan kinerja karyawan yang tinggi tidaklah mudah karena setiap karyawan memiliki kemampuan, keterampilan, dorongan, kesempatan serta motivasi yang berbeda-beda. Permasalahan mengenai kinerja karyawan menjadi menarik untuk diamati karena banyak memberikan manfaat, baik bagi pihak perusahaan, karyawan itu

4 sendiri, maupun bagi masyarakat luas. Bagi perusahaan, kinerja karyawan dipergunakan untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai efektivitas operasional perusahaan dan karyawan berdasarkan standar yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan suatu informasi. Adanya informasi mengenai kinerja tersebut, perusahaan dapat mengambil berbagai tindakan yang diperlukan seperti perbaikan atas kebijakan, mengarahkan tujuan dan tugas utama perusahaan, merumuskan berbagai bahan untuk perencanaan, dan lain-lain. Sedangkan bagi karyawan, pencapaian kinerja yang tinggi dapat memotivasi dirinya sendiri dengan adanya umpan balik yang diperoleh. Atas hasil yang mereka capai akan diperoleh sejumlah imbalan jasa materiil selain imbalan non materiil lainnya, sehingga dapat memacunya untuk memberikan kinerja yang lebih baik lagi. Sementara bagi masyarakat luas, kinerja karyawan dapat memberikan manfaat dalam bentuk kuantitas dan kualitas produk yang dinikmati oleh masyarakat. Banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya kinerja karyawan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat kinerja karyawan sebagai masalah yang diteliti. PT. Chang Jui Fang Indonesia (CJFI) Indramayu merupakan salah satu perusahaan keramik lantai dan dinding, tidak terlepas pula dari masalah terkait dengan kinerja karyawannya. Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Personalia, masalah kinerja karyawan untuk beberapa tahun terakhir ini belum teratasi secara maksimal, khususnya pada Departemen Produksi II. Ini disebabkan oleh masih adanya beberapa karyawan yang belum sepenuhnya menguasai teknik

5 kerja dengan baik terutama bagi karyawan baru, loyalitas karyawan masih rendah, ketidakhadiran tinggi serta ada beberapa fenomena sikap karyawan yang masih belum baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dari data-data perusahaan yang diperoleh dari hasil kegiatan pra penelitian seperti data rekapitulasi nilai kinerja karyawan, rekapitulasi hasil produksi, dan rekapitulasi absensi karyawan. Menurut hasil rekapitulasi penilaian kinerja karyawan pada Departemen Produksi II pada tahun 2009 hingga 2011 diperoleh angka sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1.Rekapitulasi Nilai Kinerja Karyawan Dept. Produksi II PT. CJFI Indramayu Tahun 2009 2011 Tahun/ Nilai Ratarata Kinerja Minimum Nilai Kriteria Semester Aspek yang Dinilai 2009 I 75,6 Sedang 70 Keahlian/kemampuan; II 73,9 Sedang 70 Ketekunan dan ketelitian; 2010 kooperatif; II 73,5 Sedang 70 Kreativitas dan inisiatif; I 76,3 Sedang 70 Kepribadian dan 2011 I 75,9 Sedang 70 Kepemimpinan dan II 74,6 Sedang 70 pengawasan. Sumber: Dept. Personalia PT. CJFI Indramayu Keterangan: > 95 = Bagus sekali 90 94,99 = Bagus 85 89,99 = Bagus 80 84,99 = Baik 75 79,99 = Sedang 70 74,99 = Sedang 65 69,99 = Sedang 60 64,99 = Kurang < 60 = Tidak bisa dipakai Pada Tabel 1.1 diketahui bahwa nilai rata-rata kinerja karyawan pada Departemen Produksi II tahun 2009 hingga 2011 berada pada kriteria sedang, yaitu dengan kisaran nilai 70 sampai 79,99. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja karyawan perlu untuk lebih ditingkatkan, sebab nilai rata-rata kinerja karyawan tersebut tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dan terjadi penurunan

6 hampir di setiap akhir tahunnya. Pimpinan perlu mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab masalah kinerja karyawan tersebut melalui sistem penilaian yang mampu mengenali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi para karyawannya guna memperbaiki kinerja yang kurang baik apabila perusahaan ingin tetap survive, maju dan berkembang. Kinerja karyawan juga dapat dilihat melalui kuantitas dari hasil (Mathis dan Jackson, 2009:378). Kuantitas dari hasil dalam hal ini dapat diketahui dari jumlah produk yang dihasilkan. Berikut ini rekapitulasi hasil produksi pada Departemen Produksi II tahun 2009 hingga 2011: Tabel 1.2.Rekapitulasi Hasil Produksi Dept. Produksi II PT. CJFI Indramayu Tahun 2009 2011 Tahun 2009 2010 Target Realisasi Pencapaian Semester (m²) (m²) (%) I 3.191.615 2.911.937 91,2 II 3.438.293 3.120.472 90,8 I 4.498.563 3.987.821 88,6 II 4.458.870 3.885.395 87,1 I 4.402.640 3.797.152 86,2 2011 II 4.868.320 4.069.443 83,6 Sumber: Dept. Personalia PT. CJFI Indramayu Pencapaian per tahun 91% 87,9% 84,9% Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa hasil produksi pada Departemen Produksi II tahun 2009 hingga 2011 mengalami penurunan dan tidak memenuhi target yang sudah ditetapkan. Secara berturut-turut hasil produksi hanya sebesar 91% (tahun 2009), 87,9% (tahun 2010) dan 84,9% (tahun 2011). Penurunan pencapaian target produksi ini mengindikasikan bahwa kinerja karyawan masih belum baik. Sementara baik buruknya kinerja karyawan dalam hal ini sangat

7 menentukan keberhasilan dalam kegiatan operasionalnya yang pada akhirnya akan berdampak pada kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Selain dilihat dari hasil penilaian kinerja dan jumlah hasil produksi, kinerja karyawan juga dapat dilihat dari kehadirannya (Mathis dan Jackson, 2009:378). Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Personalia diketahui bahwa tidak sedikit karyawan yang alpa, izin maupun sakit, serta masih ada beberapa bentuk ketidakhadiran atau pelanggaran lainnya, seperti terlambat, cuti dan keluar saat jam kerja. Kondisi demikian menggambarkan bahwa kehadiran karyawan pada Departemen Produksi II masih belum baik. Adapun data mengenai ketidakhadiran karyawan dapat dilihat pada Tabel 1.3: Tabel 1.3.Rekapitulasi Absensi Karyawan Dept. Produksi II PT. CJFI Indramayu Tahun 2009 2011 Tahun Karyawan Hari Alpa Izin Sakit Total Rata-rata Kerja x % x % x % x % 2009 102 313 73 0,23 90 0,28 231 0,72 394 1,23 2010 188 313 265 0,45 230 0,39 309 0,53 804 1,37 2011 158 313 405 0,82 236 0,48 390 0,79 1031 2,08 Sumber : Dept. Personalia PT. CJFI Indramayu Keterangan : Target konduite absensi 1% Pada Tabel 1.3 di atas, total rata-rata angka ketidakhadiran (absensi) karyawan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan melebihi target konduite absensi yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar 1%..Secara berturutturut persentase absensi karyawan dari tahun 2009 sampai 2011 adalah 1,23%, 1,37% dan 2,08%. Tingginya absensi karyawan tersebut dapat mengganggu berlangsungnya proses produksi dan secara langsung dapat mempengaruhi kinerja

8 karyawan yang bersangkutan. Seperti Bycio (dalam Panggabean, 2004:142) berpendapat bahwa Ketidakhadiran dapat mengakibatkan rendahnya kinerja. Agar semua yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai, dalam hal ini kehadiran karyawan di tempat kerja sangat dibutuhkan untuk menunjang peningkatan kinerja karyawan. Berdasarkan pada hasil pengumpulan data yang peneliti lakukan di lokasi penelitian tersebut, menunjukkan bahwa ada beberapa fenomena kinerja karyawan pada Departemen Produksi II yang masih belum baik. Apabila masalah kinerja karyawan ini tetap dibiarkan, maka akan berdampak pada semakin buruknya kinerja perusahaan secara keseluruhan, dan apabila kinerja perusahaannya kurang baik mengakibatkan perusahaan tidak memiliki keunggulan dalam bersaing dan akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, permasalahan mengenai kinerja karyawan perlu dikaji lebih dalam dengan melihat berbagai faktor yang mempengaruhinya, diantaranya menurut pendapat beberapa ahli faktor tersebut adalah kepuasan kerja (Gibson, dalam Umam, 2010:190; Judge, et. al., dalam Robbins dan Judge, 2008:113; Kreitner dan Kinicki, 2005:275) dan komitmen organisasi (Amstrong dan Baron, dalam Wibowo, 2009:99; Mowday et. al, Mathieu dan Zajac, Meyer dan Allen, Benkhoff, Somers, dan Lum et. al, dalam Luthans, 2006:250). Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional positif seseorang terhadap berbagai aspek pekerjaannya, dimana sikap tersebut terbentuk karena

9 adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang diterima karyawan di tempat kerja. Karyawan yang merasa puas senantiasa akan bekerja lebih optimal dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan sehingga hasil kerja yang dicapai diharapkan dapat memenuhi standar perusahaan, bahkan Robbins dan Judge (2008:113) berpendapat bahwa...organisasi yang mempunyai karyawan yang lebih puas cenderung lebih efektif bila dibandingkan organisasi yang mempunyai karyawan yang kurang puas. Oleh karena itu, kepuasan kerja penting untuk ditingkatkan karena dapat memberikan keuntungan bagi karyawan maupun perusahaan itu sendiri dalam mencapai efektivitas kerja yang diharapkan. Menurut hasil pra penelitian, kepuasan kerja karyawan diduga masih belum optimal dalam menunjang kinerja karyawan. Pada Tabel 1.4 dapat diketahui bahwa ada sebagian karyawan yang merasa puas dan ada sebagian karyawan lain yang merasa tidak puas terhadap aspek-aspek pekerjaan, seperti pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, pengawasan, rekan kerja, dan kondisi kerja. Berikut ini hasil rekapitulasi penyebaran angket yang dilakukan pada 20 orang karyawan pada Departemen Produksi II mengenai kepuasan kerja. Tabel 1.4. Rekapitulasi Angket Pra Penelitian Mengenai Kepuasan Kerja Karyawan Dept. Produksi II PT. CJFI Indramayu PERNYATAAN SP P KP TP STP Tingkat kepuasan terhadap tugas/pekerjaan yang dilakukan saat ini 10% 30% 45% 15% - Tingkat kepuasan terhadap gaji yang diterima dari perusahaan - 20% 15% 50% 15% Tingkat kepuasan terhadap promosi yang diterima untuk menempati suatu posisi/jabatan - 10% 40% 45% 5% Tingkat kepuasan terhadap cara pimpinan/penyelia - 55% 35% 10% -

10 memberikan pengawasan dalam pekerjaan Tingkat kepuasan terhadap partisipasi, kerjasama dan bantuan yang diberikan oleh rekan/kelompok 5% 45% 35% 15% - kerja Tingkat kepuasan terhadap kondisi kerja yang mendukung dalam melakukan pekerjaan 10% 35% 40% 15% - Sumber: Hasil Pengolahan Data Angket Pra Penelitian, 2011 Keterangan : SP = Sangat Puas P = Puas KP = Kurang Puas TP = Tidak Puas STP = Sangat Tidak Puas Dari data tersebut, karyawan yang merasa tidak puas lebih dominan pada aspek gaji dan promosi. Kondisi ini muncul ketika karyawan merasakan adanya ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan yang mereka peroleh dari perusahaan terkait dengan gaji yang mereka peroleh dan promosi yang diterima untuk menempati suatu posisi/jabatan tertentu. Kurang terpenuhinya kepuasan kerja karyawan ini akan berpotensi menurunkan kinerja karyawan yang bersangkutan. Karyawan yang seharusnya dapat bekerja dengan baik bisa menjadi kurang produktif akibat kurangnya kepuasan kerja yang dinikmatinya. Menurut Gibson, et. al. (dalam Karsono, 2008:156) menyatakan bahwa: Karyawan yang merasa tidak puas dapat pula mengurangi usaha untuk menyelesaikan pekerjaan. Mereka merasa bahwa usaha yang dilakukan tidak sebanding dengan hasil yang mereka harapkan. Oleh karena itu mereka lebih memilih mengurangi usaha untuk menyelesaikan pekerjaan agar sebanding dengan hasil yang mereka peroleh. Oleh karena itu, kepuasan kerja harus selalu diperhatikan karena seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh faktor-faktor perasaan serta pandangannya terhadap pekerjaan. Perasaan maupun pandangan karyawan terhadap pekerjaannya tersebut harus tetap terjaga pada sisi positif, atau dengan

11 kata lain karyawan tersebut harus memiliki dan menjaga kepuasan kerjanya agar kinerjanya dapat terus ditingkatkan. Adapun faktor lain yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu komitmen organisasi. Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk loyalitas yang lebih nyata yang dapat dilihat dari sejauh mana individu mencurahkan perhatian, gagasan, dan tanggung jawab dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Adanya komitmen organisasi yang tinggi dalam diri karyawan membuat mereka memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan segala kemampuannya demi keberhasilan organisasi, sehingga dengan sendirinya munculah rasa memiliki (sense of belonging) terhadap organisasi tersebut. Perasaan inilah yang akan membuat karyawan mampu bekerja lebih giat dan berusaha untuk menghindari perilaku yang kurang produktif. Oleh karena itu, komitmen organisasi ini menjadi aspek penting karena dapat memberi dorongan pada karyawan untuk memiliki perilaku yang mengarah pada pencapaian kinerja yang lebih baik. Berikut ini hasil rekapitulasi penyebaran angket yang dilakukan pada 20 orang karyawan pada Departemen Produksi II mengenai komitmen organisasi. Tabel 1.5. Rekapitulasi Angket Pra Penelitian Mengenai Komitmen Organisasi Karyawan Dept. Produksi II PT.CJFI Indramayu PERNYATAAN SS S KS TS STS Saya bersedia melaksanakan tugas-tugas dalam pekerjaan yang diperintahkan pimpinan demi tercapainya tujuan perusahaan Saya selalu mengerahkan seluruh usaha melebihi yang diharapkan untuk membantu kesuksesan pekerjaan Jika saya dikeluarkan dari perusahaan, saya akan tetap menjaga rahasia perusahaan 25% 50% 25% - - 5% 45% 45% 5% - 10% 60% 25% 5% -

12 Saya akan bertahan untuk bekerja pada perusahaan ini 10% 35% 55% - - Saya merasa adanya rasa memiliki terhadap perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini 15% 55% 25% 5% - Sumber: Hasil Pengolahan Data Angket Pra Penelitian, 2011 Keterangan : SP = Sangat Puas P = Puas KP = Kurang Puas TP = Tidak Puas STP = Sangat Tidak Puas Pada Tabel 1.5 di atas menunjukkan bahwa ada sebagian besar responden memberi tanggapan kurang setuju (55%) atas pernyataan Saya akan bertahan untuk bekerja pada perusahaan ini dan kurang setuju (45%) atas pernyataan Saya selalu mengerahkan seluruh usaha melebihi yang diharapkan untuk membantu kesuksesan pekerjaan. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan berniat untuk keluar dari perusahaan dan kurang bersedia memberikan kontribusi lebih dari yang diharapkan perusahaan dalam menunjang kesuksesan pekerjaannya. Kondisi komitmen organisasi pada karyawan Departemen Produksi II ini harus mendapat perhatian lebih dari pihak manajemen karena dapat menimbulkan berbagai dampak yang lebih jauh seperti tingkat kinerja organisasi yang bersangkutan. Sopiah (2008:166) mengemukakan bahwa Karyawan yang berkomitmen tinggi pada organisasi akan menimbulkan kinerja organisasi yang tinggi. Oleh karena itu, apabila perusahaan ingin memperoleh manfaat dari komitmen organisasi para karyawannya seperti peningkatan kinerja karyawan maupun kinerja organisasi secara keseluruhan, maka perusahaan harus bisa menjembatani dan mempunyai komitmen untuk menciptakan suatu lingkungan

13 kerja yang sangat mendukung kegiatan karyawan sehari-hari. Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh pihak perusahaan dalam hal ini adalah mendorong karyawan untuk memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasinya dan memberikan kebijakan yang lebih memperhatikan kebutuhan karyawan, bukan lewat gaji dan fasilitas kerja semata, melainkan juga sikap terbuka diantara kedua belah pihak. Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti menilai bahwa kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu tergolong rendah. Pemilihan variabel kepuasan kerja dan komitmen organisasi dalam penelitian ini karena diduga dapat mempengaruhi kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu. Mengingat juga bahwa kinerja dapat berhubungan dan dipengaruhi oleh kepuasan kerja (Luthans, 2006:246; Robbins, 2006:105; Robbins dan Judge, 2008:113), begitupun halnya dengan komitmen organisasi (Rodwell, dalam Sopiah, 2008:198; Mowday et. al., Mathieu dan Zajac; Meyer dan Allen, Benkhoff, Somers, dan Lum et. al., dalam Luthans, 2006:250). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Persepsi Karyawan Pada Departemen Produksi II PT. Chang Jui Fang Indonesia Indramayu). Menurut judul tersebut, objek penelitiannya adalah karyawan departemen produksi, khususnya pada Departemen Produksi II. Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengabaikan kedudukan karyawan pada departemen lain, namun bagi

14 perusahaan, karyawan pada Departemen Produksi merupakan sumber daya perusahaan yang memerlukan perhatian lebih. Pada hakekatnya, karyawan departemen produksi mempunyai posisi strategis dalam siklus aktivitas perusahaan, dengan kata lain lancar atau tidaknya aktivitas perusahaan dalam menghasilkan produk sangat bergantung pada karyawan pelaksana produksi tersebut. Menurut hasil pra penelitian yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan bahwa karyawan pada Departemen Produksi II memiliki masalah yang cukup serius mengenai kinerja karyawannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian mengenai masalah kinerja karyawan dengan mengfokuskan pada karyawan Departemen Produksi II sebagai objeknya. 1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah Kinerja karyawan memiliki arti yang sangat penting dalam sebuah organisasi/perusahaan, karena jika kinerja karyawan baik maka perusahaan dapat mencapai tujuannya dengan baik pula. Namun, pada kenyataannya cukup sulit menciptakan kinerja karyawan yang tinggi karena karyawan juga memiliki keterbatasan-keterbatasan baik dalam hal kemampuan, keahlian, dorongan, sikap, kesempatan serta motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan. Masalah rendahnya kinerja karyawan yang dialami oleh PT. CJFI Indramayu, khususnya pada Departemen Produksi II terbukti dari adanya permasalahan, seperti nilai rata-rata kinerja karyawan tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan dan terjadi penurunan hampir di setiap akhir tahunnya, menurunnya pencapaian target

15 produksi, dan tingginya absensi karyawan. Tinggi rendahnya kinerja karyawan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya menurut pendapat ahli faktor tersebut adalah kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Menurut hasil pra penelitian, kepuasan kerja karyawan dirasa masih belum optimal dalam menunjang kinerja karyawan, karena ada sebagian karyawan yang merasa tidak puas terhadap berbagai aspek pekerjaan. Kondisi seperti ini perlu diperhatikan karena kepuasan kerja karyawan dapat menentukan seberapa baik kinerja karyawan itu sendiri. Selain itu, komitmen organisasi juga diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut hasil pra penelitian, komitmen organisasi yang dimiliki karyawan dirasa masih belum optimal dalam menunjang kinerjanya, karena ada sebagian besar karyawan yang memiliki keinginan untuk keluar dari perusahaan dan kurang bersedia memberikan kontribusi lebih dari yang diharapkan perusahaan dalam menunjang kesuksesan pekerjaannya. Apabila kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang dimilliki karyawan tinggi, maka akan tercipta kinerja yang tinggi pula. Dari uraian di atas, dalam penelitian ini penulis dapat menyajikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat kepuasan kerja pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu? 2. Bagaimana gambaran tingkat komitmen organisasi pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu?

16 3. Bagaimana gambaran tingkat kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu? 4. Adakah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu? 5. Adakah pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu? 1.3. Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan kerja pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu. 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat komitmen organisasi pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu. 3. Untuk mengetahui gambaran tingkat kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu. 4. Untuk mengetahui adakah pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu. 5. Untuk mengetahui adakah pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada Departemen Produksi II PT. CJFI Indramayu. 1.4. Kegunaan Penelitian

17 Penelitian ini diharapkan dapat berguna, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam memperkuat teori manajemen sumber daya manusia, dengan pendekatan perilaku organisasi, khususnya teori mengenai sikap kerja yaitu kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja karyawan. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi Depertemen Produksi II PT. Chang Jui Fang Indonesia Indramayu, terutama dalam memperhatikan faktor kepuasan kerja dan komitmen organisasi untuk menghadapi permasalahan terkait dengan kinerja karyawannya. Upaya ini dilakukan agar kualitas sumber daya manusia perusahaan di masa yang akan datang dapat menjadi lebih baik.