Fenty Riyan Nova M. Huda A.Y Wildan Zulkarnain

dokumen-dokumen yang mirip
Vita Ari Hartanti Kusmintardjo Ahmad Nurabadi

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI SE-KECAMATAN SUTOJAYAN KABUPATEN BLITAR

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI PENGAJARAN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KOMPETENSI GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SANANWETAN KOTA BLITAR

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

Pendidikan merupakan bagian terpenting untuk setiap individu dengan adanya pembimbing dan yang dibimbing guna mencapai kehidupan yang lebih baik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian yang

Dwi Indra Kusumaningtyas Kusmintardjo Ahmad Supriyanto

Amrustian Sultoni Ahmad Nurabadi Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang

HUBUNGAN KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA DI SMP NEGERI SE-KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. instrumen yang telah valid dan reliabel yaitu instrumen supervisi akademik

PENGARUH PEMBINAAN PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) SE KECAMATAN BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Seluruh Karyawan pada PT. Aditama Graha Lestari. hubungan yang bersifat sebab akibat dimana variabel independen

Rossa Valentina Maisyaroh Desi Eri Kusumaningrum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Keefektifan Manajemen Layanan Khusus Sekolah dan Pengaruhnya terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Peserta Didik di SMA Negeri Se Kota Malang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEEFEKTIFAN PEMBINAAN EKSTRAKURIKULER DAN TINGKAT KEDISIPLINAN SISWA SMP NEGERI. Rulita Ayu Pratiwi Imron Arifin Teguh Triwiyanto

TOPIK UTAMA PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI, DAN KOMPENSASI TERHADAP KEDISIPLINAN GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES.

BAB III METODE PENELITIAN Cabang Sukajadi Pekanbaru dan waktu penelitian ini direncanakan selama 3

Laila Itsnaini Agus Timan Ahmad Yusuf Sobri

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

ANALYSIS WORK DISCIPLINE OF THE KINDERGARTEN TEACHER AT SUBDISTRICT BANGKO AREA ROKAN HILIR

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN MORAL KERJA GURU DI SMK NEGERI 2 BUKITTINGGI

Economic Education Analysis Journal

HUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA GURU PADA SD BERBASIS ISLAM/MI DI KECAMATAN LAWANG-KABUPATEN MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KEEFEKTIFAN KINERJA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SLEMAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan

BAB V PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan pada penelitian ini yaitu:

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN GURU SD NEGERI DI KECAMATAN WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA PENGAWAI NEGERI SIPIL

Witan Faestri, Agustina Sri Purnami Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. *Korespondensi:

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI, IKLIM ORGANISASI, DAN KEDISIPLINAN KERJA GURU SEKOLAH SE-KOTA MOJOKERTO

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KOLEGIAL DENGAN KINERJA GURU PADA SEKOLAH DASAR. Lely Lusiana Maisyaroh Ahmad Nurabadi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA PENGAWASAN MELEKAT DAN DISIPLIN KERJA GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SE-KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III METODE PENELITIAN

Yuniar Dharmahayu Nurul Ulfatin Achmad Supriyanto

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI SE-KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH DAN PEMBENTUKAN SEKOLAH EFEKTIF DI SEKOLAH DASAR JURNAL. Oleh CITRA PUSPITA SARI RISWANDI RISWANTI RINI

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN GENERAL MANAGER (GM) DENGAN PERILAKU KERJA KARYAWAN DI HOTEL BUMIMINANG PADANG SRIANDANI PASARIBU

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE KABUPATEN SLEMAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang dari responden. Dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat.

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kampar Timur dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jawaban responden yang pada dasarnya merupakan data kualitatif, maka untuk

NASKAH PUBLIKASI MOTIVASI MASUK PG-PAUD BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PG-PAUD FKIP UMS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini yaitu korelatif explonaratif dan menggunakan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH, IKLIM ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU. Oleh Ida Efiana

PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SMA NEGERI 7 MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN PENERIMAAN INSENTIF DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMK NEGERI 1 SINTUK TOBOH GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU (Pada SMAN Se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena penelitian ini menjelaskan

Bab III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT Astra International Tbk Auto2000 Daan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Definisi dan Operasionalisasi Variabel BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. populasi atau bagian populasi untuk mencari hubungan-hubungan yang. data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1998).

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh : Taufiana C. Muna. Bambang Sutjiroso PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK SPIL DAN PERENCANAAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SMA KALAM KUDUS MEDAN. Charles Fransiscus Ambarita Surel :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

PERSEPSI AUDITOR MENGENAI PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP TINGKAT KINERJA AUDITOR

BAB III METODE PENELITIAN. perumusan masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

Pengaruh Motivasi, Pelatihan Kerja, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Lumajang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK

PENGARUH DISIPLIN KERJA, KOMPENSASI, DAN PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PADA GURU BERSERTIFIKASI

PENGARUH KEMAMPUAN MEMORI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP AL ISLAM 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENGAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP PRESTASI KERJA GURU IPS SMP NEGERI DI KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA.

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN FUNGSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI (SMA N) KOTA SAWAHLUNTO

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

EFEKTIVITAS KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA GURU DI SMP SE-KECAMATAN PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Malang. Dengan pertimbangan peneliti ingin mengetahui pengembangan karir di

HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DAN MOTIVASI DENGAN KEPUTUSAN PESERTA DIDIK MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SIDAYU KABUPATEN GRESIK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Rika Anggela. Program Studi Pendidikan Geografi IKIP-PGRI Pontianak Jl. Ampera No.88 Telp. (0561)

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru di Smp Negeri 2 Dayeuhkolot Kabupaten Bandung

Transkripsi:

HUBUNGAN PERAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU DENGAN KEDISIPLINAN KERJA GURU DI SD NEGERI SE-KOTA BLITAR The Correlations of The Principles Role and Teachers Work s Motivation with Teachers Work s Discipline in Elementary School Within Blitar City Fenty Riyan Nova M. Huda A.Y Wildan Zulkarnain e-mail: fentyriyannova@gmail.com Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No 5 Malang 65145 Abstract: The aims of this study are to find out the principles role, teachers work s motivation, and teachers work s discipline and to explain the correlation of the principles role and teachers work s motivation with teachers work s discipline. The approach of this study is quantitative that is correlation descriptive research with 242 respondents. As forcollecting data is questionnaire. The results of statistical analyses indicate that the principles role, teachers work s motivation, teachers work s discipline in high category, and there are a correlation of the principles role and teachers work s motivation with teachers work s discipline. Keywords: the principles role, teachers work s motivation, teachers work s discipline Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah, motivasi kerja guru, dan kedisiplinan kerja guru, serta hubungan peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kedisiplinan kerja guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional, dengan 242 orang responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kepala sekolah, motivasi kerja guru, kedisiplinan kerja guru tergolong tinggi, dan terdapat hubungan peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kedisiplinan kerja guru. Kata Kunci: peran kepala sekolah, motivasi kerja guru, kedisiplinan kerja guru Peningkatan kualitas mutu pendidikan saat ini sangatlah penting dilakukan. Keberhasilan suatu bangsa dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang 1

2 berkualitas terutama dihasilkan melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan merupakan modal dasar dalam menciptakan SDM yang unggul. Pendidikan yang dimaksud adalah sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang memiliki visi, misi tujuan, dan fungsi tertentu. Untuk melaksanakan hal tersebut diperlukanlah tenaga yang profesional dan pihak-pihak yang dapat mendukung pelaksanaannya dengan baik. Guru merupakan salah satu SDM penting yang ada di sekolah. Kinerja guru di sekolah mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah. Masalah kedisiplinan kerja menjadi sorotan berbagai pihak khususnya pemerintah. Menurut Huda (2010:110-111), dalam melaksanakan tugasnya, guru perlu dilandasi oleh sikap disiplin yang kuat. Kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas di sekolah tidak hanya berdasarkan peraturan yang berlaku, tetapi juga berdasarkan kesadaran diri sebagai pribadi yang utuh yang bersumber pada norma atau etika (kode etik guru). Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai kedisiplinan kerja yang baik. Upaya pemerintah dalam menegakkan disiplin pegawai tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adanya hal tersebut diharapkan guru dapat lebih kompeten dan juga harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Kedisiplinan guru dipengaruhi oleh semangat kerja. Apabila guru mempunyai semangat kerja yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya, maka umumnya mereka akan disiplin. Sebaliknya, apabila semangat kerja rendah, maka mereka tidak akan maksimal dalam melakukan pekerjaannya, sehingga dapat timbul hal-hal negatif seperti kurang disiplin. Selain itu disiplin juga dipengaruhi oleh hubungan kerja yang baik dengan sesama guru. Untuk mendisiplinkan guru di sekolah, diperlukan seorang pemimpin (kepala sekolah) yang baik. Menurut Mulyasa (2011:98), kepala sekolah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator dan Motivator (EMASLIM). (1) Menurut Mulyasa (2013:100), sebagai educator, kepala sekolah harus senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru, (2) Kepala

3 sekolah sebagai manager harus dapat memberdayakan profesionalisme kerja guru di sekolah secara efektif dan efisien dan mendorong keterlibatan guru dalam setiap kegiatan di sekolah, (3) Peran kepala sekolah sebagai administrator menurut Soetopo (dalam Zulkarnain, 2013:89), menjelaskan bahwa, kepala sekolah memiliki peran ganda yaitu melaksanakan administrasi sekolah supaya tercipta situasi belajar mengajar yang baik, dan melaksanakan supervisi agar guru bertambah baik dalam melaksanakan tugas-tugas pengajaran dan dalam membimbing pertumbuhan murid, (4) Kepala sekolah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dapat melakukan beberapa cara yang efektif diantaranya diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual, dan simulasi pembelajaran (Mulyasa, 2011:113), (5) Menurut Mulyasa (2011:115), kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas, (6) Menurut Mulyasa (2011:119), kepala sekolah sebagai innovator yaitu harus mampu mencari, menemukan, dan melaksanakan berbagai pembaharuan, dan (7) Menurut Mulyasa (2011:120), sebagai motivator kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Dalam hal ini pengalaman kepala sekolah akan sangat mempengaruhi dalam mendukung terbentuknya pemahaman guru terhadap pelaksanaan tugasnya sebagai seorang tenaga kependidikan. Seorang kepala sekolah tidak hanya bertugas sebagai pemimpin di sekolah melainkan juga harus memiliki karakter yang baik sebagai seorang pemimpin. Kepala sekolah harus selalu berupaya melaksanakan segala peran dan fungsinya dengan baik untuk mencapai tujuan. Secara garis besar kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam hal ini kepala sekolah adalah memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat menjadi teladan atau contoh bagi bawahannya (guru) dan memiliki kemampuan dalam memotivasi bawahannya, serta dapat berkomunikasi dengan baik khususnya dengan bawahan. Dari semua komponen yang

4 harus dimiliki seorang kepala sekolah tersebut, maka motivasi kerja adalah hal yang utama. Seorang guru dapat bekerja secara profesional apabila dirinya mendapatkan motivasi yang tinggi. Selain itu guru yang memiliki motivasi yang tinggi biasanya akan melaksanakan tugasnya dengan semangat dan ikhlas, sehingga hasil yang diperoleh akan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin di sekolah merupakan motivator bagi kepatuhan diri pada kedisiplinan kerja guru. Hal ini membawa dampak yang sangat besar terutama pada sistem pendidikan kita yang masih memerlukan keberadaan guru secara dominan dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin dan mengelola sekolah, selain itu juga dituntut untuk mampu menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan kerja sehingga dapat memberikan dorongan kepada semua komponen yang ada di sekolah khususnya guru agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai andil cukup besar dalam pencapaian peningkatan kualitas SDM. Hal ini dikarenakan di sekolah dasarlah pondasi utama peningkatan kualitas tersebut dimulai untuk dikembangkan. Siswa diberikan kemampuan dasar yang diperlukan untuk persiapan memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Sedangkan sekolah negeri adalah sekolah yang dikelola oleh pemerintah, jadi kinerja sekolah tersebut sangat diperhatikan khususnya kedisiplinan guru. Berdasarkan Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, telah disebutkan bahwa guru harus memiliki kompetensi pedadogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kedisiplinan adalah salah satu bagian dalam kompetensi kepribadian. Kedisiplinan yang dimaksud adalah displin: masuk dan keluar kelas, menyediakan perangkat pembelajaran, mengadakan penilaian dengan benar dan membuat remedial.

5 METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif-korelasional. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel bebas/independen dan variabel terikat/dependen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran kepala sekolah (X 1 ) dan motivasi kerja guru (X 2 ). Sedangkan variabel terikat (Y) adalah kedisiplinan kerja guru. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh guru SD Negeri se-kota Blitar yang terdiri dari 48 SDN dengan 626 orang guru. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik Area Simple Random Sampling. Hal ini dikarenakan, populasinya tergolong besar, maka peneliti membagi sekolah menjadi empat bagian terlebih dahulu berdasarkan arah mata angin yaitu bagian utara, selatan, timur dan barat. Kemudian peneliti melakukan pengambilan sampel per area arah mata angin dengan cara menggunakan teknik Simple Random Sampling. Jadi sampel yang diteliti adalah 244 guru dari 13 SDN di Kota Blitar. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa kuesioner atau angket jenis tertutup karena telah disediakan jawaban sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban.pengukuran dalam penelitian ini dengan skala Likert 4 (empat) poin untuk mengurangi kecenderungan jawaban netral. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskripsi untuk mengetahui tingkatan peran kepala sekolah, motivasi kerja guru, dan kedisiplinan kerja guru yang dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Selanjutnya, analisis korelasi Product Moment Pearson dimaksud untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X (peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru) dengan variabel Y (kedisiplinan kerja guru). Untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X 1 (peran kepala sekolah) dan X 2 (motivasi kerja guru) dengan variabel Y (kedisiplinan kerja guru) digunakan analisis korelasi ganda (multiple correlation).

6 HASIL Peran Kepala Sekolah di SD Negeri se-kota Blitar Pada distribusi frekuensi dan persentase peran kepala sekolah dapat diketahui bahwa tidak ada guru atau 0% responden yang memilih bahwa peran kepala sekolah dalam kategori rendah. Sebanyak 43 guru atau 17,62% responden memilih bahwa peran kepala sekolah dalam kategori sedang. Kemudian sebanyak 201 guru atau 82,38% responden memilih bahwa peran kepala sekolah dalam kategori tinggi. Motivasi Kerja Guru di SD Negeri se-kota Blitar Pada distribusi frekuensi dan persentase motivasi kerja guru diketahui bahwa tidak ada guru atau 0% responden memiliki tingkat motivasi kerja rendah. Sebanyak 59 guru atau 24,18% responden memiliki tingkat motivasi kerja sedang. Sedangkan 185 guru atau 75,82% responden memiliki tingkat motivasi kerja tinggi. Kedisiplinan Kerja Guru di SD Negeri se-kota Blitar Pada distribusi frekuensi dan persentase kedisiplinan kerja guru diketahui tidak ada guru atau 0% responden memiliki kedisiplinan kerja rendah. Sebanyak 39 guru atau 15,98% responden memiliki kedisiplinan kerja sedang. Sedangkan, 205 guru atau 84,02% responden memiliki kedisiplinan kerja tinggi. Uji Prasyarat Analisis Prasyarat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedasrtisitas. Tujuan uji normalitas untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria jika nilai asymp. Sig (2 tailed)> alpha, a 0,05, maka data berdistribusi normal. Diketahui nilai signifikansinya yaitu 0,614> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

7 Uji multikolinieritas untuk mengetahui apakah terjadi hubungan yang sempurna antara variabel-variabel independen. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak terjadi multikolinieritas. Batas bawah dari tolerance value adalah 0,1 dan batas atas dari VIF adalah 10. Jika nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10 maka tidak terjadi mulitikolinearitas.diketahui nilai tolerance = 0,885 >0,1 dan nilai VIF = 1,130 < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Jika ada pola yang jelas serta titiktitik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas. Diketahui titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis Analisis Uji Korelasi Product Moment Sampel yang digunakan sebanyak 244 responden, dari sini didapat nilai df = n -2 = 244-2 = 242, sehingga r tabel pada signifikansi 5% didapatkan angka r tabel = 0,138.Hasil statistik uji product moment, yaitu: 1. Diperoleh r hitung sebesar 0,379 dan nilai signifikansi 0,000. Skor r hitung > r tabel (0,379>0,138) dan nilai signifikansisnya lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peran kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar. 2. Diperoleh r hitung sebesar 0,574 dan nilai signifikansi 0,000. Skor r hitung > rtabel (0,574>0,138) dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se- Kota Blitar.

8 Analisis Uji F Pada tabel ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 70,188 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai F hitung (70,188)>F tabel (3,03), dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000<0,05. Maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya ada hubungan antara peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar.. PEMBAHASAN Peran Kepala Sekolah Kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi perilaku yang harus dilakukan oleh guru sehingga kepala sekolah maupun guru mampu mencapai tujuan lembaga pendidikan yang telah direncanakan secara maksimal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:845), peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Sedangkan menurut Kozier (2008:48), peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah adalah seperangkat tingkah laku kepala sekolah yang diharapkan sesuai dengan kedudukannya dalam sekolah. Kepala sekolah harus mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik. Berdasarkan hasil analisis deskripsi yang telah dilakukan sebelumnya, tingkat peran kepala sekolah berada dalam kategori tinggi. Peran kepala sekolah yang tertinggi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah sebagai leader. Hal ini dapat diartikan bahwa kepala sekolah di SD Negeri se-kota Blitar sudah mampu menjadi seorang pemimpin yang baik dengan cara memberikan petunjuk atau bimbingan dan pengawasan terhadap guru. Sedangkan, peran kepala sekolah terendah adalah kepala sekolah sebagai motivator. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah di SD Negeri belum cukup memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para guru dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.

9 Menurut Mulyasa (2011:98), kepala sekolah sedikitnya harus berfungsi sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Innovator dan Motivator (EMASLIM). Keberhasilan kepala sekolah dapat diukur dengan menggunakan dimensi keenam fungsi tersebut. Kepala sekolah sangat berpengaruh dalam menentukan baik tidaknya suatu lembaga pendidikan. Dalam organisasi pendidikan yang menjadi pemimpin dalam suatu lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Sebagai pemimpin, kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya secara optimal. Motivasi Kerja Guru Motivasi kerja guru merupakan suatu dorongan yang muncul dari dalam maupun dari luar guru. Seorang guru akan bekerja dengan giat apabila dia mempunyai motivasi yang tinggi. Menurut Hamalik (dalam Aunurrahman, 2009:114-115), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang dilandasi dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Tingkat motivasi kerja dari masing-masing guru berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan perubahan energi yang ada dalam dirinya. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan sebelumnya, tingkat motivasi kerja guru rata-rata berada dalam kategori tinggi. Faktor tertinggi yang mempengaruhi motivasi kerja guru dalam penelitian ini adalah tanggung jawab. Hal ini dapat diartikan bahwa guru SD Negeri mempunyai tanggung jawab yang besar dalam melakukan pekerjaannya dengan cara selalu melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh. Dengan kesadaran akan tanggung jawab yang besar tersebut diharapkan mampu membawa instansi atau lembaga pendidikan dapat mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Tanggung jawab adalah salah satu faktor intrinsik yang berkaitan dengan isi dari pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Astuti dan Supriyanto (2012:559). Selain itu kebutuhan akan berprestasi yang cukup besar diharapkan dapat menambah motivasi guru untuk sukses dan selalu berusaha menjadi yang terbaik.

10 Kedisiplinan Kerja Guru Kedisiplinan kerja guru adalah sikap dan perbuatan guru dalam menaati semua pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk terciptanya tujuan sebuah lembaga pendidikan. Menurut Siagian (2008), disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Kedisiplinan kerja guru merupakan salah satu faktor penting penunjang keberhasilan pendidikan. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan kerja guru berada dalam kategori tinggi. Indikator tertinggi yang mempengaruhi kedisiplinan kerja guru dalam penelitian ini adalah kesadaran dalam bekerja. Dengan adanya kesadaran dalam bekerja yang tinggi dapat membuat guru melakukan pekerjaan dengan semaksimal mungkin. Kedisiplinan kerja guru merupakan kunci terwujudnya suatu tujuan. Begitu juga yang terjadi di sekolah, dengan disiplin yang tinggi berarti guru mempunyai kesadaran dalam bekerja. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan kerja guru, diharapkan hasil kerja semakin baik. Hal ini berarti guru SD Negeri se-kota Blitar mempunyai kedisiplinan kerja yang tinggi dalam hal kesadaran dalam bekerja. Sedangkan indikator terendah adalah kepatuhan dalam peraturan. Hal ini berarti guru SD Negeri dalam penelitian ini belum sepenuhnya bisa secara maksimal patuh dengan peraturan yang ada di sekolah. Kepatuhan pada peraturan disini dapat berupa kerjasama, taat pada aturan dan sanksi. Hubungan Peran Kepala Sekolah dengan Kedisiplinan Kerja Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:845), peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Sedangkan menurut Kozier (2008:48), peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Jadi dapat disimpulkan bahwa peran kepala sekolah adalah seperangkat tingkah laku kepala sekolah yang diharapkan sesuai dengan kedudukannya dalam sekolah. Sedangkan kedisiplinan

11 kerja guru merupakan salah satu faktor penting penunjang keberhasilan pendidikan. Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009:90), disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Menurut Siagian (2008), disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Jadi kedisiplinan kerja guru adalah sikap dan perbuatan guru dalam menaati semua pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk terciptanya tujuan sebuah lembaga pendidikan. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Product Moment Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel peran kepala sekolah (X 1 ) dengan variabel kedisiplinan kerja guru (Y) di SD Negeri se-kota Blitar. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Singodimedjo dalam Sutrisno (2009), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin guru adalah ada tidaknya keteladanan kepala sekolah. Keteladanan merupakan salah satu aspek di dalam peran kepala sekolah. Hal ini berarti apabila peran kepala sekolah tinggi maka kedisiplinan kerja guru juga akan tinggi. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar. Hubungan Motivasi Kerja Guru dengan Kedisiplinan Kerja Guru Menurut Hamalik dalam Aunurrahman (2009:114-115), motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang dilandasi dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan tersebutlah yang nantinya akan mendorong seseorang untuk melaksanakan tugas dengan baik. Menurut Samsudin (2005), motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang ditetapkan. Jadi motivasi kerja guru merupakan suatu dorongan yang muncul dari dalam maupun dari luar guru. Sedangkan kedisiplinan kerja guru merupakan salah satu faktor penting penunjang keberhasilan pendidikan. Menurut Singodimedjo dalam Sutrisno (2009:90), disiplin kerja adalah sikap kesediaan dan

12 kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Menurut Siagian (2008), disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Jadi kedisiplinan kerja guru adalah sikap dan perbuatan guru dalam menaati semua pedoman dan peraturan yang telah ditentukan untuk terciptanya tujuan sebuah lembaga pendidikan. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan Product Moment Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel motivasi kerja guru (X 2 ) dengan variabel kedisiplinan kerja guru (Y) di SD Negeri se-kota Blitar. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hasibuan (2000:145) yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan dari motivasi adalah untuk meningkatkan kedisiplinan kerja guru. Hal ini berarti dengan motivasi kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kesejahteraan karyawan khususnya dalam hal kedisiplinan kerja guru. Sehingga tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh guru dapat sesuai dengan yang diharapkan. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kedisiplinan kerja guru SD Negeri se-kota Blitar. Hubungan Peran Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kedisiplinan Kerja Guru Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar. Keberhasilan kepala sekolah menurut pendapat Mulyasa (2011:98), dapat diukur dengan menggunakan dimensi keenam fungsi, salah satunya adalah kepala sekolah sebagai motivator. Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para guru dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Selain itu seorang pemimpin juga dapat menjadi sumber pengaruh bawahannya. Menurut Lunenburg & Orstein (dalam Wiyono, 2013:3), terdapat lima faktor yang dapat menjadi sumber pengaruh sebagai seorang pemimpin, salah satunya adalah kekuatan paksaan. Kekuatan memaksa merupakan pengaruh yang

13 ditekankan pada kemampuan untuk mengontrol atau mengelola hukuman terhadap anggota. Dengan hal ini, kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan kerja guru, sehingga guru akan menjalankan tugasnya dengan baik. Adapun tujuan motivasi menurut Hasibuan (2000:145) salah satunya adalah meningkatkan kedisiplinan guru. Hal ini berarti dengan motivasi kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kesejahteraan karyawan khususnya dalam hal kedisiplinan kerja guru. Sehingga tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh guru dapat sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, pendapat dari Pasolong (2010) menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru dalam faktor eksternal salah satunya adalah kepemimpinan kepala sekolah. Hal ini berarti kepala sekolah juga sangat berperan dalam mempengaruhi motivasi guru. Motivasi sangat mempengaruhi kerja guru, jadi apabila peran kepala sekolah tergolong tinggi maka motivasi kerja guru juga akan tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Peran kepala sekolah di SD Negeri se-kota Blitar tergolong tinggi, (2) Motivasi kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar tergolong tinggi, (3) Motivasi kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar tergolong tinggi, (4) Terdapat hubungan antara peran kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar. Hal ini berarti peran kepala sekolah di SD Negeri se-kota Blitar mempunyai pengaruh terhadap kedisiplinan kerja guru, (5) Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kedisiplinan kerja guru SD Negeri se-kota Blitar. Hal ini berarti apabila motivasi kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar tinggi maka kedisiplinan kerja guru juga akan tinggi, dan (6) Terdapat hubungan antara peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru dengan kedisiplinan kerja guru di SD Negeri se-kota Blitar. Hal ini berarti peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru berpengaruh terhadap kedisiplinan kerja guru.

14 Saran Berdasarkan hasil dari kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Kepala UPTD se-kota Blitar, agar memberikan saran dan masukan terhadap kepala sekolah untuk tetap mempertahankan kepemimpinannya yang sudah tergolong tinggi, (2) Kepala SD Negeri se-kota Blitar, agar selalu memperhatikan motivasi kerja guru karena dapat mempengaruhi kedisiplinan kerja guru, (3) Guru SD Negeri se-kota Blitar, agar selalu disiplin dalam melaksanakan pekerjaannya, (4) Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan, agar dapat digunakan sebagai kajian dalam mengembangkan matakuliah Kepemimpinan Pendidikan dan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), (5) Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan, agar dapat digunakan sebagai referensi ilmu pengetahuan khususnya tentang Kepemimpinan Pendidikan dan MSDM, dan (6) Peneliti lain, agar dapat menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut tentang hubungan peran kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kedisiplinan kerja guru. DAFTAR RUJUKAN Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Astuti, A.D. & Supriyanto, A. 2012. Hubungan Motivasi Kerja dan Iklim organisasi dengan Kepuasan Kerja. Jurnal Manajemen Pendidikan, 23 (6):556-562. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Hasibuan, M.S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, A.Y. 2010. Kajian Filosofis Otonomi Daerah Bidang Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Kozier, B. 2008. Pengertian Peranan. (Online). http://www.ras eko.com/2013/05/pengertian-peranan.html, diakses 25 Mei 2017. Mulyasa, E. 2011. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pasolong, H. 2010. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS). Samsudin, S. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka Setia. Siagian, S.P. 2008. Teori dan Praktik Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada Media. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. Wiyono, B.B. 2013. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Zulkarnain, W. 2013. Dinamika Kelompok: Latihan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 15